Anda di halaman 1dari 4

Evaluasi Implementasi Pendekatan Partisipatif Normatif di Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Musrenbang) (Kasus Musrenbang RKPD di Kabupaten


Bandung, Jawa Barat, Indonesia)
Eko Budi Santoso,

Abstrak: Dalam perencanaan pembangunan di Indonesia, salah satu ofthe


pendekatan normatif yang diatur dalam undang-undang adalah pendekatan
partisipatif. Pendekatan partisipatif diatur pada konstitusi Indonesia (yaitu
sebagai (IUD 1945), dalam UU N. 25-2014 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, di Peraturan Pemerintah No. 8-2008, dan dalam
Peraturan Menteri yang dikeluarkan oleh Departemen Dalam Affair No 54-2010
tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8-2008 tentang panggung,
prosedur dalam persiapan, kontrol dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan of- regional dan lokal, yang merupakan peraturan normatif yang
paling rinci, terutama dalam mengatur tentang musyawarah perencanaan
pembangunan (disebut sebagai Musrenbang). Dalam prakteknya, ada
ketidakefektifan pelaksanaan pendekatan partisipatif ini dalam berbagai tingkat
Musrenbang khususnya dalam penyusunan rencana kerja tahunan lokal /
regional, disebut sebagai Musrenbang RKPD. Ini juga terlihat pada pelaksanaan
Musrenbang RKPD di Kabupaten Bandung, yang kemudian akan dipilih sebagai
kasus studi ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan
pendekatan partisipatif dalam Musrenbang RKPD di Kabupaten Bandung
dibandingkan dengan peraturan normatif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-evaluatif tentang pelaksanaan
Musrenbang RKPD yang di Kabupaten Bandung pada 2011-2014. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi.
Pengamatan tidak bisa digunakan karena sementara penelitian ini dilakukan
Musrenbang RKPD selesai beberapa bulan sebelumnya. Wawancara dilakukan
untuk 14 orang dari berbagai perwakilan dari semua elemen dalam RKPD
musrenbang. Teknik analisis yang dilakukan adalah teknik analisis deskriptifevaluatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Musrenbang RKPD di Kabupaten Bandung
telah dilaksanakan

sesuai dengan sebagian besar peraturan normatif, yang mencakup aspek waktu
terikat. representasi, pemangku kepentingan yang relevan, serta proses dialog /
komunikasi, meskipun di setiap aspek masih mengandung kelemahan yang
masih perlu perbaikan. Beberapa yang masih perlu perbaikan dan juga
direkomendasikan adalah proporsi perwakilan, penambahan wakil terpinggirkan
kelompok / cacat dan bias gender, kesetaraan dalam dialog, rasa memiliki hasil
Musrenbang, serta konsensus tentang aspek yang lebih abstrak perencanaan
pembangunan ( tidak hanya dalam fisik yang nyata
aspek).
Kata kunci: evaluasi, pendekatan partisipatif, RKPD musrenbang, perencanaan
pembangunan, Kabupaten Bandung

PENGANTAR
Dalam perencanaan pembangunan di Indonesia, salah satu pendekatan normatif
yang diatur dalam undang-undang adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan
partisipatif diatur pada konstitusi Indonesia (UUD 1945 yaitu sebagai), dalam UU
No. 25-2014 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, di Peraturan
Pemerintah No. 8-2008, dan dalam Peraturan Menteri yang dikeluarkan oleh
Departemen Dalam Negeri (Depdagri regulasi) No. 54-2010 tentang pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8-2008 tentang panggung, prosedur dalam
persiapan, kontrol dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah dan
lokal, yang merupakan peraturan normatif yang paling rinci, terutama dalam
mengatur tentang musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang
disebut).

Saya Dr, MT, Salah satu komponen dari Negeri Kementerian Pemerintah
Indonesia, Fakultas Tata Politik di Institut Negeri Administrasi '
Peraturan Pemerintah (PP) No. 8-2008 tentang panggung, prosedur dalam
persiapan, kontrol dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah dan
lokal, utama di pasal 8 yang mengatur tentang concideration pelaksanaan
pendekatan pafticipation.
Dalam prakteknya, Musrenbang sebagai manifestasi dari pendekatan
perencanaan partisipatif yang dilakukan oleh multi stakeholder (masyarakat,
pemerintah, parlemen), masih memiliki banyak masalah. Masalah-masalah ini
menunjukkan kesenjangan antara praktek dan ketentuan normatif tersebut.
Masalah dalam menerapkan pendekatan partisipatif dalam pelaksanaannya

dari tte Musrenbang juga terjadi pada Musrenbang RKPL, n Kabupaten Bandung,
sebagai kasus penelitian ini. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pelaksanaan Musrenbang RKPD di Kabupaten Bandung
dibandingkan dengan ketentuan aspek normatif yang tercantum dalam PP 82008 atau lebih rinci dalam Peraturan Kemendagri No. 54/2010 pasal 9, 115,
120, dan 121.
Hasil penelitian ini akan mendapatkan manfaat dari kedua aspek teoritis dan
praktis. Dan diagram, kerangka konseptual penelitian ini, dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 1 Kerangka Konseptual Penelitian ini

METODOLOGI
Penelitian ini merupakan deskriptif-evaluatif (Arikunto, 1993; neuman, 2000)
studi tentang pelaksanaan Musrenbang RKPD yang di Kabupaten Bandung
sebagai studi kasus (Yin, 2000) di kisaran tahun 20112014 dengan pendekatan
retrospektif (Santoso, 2014). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara dan dokumentasi (Sugiyono, 2010). Pengamatan tidak bisa
digunakan karena sementara penelitian ini dilakukan Musrenbang RKPD selesai
beberapa bulan sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk 14 orang dari berbagai

perwakilan dari semua elemen dalam RKPD musrenbang. Metode dalam memilih
informan dengan purpossive

Metode (Satori, 2010) untuk memilih informan terpilih sebagai orang kunci yang
tahu banyak realitas dalam Musrenbang RKPD di Kabupaten Bandung dan telah
banyak mendukung informasi tentang acara dalam bentuk apapun dari sumber
daya data. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumentasi
dalam bentuk apapun dari kertas, berkas digital, video digital dan video analog.
Instrumen yang digunakan dalam metode dokumentasi ini adalah checklist data
yang disusun sebelum menjalankan penelitian ini.
Teknik analisis yang dilakukan adalah teknik analisis deskriptif-evaluatif. Teknik
evaluasi dijalankan dengan membandingkan pelaksanaan Musrenbang RKPD
dalam kasus penelitian ini dengan aspek normatif.
KESIMPULAN / IMPLIKASI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nv isrenbang RKPD di Kabupaten Bandung
telah dilaksanakan sesuai dengan sebagian besar peraturan normatif, yang
mencakup aspek terikat waktu, Prasyarat peserta (relevansi stakeholder dan
representasi), serta proses dialog komunikatif , meskipun dalam setiap aspek
masih mengandung kelemahan yang masih perlu perbaikan. Lebih detail dari
masing-masing kesimpulan di bawah ini:
1. Dari dimensi batas waktu, pelaksanaan Musrenbang RKPD di Kabupaten
Bandung telah memenuhi .requirements karena selalu diadakan tidak melebihi
Maret setiap tahun.
2. Terkait dengan prasyarat untuk peserta, Musrenbang RKPD di Kabupaten
Bandung telah memenuhi sebagian dari persyaratan representasi dari
masyarakat diundang, althougi4 proporsinya masih perlu ditingkatkan, dan telah
memenuhi sebagian besar relevansi stakeholder meskipun masih perlu
menambahkan kelompok marjinal kelompok penyandang cacat dan kelompok
dengan perhatian yang tepat dan jenis kelamin mainstraiming wanita.
3. Dari aspek komunikatif
proses dialog, - implementasi
Musrenbang RKPD di Kabupaten Bandung sudah cukup baik dalam melakukan
proses dialog komunikatif, meskipun kebutuhan meningkatkan di sub dimensi
kesetaraan, penciptaan rasa memiliki dari hasil Musrenbang, serta konsensus
tentang hal yang lebih abstrak dalam perencanaan pembangunan ( tidak hanya
dalam komponen detail dari kegiatan yang diusulkan).
4. Halaman pertama dari Berita Acara Musrenbang RKPD hanya ditandatangani
oleh Kepala badan perencanaan lokal atau sekretaris sebagai penyelenggara
Musrenbang RKPD, dan menggunakan bahasa teknis dalam forum pleno
mengindikasikan ketimpangan dalam

pelaksanaan Musrenbang RKPD di Kabupaten Bandung.

REKOMENDASI
Beberapa yang masih perlu perbaikan dan juga direkomendasikan adalah
proporsi perwakilan, penambahan wakil terpinggirkan kelompok / kecacatan dan
mainstraiming jender, kesetaraan dalam dialog, rasa memiliki hasil Musrenbang,
serta konsensus tentang aspek yang lebih abstrak perencanaan pembangunan
( bukan hanya dalam aspek atau kegiatan rinci proposal fisik yang nyata). Setiap
detail dari recomendations dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Bandung perlu meningkatkan proporsi ke lebih
seimbang dari unsur kelompok masyarakat diundang ke Musrenbang RKPD yang
akan menjadi mitra, terutama dalam pembahasan anggaran atau dana
pembangunan. Ini sekaligus meningkatkan kesetaraan dalam proses dialog
dalam Musrenbang. Jika kelompok FDA dianggap baik sebagai mitra dalam
pembahasan rencana anggaran dan dana pembangunan, organisasi juga harus
disahkan dan terdaftar di Kantor otoritas politik sosial (Kesbangpol) Kabupaten
Bandung secara hukum, untuk memberikan praktik yang baik untuk Komunitas.
2. Pemerintah Kabupaten Bandung harus mengundang kelompok masyarakat
penyandang cacat dan kelompok dengan kepedulian terhadap mainstraiming
gender dalam Musrenbang RKPD di masa depan, yang belum diundang di
Musrenbang sampai sekarang.
3. Untuk diskusi tentang substansi yang relatif lebih abstrak, lebih disukai dalam
diskusi Musrenbang pra mengundang stakeholder yang memiliki kemampuan
relatif teknis dan profesional dalam perencanaan dan organisasi besar yang
memiliki ruang lingkup meliputi kerja atau di Kabupaten Bandung sehingga
konsensus dicapai

Anda mungkin juga menyukai