KELURAHAN RAPPOCINI
KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR
Kawasan perkotaan dan perkembangannya adalah sesuatu yang tidak Berdasarkan isu tersebut, pemerintah Indonesia melalui
terpisahkan satu sama lain. Kawasan perkotaan dengan kompleksitas RPJMN 2015-2019 telah menetapkan target pencapaian 100-
kegiatannya ini akan terus berkembang dari waktu ke waktu dan meliputi 0-100, suatu terjemahan dari target untuk memberikan akses
semua bidang pembangunan. Adanya perkembangan di kawasan perkotaan air minum 100%, mengurangi kawasan kumuh hingga 0%,
ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk berdomisili dan dan menyediakan akses sanitasi layak 100% untuk
melakukan aktivitas kesehariannya serta kegiatan perekonomian di dalam masyarakat Indonesia pada akhir tahun 2019 untuk
kawasan perkotaan tersebut. Hal ini mengakibatkan migrasi yang nantinya mewujudkan visi tersebut. Untuk mendukung gerakan 100-0-
akan menambah beban perkotaan baik dari sisi ruang maupun intensitas 100 tersebut, pemerintah menyusun visi untuk mengurangi
aktivitas. kumuh 0 Ha, yaitu “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil
dan Makmur”.
Peningkatnya jumlah penduduk dan intensitas aktivitas pada kawasan
perkotaan ini perlu disikapi dan diantisipasi lebih awal oleh pemerintah
daerah terkait. Hal ini perlu dilakukan mengingat fenomena tersebut dapat
membangkitkan banyak persoalan perkotaan terutama yang terkait dengan
ketersediaan dukungan permukiman dan infrastruktur perkotaan.
Pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang kurang atau
belum mampu mengantisipasi serta mengakomodir perkembangan kawasan
perkotaan akan menimbulkan persoalan antara lain: tidak meratanya
penyediaan infrastruktur perkotaan, tidak tersedianya lingkungan
permukiman yang layak, pembangunan permukiman yang tidak terkendali Kecamatan Rappocini memiliki
pada daerah-daerah non permukiman, dan permukiman kumuh. kepadatan bangunan 100-150 unit/Ha,
60% kondisi permukiman jalan yang
Melalui UU No.1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, buruk, 60% jalan tidak dilengkapi
pemerintah mengamanahkan bahwa negara bertanggung jawab melindungi saluran drainase, 60% saluran drainase
segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan tidak berfungsi dengan baik, 50%
Perkembangan
kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta bangunan hunian tidak memiliki jamban
Permukiman Kumuh di
menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, keluarga dan tangki septic, 60%
Kelurahan Rappocini
aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Dalam masyarakat tidak terlayani air minum,
Berdasarkan SK Walikota
mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan kualitas dan 40% kawasan tidak terlayani sistem
mencapai 11,89 Ha
terhadap permukiman kumuh dilakukan guna meningkatkan mutu kehidupan pengolahan sistem persampahan kota.
dan penghidupan masyarakat penghuni serta menjaga dan meningkatkan Berdasarkan kondisi eksisting di
kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman berdasarkan pada kepastian Kecamatan Rappocini, maka disusun
bermukiman dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan. Dokumen Rencana Penataan
Lingkungan Permukiman (RPLP)
1.2.3 SASARAN
Tahap Persiapan Tahap Pengumpulan Data Tahap Kajian Tahap Perumusan Tahap Penyusunan Detail Desain
• Sosialiasi program • Mengumpulkan data- • Melakukan overview terhadap dokumen- • Tahap perumusan merupakan • Penyusunan peta rinci
penanganan kawasan data primer maupun dokumen perencanaan Kota Makassar kegiatan penyusunan dokumen kawasan/site plan
permukiman kumuh 7 sekunder terkait isu yang terkait, Perencanaan Teknis perencanaan dan menyusun • Rencana rinci pola penanganan
aspek 19 kriteria dengan Sektoral dalam lingkup kegiatan ke-Cipta Rencana Kegiatan Pembangunan kawasan pemukiman kumuh
strategis, potensi, dan
Karya-an, kebijakan daerah dalam berupa: (pemugaran/peremajaan/pemukim
mengacu pada Permen permasalahan mengenai
penanganan permukiman kumuh. • Skenario pembangunan dan an kembali) beserta strategi
PUPR No.2 Tahun 2016 penanganan kawasan
• Melakukan kajian terhadap konsep, pengembangan kawasan keterpaduan program
tentang pencegahan dan permukiman kumuh strategi penanganan permukiman permukiman dalam upaya
peningkatan kualitas melaui survei dan kumuh, serta penetapan sasaran hasil mengurangi luasan kumuh.
permukiman kumuh. observasi lapangan. perencanaan penanganan permukiman • Strategi dan memorandum program
• Penyiapan data profil • Melibatkan partisipasi kumuh. keterpaduan dalam penanganan
kawasan permukiman aktif Kelompok • Melakukan analisis yang melibatkan kawasan pemukiman kumuh.
kumuh dan dokumen Masyarakat dalam partisipasi aktif Kelompok Swadaya • Indikasi program investasi dan
pendukung lainnya yang melakukan Masyarakat dalam merumuskan metode pembiayaan lintas pemangku
mengacu kepada SK survei/pemetaan penanganan kawasan permukiman kepentingan dalam pencapaian
Penetapan kawasan swadaya di kawasan kumuh yang paling tepat dan kumuh 0% hingga 2019.
permukiman kumuh Kota permukiman kumuh. implementatif sesuai dengan kebutuhan • Peta Perencanaan Penanganan
Makassar. sektor keterpaduan pelaksanaan Kawasan Permukiman Kumuh
program, serta dampak yang ditimbulkan skala1:5000 dan 1:1000 untuk
dari dilaksanakannya/indikasi penaganan kawasan permukiman
implementasi program penanganan kumuh tahap I.
permukiman kumuh.
Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan Rappocini guna memenuhi beberapa unsur sebagai berikut:
a. Tertanganinya kawasan permukiman kumuh Kelurahan Rappocini yang telah ditetapkan melalui SK Walikota Makassar, dilakukan secara komprehensif, tuntas dan
terintegrasi dengan penanganan kawasan Bantaran Kanal Pannampu.
b. Terpadunya program/kegiatan dalam penanganan kawasan permukiman kumuh Kelurahan Rappocini melalui berbagai pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, dan
masyarakat).
c. Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam upaya penanganan kawasan permukiman kumuh secara berlanjutan.
• Kota Makassar sebagai primer city berjalan sejajar dengan perkembangan permukiman perkotaan.
• Dukungan sumber daya yang memadai, baik yang utama maupun penunjang diperlukan agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
• Pembangunan perumahan dan permukiman secara komprehensif dan terintegrasi.
• Dalam kerangka desentralisasi, penyelenggaraan perumahan dan permukiman tidak dapat terlepas dari agenda pelaksanaan tata pemerintahan yang baik di tingkat lokal.
• Degradasi lingkungan permukiman perkotaan.
• Minimnya ketersediaan ruang terbuka ramah anak di kawasan pemukiman Kota Makassar.
• Peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman belum berjalan optimal.
• Sebagian permukiman belum tertata dengan baik. Ini terutama pada lorong-lorong, kawasan kumuh, pinggiran kota, dan pulaupulau. Kekumuhan ini berdampingan
dengan realitas kemiskinan pada sebagian penghuninya.
• Munculnya kantung-kantung kumuh di kawasan perkotaan.
• Pelayanan infrastruktur jalan pada lingkungan permukiman kumuh perkotaan cenderung belum optimal.
• Sistem pengelolaan persampahan belum berjalan optimal.
• Sarana dan prasarana proteksi belum tersedia.
• Sedimentasi salran drainase dan kondisi saluran buruk.
• Masyarakat miskin perkotaan.
• Pelayanan infrastruktur permukiman belum memenuhi standar pelayanan minimum.
• Keterbatasan SDM khusunya pada kelembagaan masyarakat dalam penanganan permukiman perkotaan belum berjalan optimal.
• Sistem sosial masyarakat perkotaan yang heterogen.
Pola Ruang
Kelurahan Rappocini Kecamatan Rappocini dalam arahan pola ruang Kota Makassar ditetapkan untuk pengembangan kawasan budidaya untuk
Kecamatan Rappocini pengembangan fungsi perdagangan dan jasa, peruntukan perumahan kepadatan tinggi.
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam RTRW Kota Makassar
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam SPPIP Strategi dan Kebijakan Dalam Masterplan Drainase Kota Makassar
Kota Makassar • Pemeliharaan jaringan drainase berupa perbaikan saluran yang rusak dan
• Mendukung pembangunan dan pengembangan permukiman secara terpadu dan penggalian endapan lumpur/tanah akibat sedimentasi
bersinergi untuk peningkatan mutu dan kualitas permukiman yang layak huni serta • Pembangunan interkoneksi saluran drainase
berwawasan lingkungan • Normalisasi sungai (pembersihan endapan lumpur, perapihan/pembenahan
• Meningkatkan kualitas SDM yang dapat diandalkan dalam pengembangan dan bantaran yang rusak dan pelebaran sungai)
pengelolaan permukiman • Revitalisasi bantaran sungai (perapihan bantaran sungai, pembuatan taman dan
• Menyediakan permukiman yang layak bagi masyarakat khusnya untuk pembuatan siring), untuk melindungi bantaran sungai agar tidak tergerus oleh
menciptakan kondisi hunian yang layak huni melalui pembangunan permukiman aliran dan membatasi wilayah sungai agar tidak ada bangunan yang masuk ke
yang dapat dijangkau dan diakses oleh masyarakat wilayah sungai
• Mengantisipasi dan menanggulangi dampak bencana, baik fisik maupun non fisik • Pembangunan saluran retensi
yang terencana dengan baik • Pembangunan pintu dan pompa air
• Memperketat ijin mendirikan bangunan (IMB) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Strategi dan Kebijakan Dalam RISPK Kota Makassar
• Optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan permukiman secara efektif, efisien dan
berdaya guna • Pemenuhan kebutuhan akan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia,
peralatan serta pos, sasaran dan jumlah bangunan gedung yang akan kualitas dan
kuantitas Sumber Daya Manusia, peralatan serta pos, sasaran dan jumlah
Strategi dan Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan Dalam SIAP
bangunan gedung yang akan diinspeksi.
Kota Makassar
• Pembentukan relawan pemadam kebakaran dan pembinaan teknis
• Mendukung pembangunan dan pengembangan permukiman secara terpadu dan penanggulangan kebakaran secara dini
Rehabilitasi bangunan gedung • Penyediaan hydrant kebakaran pada unit-unit lingkungan permukiman
• Peningkatan kualitas jalan lingkungan • Pembangunan bak-bak penampung air beserta sarana penunjangnya untuk
• Peningkatan jangkauan pelayanan dari unit penyediaan air minum pemadam kebakaran pada lokasi yang jauh dari sumber air
• Peningkatan jangkauan pelayanan dari jaringan drainase
• Peningkatan kapasitas dari unit pengelolaan air limbah
• Peningkatan kapasitas dari unit pengelolaan persampahan, seperti penambahan
komponen pewadahan, pengumpulan
• Peningkatan jangkauan pelayanan sarana proteksi kebakaran seperti lingkup
pelayanan dari alat dan kendaraan pemadam kebakaran
• Peningkatan kapasitas dari luasan ruang hijau hunian berupa taman-taman
hidroponik dan taman hias lainnya
Aspek Fisik
Aspek Ekonomi
• Pengembangan pendidikan dan pelatihan wirausaha
Penanganan
• Peningkatan produktivitas usaha
Permukiman
• Peningkatan kapasitas SDM
Kumuh
• Keterpaduan pembiayaan sector Cipta Karya dalam pembangunan permukiman dan perumahan perkotaan
Kelurahan
• Penanggulanganan kemiskinan dan pe-nanganan PMKS secara terpadu melalui penanganan sektor informal
Rappocini Kota
perkotaan
Makassar
Aspek Sosial
• Peningkatan peran perempuan dalam pelaksanaan dan pemanfaatan program dan kegiatan penanganan
permukiman
• Peningkatan pengetahuan tentang pola hidup sehat dan bersih Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
• Peningkatan peran masyarakat Permukiman Kumuh Kelurahan Rappocini
• Sosialisasi perencanaan pembangunan partisipatif
• Peningkatan kapasitas pengurus organisasi dan lembaga masyarakat
• Pelibatan masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman
• Penguatan peran kelembagaan dalam penanganan lingkunga permukiman
• Penyediaan ruang publik ramah anak
• Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan permukiman perkotaan
2.4. KEDUDUKAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN DI DALAM KONSTALASI KOTA MAKASSAR
Berdasarkan SK Walikota Makassar Nomor 050.05 /1341 /Kep/ IX/ 2014 tanggal 22 September 2014 tentang Penetapan Lokasi Kumuh Kota Makassar Tahun 2014 Kelurahan
Rappocini merupakan yang termasuk dalam kelurahan lokasi permukiman kumuh yang ditetapkan dengan luasan 10,35 Ha mencakup RW III dan V (berdasrkan SK),
sedangkan hasil verifikasi kesepakatan PEMDA berdasarkan baseline Kotaku 2015 mencakup RW I, II, III, dan V dengan luasan 11,89 Ha dengan kategori kumuh berat
tipologi Kumuh di daerah daratan dan merupakan rencana kawasan permukiman kepadatan tinggi serta berada di pusat kota (RTRW Kota Makassar).
Gambar 2.1 Sebaran Kawasan Kumuh di Kota Makassar sesuai SK Walikota Makassar
Sumber : SK Walikota No. 050.05/1341/kep/IX/2014 dan hasil tinjauan TIM SIAP
2.5. KONTALASI KAWASAN KUMUH KELURAHAN RAPPOCINI DALAM SKALA KAWASAN SLUM IMPROVEMENT ACTION PLAN
(SIAP) KOTA MAKASSAR
Kecamatan Rappocini dalam dokumen SIAP, antara lain:
1. Keterlibatan masyarakat dalam penataan lingkungan.
2. Penyediaan sarana persampahan 3R.
3. Normalisasi saluran drainase.
4. Penyediaan sarana proteksi kebakaran.
Program penanganan dan kegiatan pembangunan sosial permukiman kumuh di Kecamatan
Rappocini dalam dokumen SIAP, antara lain:
1. Sosialisasi perincian STBM Rumah Sehat Penyehatan Air.
2. Pelatihan SDM kelembagaan pemerintah dan masyarakat.
3. Pelatihan SDM untuk pengelolaan persampahan.
4. Pelatihan tata kelola kawasan permukiman kumuh.
5. Forum lingkungan sehat.
Program penanganan dan kegiatan pembangunan ekonomi permukiman kumuh di
Kecamatan Rappocini dalam dokumen SIAP, antara lain:
1. Peningkatan produktivitas ekonomi masyarakat MBR.
2. Pengembangan kewirausahaan dan PKMK berkeunggulan kompetitif.
3. Sosialisasi penanggulangan kemiskinan
Program penanganan permukiman kumuh Kelurahan Rppocini harus terintegrasi dengan
penanganan kawasan sekitannya:
1. Pengintegrasian penanganann Kanan Panampu
2. Pengintegrasian penanganan sistem jaringan jalan dan drainase perkotaan
3. Pengintegrasian sistem sirkulasi pergerakan
4. Pengintegrasian sistem pengelolaan dan pelayanan persampahan
Gambar 2.2
Peta Permukiman Kumuh Kel. Rappocini dalam Kontalasi Skala Kawasan
Gambar 2.2 Skema Kedudukan RPLP dalam Kerangka Pembangunan Kota Makassar
Secara geografis Kelurahan Rappocini merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kota Makassar, dengan kondisi topografi yang relatif datar. Secara geografis Kelurahan
Rappocini terletak antara 5o09’11,0” Lintang Selatan dan 119o25’ 41,7” Bujur Timur dengan yang berbatasan dengan :
Sebelah Timur : Kelurahan Banta-Bantaeng
Sebelah Barat : Kelurahan Balla Parang
Sebelah Utara : Kelurahan Maricaya & Kelurahan Maricaya Selatan
Sebelah Selatan : Kelurahan Buakana
Jarak ibu kota kecamatan 3-4 Km, jarak ibukota kabupaten 7-8 Km dan jarak ke ibukota propinsi adalah 5-6 Km. Luas wilayah Kelurahan Rappocini adalah 33,03 Ha yang
terbagi menjadi 6 ORW dan 27 RT.
Tabel 3.1. Persentase Luas RW terhadap Luas Kelurahan RUMUSAN VISI, MISI PEMBANGUNAN KELURAHAN
Adapun visi pembangunan Kelurahan Rappocini adalah “Menjadikan Kelurahan
No ORW Jumlah Luas Persentase terhadap
Rappocini yang bersih, nyaman dan masyarakat sejahtera di tahun 2019”.
RT (Ha) Luas Kelurahan (%)
1 RW 01 7 8,75 26.49 Sedangkan, misi yang akan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan visi Kelurahan Rappocini
2 RW 02 4 4,8 14.53 adalah sebagai berikut:
3 RW 03 5 4,33 13.11
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja bakti.
4 RW 04 5 8,42 25.49
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mensukseskan Program Kotaku
5 RW 05 3 2,1 6.36
6 RW 06 3 5,24 15.86 3. Meningkatkan kualitas SDM Masyarakat
Jumlah 27 33,03 100 4. Menggugah kesadaran warga akan pentingnya kebersihan dan kesehatan lingkungan
Sumber : Baseline 100-0-100, 2017
khususnya lingkungan kumuh.
3.1.1. KONDISI FISIK DASAR
perdagangan karena posisi tempat tinggal yang sangat strategis sebagai lokasi atau
tempat berdagang.
800
Struktur penduduk Kelurahan Rappocini berdasarkan data pemuktahiran baseline
700
tahun 2017 tercatat sebanyak 5.981 Jiwa dengan jumlah rumah tangga adalah 1.116
600
dan 1.475 jumlah kepala keluarga. Struktur penduduk Kelurahan Rappocini dirinci
500 LAKI-LAKI
menurut jenis kelamin meliputi 2.887 jiwa penduduk laki-laki dan 3.094 jiwa
400 PEREMPUAN
penduduk perempuan. RASIO JENIS KELAMIN
300
200
100
0
RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06
a. Kondisi Ekonomi
b. Kondisi Sosial
Kota Makassar secara umum dan Kelurahan Rappocini secara khusus merupakan wilayah yang multi etnis, Penduduk kelurahan Rappocini kebanyakan dari Suku
Makassar dan Suku Bugis, sisanya berasal dari Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya.Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap masyarakat di Kelurahan
Rappocini terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya masyarakat yang berasal dari berbagai etnis dengan kebiasaan dan adat istiadat yang hidupnya
berkelompok dan berkumpul pada sebuah lingkungan kecil sehingga terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi bermasyarakat saat ini, sehingga memunculkan lingkungan
permukiman yang padat yang tidak jelas batas antar satu rumah dengan rumah lainnya.Hal ini disebabkan karena keinginan meniru anggapan keberhasilan orang-orang
sesama etnis sehingga mereka juga berbondong-bondong juga ikut tinggal di Kota Makassar dengan harapan memperoleh penghidupan yang lebih layak.
Seperti yang disebutkan diatas bahwa unsur pembentuk kebudayaan secara umum di Kota Makassar adalah suku bugis dan makassar, jika adapaun yang berbeda
yakni pada perbedaan dialeg, dan sistem upacara adat dan ritual keagamaan serta bentuk bangunan. Selain itu masyarakat yang berdiam pada umumnya memiliki toleransi
yang sangat tinggi terhadap sesama mereka. Hal ini nampak juga di dalam pembentukan kekumuhan di Kelurahan Rappocini, karena budaya yang toleran sehingga terjadi
pembiaran-pembiaran yang semestinya tidak dilakukan seperti kurangnya kepedulian terhadaplingkungan, sehingga dapat menimbulkan atau semakin berkembangnya
lingkungan atau kawasan kumuh di suatu kelurahan khususnya di Kelurahan Rappocini.
a. Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.5
Ketersediaan pelayanan kesehatan di wilayah kelurahan saat ini menjadi faktor yang penting Ketesediaan Fasilitas Kesehatan di Kelurahan Rappocini
dalam menjaga kesehatan masyarakat dan juga akan berimplikasi terhadap kesehatan lingkungan. No Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah (Unit)
1 Puskesmas 0
Apabila ditinjau dari segi fasilitas atau sarana prasarana kesehatan, Kelurahan Rappocini masih 2 Pustu 0
tergolong minim sarana kesehatan, sehingga untuk berobat masyarakat cenderung ke fasilitas yang ada 3 Rumah Sakit 0
di kelurahan lain dalam lingkup Kecamatan Rappocini, misalnya di puskesmas Kassi-Kassi yang memiliki 4 Rumah Sakit Bersalin 0
5 Posyandu 5
fasilitas yang lebih lengkap.
Sumber : Baseline 100-0-100 P2KKP (2017)
b. Fasilitas Pendidikan
Tabel 3.6
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mewujudkan terciptanya sumberdaya Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di Kelurahan Rappocini
manusia (human resources) yang berkualitas. Mencapai tujuan tersebut maka diperlukan dan Jumlah Fasilitas
No Jenjang Pendidikan
dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan berupa sekolah dengan berbagai tingkatan. Pendidikan (Unit)
1 TK/TPA/TKA 0
juga berpengaruh terhadap perilaku keseharian di dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, pola- 2 SD 1
pola hidup bersih dan sehat, menciptakan penghidupan yang layak. 3 SMP/SLTP 0
4 SMU/SMEA 0
Berdasarkan Fakta di lapangan bahwa ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan di 5 Perguruan Tinggi (PT) 0
Kelurahan Rappocini masih dikatakan kurang karena keberadaan sekolah yang hanya terdiri dari1 Sumber : Baseline 100-0-100 P2KKP (2017)
sekolah dasar, sehingga untuk bersekolah anak usia sekolah harus bersekolah diwilayah luar kelurahan Jumlah Rumah Tangga
yang memiliki Anggota
bahkan diluar kecamatan. Wajib Belajar 9 tahun
(RT)
Tingginya tingkat anak yang bersekolah disuatu kelurahan dapat dilihat dari akses atau 730
Jumlah Tumah Tangga
ketersediaan fasilitas atau sarana dan prasarana pendidikan di kelurahan tersebut ataupun di kelurahan 4 yang Mengenyam
4
Pendidikan (RT)
atau kecamatan yang berdekatan, dan juga yang menjadi salah satu factor pendukung adalah adanya
734
program pendidikan gratis bagi masarakat atau anak usia wajib belajar 9 tahun. Jumlah Tumah Tangga
yang Tidak Mengenyam
Gambar 3.12. Pendidikan (RT)
Sebaran fasilitas ekonomi di Kelurahan Rappocini cenderung berada pada sepanjang jalan utama
wilayah serta pada unit-unit lingkungan permukiman dengan tipe aktifitas ekonomi yang berkembang meliputi
ekonomi formal dan ekonomi non formal.
Perkembangan aktifitas ekonomi dominan berkembang linier sepanjang jalan Rappocini dengan dungsi
dminan yang berkembang adalah sektor komersil dan jasa, serta beberapa pula berkembang PKL.
Gambar 3.13
Kondisi Aktifitas Ekonomi Masyarakat
d. Fasilitas Perumahan dan Permukiman
Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat/perorangan, masih bersifat alami. Pola
permukiman yang terbentuk cenderung mengelompok (concentrik) pada suatu kawasan, dan berkembang
secara linear mengikuti jaringan jalan. Usaha perumahan dan permukiman yang dilakukan masyarakat,
termasuk yang dibangun oleh pengembang di Kelurahan Rappocini terdiri atas usaha perumahan dan
permukiman kecil, menengah dan besar.
Perumahan yang berkembang di Kelurahan Rappocini terdapat dua klasifikasi yaitu perumahan
swadaya dan perumahan formal yang dikembangkan oleh pengembang. Keberadaan kawasan permukiman di
Kelurahan Rappocini khusunya pada lingkungan perumahan swadaya cenderung kumuh dengan bentuk dan
pola permukiman di Kelurahan Rappocini pada umumnya terdiri dari dua yakni secara linear mengikuti pola
jalan eksisting dan berbentuk cluster, Beberapa rumah tampak menyebar dan ada yang berkumpul dalam
sebuah titik sehingga mengakibatkan kepadatan yang cukup sesak jika dilihat secara visual.
Jarak antar bangunan didefinisikan sebagai jarak antar bangunan (rumah) satu dengan bangunan
lainnya diperlukan sebagai tindak mitigasi bencana jika sewaktu-waktu terjadi, dan sekaligus memberikan
Gambar 3.14
ruang untuk resapan air tanah, sirkulasi udara, pencahayaan serta estetika dalam segi arsitektur dan
Kondisi Permukiman Masyarakat
mencegah tejadinya kepadatan bangunan yang berlebih.
Profil permukiman pada dasarnya adalah informasi dasar yang diuraiakan berdasarkan keberadaan lokasi dan karakteristik terkait kondisi fisik dan non fisik Kelurahan
Rappocini. Sebaran permukiman Kelurahan Rappocini terbagi menjadi 2 (dua) klasifikasi yaitu permukiman formal dan permukiman non formal yang dibangun secara swadaya
oleh masyarakat sedangkan pola permukiman yang terbentuk cenderung berkembang secara linear mengikuti pola jaringan jalan.
KELURAHAN RAPPOCINI
Gambar 3.15 Peta Karakteristik dan Fungsi Bangunan di Kelurahan Rappocini
Hasil pendataan berdasarkan Baseline 100-0-100 pada tahun 2017 menunjukan bentuk dan pola permukiman di Kelurahan Rappocini pada umumnya terdiri dari dua
yakni secara linear mengikuti pola jalan eksisting dan berbentuk cluster, Beberapa rumah tampak menyebar dan ada yang berkumpul dalam sebuah titik sehingga
mengakibatkan kepadatan yang cukup sesak jika dilihat secara visual. Di dalam deliniasi kawasan kumuh (prioritas) juga terdapat beberapa rumah yang tidak menghadap
jalan, Sedangkan jarak rata-rata antar rumah terutama di kawasan permukiman kumuh ± 1-1,5 meter
Kondisi bangunan yang ada di Kelurahan Rappocini dapat dikatakan bervariasi , baik itu dari jenis material yang digunakan (permanen dan tidak permanen), jumlah
lantai (1-3 lantai) hingga pada jenisnya. Dapat dilihat dari segi jenis dan bentuknya cenderung heterogen.Pada daerah sepanjang jalan raya sebahagian besar difungsikan
sebagai ruko atau pertokoan. Tetapi berbeda halnya dengan yang berada di dalam lorong dan cenderung menjadi tempat lingkungan atau kawasan kumuh umumnya rumah-
rumah yang ada berbentuk rumah kayu atau bersifat semi permanen dengan atap seng dan lantai kayu atau semen plur.
60% 841 62% 814 52% 707 312 1349 27.7 Jumlah
841 62% 60% 814 52% 707 312 1349 27.7 Jumlah
57% 91 57% 91 57% 91 33 159 4.9 RW 06
56%
91 57%
127 Tabel 3.7
75%
57%
95
91
38%
57%
64
91
81
33
170
159
2.1
4.9
RW 05
RW 06
127 Kondisi Bangunan Hunian Kelurahan Rappocini
75% 56% 95 38% 64 81 170 2.1 RW 05
83% 275 86% 267 59% 190 46 321 6.9 RW 04
Jumlah Prosentase
275 86% 83% 267 59% 190 46 321 6.9 RW 04
63% 140 77% 114 61% 111 56 182 3.2 RW 03
140 77% 63% Prosentas 114 61% Bangunan
111 Bangunan
56 182 3.2 RW 03
54% 28 Jumlah
19% 78 37% 53 46 144 3.1 RW 02
28 19% 54% e 78 37% hunian
53 hunian
46 144 3.1 RW 02
Jumlah Bangunan
Jumlah Tingkat Persentase Bangunan memiliki memiliki
45% 180 48% 169 53% 198 50 373 7.5 RW 01
Luas Keteratura hunian
180 48% 45% 169 53% 198 50 373 7.5 RW 01
total kepadatan Keteraturan hunian kondisi Atap, kondisi Atap,
teknis teknis
RW permukima n memiliki
teknis teknis
bangunan bangunan Bangunan memiliki Lantai, Lantai,
per orang persyaratan persyaratan
n (Ha)
persyaratan
Bangunan
persyaratan
luas lantai
per orang
per orang
(unit) (unit/Ha) Hunian luas lantai
per orang
Dinding Dinding
< 7,2 m2 sesuai sesuai
sesuai sesuai
Hunian < 7,2 m2
< 7,2 m2
<7,2 m2 Hunian
< 7,2 m2
Hunian 7,2 m2
<Hunian
sesuai sesuai
luas lantai Dinding Dinding (unit) (unit/Ha)
Dinding Dinding
per orang
luas lantai
luas lantai (unit)
n (Ha) (unit/Ha) Hunian
Bangunan
per orang
n (Ha) Bangunan luas lantai
persyaratan persyaratan
memiliki
Lantai,
Lantai,
Lantai,
Lantai, bangunan bangunan Bangunan
memiliki
memiliki RW bangunan bangunan
permukima Bangunan
n
permukima n memiliki RW
Atap,kondisi Atap, teknis teknis
hunianAtap,kondisi
kondisi Atap,
kondisi total kepadatan Keteraturan
hunian
hunian total
Luas kepadatan Keteraturan
Keteratura
Luas Jumlah Keteratura hunian
RW 01 7.5 373 50 198 53% 169 45% 180 48%
Bangunan
memiliki memiliki
memiliki memiliki Tingkat Persentase
Bangunan
Bangunan Jumlah Tingkat Persentase
Jumlah
hunian hunian Jumlah Bangunan
RW 02 3.1 144 46 53 37% 78 54% 28 19%
e
hunian hunian e
Jumlah Jumlah
RW 03 3.2 182 Bangunan Bangunan
Bangunan Bangunan
Prosentas
56 111 61%
Prosentas 114 63% 140 77%
Prosentase Prosentase
Jumlah
RW 04 6.9 321 46 190 59% 267 83% 275 86%
Jumlah
KELURAHAN RAPPOCINI
jalanan yang mempunyai permukaan dari tanah, tetapi ada juga yang RW 01 3176 2142 67%
RW 02 1122 275 25%
kondisinya sudah diperkeras baik itu aspal, beton, dan paving blok tetapi RW 03 1262 838 66%
berada dalam kondisi rusak baik itu rusak ringan, sedang maupun rusak RW 04 3323 2031 61%
RW 05 867 487 56%
berat. RW 06 1332 1332 100%
Jumlah 11082 7105 64%
Sumber: Pemuktahiran Data Baseline Tahun 2017
Jaringan Drainase merupakan salah satu prasarana dasar yang Tabel 3.9
Tabel Kondisi Drainase di Kelurahan Rappocini
harus terpenuhi di dalam sebuah sistem permukiman. Keterpaduan sistem
Panjang Kondisi Persentase
prasarana drainase menentukan proses pengaliran air yang dapat jaringan Panjang Kondisi Persentase
Luas Area
drainase pada jaringan drainase Luas Area
menghindarkan permukiman dari genangan air baik yang bersifat jangka Panjang Panjang Persentase permukiman
lokasi pada lokasi permukiman
Drainase drainase Panjang tidak terjadi
waktu genangan yang lama maupun sebentar. Menurut fungsinya drainase RW
Eksisting Ideal drainase
permukiman permukiman
genangan
tidak terjadi
memiliki kualitas memiliki kualitas genangan
yang ada di Kelurahan Rappocini terdiri dari drainase primer,dan tersier. (meter) (meter) Ideal (%) air/banjir
tidak tidak air/banjir
(Ha)
rusak/berfungsi rusak/berfungsi (%)
Berdasarkan Tabel 3.9, maka dapat disimpulkan bahwa masih
baik (meter) baik (%)
terdapat 32 % drainase di wilayah Kelurahan Rappocini merupakan kondisi RW 01 5422 5422 100% 3278 60% 6.3 84%
rusak (tidak berfungsi baik) dan juga masih terdapat 10 % dari luas RW 02 1776 1994 112% 874.6 49% 1.6 51%
RW 03 2441 2441 100% 1572 64% 3.2 100%
wilayah Kelurahan Rappocini masih tergenang apabila hujan turun. Jenis
RW 04 5546 5546 100% 3878 70% 6.9 100%
drainase di Kelurahan Rappocini ada dua yaitu drainase terbuka dan RW 05 1254 1254 100% 788 63% 2.1 100%
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia atau gabungan dari keduanya yang berakibat pada korban dan kerugian bagi keduanya
pula. Di dalam lingkup administrasi Kelurahan Rappocini sendiri berdasarkan kajian alur sejarah dan interpretasi dari peta resiko bencana diidentifikasi dua jenis bencana
yang sering menimpa yakni.
Banjir : disebabkan oleh debit air yang melimpah akibat air hujan dan tidak mampunya drainase untuk menampung dan tidak terintegrasi dengan baik sehingga
menyebabkan penumpukan air hujan yang menggenangi wilayah permukiman. Selain itu juga kurangnya daeerah resapan air yang ada di kelurahan.
Kebakaran : disebabkan oleh kosleting listrik hal ini diakibatkan karena banyaknya sirkulasi listrik yang tidak memadai. Hal yang mengakibatkan lambatnya penanganan
terhadap terjadinya kebakaran adalah kurang memadainya akses jalan (< 3 m) yang akan dilewati oleh mobil pemadam kebakaran untuk sampai ke lokasi bencana
Secara garis besar mekanisme penerapan pengamanan sosial dan lingkungan Indikator Masalah Analisis Potensi Solusi
dilaksanakan dengan alur mekanisme diawali dengan sosialisasi upaya pengamanan Kumuh
sosial dan lingkungan di setiap kegiatan pembangunan sarana prasarana kelurahan, Kebakaran Bangunan Mengikuti Adanya Pemasangan
mulai dari kegiatan perencanaan, pengusulan kegiatan, pelaksanaan konstruksi sampai padat bangunan yang kemauan Hydran
dengan tahapan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana prasarana. Prinsip dasar yang Masih ada sudah ada dan masyarakat kebakaran di
melandasi pengendalian dampak lingkungan adalah meminimumkan efek negative dan
rumah warga tidak mengikuti untuk ikut titik-titik yang
memaksimumkan dampak positif dari setiap kegiatan.
yang terbuat rencana detail tata berpartisipasi strategis.
Dari segi pengamanan dampak sosial dan lingkungan Kelurahan Rappocini dapat dilihat
dari ruang wilayah Masyarakat siap Pemenuhan
dalam tabel berikut:
bahan/material Kondisi ekonomi berswadaya dan listrik secara
Tabel 3.14 Resiko Terjadinya Bencana di Kelurahan Rappocini yang mudah masyarakat. bergotong legal dan untuk
terbakar seperti Sistem royong dalam tiap rumah
Resiko Permasalahan Arahan
dinding papan pemenuhan listrik melakukan tangga.
Kanal Kanal dengan sedimentasi yang Melakukan pengelolaan dengan baik.
dan atap yang masih perbaikan.
sebagai tinggi dan kualitas air yang sangat
rumbia. menyambung satu
saluran buruk akan menyebabkan
Pemasangan sama lain.
drainse kerusakan lingkungan terutama
jaringan aliran Instalasi listrik
primer pada kualitas air tanah.
listrik yang yang kurang
Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan kejadian bencana di semberawut. memadai.
Kelurahan Rappocini diukur dengan kondisi fisik dasar, sejarah, dan pola permukiman Akses jalan Akses jalan
yang ada. Potensi bencana yang terdapat di Kelurahan Rappocini ialah bencana banjir yang tidak di kurang dari ≤ 1,5
dan kebakaran. Data ini diperoleh dari tingkat kejadian yang pernah terjadi dan tingkat jangakau oleh M
kemungkinan yang akan terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel analisis mobil DAMKAR
resiko bencana berikut
Tabel 3.15 Analisis Resiko Bencana di Kelurahan Rappocini Banjir/ Saluran Kenaikan tanah Adanya Normalisasi
N Resiko genangan drainase primer pada dasar kanal kemauan sungai.
Tipologi Daerah Bencana Faktor Pendukung (kanal) tak dan drainase masyarakat Pembuatan
o Bencana
1. Banjir Daerah padat permukiman Pendangkalan drainase mampu lingkungan yang untuk ikut proteksi
yang tidak dilengkapi Besarnya debit air hujan yang tidak menampung mengalami berpartisipasi dinding sungai.
dengan SPAL yang sesuai dengan volume saluran drainase debit air. pendangkalan, Masyarakat siap Penataan
terhubung dengan menyebabkan air bias meluap. Kanal sehingga pada berswadaya dan sepanjang
dreinase tersier. mengalami musim hujan air bergotong bantaran
Daerah pinggir sungai pendakalan/Sed biasanya royong dalam sungai
imentasi oleh meluap/sungai melakukan
2. Kebakaran Permukiman Padat Bangunan terbuat dari bahan yang
karena erosi. tidak dapat perbaikan.
mudah terbakar (tidak permanen).
menampung debit
Instalasi listrik yang kurang memadai.
air yang mengalir
Jarak antar bangunan yang sangat
berdekatan.
Kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Rappocini meliputi RT001-RW001, RT001-RW002, RT002-RW002, RT003-RW002, RT004-RW002, RT001-RW003, RT002-RW003, RT004-RW003, RT005-RW003,
RT001-RW005, RT002-RW005 dengan luas sebesar 10,38 Ha, berdasarkan SK Walikota Kota Makassar Nomor: 050.05/1341/Kep/IX/2014. Karakteristik kawasan permukiman kumuh Kelurahan Rappocini
merupakan kawasan kumuh daerah dataran, kawasan pusat kota, pusat kegiatan perdagangan dan jasa. Baseline data kawasan permukiman kumuh Kelurahan Rappocini pada dasarnya adalah informasi dasar
yang telah dihimpun sebelum suatu program penanganan dimulai. Informasi dasar tersebut diuraiakan berdasarkan 7 aspek dan 19 kriteria penilaian permukiman kumuh serta keberadaan lokasi dan tipologi,
karakteristik, identifikasi legalitas lahan, identifikasi kondisi kekumuhan dan pertimbangan lainya.
Karakteristik Lokasi
Karakteritik Kawasan Kawasan Pusat Kota Kondisi pengolahan Sarana dan prasarana persampahan tidak sesuai dengan standar
Bersentuhan dengan Kawasan Pendidikan persampahan teknis
Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa Jumlah KK dengan sarpras pengolahan sampah yang tidak 139 KK
Identifikasi Legalitas Lahan sesuai standar teknis
Status Lahan Legal Sistem pengolahan persampahan tidak sesuai persyaratan teknis
Kesesuaian dengan Peruntukan Sesuai dengan Peruntukan RTRW Jumlah KK dengan sistem pengolahan sampah tidak sesuai -
RTRW standar teknis
Persyaratan Administrasi Jumlah bangunan hunian yang memiliki IMB - Unit Tidak-terpeliharanya sarana dan prasarana persampahan
Bangunan Hunian Jumlah KK dengan sarpras pengolahan sampah tidak terpelihara -
Identifikasi Kondisi Kekumuhan Kondisi proteksi Ketersediaan prasarana proteksi kebakaran
Kondisi Bangunan Ketidakteraturan bangunan kebakaran Jumlah bangunan tidak terlayani prasarana proteksi kebakaran -
Gedung Jumlah bangunan tidak memiliki keteraturan 95 unit Ketersediaan sarana proteksi kebakaran
Tingkat kepadatan bangunan 79 unit/ha Jumlah bangunan tidak terlayani sarana proteksi kebakaran 108 Unit
Luas Kawasan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan 0,6 Ha Pertimbangan Lainnya
Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis Nilai Strategi Lokasi Kawasan Pusat Kota
Jumlah bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis 72 unit Fungsi permukiman kepadatan tinggi
Kondisi Jalan Cakupan layanan jalan lingkungan Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi untuk dikembangkan
Lingkungan Panjang jalan ideal 845 meter Bersentuhan dengan kawasan pendidikan dan pusat kegiatan ekonomi
Panjang jalan eksisting 845 meter Kondisi Sosial dan Ekonomi Sistem ekonomi masyarakat subsisten dan komersil
Kualitas jalan lingkungan Masyarakat Dominan mata pencaharian masyarakat di sektor informal
Panjang jalan dengan permukaan rusak 226 meter Sistem nilai dan kekerabatan masyarakat masih baik
Kondisi Penyediaan Ketersediaan akses aman air minum
Air Minum Jumlah KK tidak terakses air minum aman 2 KK
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum
Jumlah KK tidak terpenuhi kebutuhan Air Minum 32 KK
minimalnya
Kondisi drainase Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air hujan
lingkungan Luas kawasan yang terkena genangan 0,07 Ha
Panjang drainase ideal 1.424 meter
Informasi Lokasi dan Tipologi Kondisi drainase Ketidakmampuan mengalirkan limpasan air hujan
Provinsi Sulawesi Selatan lingkungan Luas kawasan yang terkena genangan 0.48 Ha
Kota Makassar Panjang drainase ideal 546 meter
Kecamatan Rappocini Ketidaktersediaan drainase lingkungan
Kelurahan Rappocini Panjang saluran drainase eksisting 546 meter
Lingkungan RT003-RW002 Ketidakterhubungan dengan sistem drainase kota
Luas Permukiman 0.68 Ha Panjang saluran akses ke sistem kota -
Jumlah Penduduk 109 Jiwa
Tidak terpeliharanya sistem drainase
Jumlah Kepala Keluarga (KK) 27 KK
Panjang saluran drainase yang tidak dipelihara 546 meter
Jumlah Bangunan 15 Unit
Kualitas konstruksi sistem drainase
Koordinat 119° 25' 35,1"E
5° 9' 16,398"S
Panjang saluran drainase rusak 300 meter
Legalitas Lokasi Tercantum dalam SK Walikota Kondisi Pengelolaan Sistem pengolahan air limbah tidak sesuai dengan standar teknis
Tipologi Lokasi Kumuh Kumuh Dataran Rendah Air Limbah Jumlah KK tidak terakses sistem air limbah sesuai standar -
teknis
Karakteristik Lokasi Prasarana dan sarana pengolahan air limbah tidak memenuhi
Karakteritik Kawasan Kawasan Pusat Kota persyaratan teknis
Bersentuhan dengan Kawasan Pendidikan Jumlah KK dengan sapras air limbah tidak sesuai persyaratan -
Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa teknis
Identifikasi Legalitas Lahan Kondisi pengolahan Sarana dan prasarana persampahan tidak sesuai dengan standar
Status Lahan Legal persampahan teknis
Kesesuaian dengan Peruntukan Sesuai dengan Peruntukan RTRW Jumlah KK dengan sarpras pengolahan sampah yang tidak 27 KK
RTRW sesuai standar teknis
Persyaratan Administrasi Jumlah bangunan hunian yang memiliki IMB - Unit Sistem pengolahan persampahan tidak sesuai persyaratan teknis
Bangunan Hunian Jumlah KK dengan sistem pengolahan sampah tidak sesuai -
Identifikasi Kondisi Kekumuhan standar teknis
Kondisi Bangunan Ketidakteraturan bangunan Tidak-terpeliharanya sarana dan prasarana persampahan
Gedung Jumlah bangunan tidak memiliki keteraturan 5 unit Jumlah KK dengan sarpras pengolahan sampah tidak -
Tingkat kepadatan bangunan - terpelihara
Luas Kawasan memiliki kepadatan tidak sesuai - Kondisi proteksi Ketersediaan prasarana proteksi kebakaran
ketentuan kebakaran Jumlah bangunan tidak terlayani prasarana proteksi kebakaran 4 Unit
Ketidaksesuaian dengan persyaratan teknis
Ketersediaan sarana proteksi kebakaran
Jumlah bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis 11 unit
Jumlah bangunan tidak terlayani sarana proteksi kebakaran 15 Unit
Kondisi Jalan Cakupan layanan jalan lingkungan
Pertimbangan Lainnya
Lingkungan Panjang jalan ideal 273 meter
Nilai Strategi Lokasi Kawasan Pusat Kota
Panjang jalan eksisting 273 meter
Kualitas jalan lingkungan Fungsi permukiman kepadatan tinggi
Panjang jalan dengan permukaan rusak 183 meter Lokasi memiliki potensi sosial ekonomi untuk dikembangkan
Kondisi Penyediaan Ketersediaan akses aman air minum Bersentuhan dengan kawasan pendidikan dan pusat kegiatan
Air Minum Jumlah KK tidak terakses air minum aman - ekonomi
Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum Kondisi Sosial dan Ekonomi Sistem ekonomi masyarakat subsisten dan komersil
Jumlah KK tidak terpenuhi kebutuhan Air Minum - Masyarakat Dominan mata pencaharian masyarakat di sektor informal
minimalnya Sistem nilai dan kekerabatan masyarakat masih baik
Kriteria dan indikator merupakan tahapan untuk menilai lokasi permukiman kumuh berdasarkan parameter kekumuhan yang telah ditetapkan di dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 2 tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh di Kelurahan
Rappocini meliputi lingkungan RT001-RW001, RT001-RW002, RT002-RW002, RT003-RW002, RT004-RW002, RT001-RW003, RT002-RW003, RT004-RW003, RT005-RW003,
RT001-RW005, RT002-RW005 dengan luas sebesar 10,38 Ha, dilakukan penilaian kriteria dan indikator untuk penentuan tingkat kekumuhan kawasan yang akan ditangani.
untuk lebih jelasnya diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.27 Tabel Perhitungan Tingkat Kekumuhan Permukiman Kumuh Kelurahan Rappocini
SULAWESI 3 Kondisi Ketersediaan Akses - KK 0,00% 0
Provinsi Luas SK 10.38 Ha -
SELATAN Penyediaan Aman Air Minum
Kab/Kota : MAKASSAR Luas Verifikasi 10.38 Ha Air Minum Tidak terpenuhinya - KK 0,00% 0
-
Kecamatan : RAPPOCINI Jumlah Bangunan 465 Unit Kebutuhan Air Minum
Kawasan : RAPPOCINI Jumlah Penduduk 2,823 Jiwa Rata-rata Kondisi Penyediaan Air Minum 0.00%
Jumlah KK 678 KK 4 Kondisi Ketidakmampuan 25% - 50% area 2.80 Ha 26.97% 1
Kondisi Awal (Baseline) Drainase Mengalirkan Limpasan Air terjadi genangan
No Aspek Kriteria Parameter
Numerik Satuan Persentase Nilai Lingkungan > 30 cm, > 2 jam
1 Kondisi Ketidakteraturan 25% - 50% 200 Unit 43.01% 1 > 2x setahun
Bangunan Bangunan bangunan pada
Ketidaktersediaan 179 Meter 2.89% 0
Hunian lokasi tidak -
Drainase
memiliki
Ketidakterhubungan dgn
keteraturan - 272 Meter 4.39% 0
Sistem Drainase Kota
Kepadatan Tidak terpeliharanya 76% - 100% area 5619 Meter 90.70% 5
- - Ha 0,00% 0
Bangunan Drainase memiliki drainase
Ketidaksesuaian 25% - 50% lingkungan yang
dengan Persyaratan bangunan pada kotor dan berbau
Teknis Bangunan lokasi tidak
185 Ha 39.78% 1 Kualitas Konstruksi 25% - 50% area 2563 Meter 41.37% 1
memenuhi
Drainase memiliki kualitas
persyaratan
konstruksi
teknis drainase
Rata-rata Kondisi Bangunan Gedung 27.60% lingkungan buruk
2 Kondisi Cakupan Pelayanan
Rata-rata Kondisi Drainase Lingkungan 31.81%
Jalan Jalan Lingkungan - - Meter 0,00% 0 5 Kondisi Sistem Pengelolaan Air 2 KK 0.29% 0
Lingkungan Pengelolaan Limbah Tidak Sesuai -
Kualitas Permukaan 51% - 75% area Air Limbah Standar Teknis
Jalan lingkungan memiliki kualitas Prasarana dan Sarana
permukaan jalan 2008 Meter 52.20% 3 Pengelolaan Air Limbah
- 35 KK 5.16% 0
yang buruk Tidak Sesuai dengan
Persyaratan Teknis
Rata-rata Kondisi Jalan Lingkungan 26.10%
Kemudahan arus transportasi juga dipengaruhi oleh kondisi jalan-jalan penghubung di dalam kawasan yang berupa jalan lingkungan. Secara umum arus sirkulasi dari
dalam kawasan menuju pusat kegiatan kelurahan dan kegiatan perkotaan terbilang lancar dan mudah. Akan tetapi terdapat beberapa jaringan jalan dengan kondisi jalan
lingkungan yang masih sempit dan sebagian rusak masih menyulitkan sirkulasi kendaraan jika terjadi bencana khususnya bencana kebakaran.
Kelancaran proses transportasi yang ada wilayah Kelurahan Rappocini cenderung padat khususnya pada jaringan jalan utama kawasan yaitu jalan Rappocini Raya
dengan tingkat pergerakan kendaraan yang cukup tinggi, secara tidak langsung tingginya pergerakan pada jaringan jalan utama kawasan menpengaruhi sirkulasi pada jaringan
jalan lingkungan permukiman. Oleh karena itu, dalam pengembangan dan pingkatan kualitas jarigan tidak hanya dilakukan secara parsial pada unit-unit lingkungan
permukiman melainkan dilakukan integrasi dan konektifitas sistem jaringan infrastruktur permukiman.
RT 1 RW 1 RT 2 RW 3
Berdasarkan hasil perhitungan data numerik baseline 7
TOTAL NILAI 22 TOTAL NILAI 20
TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN indikator 19 parameter pada unit lingkungan permukiman kumuh
RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 21.73% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 19.68% Kelurahan Rappocini menunjukan dominan permukiman kumuh di
KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00%
Kelurahan Rappocini kategori kumuh ringan. Berdasarkan
RT 1 RW 2 RT 4 RW 3
intepertasi dan fakta dilapangan berdasarkan hasil pemetaan
TOTAL NILAI 36 TOTAL NILAI 20
TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN swadaya masyarakat (SKS) dan disepkati bersama bahwa prioritas
RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 36.06% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 22.93% penanganan di tahun pertama (2018) ditetapkan di RW 002
KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% dikarenakan unit lingkungan di RW 2 memiliki nilai pembobotan
RT 2 RW 2 RT 5 RW 3 tertinggi di Kawasan permukiman kumuh Kelurahan Rappocini,
TOTAL NILAI 23 TOTAL NILAI 18
yang merupakan zona 2, sedangkan Zona 2 (RW 003) memiliki
TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN
RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 24.26% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 20.85% nilai tertendah dan bahkan ada unit lingkungan tidak kumuh
KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% dikarena telah dilakukan penanganan di tahun 2017 melalui dana
RT 3 RW 2 RT 1 RW 5 KOTAKU (APBN), APBD, dan Swadaya Masyarakat. Dan pada zona
TOTAL NILAI 26 TOTAL NILAI 26 3 dan zona pencegahan perkembangan permukiman kumuh
TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN
diharapkan keberlanjutan program pencegahan dan peningkatan
RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 28.55% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 25.61%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% kualitas permukiman kumuh di Kelurahan Rappocini.
RT 4 RW 2 RT 2 RW 5
TOTAL NILAI 27 TOTAL NILAI 23
TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN
RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 26.29% RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 27.05%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00% KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00%
RT 1 RW 3
TOTAL NILAI 20
TINGKAT KEKUMUHAN KUMUH RINGAN
RATA2 KEKUMUHAN SEKTORAL 21.90%
KONTRIBUSI PENANGANAN 0.00%
Pola penanganan kawasan kumuh bila mengacu kepada UU. No 1 Tahun 2011 pasal 94-97 terdapat dua pola penanganan, yaitu pencegahan dan peningkatan kualitas
lingkungan permukiman. Pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan
masyarakat penghuni dilakukan untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru serta untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman.
Implementasi dari program ataupun kegiatan yang mengarah kepada pencegahan dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman itu, adalah sebagai berikut. Pertama,
pencegahan. Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui, dua kegiatan yaitu, pengawasan dan pengendalian: terutama dilakukan oleh pemerintah daerah mencakup
kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan pemberdayaan masyarakat: melakukan kegiatan
pemberdayaan kepada masyakat melalui pelaksanaan melalui pendampingan dan pelayanan informasi. Bisa dikatakan Program Kotaku secara umum masuk dalam kategori
penanganan kawasan kumuh ini. Kedua, peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Dalam upaya peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menetapkan kebijakan, secara holistik, penyelenggaraan perumahan dan permukiman harus dilakukan secara multisektoral
karena memerlukan koordinasi dengan berbagai bidang lain yang terkait dengan kegiatan pembangunan perumahan dan permukiman dan tidak dapat ditangani oleh satu
sektor saja. strategi, serta pola-pola penanganan yang manusiawi, berbudaya, berkeadilan, dan ekonomis. Pola peningkatan kualitas lingkungan permukiman itu dilaksanakan
melalui tiga kategori:
• Pemugaran, yakni kegiatan perbaikan bangunan gedung, prasarana, sarana, dan/atau utilitas umum yang dilakukan tanpa perombakan mendasar dan bersifat
parsial,terutama dilakukan kepada kawasan dalam kategori kumuh ringan.
• Peremajaan, yakni kegiatan yang dilaksanakan melalui pembongkaran dan penataan secara menyeluruh terhadap bangunan gedung, prasarana, sarana, dan/atau
utilitas umum. Biasanya dilakukan kepada kawasan yang masuk dalam kategori Kumuh Sedang.
• Permukiman kembali, yaitu dilakukan dengan memindahkan masyarakat terdampak ke lokasi dengan klasifikasi status lahan legal, biasanya dilakukan di kawasan yang
masuk dalam kategori kumuh berat.
Tema penanganan dan pengembangan kawasan Konsep penanganan dan pengembangan kawasan permukiman kumuh kelurahan Rappocini
Perumusan stategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh Kelurahan Rappocini, diawali dengan mengidentifikasi potensi dan permasalahan sebagai
kawasan permukiman kumuh berdasarkan hasil pemetaan permasalahan melaui SKS yang dilakukan masyarakat bersama BKM kemudian dielaborasi dengan strategi
penanganan permukiman kumuh skala perkotaan Kota Makassar melalui dokumen RP2KPKP sebagai berikut.
Tabel 4.1
Matriks SWOT Strategi Pencegahan dan Peningkatan Permukiman Kumuh Kelurahan Rappocini Aspek Fisik
Internal STRENGTHS (S) (Kekuatan) WEAKNESES (W) (Kelemahan)
1. Karakteristik lahan yang datar. 1. Infrastruktur jalan dan drainase pada kawasan permukiman mengalami
2. Status lahan legal. penurunan kualitas.
3. Berkedudukan di pusat kota. 2. Kondisi jaringan jalan buruk.
3. Degradasi fisik lingkungan.
4. Bersentuhan langsung dengan pusat kegiatan ekonomi dan lokasi
4. Kerapatan bangunan cukup tinggi 0-1 m.
pendidikan tinggi. 5. Sistem fungsi jaringan drainase belum berjalan optimal dan terstruktur
5. Aksesibilitas dan mobilitas kawasan cukup tinggi. terhadap sistem jaringan perkotaan.
6. Kondisi drainase tidak terpelihara.
7. Sistem pengelolahan air limbah belum memenuhi standar teknis pada kawasan
permukiman.
8. Sistem pelayanan air minum belum terpenuhi secara kuantitas dan kualitas.
9. Sistem pengelolaan persampahan belum optimal.
Eksternal 10. Sarana dan prasarana persampahan belum memenuhi standar pelayanan
minimum.
11. Tidak terdapat sistem proteksi kebakaran pada kawasan permukiman.
12. Ketersediaan ruang terbuka hijau belum memenuhi standar lingkungan
perkotaan berdasarkan fungsinya.
Tabel 4.2
Matriks SWOT Strategi Pencegahan dan Peningkatan Permukiman Kumuh Kelurahan Rappocini Aspek Ekonomi
Tabel 4.3
Matriks SWOT Strategi Pencegahan dan Peningkatan Permukiman Kumuh Kelurahan Rappocini Aspek Sosial
1. Peran kelembagaan masyarakat dalam pembangunan. 1. Perilaku masyarakat terhadap lingkungan relatif rendah.
2. Hubungan sosial masyarakat masih terjaga. 2. Peran pemuda dalam pembangunan penanganan permukiman
kumuh rendah.
3. Peran Kelembagaan belum berjalan optimal.
4. Cenderung memanfaatkan lingkungan sebagai media pembuangan
sampah.
Eksternal
5. Urban Crime
OPORTUNITY (O) (Peluang) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Keberadaan masyarakat multikultur menjadi motivasi terhadap 1. Mendorong peran aktif kelembagaan terhadap pembangunan 1. Pemberdayaan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan
pembangunan kawasan permukiman kumuh. kawasan permukiman. 2. Peningkatan peran serta pemuda dalam penanganan lingkungan
2. Akulturasi secara harmonis menjadi modal dalam pembangunan 2. Penguatan sistem sosial masyaraakat sebagai motivasi dalam permukiman kumuh.
kawasan permukiman Kumuh. pembangunan kawasan permukiman kumuh. 3. Penigkatan kapasitas kelembagaan masyarakat
3. Stratifikasi sosial dalam masyarakat yang berkesinambungan. 3. Alkulturasi secara positif dalam kerangka mendukung 4. Peningkatan kesedaran masyarakat terhadap infrastruktur
4. Sistem sosial masyarakat terbuka berkonstribusi positif terhadap harmonisasi dalam bermasyarakat. permukiman.
perkembangan aktivitas kawasan perkotaan. 4. Penguatan stratifikasi sosial masyarakat secara 5. Pemanfaatan teknologi secara positif dalm kerangka mengurangi
5. Pemanfaatan teknologi dalam membangun hubungan kerja sama berkesinambungan. tindak kriminalitas perkotaan.
antar masyarakat perkotaan.
TREATHS (T) (Ancaman) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Masyarakat cenderung lebih menyukai budaya luar yang dirasa 1. Optimalisasi peran kelembagaan terhadap pengaruh budaya 1. Pendidikan secara positif dan pengenalan lingkungan bersih dan
lebih modern, praktis, dan gaya. luar dalam kerangka menjaga jati diri dan karakteristik sehat dari usia dini di era globalisasi.
2. Menurunya eksistensi dan kearifan budaya lokal masyarakat lokal. 2. Mendorong kreativitas remaja di lingkungan permukiman tanpa
3. Penajaman stratifikasi sosial secara berlebihan berdampak pada 2. Penguatan sistem nilai dan sistem norma dalam masyarakat menghilangkan nilai kearifan lokal.
kesenjagan pelayanan sosial masyarakat perkotaan dalam mendukung keberlangsungan perkotaan secara 3. Pengendalian disparitas sosial melalui pemerataan pelayanan
4. Pola hidup masyarakat konsumsi harmonis aktivitas sosial masyarakat
5. Ketergantungan teknologi secara berlebihan berpengaruh 3. Penguatan sistem sosial dan prilaku masyarakat yang diikuti 4. Pelibatan masyarakat secara aktif dalam pemeliharaan lingkungan
terhadap prilaku dan gaya hidup masyarakat perkotaan pengendalian pola hidup masyarakat konsumsi permukiman.
4. Pemanfaatan IPTEK dalam pembangunan kawasan 5. Pengembangan masyarakat perkotaan
permukiman
Konsep Pencegahan:
Konsep Pencegahan: • Pemberdayaan Masyarakat,
• Pemberdayaan Masyarakat, diharapkan masyarakat lebih
diharapkan masyarakat lebih diberdayakan pada konteks
diberdayakan pada konteks pengembangan ekonomi serta
pengembangan ekonomi serta berperilaku hidup sehat, khususnya
berperilaku hidup sehat, berpartisipasi terhadap pengelolaan
khususnya berpartisipasi terhadap kebersihan lingkungan.
pengelolaan kebersihan • Pemberdayaan Pemerintah, lebih
lingkungan. didorong agar pola integrasi dan
• Pengendalian terhadap koordinasi terhadap penanganan
perkembangan permukiman di permukiman kumuh dapat
sepanjang kanal Panampu dioptimalkan
• Pemberdayaan Pemerintah, lebih
didorong agar pola integrasi dan Konsep Peningkatan:
koordinasi terhadap penanganan • Peningkatan kualitas infrastruktur
permukiman kumuh dapat permukiman
dioptimalkan • Peningkatan kesejahteraan
masyarakat
Konsep Peningkatan: • Pengembangan potensi ekonomi
• Peningkatan kualitas infrastruktur masyarakat berbasis karakteristik
permukiman lokal
• Peningkatan kesejahteraan • Penguatan kapasitas kelembagaan
masyarakat masyarakat
• Pengembangan potensi ekonomi
masyarakat berbasis karakteristik Konsep Pencegahan:
lokal • Pemberdayaan Masyarakat,
mendorong peran masyarakat
Konsep Pengembangan Skala terhadap pemeliharaan infrastruktur
Kawasan: permukiman yang telah dibangun
• Petataan kawasan sepanjang • Pengawasan pemerintah
sempadan Kanal Panampu
• Pengintegrasian sistem Konsep Peningkatan:
infrastruktur permukiman pada • Peningkatan kualitas infrastruktur
kawasan bantaran Kanal permukiman
Panammpu yang terintegrasi • Peningkatan kesejahteraan
dengan sistem perkotaan. masyarakat
• Penguatan kapasitas kelembagaan
Tabel 4.4 Kajian dan Analisi Pentagonal Aset Skala Kelurahan Rappocini
KELURAHAN RAPPOCINI
Gambar 4.1 Peta Sebaran KSM di Kelurahan Rappocini
KELURAHAN RAPPOCINI
Gambar 4.2 Peta Sebaran Ekonomi di Kelurahan Rappocini
proses pelaksanaan pembangunannya. Baik dalam peningkatan fisik lingkungan maupun Bangunan Hunian
lupa akan partisipasi pemerintah, swasta dan masyarakat itu sendiri. Bentuk kerjasama Peningkatan Kualitas Bangunan Hunian (Rehab
RW 005/RT 002
Kawasan Rumah Tidak Layak)
Permukiman Kumuh
yang akan dijalin dari masing-masing pihak disesuaikan dengan tawaran program-program Kelurahan 10,38 Jalan Lingkungan
Rappocini (RW 1, 2, Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
Konsep KOTAKU yangitu Kolaborasi pada kawasan prioritas ini. “Indikasi Program 3, dan 5) (Paving Blok)
RW 001/RT 001
permukiman kelurahan menjadi kawasan bebas kumuh sampai tahun 2019, maka perlunya Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
(Paving Blok)
RW 002/RT 002
penyusunan kegiatan-kegiatan/program perencanaan jangka menengah (5tahun) yang Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
RW 002/RT 002
(Paving Blok)
dilengkapi oleh estimasi biaya, manfaat, pelaksana, pemanfaat serta sumber dana yang Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
RW 002/RT 003
(Paving Blok)
didapatkan. Hal ini di susun dengan tujuan setiapstakeholdersdapat mempersiapkan dan Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
RW 002/RT 004
(Paving Blok)
mengkondisikan pembiayaannya pada kegiatan yang sesuai dengan harapannya.Tahapan Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
RW 005/RT 001
(Paving Blok)
pembangunan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan kemendesakan, seperti Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
RW 003/RT 005
(Paving Blok)
penanggulangan bencana dan kebutuhan dasar permukiman Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
RW 005/RT 001
(Paving Blok)
Berdasarkan konsep penanganan, strategi dan kebutuhan penanganan yang telah Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan
RW 005/RT 002
(Paving Blok)
dirumuskan maka skenario pentahapan penanganan kawasan permukiman kumuh untuk Pengadaan Lampu Jalan RW 003/RT 004
Pengadaan Lampu Jalan RW 003/RT 005
setiap tahunnya dengan target 0% kumuh di tahun 2019.
Pengadaan Sambungan PDAM RW 003/RT 001 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 001/RT 006
Pengadaan Sambungan PDAM RW 003/RT 002 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 001
Pengadaan Sambungan PDAM RW 003/RT 004 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 002
Pembangunan Reservoir RW 001/RT 001 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 003
Pembangunan Reservoir RW 002/RT 004 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 004
Pembangunan Reservoir RW 003/RT 005 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 001
Pembangunan Reservoir RW 005/RT 001 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 002
Drainase Lingkungan Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 004
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 001/RT 001 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 005
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 002/RT 001 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 005/RT 001
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 002/RT 002 Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 005/RT 002
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 002/RT 003 Pembangunan TPST RW 003/RT 005
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 003/RT 001 Penyediaan hydrant kebakaran RW 002/RT 004
Kawasan Permukiman
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 005/RT 001 Penyediaan hydrant kebakaran RW 003/RT 001
Kumuh Kelurahan
10,38 Penyediaan hydrant kebakaran RW 003/RT 004
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 003/RT 004 Rappocini (RW 1, 2, 3,
dan 5)
Kawasan Permukiman Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 003/RT 005 Penyediaan hydrant kebakaran RW 005/RT 001
Kumuh Kelurahan Ruang Terbuka Hijau
10,38 Perkejaan Plat drainase RW 001/RT 001
Rappocini (RW 1, 2, 3,
Perkejaan Plat drainase RW 002/RT 001 Penataan Lorong Hijau /Pergola RW 001/RT 001
dan 5)
Perkejaan Plat drainase Penataan Lorong Hijau /Pergola RW 002/RT 001
RW 002/RT 002
Perkejaan Plat drainase RW 002/RT 002 Penataan Lorong Hijau /Pergola RW 002/RT 002
Pemerintah Indonesia dalam memenuhi target RPJMN 2015-2019 dalam perkembangannya Pemerintah Indonesia bersiap untuk menjalankan amanat SDG’s dimana
didalamnya mengangkat isu-isu mengenai kemiskinan, lingkungan hidup, ketahanan pangan, energi serta isu mempromosikan pembangunan pemukiman manusia yang
berkelanjutan. Pencanangan zero kumuh 2019 telah diikuti dengan arah kebijakan dan strategi yang fokus serta alokasi anggaran yang memadai diawali di tahun pertama
implementasi RPJMN 2015-2019. Langkah awal dalam mengejar target zero kumuh 2015 sebenarnya telah dimulai oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Ditjen Cipta Karya semenjak tahun 2014 dengan menyusun road map penanganan kumuh serta pemutakhiran data kumuh yang dilaksanakan secara koordinatif dengan
kementerian/lembaga yang berkaitan serta pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) pendekatan
keterpaduan program penanganan kumuh Rappocini adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan semua sumber pembiayaan dari
pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan swasta.
Keberlanjutan
2018 2019 Program
Penanganan
• Penyediaan bangunan • Keberlanjutan
• Peningkatan
hunian layak bagi program
Kualitas
masyarakat MBR penanganan
Infrastruktur
• Peningkatan fisik lingkungan
Permukiman
kebersihan lingkungan • Keberlanjutan
• Penataan
permukiman program
Sepanjang
• Penataan Sepanjang pengembangan
Sempadan Kanal
Sempadan Kanal ekonomi
Panampu
Panampu masyarakat
• Penyediaan RTH
• Pengawasan dan • Keberlanjutan
• Pengawasan dan
Pengendalinan penanganan
Pengendalinan
• Pemberdayaan sosial
• Pemberdayaan
Masyarakat masyarakat
Masyarakat
• Penguatan Kapasitas
• Penguatan
Kelembagaan
Kapasitas
• Pengembangan
Kelembagaan
ekonomi kerakyatan
Kelurahan Permukiman Perkotaan Penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata Pemerintah Daerah Partisipatif-Fasilitatif
Permukiman kumuh/terindikasi kumuh yang ruang, SPM, aturan dan standar teknis, serta dokumen
berada di lingkup peruntukan permukiman perencanaan lainnya (SPPIP/RP3KP) yang terkait dengan bidang
perkotaan Cipta Karya
Pencegahan permukiman kumuh yang sudah ditangani agar Pemerintah Daerah Partisipatif-Fasilitatif,
tidak kembali menjadi kumuh melalui upaya : pengawasan dan Masyarakat pemberdayaan
pengendalian; dan pemberdayaan masyarakat masyarakat
5.3.2 RENCANA PENINGKATAN PENGAWASAN yang dilakukan setelah dari kegiatan suatu evaluasi ditemukan permasalahan-
Pengawasan Suatu usaha atau kegiatan untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan permasalahan yang mendasar.
ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang sehingga • Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
tidak menimbulkan permukiman kumuh baru yang dilakukan dalam bentuk : pengawasan dan penertiban terhadap implementasi rencana sebagai tindak lanjut
• Pelaporan adalah usaha atau kegiatan memberi informasi secara obyektif dari penyusunan atau adanya rencana, agar pemanfaatan ruang sesuai dengan
mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai rencana tata ruang. Dengan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang, maka dapat
dengan rencana tata ruang. diidentifikasi sekaligus dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya penyimpangan
• Pemantauan adalah usaha atau kegiatan mengamati, mengawasi dan memeriksa pemanfaatan ruang.
dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang tidak sesuai Adapun arahan pembinaan terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang. Pemantauan rutin terhadap perubahan tata ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah didasarkan
dan lingkungan dilakukan oleh Pemerintah Kelurahan dengan mempergunakan pada bentuk pelanggaran yang dilakukan, sebagai berikut :
semua laporan yang masuk, baik yang berasal dari individu masyarakat, 1. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang
Organisasi kemasyarakatan, aparat RT dan RW. Pemantauan ini menjadi Kegiatan pembinaan yang dilakukan antara lain peringatan, penghentian
kewajiban perangkat Pemerintah Kelurahan sebagai kelanjutan dari temuan kegiatan/pembangunan dan pencabutan sementara izin yang telah diterbitkan dan
pada proses pelaporan yang kemudian ditindak lanjuti bersama-sama pencabutan tetap izin yang diberikan.
berdasarkan proses dan prosedur yang berlaku. 2. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi intensitas pemanfaatan ruang
• Evaluasi adalah usaha atau kegiatan untuk menilai kemajuan kegiatan yang menyimpang
pemanfaatan ruang secara keseluruhan setelah terlebih dahulu dilakukan Penyimpangan intensitas pemanfaatan ruang dan pembangunan mencakup besar
kegiatan pelaporan dan pemantauan dalam mencapai tujuan rencana tata luasan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) atau
ruang. Inti evaluasi adalah menilai kemajuan seluruh kegiatan pemanfaatan Koefisien Dasar Hijau (KDH) yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang atau
dalam mencapai tujuan rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan secara terus ketentuan lainnya yang berlaku. Dalam kaitan ini, bentuk kegiatan yang dapat
menerus dengan membuat potret tata ruang. Setiap tahunnya hal ini dibedakan diterapkan adalah penghentian kegiatan, atau pembatasan kegiatan pada luasan
dengan kegiatan peninjuan kembali yang diamanatkan UU Penataan Ruang. yang sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Peninjauan kembali adalah usaha untuk menilai kembali kesahihan rencana tata 3. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
ruang dan keseluruhan kinerja penataan ruang secara berkala, termasuk teknis
mengakomodasi pemuktahiran yang dirasakan perlu akibat paradigma serta Ketentuan teknis yang dimaksud mencakup garis sempadan bangunan (GSB), parker
peraturan atau rujukan baru dalam kegiatan perencanaan tata ruang yang serta prasarana lainnya yang ditetapkan dalam rencana tapak kawasan atau Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), atau standar yang telah ditetapkan. pertimbangan dan tujuan untuk melindungi kepentingan umum, menghindari
Kegiatan pembinaan yang dilakukan adalah penghentian kegiatan dan eksternalitas negatif, menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta
pemenuhan persyaratan teknis. standar dan kualitas minimum yang ditetapkan Pemerintah Kota. Adapun
4. Pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang tetapi bentuk pemanfaatan arahan perizinan pemanfaatan ruang diarahkan dalam bentuk peraturan
ruang menyimpang. rekomendasi tata ruang, meliputi :
Dalam kaitan ini, pembinaan yang dilakukan adalah penghentian kegiatan dan a. Izin lokasi yang menyangkut ruang;
penyesuaian bentuk pemanfaatan ruang. b. Izin ruang yang mencakup koefisien lantai bangunan dan garis sempadan
Dengan demikian, bentuk pembinaan dapat dilaksanakan melalui : bangunan;
a. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang; c. Izin kualitas ruang yang merupakan kondisi ruang yang harus dicapai
b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang setelah dimanfaatkan.
penataan ruang;
5.3.3 RENCANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
c. Memberikan bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan
Rencana pemberdayaan masyarakat dalam penyusunan dan penerapan aturan
ruang;
bersama serta pengelolaan pemanfaatan dan Pemeliharaan. Pola yang ingin
d. Pendidikan dan pelatihan;
dibangun adalah dengan pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan dan
e. Penelitian dan pengembangan;
pelayanan informasi melalui :
f. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
a. Memberikan petunjuk atau penjelasan kepada masyarakat terkait pencegahan
g. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan
terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman
h. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
kumuh.
Pengendalian pembangunan dapat dilakukan dengan dua cara terutama sekali
b. Menyusun norma dan aturan bersama terkait pencegahan terhadap tumbuh
dalam kaitannya dengan rencana pengembangan kawasan budi daya. Sementara
dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh.
itu, mengenai rencana pemanfaatan ruang di kawasan budi daya pada dasarnya
c. Penguatan kapasitas kelembagaan.
memberikan arahan kegiatan pemanfaatan ruang yang dapat dilakukan, dalam hal
d. Menjalin kerjasama antara masyarakat, pemerintah dan swasta.
ini prosedur perizinan diperlukan untuk mengarahkan pemanfaatan ruang pada
e. Memberikan Informasi baik melalui media elektronik, cetak, maupun secara
kawasan budi daya.
langsung kepada masyarakat, terkait dengan: (1) rencana tata ruang; (2)
Adapun arahan perizinan dalam pemanfaatan ruang Kelurahan Rappocini adalah
penataan bangunan dan lingkungan; (3) perizinan dan (4) standar perumahan
Setiap kegiatan pemanfaatan ruang wajib memiliki izin dari Pemerintah Kelurahan
dan permukiman.
dan/atau Pemerintah Kota. Pelaksanaan perizinan tersebut didasarkan atas
f. Menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur dan kebudayaan masyarakat.
Tujuan adanya Livelihood Menguatkan kelembagaan, kegiatan usaha dan kesempatan kerja, serta akses KSM terhadap 5 sumber daya (potensi aset) secara mandiri,
berkesinambungan, responsif gender, memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan yang berorientasi pada peningkatan penghidupan masyarakat dan mendukung
terciptanya kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.
Sasaran Kegiatan Livelihood
Penguatan kelembagaan KSM
KSM yang menerapkan prinsip PANCA SUTRA (pertemuan rutin, pembukuan, pinjaman, pengembalian, tabungan)
Perkembangan KSM : Tunas TumbuhKembang
Penguatan kegiatan usaha KSM
Pendekatan kegiatan usaha adalah melalui pentagonal asset
Dari pentagonal asset, kegiatan usaha digolongkan menjadi 2 yaitu usaha produktif dan usaha non produktif
Kategori perkembangan usaha KSM potensial 1, potensial 2 dan potensional 3
Kegiatan penghidupan berkelanjutan atau Livelihood yang diusung dalam KOTAKU, yaitu menitik beratkan pada peningkatan akses usaha dan akses lapangan kerja bagi
kelompok miskin/MBR melalui strategi penguatan kelompok, pendekatan berbasis kebutuhan dan inisiatif masyarakat .
Kelompok miskin/MBR dapat dimaksimalkan potensinya asset yang dimiliki melalui cara berkelompok. Ke-lima asset tersebut, atau disebut sebagai Pentagonal Asset, adalah:
Manusia, Sosial, Infrastuktur, Keuangan, Alam.
117 145
1 0 0 6
Jumlah KRT KRT MBR KRT Non MBR
Kelurahan
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
Rappocini 1117 591 526
Jumlah dan Kelembagaan KSM Ekonomi Kelurahan Rappocini Jenis Usaha & Potensi Pengembangan Usaha KSM
Pemetaan Anggota KSM
Jumlah KSM Ekonomi Memiliki Usaha Tidak Memiliki Usaha
Series1 Series2
12% 150
Memiliki Usaha 88%
100% Orang
KSM Ekonomi adalah KSM yang menerima dana RLF dari Program, Dari 29% usaha produktif, potensi pengembangan usaha anggota KSM adalah
dengan rincian sebagai berikut : sbb:
1. Terdapat 11 KSM (32%) Baik KSM lancar dalam pengembalian pinjaman < Usaha KSM di Kelurahan Rappocini Kebanyakan Penjual Makanan ( Misalnya:
3 bulan Kue, Songkolo, Nasi Kuning, Catering ) Minuman,Penjual Barang Campuran,
2. Terdapat 23 KSM (68%%) Kurang baik dalam pengembalian pinjaman > 3 Jual Pulsa, Jual Parfum & Bengkel
bulan
menengah (UMKM); UMKM ini di tujukan untuk skala ekspor yaitu kredit usaha • Pelatihan Daur Ulang Sampah membuat bosara dari cincin teh botol &
rakyat berorientasi ekspor; Untuk mengembangkan UMKM ini salah satunya yang di membuat sendal dari tanaman enceng gondok
5.5. RENCANA AKSI PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN RAPPOCINI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA
MAKASSAR
Rencana aksi penanganan kumuh perkotaan yang dihasilkan meliputi infrastruktur keciptakaryaan maupun komponen sektor terkait lainnya, dan disusun sampai dengan
tingkat kedalaman yang bersifat operasional (jenis/komponen, volume, kegiatan, lokasi dan sumber pendanaan). Rencana Aksi Program Penanganan Permukiman Kumuh
Perkotaan Merupakan bagian yang Dokumen Rencana Aksi Program Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan (Memorandum Program) berupa Rencana Program dan
Rencana Investasi pada lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota secara bersama oleh seluruh stakeholders.
Program penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas merupakan program penanganan kawasan permukiman kumuh Kelurahan Rappocini yang dirinci sesuai dengan
permasalahan, kebutuhan penanganan kawasan yang lebih detil, serta konsep penanganan kawasan permukiman kumuh prioritas. Program penanganan kawasan
permukiman kumuh prioritas meliputi aspek fisik dan aspek non fisik, hal ini mengingat penanganan kawasan permukiman kumuh tidak hanya dilakukan dengan pendekatan
fisik, tapi juga dengan pendekatan non fisik. Adapun program fisik yang diusulkan meliputi pengembangan perumuhan, jaringan jalan lingkungan, jaringan drainase, jaringan
air minum, persampahan, dan air limbah, sistem proteksi kebakaran, serta lainnya. Sedangkan dalam aspek non fisik meliputi pemberdayaan masyarakat, penguatan
kapasitas kelembagaan di kawasan permukiman kumuh. Penjelasan mengenai rencana aksi penanganan kumuh Kelurahan Rappocini Kota Makassar dapat dilihat pada Tabel
rencana investasi penanganan permukiman kumuh di Kelurahan Rappocini.
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 001/RT 001 Meter 260 354,100.00 92,066,000.00 92,066,000.00 APBD
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 002/RT 001 Meter 254 354,100.00 89,941,400.00 89,941,400.00 APBN (KOTAKU)
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 002/RT 002 Meter 500 354,100.00 177,050,000.00 60,551,000.00 116,499,000.00 APBN (KOTAKU)
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 002/RT 003 Meter 211 354,100.00 74,715,100.00 74,715,100.00 APBN (KOTAKU)
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 002/RT 004 Meter 200 354,100.00 70,820,000.00 70,820,000.00 APBN (KOTAKU)
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 003/RT 001 Meter 50 354,100.00 17,705,000.00 17,705,000.00 APBN (KOTAKU)
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 005/RT 001 Meter 32 354,100.00 11,331,200.00 11,331,200.00 APBN (KOTAKU)
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 003/RT 004 Meter 150 354,100.00 53,115,000.00 53,115,000.00 APBN (KOTAKU)
Perbaikan dan Normalisasi Drainase Lingkungan RW 003/RT 005 Meter 132 354,100.00 46,741,200.00 46,741,200.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 001/RT 001 Meter 160 500,000.00 80,000,000.00 80,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 002/RT 001 Meter 100 500,000.00 50,000,000.00 50,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 002/RT 002 Meter 300 500,000.00 150,000,000.00 150,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 002/RT 002 Meter 190 500,000.00 95,000,000.00 95,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 002/RT 003 Meter 200 500,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 002/RT 004 Meter 200 500,000.00 100,000,000.00 100,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 003/RT 001 Meter 50 500,000.00 25,000,000.00 25,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 005/RT 001 Meter 32 500,000.00 16,000,000.00 16,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Perkejaan Plat drainase RW 003/RT 005 Meter 132 500,000.00 66,000,000.00 66,000,000.00 APBN (KOTAKU)
Normalisasi Kanal RW 005/RT 001 Meter 210 4,645,000.00 975,450,000.00 975,450,000.00 APBD KOTA MAKASSAR
Normalisasi Kanal RW 005/RT 002 Meter 113 4,645,000.00 524,885,000.00 524,885,000.00 APBD KOTA MAKASSAR
Air Limbah 1,232,500,000.00 - - 464,000,000.00 348,000,000.00 420,500,000.00
Pembangunan MCK On-Site System RW 002/RT 001 Unit 13 14,500,000.00 188,500,000.00 188,500,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 002/RT 002 Unit 2 14,500,000.00 29,000,000.00 29,000,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 002/RT 003 Unit 2 14,500,000.00 29,000,000.00 29,000,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 002/RT 004 Unit 5 14,500,000.00 72,500,000.00 72,500,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 003/RT 001 Unit 12 14,500,000.00 174,000,000.00 174,000,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 003/RT 002 Unit 5 14,500,000.00 72,500,000.00 72,500,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 003/RT 004 Unit 4 14,500,000.00 58,000,000.00 58,000,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 003/RT 005 Unit 13 14,500,000.00 188,500,000.00 188,500,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 005/RT 001 Unit 6 14,500,000.00 87,000,000.00 87,000,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan MCK On-Site System RW 005/RT 002 Unit 23 14,500,000.00 333,500,000.00 333,500,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Persampahan 552,204,000.00 - 197,400,000.00 33,000,000.00 321,804,000.00 -
Pengadaan Motor Sampah RW 2,RW 3,RW 1,dan RW 5 Unit 6 25,000,000.00 150,000,000.00 150,000,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 001/RT 001 Unit 36 300,000.00 10,800,000.00 10,800,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 001/RT 006 Unit 8 300,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 001 Unit 13 300,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 002 Unit 19 300,000.00 5,700,000.00 5,700,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 003 Unit 26 300,000.00 7,800,000.00 7,800,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 002/RT 004 Unit 56 300,000.00 16,800,000.00 16,800,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 001 Unit 12 300,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 002 Unit 8 300,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 004 Unit 22 300,000.00 6,600,000.00 6,600,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 003/RT 005 Unit 13 300,000.00 3,900,000.00 3,900,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 005/RT 001 Unit 39 300,000.00 11,700,000.00 11,700,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pengadaan Tong Sampah Pilah (sampah 3R) RW 005/RT 002 Unit 16 300,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 APBN/APBD KOTA MAKASSAR
Pembangunan TPST RW 003/RT 005 Unit 1 321,804,000.00 321,804,000.00 321,804,000.00 APBD Kota Makassar
Pelatihan pengelolaan limbah rumah tangga Ls 1 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 APBD Kota Makassar
Kawasan Permukiman
Pelatihan pengembangan program penghijauan Kumuh Kelurahan Rappocini 10,000,000.00 APBD Kota Makassar
Ls 1 10,000,000.00 10,000,000.00
(RW 1, 2, 3, dan 5)
Pelatihan kewirausahaan Ls 1 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 APBD Kota Makassar
Bantuan modal usaha bagi MBR KK 364 10,000,000.00 3,640,000,000.00 910,000,000.00 910,000,000.00 910,000,000.00 910,000,000.00 APBN
Sosialisasi peran pemuda dalam penanganan
Ls 1 10,000,000.00 10,000,000.00 10,000,000.00 APBD Kota Makassar
lingkungan permukiman
Penguatan kapasitas kelembagaan dan modal sosial
Ls 1 15,000,000.00 15,000,000.00 15,000,000.00 APBD Kota Makassar
masyarakat
Jumlah Total (Fisik + Non Fisik) 13,137,828,900.00 1,803,475,900.00 2,117,199,000.00 2,781,115,000.00 3,933,354,000.00 2,502,685,000.00
BAB 6
DESAIN TEKNIS KAWASAN
PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH PRIORITAS
BAB 6. DESAIN TEKNIS KAWASAN PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH PRIORITAS
E
4 • Mendorong Kesadaran
Masyarakat terkait
pemeliharaan lingkungan
permukiman.
Gambar 6.1
Rumah Berorientasi Terhadap Jalan dan Kanal
Gambar 6.2 Rencana Penataan Bangunan di Kawasan Prioritas Kelurahan Rappocini
SEBELUM
SESUDAH
Gambar 6.4
Rencana Desain Perbaikan Rumah
Gambar 6.3
Rencana Peningkatan Kualitas Bangunan Hunian Tidak Layak Huni di Lokasi Prioritas Terpilih Kelurahan Rappocini
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
KELURAHAN RAPPOCINI
6.9. DETAIL DESIGN ENGGINEERING (DED) PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH KELURAHAN RAPPOCINI
Detail engineering design pada prinsipnya adalah hasil design yang dibuat dalam bentuk gambar detail yang siap untuk diimplementasikan. DED yang dihasilkan
tersebut merupakan acuan untuk pelaksanaan fisik dilapangan, keluaran DED tersebut berupa:
1. Gambar detail
2. Rencana anggaran biaya (RAB) untuk pelaksanaan fisik
3. Spesifikasi teknis yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan fisik dilapangan dan
4. RKS yang akan dijadikan pedoman pada saat pelelangan pekerjaan
Detail Engineering Design (DED) untuk penaganan kawasan permukiman kumuh prioritas Kelurahan Rappocini Kecamatan Rappocini Kota Makassar dapat dilihat
pada dokumen DED.
Masalah perumahan dan permukiman merupakan masalah yang kompleks dan perlu mendapatkan perhatian, hal ini disebabkan karena rumah merupakan kebutuhan dasar
manusia yang masih belum dapat dipenuhi oleh seluruh masyarakat. Pembangunan perumahan dan permukiman yang kurang terpadu, terarah, terncana dan kurang
memperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana dasar seperti air bersih, sanitasi (MCK), system pengelolaan sampah akan cenderung mengalami degradasi kualitas
lingkungan atau yang kemudian diterminologikan sebagai ‘Kawasan Kumuh’.
Berdasarkan hasil identifikasi, permasalahan yang menjadi penyebab terbentuknya kawasan kumuh di Kelurahan Rappocini, antara lain:
1. Jumlah Kepala Keluarga MBR di Kelurahan Rappocini relative tinggi yaitu 359 KK dari jumlah total 641 KK. Mata pencaharian utama MBR adalah perdagangan dan jasa.
Namun, masyarakat belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk memasarkan hasil produksi sehingga hal inilah yang menyebabkan rendahnya jumlah pendapatan.
Rendahnya jumlah pendapatan berdampak pada kondisi bangunan hunian yang tidak layak huni, masyarakat belum mampu membangun MCK yang sesuai persyaratan
teknis dan msyarakat belum mampu memanfaatkan air yang bersumber dari PDAM.
2. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya memelihara lingkungan yang sehat masih rendah.
3. Prasarana jalan lingkungan dan pengaman bahaya kebakaran yang belum memadai.
4. Prasarana drainase lingkungan yang belum memadai sehingga menimbulkan genangan pada musim hujan.
5. Terjadinya sedimentasi pada kanal menyebabkan air meluap pada musim hujan (kanal tidak mampu menampung volume air).
6. Tidak adanya daerah resapan air.
7. Sarana dan prasarana pengolahan sampah belum memadai.
8. Tidak tersedianya RTH publik.
Dari berbagai faktor penyebab serta konsep penataaan lingkungan, maka dapat disimpulkan bahwa penataan kawasan permukiman kumuh harus dilakukan dengan
memadukan dan engkolaborasikan onsep penataan kawasan dengan konsep penataan secara terpadu, dimana terjadi saling keterkaitan antara penataan lingkungan binaan
dan pengendalian lingkungan dengan penegakan aturan. Hal ini dimaksudkan agar terjadi control terhadap berbagai permasalahan permukiman dikemudian hari demi untuk
terwujudnya pembangunan yang membahagiakan dengan lingkungan yang aman, nyaman dan bersih.
Perlunya dilaksanakan kegiatan sosialisasi dan pendampingan yang menerus kepada masyarakat tentang cara mengelolah lingkungan yang sehat, aman dan tertib.
Perlunya melakukan studi analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberdayaan masyarakat terkait konsep penataan untuk menangani masalah kepadatan
penduduk dan keterbatasan lahan.
Dalam melakukan penataan lingkungan, khususnya pada prasarana lingkungan permukiman, pihak pemerintah perlu memperhatikan pendapat dan pelibatan masyarakat
agar perbaikan lingkungan dapat dilaksanakan dan dirasakan merata oleh seluruh masyarakat.
Penting untuk melihat dan memperluas pemangku kepentingan yang memiliki peran strategis. Pemangku kepentingan yang dilibatkan harus berperan penuh, konsisten,
dan efektif dalam proses membuat keputusan, seperti:
1. Peran swasta atau perusahaan untuk pendanaan;
2. Peran komunitas, gerakan, atau relawan untuk pelaksanaan;
3. Peran masyarakat membangun kepercayaan dan pembelajaran bersama;
4. peran perguruan tinggi dalam kerjasama kajian studi, identifikasi masalah perkotaan, perencanaan pembangunan, atau evaluasi pembangunan.
Pelibatan stakeholder seharusnya sudah dilakukan pada tahapan awal atau inisiasi program untuk menentukan peran masing-masing dan membuat proses lebih efektif
dan efisien.
Perlunya memperkuat budaya kreatif dan inovatif pada seluruh tingkatan atau level Pemerintahan dalam melaksanakan manajemen perkotaan di bidang permukiman,
dapat melalui workshop yang konsisten, kerjasama intensif, diskusi memunculkan ide baru, atau gerakan bersama kepada semua pihak untuk terlibat dalam permasalahan
perkotaan.
Perlunya memperkuat sistem informasi permukiman, melibatkan media massa untuk menginformasikan di bidang permukiman rakyat, hingga meningkatkan penggunaan
sosial media di semua tingkatan SKPD dalam melakukan sosialisasi, persuasi pelibatan, gerakan relawan, dan agenda program kepada masyarakat luas.
Pelibatan, kemitraan, dan pengorganisasian peran stakeholder seharusnya dilakukan dan difasilitasi oleh pemerintah setempat agar proses pengambilan keputusan dapat
legal, efektif, dan dapat langsung diimplementasikan. Namun, peran pemerintah disini hanya sebagai fasilitator dan konsultasi, bukan sebagai penentu utama pengambilan
keputusan.
Kebakuan atau kekakuan proses perencanaan harus dihindari, seperti hirarki formal tingkatan pemerintah, birokrasi yang berbelit-belit, atau bahkan minimnya partisipasi
karena dibatasi aspek hukum yang berlaku.