Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA AGROWISATA KEBUN KOPI


RAKYAT DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP
KABUPATEN KUBU RAYA

HASBI ASSIDDIQ
NIM. C1021181042

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA AGROWISATA KEBUN KOPI


RAKYAT DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP
KABUPATEN KUBU RAYA

HASBI ASSIDDIQ
NIM. C1021181042

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA AGROWISATA KEBUN KOPI


RAKYAT DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP
KABUPATEN KUBU RAYA

Oleh:
HASBI ASSIDDIQ
NIM. C1021181042

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Tim Pembimbing
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr. Dra. Eva Dolorosa, MM. M Dr. Wanti Fitrianti, SP. M.Si
NIP. 196707151994032005 NIP. 198507012010122007

Disahkan Oleh :
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr Ir. Erlinda Yurisinthae, M.P


NIP. 197001031994022001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Analisis Finansial Usaha Agrowisata Kebun Kopi Rakyat di
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya” tepat pada waktunya.

Penulisan proposal penelitian ini merupakan satu diantara syarat yang harus di
penuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Dra.
Eva Dolorosa, MM. M.Sc selaku Dosen Pembimbing Pertama dan Dr. Wanti
Fitrianti, SP. M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua yang bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sejak awal hingga akhir
selesainya penulisan proposal penelitian ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Denah Suswati, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
2. Dr Ir. Erlinda Yurisinthae, M.P. selaku Dosen penguji pertama sekaligus
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura yang telah bersedia memberikan masukan dan saran kepada
penulis
3. Anita Suharyani, SP, M.P. selaku Dosen penguji kedua yang telah bersedia
memberikan masukan dan saran kepada penulis
4. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Prodi Agribisnis Universitas
Tanjungpura Pontianak yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama masa kuliah
5. Kedua orang tua tercinta Bapak Karwadi dan Ibu Arjuna serta Kakak tercinta Diah
Tursina, atas cucuran keringat, kesabaran, dukungan moril dan material serta doa
yang selalu diberikan kepada penulis.

i
6. Untuk seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih atas bantuan doa dan kasih sayangnya kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Prodi Agribisnis
Universitas Tanjungpura , khususnya Agribisnis B 2018 yang memberikan semangat,
bantuan, dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan di masa mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Pontianak, November 2021

Hasbi Assiddiq
C1021181042

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL.........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Perumusan Masalah..............................................................................................5

C. Tujuan Penelitian..................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6

A. Landasan Teori.....................................................................................................6

1. Definisi Agrowisata...........................................................................................6

2. Agrowisata Kebun Kopi Rakyat........................................................................7

3. Studi Kelayakan Agrowisata.............................................................................8

4. Aspek Finansial.................................................................................................9

5. Analisis Sensitivitas.........................................................................................13

6. Penelitian Terdahulu........................................................................................13

B. Kerangka Konsep................................................................................................15

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................17

A. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................................17

B. Pelaksanaan Penelitian........................................................................................17

1. Populasi dan Sampel........................................................................................17

2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data.........................................................18


iii
3. Metode Pengumpulan Data.............................................................................19

C. Asumsi Dasar......................................................................................................20

D. Variable Penelitian..............................................................................................21

1. Biaya (Cost).....................................................................................................22

2. Manfaat (Benefit).............................................................................................23

E. Teknis Analisis Data...........................................................................................24

1. Analisis Finansial............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................30

iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Jumlah Wisatawan Nusantara (WISNUS) dan Wisatawan Mancanegara
(WISMAN) Yang Berkunjung Ke Kabupaten Kubu Raya, 2013-2018......2
Tabel 2. Produksi Tanaman Kopi Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Barat..............................................................................2
Tabel 3. Penelitian Terdahulu.....................................................................................14

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Konsep.......................................................................................16

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor pariwisata kini telah menjadi salah satu tumpuan dan andalan
pembangunan di banyak negara, termasuk Indonesia. Perkembangan pembangunan
pariwisata berjalan cukup pesat dan industri pariwisata merupakan penghasil devisa
non migas terbesar di dunia. Salah satu jenis kegiatan pariwisata adalah agrowisata.
Agrowisata merupakan jenis wisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai
objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman
rekreasi, dan mendukung peningkatan produk-produk pertanian serta menumbuhkan
usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan
budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani dapat meningkat
bersamaan dengan upaya melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya
maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan
alaminya (Widayati dan Nugroho, 2018).

Selain itu, agrowisata merupakan salah satu wahana yang efektif dalam
rangka promosi produk-produk pertanian dan budaya masyarakat lokal. Hal tersebut
karena selain dapat menikmati hasil pertanian secara langsung dari sumbernya, para
pengunjung akan terkesan dengan sensasi wisata alam yang unik dan segar yang akan
terbawa hingga mereka kembali ketempat asalnya bahkan mereka akan bercerita
kepada keluarga serta kerabatnya (Bagus, 2015). Oleh karena itu, Agrowisata telah
menjadi salah satu alternatif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya
tarik wisata di Indonesia (Palit, et al. 2017). Salah satu provinsi yang memiliki
potensi untuk agrowisata ialah Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Kubu
Raya. Lokasi Kabupaten Kubu Raya yang berbatasan langsung dengan Kota
Pontianak menjadikan lokasi ini strategis serta akses yang mudah menjadi faktor

1
2

pendukung banyaknya wisatawan yang berwisata di daerah ini (Aniska dan Pratiwi,
2018).

Tabel 1. Jumlah Wisatawan Nusantara (WISNUS) dan Wisatawan Mancanegara


(WISMAN) Yang Berkunjung Ke Kabupaten Kubu Raya, 2013-2018
Jenis Wisatawan 2013 2014 2015 2016 2017 2018
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
Wisatawan Nusantara 54.120 57.596 58.130 47.166 49.578 54.280
Wisatawan Manca Negara
3.735 2.312 2.517 1.642 1.736 2.120
Jumlah 57.855 59.908 60.647 48.808 51.314 56.400
Sumber: (Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kubu Raya, 2019)

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah wisatawan yang berkunjung ke


Kabupaten Kubu Raya terus meningkat baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara. Jumlah pengunjung yang terus meningkat, tentunya menjadi pasar
potensial bagi objek agrowisata. Kabupaten Kubu Raya memiliki sumber daya alam
yang melimpah, baik dari segi kesuburan tanah maupun keindahan alam. Oleh karena
itu Kabupaten Kubu Raya mempunyai berbagai komoditas perkebunan diantaranya
perkebunan kopi, langsat, durian, kelapa, alpukat, belimbing, pepaya, pisang,
rambutan dan lainnya. Salah satu komoditas yang terus dikembangkan sebagai
komoditas unggulan daerah dan sumber pendapatan yaitu perkebunan kopi (BPTP
Pontianak, 2021).

Tabel 2. Produksi Tanaman Kopi Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Kalimantan Barat.
Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Kopi
Kab/Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Kalimantan Barat 3790 3736 3688 3617 3614
Sambas 571 625 628 597 597
Bengkayang 68 62 63 90 90
Landak 427 296 230 185 180
Mempawah 253 252 253 256 257
Sanggau 89 45 46 22 22
Ketapang 542 515 509 509 509
Sintang 98 97 99 99 99
Kapuas Hulu 10 8 5 4 4
Sekadau - - - - -
Melawi 1 1 0 0 1
3

Kayong Utara 481 479 480 480 480


Kubu Raya 1242 1348 1369 1369 1369
Kota Pontianak - - - - -
Kota Singkawang 8 8 6 6 6
Sumber : (BPS Provinsi Kalimantan Barat 2020)

Berdasarkan data BPS Kalimantan Barat, produksi perkebunan rakyat


tanaman kopi di Kabupaten Kuburaya merupakan yang terbesar diantara Kabupaten
di Kalimantan Barat. Tahun 2015 terdapat 1.242 ton hingga di tahun 2019 terdapat
1.369 ton biji kopi, terdapat peningkatan produksi sebesar 9%. Oleh karena itu
perkebunan kopi rakyat merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan
menjadi usaha agrowisata di Kabupaten Kubu Raya. Salah satu sentra perkebunan
kopi rakyat Kabupaten Kubu Raya berada di wilayah Kecamatan Sungai Kakap, Desa
Punggur Kecil (BPTP Pontianak, 2021).

Desa Punggur Kecil memiliki banyak lahan yang digunakan sebagai lahan
pertanian dengan berbagai komoditas, salah satunya ialah tanaman kopi. Cukup
banyak masyarakat di Desa Punggur Kecil memiliki kebun kopi dengan diselingi
tanaman kelapa, langsat dan durian. Jenis tanaman kopi yang ditanam ialah kopi
robusta. Meskipun sebagai salah satu sentra perkebunan kopi, masih terdapat
beberapa masalah yang ditemui, diantaranya kurangnya pengetahuan petani akan
cara panen yang baik sehingga harga tawar kopi punggur yang masih rendah, dan
semangat petani yang mulai menurun dalam membudidayakan tanaman kopi, bahkan
ada juga masyarakat yang mulai mengganti tanaman kopi dengan tanaman pisang
karena di anggap tanaman pisang lebih mudah dalam perawatan dan lebih
mengungtungkan. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mempertahankan
dan meningkatkan nilai jual dan daya saing serta untuk mempromosikan produk-
produk pertanian khususnya kopi Punggur dalam pasar persaingan yang ketat saat ini.
Salah satu upayanya adalah pegembangan usaha kebun kopi menjadi sebuah
agrowisata (Dwiridotjahjono, et al. 2017).

Menurut Holloway, et al. (2009) dalam perencanaan pengembangan usaha


menjadi sebuah wisata minimal terdapat 3 aspek penting yang perlu dimiliki yaitu
attraction (obyek daya tarik wisata), amenity (amenitas), dan accessibility
4

(aksesibilitas). Akses menuju ke objek wisata sangat mudah karena letak Desa
Punggur Kecil tidak jauh dari Kota Pontianak ditambah dengan kondisi jalan yang
sudah di semen dan aspal, sehingga dari aspek aksesibilitas pengunjung dapat
menggunakan tranportasi mobil ataupun motor untuk mencapai objek wisata tersebut.
Atraksi di Desa Punggur Kecil meliputi perkebunan kopi, kelapa, durian, langsat dan
pisang, yang tentunya dapat memberikan nuansa alam yang sejuk dan indah.
Kemudian juga terdapat agen - agen pengumpul yang mengolah biji kopi sampai
menjadi bubuk kopi serta memiliki warung – warung kopi yang jumlahnya terus
meningkat merupakan faktor pendukung dalam rencana pengembangan usaha kebun
kopi menjadi sebuah Agrowisata.

Selain itu atraksi yang dapat disuguhkan dalam rencana usaha agrowisata
kebun kopi rakyat ialah spot foto yang menarik, kemudian pengunjung dapat
menggunakan ayunan (hammock) diantara pohon-pohon langsat, berkemah, wahana
permainan air seperti kano, bermain bersama keluarga dan edukasi kepada
masyarakat pengunjung khususnya generasi muda tentang tanaman kopi, mulai dari
bagaimana dan darimana kopi berasal hingga proses dari biji kopi menjadi bubuk
kopi sampai dengan terhidangnya minuman kopi serta dapat menikmati hasil kebun
secara langsung dari sumbernya. Edukasi tersebut dimaksudkan agar generasi muda
paham hulu sampai hilirnya pertanian dan termotivasi untuk menjadi bagian dari
petani milenial. Amenitas yang sudah dimiliki yaitu beberapa buah kano dan yang
masih diperlukan dalam sebuah agrowisata yaitu seperti gerbang wisata, toilet, tempat
sampah, tempat beribadah, tempat parkir dan lainya. Amenitas tersebut merupakan
pelengkap dari atraksi. Ketiga faktor ini memiliki peran penting dalam membangun
pengalaman berwisata yang nyaman serta menyenangkan sehingga juga akan
menaikkan citra dari lokasi wisata tersebut (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996).
Sampai saat ini, belum ada agrowisata berbasis komoditas perkebunan kopi di
Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Kubu Raya. Selain itu agrowisata kebun
kopi rakyat akan berdampak baik dalam peningkatan pemahaman tentang kopi,
pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat sekitar (Trimo & Mukti, 2018).
5

Agrowisata ini akan dikelola oleh sekelompok anak muda di Desa Punggur
Kecil dengan melibatkan masyarakat petani sekitar dalam pemberian edukasi tentang
hulu hilir tanaman kopi. Kondisi eksisting rencana pengembangan usaha kebun kopi
menjadi suatu usaha agrowisata di Desa Punggur Kecil dari hasil observasi yang
dilakukan yaitu hampir semua fasilitas yang diperlukan seperti gerbang wisata, toilet,
tempat sampah, tempat beribadah, tempat parkir dan beberapa fasilitas lainnya belum
tersedia. Menurut Ferdiansyah, (2010) sebuah perencanaan usaha agrowisata
memerlukan perhitungan yang tepat untuk mengukur kelayakan usaha yang akan
dijalankan. Perhitungan tersebut bertujuan untuk menilai apakah investasi yang akan
ditanamkan dalam pemenuhan aspek atraksi dan amenitas pada sebuah usaha
agrowisata layak atau tidak untuk dijalankan. Maka dari itu, perlu dilakukannya
penelitian terhadap kelayakan perencanaan usaha agrowisata kebun kopi rakyat di
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya dilihat dari aspek finansial.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah usaha Agrowisata Kebun Kopi Rakyat di Desa Punggur Kecil Kecamatan
Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya layak diusahakan secara finansial?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
disampaikan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
kelayakan finansial usaha Agrowisata Kebun Kopi Rakyat di Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Definisi Agrowisata
Agrowisata ialah bagian dari pariwisata yang memanfaatkan usaha pertanian
(agro) menjadi objek wisata. Tujuannya ialah untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui agrowisata
yang lebih menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani
dapat ditingkatkan sesuai dengan pelestarian sumber daya lahan, serta memelihara
budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah selaras dengan kondisi
lingkungan alaminya (Oka, 2000).

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata, Pos, dan


Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No.
KM.47/PW.DOW/MPPT-89 dan No. 204/KPTS/HK/050/4/1989, agrowisata sebagai
bagian dari objek wisata yaitu sebagai suatu kegiatan yang memanfaatkan usaha agro
sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengelaman
rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian (Tirtawinata & Fachruddin, 1996).

Menurut Damardjati, (2006) agrowisata adalah wisata pertanian dengan objek


kunjungan daerah pertanian atau perkebunan yang sifatnya khas, yang telah
dikembangkan sedemikian rupa sehingga berbagai aspek yang terkait dengan jenis
tumbuhan yang dibudidayakan itu telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi
wisatawan yang mengunjunginya. Aspek-aspek itu antara lain adalah jenis tanaman
yang khas, cara budidaya dan pengelolaan produknya, penggunaan teknik dan
teknologi, aspek kesejarahanya, lingkungan alam dan juga sosial budaya
disekelilingnya.

6
7

2. Agrowisata Kebun Kopi Rakyat


Kebun kopi rakyat merupakan perkebunan kopi yang dimiliki dan dikelola
oleh rakyat. Kebun kopi rakyat yaitu suatu usaha kebun yang sering menjadi usaha
tambahan dari kegiatan kehidupan pertanian pokok, terutama pertanian pangan
secara keseluruhan. Sistem kebun biasanya diwujudkan dalam bentuk usaha kecil,
tidak padat modal, penggunaan lahan terbatas, sumber tenaga kerja berpusat pada
anggota keluarga, kurang berorientasi pada pasar, dan lebih berorientasi pada
kebutuhan subsisten. Perkebunan kopi rakyat biasanya memiliki luas lahan yang
tidak terlalu luas, luas lahan maksimal 25 ha (Kartodirdjo dan Suryo, 1991).
Sedangkan agrowisata kebun kopi rakyat ialah jenis wisata yang memanfaatkan
usaha perkebunan kopi sebagai sumber daya wisata mempunyai daya tarik yang
khas, baik berkenaan dengan lokasi maupun tanaman dari perkebunan kopi itu
sendiri (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996). Daya tarik utama dari agrowisata kebun
kopi rakyat ialah nuansa alam yang sejuk dan memberikan pemandangan yang indah.
Selain itu agrowisata kebun kopi bisa menjadi tempat edukasi tentang tanaman kopi.
Sehingga dapat memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan mendukung
peningkatan produk-produk pertanian (Dwiridotjahjono, et al. 2017).

Menurut beberapa ahli dalam pengembangan perkebunan ataupun lahan


pertanian menjadi sebuah destinasi wisata harus memperhatikan beberapa komponen
diantaranya, menurut Cooper, et al. (1995) sebuah wisata harus mempunyai 4
komponen utama, yaitu: attraction (obyek daya tarik wisata), amenity (amenitas),
accessibility (aksebilitas) dan ancilliary (fasilitas tambahan). Sedangkan menurut
Holloway, et al. (2009) sebuah objek wisata harus memperhatikan 3A (attraction,
amenity dan accessibility. Pada agrowisata kebun kopi rakyat ini komponen yang
lebih ditekankan yaitu atraksi dan amenitas.

Atraksi merupakan segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan, meliputi


benda-benda yang tersedia di alam, hasil ciptaan manusia dan tata cara hidup
masyarakat (Utari, 2017). Menurut Sulaiman, et al. (2020) dalam pengembangan
sebuah wisata, atraksi yang dapat menarik wisatawan ialah spot foto yang menarik,
8

keindahan alam dan produk hasil pertanian serta edukasi mengenai komoditas yang di
jadikan objek wisata, sehingga wisatawan mendapat pengetahuan dan pengalaman
dari sebuah objek wisata. Sedangkan Amenitas ialah semua bentuk fasilitas yang
memberikan pelayanan bagi wisatawan untuk segala kebutuhan selama tinggal atau
berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana utama yang diperlukan
dalam agrowisata meliputi; gerbang wisata, toilet umum, tempat sampah, tempat
beribadah, tempat parkir, dan gazebo. komponen tersebut memiliki peran penting
dalam membangun pengalaman berwisata yang nyaman serta menyenangkan
(Abdulhaji dan Yusuf, 2016).

3. Studi Kelayakan Agrowisata


Menurut Kasmir dan Jakfar, (2012) studi kelayakan yaitu penelitian yang
dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan
akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan
dikeluarkan, kemudian Bakry, (2016) mengatakan studi kelayakan ialah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak suatu usaha untuk dijalankan,
sedangkan studi kelayakan agrowisata merupakan bahan pertimbangan dalam
mengambil suatu keputusan terkait suatu gagasan usaha yang direncanakan apakah
akan menerima dengan menjalankannya atau menolak dengan tidak menjalankan
usahanya (Siama et al. 2020).

Berdasarkan beberapa pengertian tentang studi kelayakan tersebut, maka


dapat disimpulkan bahwa perencanaan suatu usaha baik dalam memulai dari awal
maupun ketika akan melakukan diversifikasi usaha harus didukung adanya studi
kelayakan yang merupakan salah satu bagian dari kegiatan perencanaan secara
keseluruhan yang dimulai dari identifikasi masalah, perencanaan umum, kelayakan,
dan desain atau perancangan secara teknis untuk memberi gambaran bahwa usaha
tersebut akan memberi keuntungan bagi investor. Hasil studi kelayakan usaha
agrowisata akan menjadi kunci pengambilan sebuah keputusan apakah usaha tersebut
akan direalisasikan atau tidak dan pada akhirnya hasil dari kajian kelayakan
9

agrowisata akan menjadi acuan atau dasar bagi pengambilan keputusan bahwa usaha
tersebut layak dilaksanakan atau sebaliknya. Tujuan dilakukannya studi kelayakan
adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk
suatu usaha yang ternyata tidak menguntungkan (Juwitaningtiyas, 2018).

4. Aspek Finansial
Keputusan untuk melakukan investasi yang menyangkut sejumlah dana yang
besar dengan harapan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang, seringkali
berdampak besar terhadap kelangsungan hidup suatu usaha. Oleh sebab itu, sebelum
mengambil keputusan untuk melakukan investasi, salah satu syarat terpenting adalah
mengkaji aspek finansial. Aspek finansial dianalisis untuk mengetahui jumlah biaya
yang akan dikeluarkan dan pendapatan yang akan diterima serta menentukan proporsi
pemenuhan sumber dana, yaitu dengan pinjaman, modal sendiri, atau investor.
Terdapat tiga kegiatan utama dalam penilaian aspek finansial, yaitu membuat rekap
penerimaan, membuat rekap biaya, dan menguji aliran kas masuk yang dihasilkan
berdasarkan kriteria kelayakan yang ada (Sofyan, 2003).

Untuk mengetahui apakah pelaksanaan usaha tersebut menguntungkan atau


tidak, maka perlu dilakukan evaluasi proyek atau usaha dengan cara menghitung
manfaat dan biaya yang diperlukan sepanjang umur proyek atau usaha (Kadariah, et
al. 1999). Dalam evaluasi proyek atau usaha ada dua yang perlu diperhatikan yaitu
biaya dan benefit (manfaat) usaha:

a. Biaya Proyek (Cost)


Biaya proyek merupakan apa saja yang mengurangi persediaan barang-barang
atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan
dengan proyek atau usaha. Salah satu dari macam biaya, yaitu biaya finansial
sehubungan dengan terwujudnya suatu usaha, maka bagian terbesar harus
diperhatikan dalam membandingkan antara benefit usaha dengan biaya ekonomi
yang dikeluarkan untuk usaha tersebut (Kadariah, et al. 1999). Biaya proyek atau
usaha dapat diklasifikasikan menjadi:
10

1. Biaya investasi, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari usaha
tersebut dilaksanakan sampai usaha tersebut mulai beroperasi.
2. Biaya operasional, adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama usaha
berjalan, artinya secara rutin biaya ini dikeluarkan.
3. Biaya lain:
a.) Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian biaya investasi suatu
usaha pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis usaha tersebut, demi
menjamin agar angka biaya operasi yang dimasukkan dalam neraca rugi-
laba tahunan benar-benar mencerminkan adanya biaya modal itu. Biaya
penyusutan pada umumnya hanya dikenakan pada peralatan,
perlengkapan, gazebo, dan fasilitas fisik lainnya.
b.) Bunga Modal
Bunga modal dalam proyek atau usaha digunakan untuk mengetahui
berapa persen keuntungan yang akan diperoleh dari investasi yang
ditanamkan pada awal tahun bahkan bunga modal yang dijadikan sebagai
pembanding dengan persen keuntungan usaha untuk menentukan
kelayakan suatu usaha.
b. Manfaat (benefit)
Manfaat merupakan suatu manfaat yang diperoleh dari suatu usaha yang dapat
dinilai dengan uang ataupun yang tidak dapat dinilai dengan uang, baik secara
lansung maupun tidak lansung (Kadariah, et al. 1999). Manfaat suatu proyek atau
usaha dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.) Tangible benefit, ialah manfaat yang diperoleh dari suatu usaha yang dapat
dinilai dengan uang. Misal hasil produksi biji kopi yang dihitung Rp/Kg.
tangible terdiri dari dua macam manfaat yaitu:
a.) Manfaat lansung (direct benefit), ialah manfaat yang diterima suatu usaha
secara lansung. Misalnya hasil dari peningkatan jumlah pengunjung
agrowisata akan memberikan peningkatan penerimaan usaha agrowisata.
11

b.) Manfaat tidak lansung (indirect benefit), ialah manfaat yang diterima
suatu usaha secara tidak lansung, biasanya manfaat ini berkenaan dengan
pihak disekitar lingkungan usaha.
2.) Intangible Benefit ialah manfaat yang diperoleh dari suatu usaha yang tidak
dapat dihitung dengan uang, manfaat ini misalnya adanya penyerapan tenaga
kerja bagi masyarakat Desa Punggur Kecil dan edukasi tentang kopi sehingga
generasi muda paham hulu sampai hilirnya pertanian dan termotivasi untuk
menjadi bagian dari petani milenial dengan adanya usaha agrowisata kebun
kopi rakyat.

Menurut (Kadariah, et al. 1999) suatu usaha yang memerlukan modal besar
dengan resiko yang besar diperlukan analisis kelayakan usaha. Analisis kelayakan
usaha dimaksudkan untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar
manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang di analisis. Adapun komponen yang
diperlukan dalam analisis kelayakan finansial adalah sebagai berikut:

a. Cashflow
Aliran kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode
tertentu juga agar bisa memberikan alasan mengenai perubahaan kas tersebut
dengan menunjukkan darimana sumber-sumber kas dan penggunaannya (Sofyan,
2003). Berdasarkan jenis transaksinya menurut Haming, et al. (2003), kas dalam
cash flow dibagi menjadi dua macam yaitu:
1.) Arus kas masuk (cash inflow), yaitu arus kas yang mengakibatkan terjadinya
arus penerimaan kas menurut jenis transaksinya. Cash inflow pada
agrowisata kebun kopi rakyat ini terdiri dari penerimaan penjualan, manfaat
tambahan, dan nilai sisa.
2.) Arus kas keluar (cash outflow), yaitu arus kas yang mengakibatkan
terjadinya pengeluaran dana kas menurut jenis transaksinya.
12

b. Kriteria Kelayakan Investasi


Menurut Halim, (2009) terdapat empat teknik penilaian investasi bisnis yang
dapat dipergunakan yaitu sebagai berikut:
1.) NPV (Net Present Value)
NPV atau Net Present Value ialah nilai dari proyek atau usaha yang
bersangkutan diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan
terhadap investasi yang dikeluarkan.
Suatu proyek dikatakan layak untuk diusahakan dan dapat
menghasilkan keuntungan jika NPV > 0. Jika nilai NPV< 0 berarti suatu
proyek atau usaha dapat menimbulkan kerugian, dan nilai tidak layak untuk
dilaksanakan. Nilai NPV = 0 berarti suatu usaha tidak menghasilkan
keuntungan serta tidak menimbulkan kerugian bagi suatu usaha, apabila
suatu proyek atau usaha memperoleh nilai NPV sama dengan 0 maka usaha
tersebut dapat dilaksanakan yang berarti dapat mengurangi efisiensi dan
efektivitas perusahaan karena jika tidak menjalankan usaha ini perusahaan
tidak akan memperoleh kerugian (Husein, 2003).
2.) IRR (Internal Rate Of Return)
IRR atau Internal Rate Of Return merupakan analisis manfaat finansial
yang memperhitungkan tingkat pengembalian dari suatu investasi. IRR
memperhitungkan tingkat suku bunga terkait nilai sekarang investasi
dibandingkan dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih di masa
mendatang. Suatu rencana investasi dikatakan layak jika memiliki nilai IRR
lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku. Jika terjadi
sebaliknya, maka rencana investasi tersebut di anggap tidak layak untuk
direalisasikan (Husein, 2003).
3.) Benefit Cost Ratio
Benefit cost Ratio ialah metode yang dilakukan untuk melihat
beberapa manfaat yang diterima oleh proyek atau usaha untuk satu rupiah
pengeluaran proyek. B/C Ratio adalah suatu rasio yang membandingkan
antara benefit atau penerimaan dari suatu usaha dengan biaya yang
13

dikeluarkan untuk merealisasikan rencana pendirian dan pengoperasian


usaha tersebut (Sofyan, 2003).
4.) Payback Period
Payback period merupakan masa pengembalian modal, artinya lama
periode waktu untuk mengembalikan modal investasi. Cepat atau lambatnya
tergantung pada sifat aliran kas masuknya. Jika aliran kas masukya besar
atau lancar maka proses pengembalian modal akan lebih cepat dengan
asumsi modal yang digunakan tetap atau tidak ada penambahan modal
selama umur usaha (Sofyan, 2003).

5. Analisis Sensitivitas
Meneliti kembali suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang
akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah disebut sebagai analisis sensitivitas.
Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil
analisis usaha jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan
biaya atau manfaat. Analisis ini diperlukan sebab analisis usaha didasarkan pada
proyeksi-proyeksi yang banyak mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan
terjadi di waktu akan datang (Kadariah, et al. 1999).

Analisis sensitivitas ini dilakukan pada perubahan harga jual produk wisata, dan
perubahan jumlah kunjungan wisatawan. Perubahan yang terjadi pada tingkat
penerimaan dan biaya akan mempengaruhi kondisi usaha agrowisata tersebut yang
dapat dilihat dari nilai NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate Of Return),
Benefit Cost Ratio dan Payback Period setelah terjadi perubahan (Puspitasari dan
Dwiastuti, 2018).

6. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang analisis finansial usaha agrowisata kebun kopi rakyat di
Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya didasari dari beberapa referensi
penelitian terdahulu yang disajikan pada tabel 3 dibawah ini.
14

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

Peneliti Variable dan


Judul Hasil
( Tahun ) Metode Analisis
Siama, A., Analisis Kelayakan Aspek biofisik, Menunjukkan bahwa aspek biofisik,
Lanuhu, N., Agrowisata aspek ekonomi lokasi wisata sangat ideal baik untuk
Diansari, P., (Studi Kasus Pada dan aspek sosial budidaya maupun untuk sebuah
Rukmana, D., Ghitari Coffee budaya wisata. Aspek sosial budaya
& Saadah, S. Plantation Di ( analisis menunjukan agrowisata tersebut
(2020) Lembang Kaero kualitatif dan memberikan dampak positif bagi
Kecamatan Sangalla’ kuantitatif ) masyarakat sekitar, dan aspek
Kabupaten Tana ekonomi menunjukan layak
Toraja, Provinsi berdasarkan hasil perhitungan IRR
Sulawesi Selatan) dan NPV yang telah memenuhi
kriteria investasi.
Vergiawan, E. Analisis Studi Analisis Terdapat beberapa penunjang untuk
( 2019 ) Kelayakan Finansial Deskriptif berdirinya agrowisata mawar CV,
Perencanaan Kualitatif dan Kariksa yaitu faktor internal dan
Agrowisata Bunga Kuantitatif eksternal. Proyek agrowisata ini
Mawar (Studi kasus dinyatakan layak dengan indikator
CV.Kariksa Desa pada pendapatan bersih selama lima
Sukajaya Kecamatan tahun dan juga nilai Net Present
Lembang Kabupaten Value, Internal Rate Return, Net
Bandung Barat.) Benefit/Cost, dan Payback Period
telah memenuhi beberapa kriteria
penilaian investasi.
Sofiana, A. T., Analisis Kelayakan Analisis Dari Aspek finansial dengan
Sudrajat, I. S., Finansial Agrowisata Deskriptif menggunakan kriteria kelayakan
& Widiatmi, Kebun Buah (Studi Kuantitatif investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C,
S. (2017) Kasus di Agrowisata dan PBP menunjukkan bahwa secara
Kebun Buah finansial agrowisata kebun buah ini
Mangunan, Bantul, layak untuk dijalankan.
Yogyakarta)
Puspitasari, Analisis Kelayakan Analisis statistik Usaha kebun wisata strawberry ini
L., & Finansial Kebun deskriptif dilihat dari aspek finansial dengan
Dwiastuti, R. Wisata Strawberry kuantitatif menggunakan kriteria kelayakan
(2018) (Kasus Di Kebun investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C,
Wisata Strawberry dan Payback Period menunjukkan
Highland) bahwa layak untuk dijalankan.
Sulaiman, A. Manajemen Participatory Menghasilkan desain program
I., Adi, T. N., Pemberdayaan Dalam Learning pemberdayaan secara bertahap
Jati, P. I. P., Pengembangan Desa and Action dengan sasaran generasi muda seperti
Ganjar, A., & Eduwisata (PLA). tahap pembentukan dan peningkatan
Sutikna, N. pola pikir, sikap mental dan motivasi
(2020) untuk berwirausaha yang sukses,
kerjasama tim dan menajemen
eduwisata.
Utari, D. R. Pengembangan Deskriptif Menunjukan atraksi wisata yang
(2017) Atraksi Wisata Kuantitatif dapat dikembangkan adalah
Berdasarkan berperahu, menanam pohon, wisata
Penilaian dan edukasi, memancing, bird watching
Preferensi Wisatawan dan canoeing. Atraksi wisata yang
15

di Kawasan berpotensi untuk dikembangkan


Mangrove berada pada kategori berminat seperti
Karangsong, fasilitas pendukung dan ketersediaan
Kabupaten warung makan dan souvenir.
Indramayu
Abdulhaji, S., Pengaruh Atraksi, Analisis deskriptif Menunjukan atraksi, aksessibilitas,
& Yusuf, I. S. Aksesibilitas, Dan dan Verivikatif fasilitas dan citra objek wisata Danau
H. (2016) Fasilitas Terhadap Tolire Besar dalam kategori baik,
Citra Objek Wisata dan hasil uji hipotesis menunjukkan
Danau Tolire Besar bahwa atraksi, aksessibilitas dan
Di Kota Ternate fasilitas dapat berpengaruh signifikan
terhadap citra objek wisata Tolire
Besar.
Sumber : (Siama, et al. 2020), (Vergiawan, 2019),(Sofiana, et al, 2017), (Puspitasari & Dwiastuti,

2018), (Sulaiman, et al. 2020), (Utari, 2017), (Abdulhaji dan Yusuf, 2016)

B. Kerangka Konsep
Penelitian ini mengenai analisis kelayakan finansial dari usaha agrowisata
kebun kopi rakyat di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Agrowisata
merupakan pemanfaatan suatu lahan pertanian yang kemudian juga dijadikan tempat
untuk berwisata serta memberikan manfaat tambahan di sisi finansial. Sebelum
dilaksanakan pendirian usaha agrowisata kebun kopi maka harus dianalisis
kelayakannya terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghindari kegagalan dalam
pelaksanaan usaha yang telah direncanakan (Kasmir & Jakfar, 2012).

Adapun aspek-aspek yang berkaitan dengan analisis financial benefit menurut


Ibrahim, (1998) adalah aspek pasar, aspek teknis, dan aspek finansial. Namun pada
penelitian ini peneliti hanya fokus pada aspek finansial. Adapun beberapa kriteria
kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return( IRR),
Net Benefit/Cost (Net B/C), dan Payback Period. Penilaian beberapa kriteria tersebut
didasarkan pada nilai manfaat dan biaya yang dikeluarkan berdasarkan arus kas
(cashflow). Setelah itu dilakukan juga analisis sensitivitas. Tujuan analisis
sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis usaha
jika ada suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat
(Kadariah, et al. 1999). Alur pemikiran dapat digambarkan pada Gambar 1.
16

Perencanaan Agrowisata Kebun Kopi Rakyat

Analisis Kelayakan Agrowisata Kebun Kopi Rakyat

Analisis kuantitatif:
 Aspek Finansial
- Cashflow
 Kriteria Kelayakan Finansial:
- NPV
- IRR
- Net B/C
- Payback Period
 Analisis Sensitivitas

Hasil Analisis Finansial Usaha Agrowisata

layak Tidak Layak

Usaha dapat dijalankan Evaluasi

Gambar 1. Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada di Desa Punggur Kecil
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa
lokasi penelitian merupakan salah satu sentra perkebunan kopi di Kabupaten Kubu
Raya yang mempunyai daya tarik wisata yaitu tanaman kopi yang diselingi oleh
tanaman langsat dan durian yang tentunya memberikan pemandangan yang indah dan
sejuk serta dapat menjadi media edukasi tentang tanaman kopi baik dari budidaya
sampai kepengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi yang siap disajikan. Kemudian
juga terdapat agen - agen pengumpul yang mengolah biji kopi sampai menjadi bubuk
kopi serta memiliki warung – warung kopi yang jumlahnya terus meningkat yang
menjadi faktor pendukung dalam pengembangan sebuah agrowisata.
Perencanaan kawasan agrowisata tersebut membutuhkan analisis kelayakan
usaha terutama kelayakan finansial yang dapat menjadi bahan pertimbangan, baik
oleh investor maupun pemerintah terkhusus pengelola (Sofiana, et al. 2017).
Berdasarkan pertimbangan tersebut, diharapkan lokasi penelitian bisa memenuhi
kriteria yang bisa memberikan data dan informasi yang dibutuhkan. Waktu penelitian
ini yaitu dari bulan September sampai Desember 2021.

B. Pelaksanaan Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019).
Populasi dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait dengan perencanaan
usaha agrowisata kebun kopi rakyat Desa Punggur Kecil diantaranya, kelompok

17
18

Juragan Muda dan kontraktor atau pemborong bangunan yang ada di Desa
Punggur Kecil. Kelompok Juragan Muda ini adalah kelompok pemuda di Desa
Punggur Kecil yang bakal menjadi pengelola dari agrowisata kebun kopi
tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan jumlah anggota kelompok
Juragan Muda sebanyak 10 orang sedangkan jumlah pemborong bangunan tidak
diketahui.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2019). Teknik pengambilan sampel kelompok
Juragan Muda dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Sampling
jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel dimana semua
anggota populasi digunakan menjadi sampel (Sugiyono, 2017). Jumlah sampel
kelompok Juragan Muda sebanyak 10 orang. Sedangkan untuk teknik
pengambilan sampel kontraktor atau pemborong bangunan yaitu dengan
menggunakan Snowball Sampling (bola salju) dikarenakan jumlahnya tidak
diketahui. Metode bola salju merupakan teknik pemilihan sampel dengan terlebih
dahulu menetapkan satu informasi kunci (key person), kemudian pemilihan
sampel berikutnya tergantung pada informan pertama, begitu seterusnya yang
semakin lama menggelinding seperti bola salju (Sugiyono, 2017).

2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Sumber dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam variabel
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Sumber Data
Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder. Sumber data
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data sekunder digunakan apabila peneliti mengumpulkan
informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain (Sugiyono, 2017).
(1) Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang
disimpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan masalah
19

yang diteliti (Sugiyono, 2017). Data primer tersebut berupa data mentah
didapat dari jawaban responden yang diberikan mengenai perencanaan
usaha agrowisata kebun kopi rakyat.
(2) Data sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil
pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian maupun pencatatan di
lapangan (Sugiyono, 2017). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, artikel, skripsi, buku-
buku yang relevan dan sumber lainnya yang berkaitan dengan variabel
penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk
memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian.
Metode penelitian dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner dan observasi
(Sugiyono, 2017).

(1) Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukuan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti pada perencanaan usaha agrowisata kebun kopi rakyat
di Desa Punggur Kecil.
(2) Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2017). Penelitian
ini menggunakan lembar kertas kuesioner yang disebarkan kepada
kelompok Juragan Muda dan kontraktor atau pemborong bangunan dan
juga wawancara secara langsung. Pertanyaan yang diajukan yaitu
mengenai perencanaan usaha agrowisata kebun kopi rakyat di Desa
Punggur Kecil Kecamatan Sungai Kakap.
20

(3) Observasi
Observasi yang dilakukan sebagai teknik pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung dan mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan penelitian analisis finansial usaha agrowisata kebun
kopi rakyat di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya.

C. Asumsi Dasar
Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Konsep Agrowisata pada usaha ini adalah konsep agrowisata kebun kopi rakyat.
Adapun produk yang ditawarkan adalah produk barang dan jasa. Produk barang
berupa bubuk kopi kemasan. Sedangkan produk jasa yang ditawarkan
diperuntukkan bagi wisatawan berupa keindahan alam, pengalaman baru dengan
paket wisata edukasi dan penyewaan ayunan (hammock).
2. Umur usaha disesuaikan dengan umur teknis mayoritas beberapa nilai aset
terbesar yaitu 10 tahun dengan periode investasi pada tahun ke-0.
Pertimbangannya ialah aset-aset tersebut merupakan aset yang penting yang akan
banyak digunakan selama usaha dijalankan. Aset tersebut antara lain mushola,
gerbang masuk, gazebo dan toilet.
3. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan umur
ekonomis aset.
4. Modal yang digunakan adalah sepenuhnya modal milik sendiri. Pemilik usaha
atau investor tidak melakukan pinjaman kepada bank, lembaga, atau pihak
manapun.
5. Lahan yang digunakan adalah seluas 1 Ha.
6. Tingkat suku bunga yang digunakan berdasarkan tingkat suku bunga acuan Bank
Rakyat Indonesia (BRI) yang berlaku saat penelitian yaitu sebesar 8,75%.
7. Analisis data menggunakan data pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan
tarif pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008
21

tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang


Pajak Penghasilan. Pajak yang dikenakan adalah sebesar 15 %.
8. Dalam satu bulan terhitung 30 hari kerja sehingga dalam satu tahun adalah 360
hari (12 bulan).
9. Harga yang diberikan bersifat konstan sehingga jumlah penjualan dari setiap
produk konstan setiap tahun. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku di
pasar pada saat penelitian.
10. Biaya tiket masuk Rp 5.000,00, sewa parkir Rp 2.000,00 (motor), Rp 5.000,00
(mobil), sewa kano Rp 10.000,00 Unit/Jam, biaya bibit kopi Rp 25.000,00/bibit,
sewa ayunan (hammock) Rp 10.000,00/unit, biaya paket 1 (tiket masuk + wisata
edukasi) Rp 30.000,00/orang, paket 2 (tiket masuk + hammock + segelas kopi
dengan grade terbaik) Rp 35.000,00/ orang, paket 3 (tiket masuk + kano) Rp
15.000,00/orang dan paket 4 (tiket masuk + wisata edukasi + hammock + segelas
kopi dengan grade terbaik) Rp 60.000,00/orang. Biaya tersebut didapatkan
berdasarkan biaya yang diperkirakan oleh pihak calon pengelola dan didasarkan
dengan biaya dibeberapa tempat wisata kabupaten kuburaya diantaranya
agrowisata Rajati Flower Garden, Danau Hoce dan Hutan Albasia.
11. Proyeksi jumlah pengunjung agrowisata kebun kopi ini ialah sebanyak 10.800
pengunjung per tahun. Jumlah tersebut didapatkan berdasarkan Proyeksi dari
pihak calon pengelola yang telah mensurvei kebeberapa tempat wisata
kabupaten kuburaya diantaranya agrowisata Rajati Flower Garden, Wisata
Balek Kampoeng, Danau Hoce dan Hutan Albasia.

D. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian dari suatu penelitian (Sugiyono, 2019). Variabel merupakan segala yang
menjadi obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang diperlukan
untuk menyuguhkan atraksi dan amenitas serta manfaat yang diperoleh pada usaha
agrowista kebun kopi rakyat ini. Atraksi yang dapat disuguhkan meliputi perkebunan
22

kopi, durian, dan langsat. Kemudian spot foto yang menarik, penggunaan ayunan
(hammock) diantara pohon-pohon langsat, berkemah, bermain kano dan edukasi
tentang kopi, mulai dari bagaimana dan darimana kopi berasal hingga proses dari biji
kopi menjadi bubuk kopi sampai dengan terhidangnya minuman kopi serta tersedia
kopi bubuk kemasan yang bisa dibeli oleh pengunjung. Amenitas utama yang
diperlukan dalam sebuah agrowisata seperti gerbang wisata, toilet, tempat sampah,
tempat beribadah, tempat parkir dan gazebo (Abdulhaji dan Yusuf, 2016). Adapun
variable dalam penelitian ini adalah:

1. Biaya (Cost)
a. Biaya Investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari usaha
tersebut mulai dilaksanakan sampai usaha tersebut mulai beroperasi
(Suliyanto, 2010). Komponen dari biaya investasi meliputi:
1.) Biaya toilet, biaya yang dikeluarkan untuk membuat sebuah toilet yang
diukur dalam Rp/unit.
2.) Biaya tempat sampah, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membeli
tempat untuk menampung sampah secara sementara, yang biasanya
terbuat dari logam atau plastik dan diukur dalam Rp/unit.
3.) Biaya mushola, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat tempat
ibadah yang diukur dalam Rp/unit.
4.) Biaya tempat parkir, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan
tempat parkir yang diukur dalam Rp/unit.
5.) Biaya spot foto, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu
tempat yang digunakan untuk fotografi atau mengambil gambar dan
diukur dalam Rp/unit.
6.) Biaya gazebo, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan salah
satu fasilitas dengan ruang-ruang terbuka sebagai alternatif tempat
berkumpul dan melakukan kegiatan santai bersama angota keluarga,
teman, dan lainnya dan diukur dalam satuan rupiah perunit (Rp/unit).
23

7.) Biaya gerbang wisata, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan


sebuah gerbang masuk agrowisata sekaligus loket pembelian tiket
masuk dan diukur dalam satuan rupiah perunit (Rp/unit).
8.) Biaya hammock, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
ayunan (hammock) dan diukur dalam satuan rupiah perunit (Rp/unit).
b. Biaya Operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan selama usaha
berjalan, artinya secara rutin biaya ini dikeluarkan (Suliyanto, 2010).
Komponen dari biaya operasional meliputi:
1.) Biaya tenaga kerja, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar
upah tenaga kerja dikonversikan dalam satuan Hari Orang Kerja
(HOK) yang disesuaikan berdasarkan standar upah yang berlaku di
daerah penelitian, dan dinilai dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/Tahun).
2.) Biaya listrik, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk membayar
pemakaian listrik dan dihitung perbulan serta dinilai dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/Tahun).
3.) Biaya pupuk, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk yang
digunakan dalam budidaya tanaman kopi dan dihitung satuan rupiah
per tahun (Rp/Tahun).
4.) Biaya pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida dan
dihitung dalam satuan rupiah per tahun (Rp/Tahun).
5.) Biaya pemeliharaan, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan
peralatan atau fasilitas wisata dan dihitung dalam satuan rupiah per
tahun (Rp/Tahun).

2. Manfaat (Benefit)
Manfaat yang dianalisis dalam penelitian ini ialah apa saja yang secara
lansung diperoleh dari usaha agrowisata yang dapat dihitung dan dinilai dengan uang
(Putra, et al. 2020). Manfaat dari usaha agrowisata kebun kopi rakyat ini meliputi:
24

a. Penerimaan hasil penjualan olahan kopi adalah semua hasil dari penjualan biji
kopi yang telah dilakukan pengolahan sampai menjadi kopi bubuk kemasan,
hasil produksi tersebut dihitung dalam Rp/Kg.
b. Penerimaan tiket masuk biasa adalah semua hasil penjualan tiket masuk
agrowisata dan dihitung dalam Rp/orang.
c. Penerimaan sewa parkir adalah semua hasil dari penggunaan lahan parkir dan
dihitung dalam Rp/motor atau Rp/mobil.
d. Penerimaan sewa ayunan (hammock) adalah semua hasil dari penyewaan
ayunan (hammock) oleh pengunjung dan dihitung dalam Rp/unit.
e. Penerimaan sewa kano adalah semua hasil dari penyewaan kano oleh
pengunjung dan dihitung dengan satuan rupiah dalam unit/jam.
f. Penerimaan hasil penjualan bibit kopi adalah semua hasil dari penjualan bibit
kopi dan dihitung dalam Rp/unit.
g. Penerimaan hasil penjualan buah durian adalah semua hasil dari penjualan
buah durian dan dihitung dalam Rp/buah.
h. Penerimaan hasil penjualan buah langsat adalah semua hasil dari penjualan
buah langsat dan dihitung dalam Rp/Kg.
i. Penerimaan paket 1 (tiket masuk + wisata edukasi) adalah semua hasil dari
pembelian paket 1 dan dihitung dalam Rp/orang.
j. Penerimaan paket 2 (tiket masuk + hammock + segelas kopi dengan grade
terbaik) adalah semua hasil dari pembelian paket 2 dan dihitung dalam
Rp/orang.
k. Penerimaan paket 3 (tiket masuk + kano) adalah semua hasil dari pembelian
paket 3 dan dihitung dalam Rp/orang.
l. Penerimaan paket 4 (tiket masuk + wisata edukasi + hammock + segelas kopi
dengan grade terbaik) adalah semua hasil dari pembelian paket 4 dan dihitung
dalam Rp/orang.
25

E. Teknis Analisis Data


Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk
mengolah data yang telah diperoleh mengenai objek yang diteliti. Pengolahan data
dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengolahan data kuantitatif
dilakukan untuk menganalisis aspek finansial dengan menghitung payback period
(PP), net present value (NPV), internal rate of return (IRR), dan Net Benefit per Cost
(Net B/C). Analisis kuantitatif ini disajikan dalam bentuk tabulasi yang
mengelompokan atau mengklasifikasikan data agar mempermudah dalam melakukan
analisis data. Setelah dilakukan identifikasi terhadap semua biaya dan manfaat, maka
baru dapat dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai dari kriteria investasi.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel (Sugiyono,
2017).

1. Analisis Finansial
Analisis finansial dilakukan untuk membandingkan antara pengeluaran dan
penerimaan suatu usaha yang dijalankan. Analisis finansial mengkaji berbagai
kebutuhan dana yang digunakan dalam usaha agrowisata kebun kopi rakyat, baik
kebutuhan dana untuk biaya investasi, biaya operasional dan biaya lainnya. Metode
yang digunakan untuk melakukan analisis finansial pada usaha ini ialah dengan
menggunakan kriteria penilaian investasi. Metode tersebut bertujuan untuk mengkaji
layak atau tidaknya suatu proyek atau usaha dapat dijalankan secara finansial.
Metode tersebut terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit per Cost (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Haming dan Basalamah,
2003).

a.) Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) merupakan keuntungan bersih yang berupa nilai
bersih sekarang berdasarkan jumlah dari Present Value (PV). Rumus umum yang
digunakan dalam perhitungan NPV adalah:
26

Keterangan: NVP = Net Present Value atau Nilai Sekarang


Bt = Penerimaan usaha agrowisata pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya) usaha agrowisata pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
n = Umur ekonomis proyek (tahun)

NPV memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria
investasi, yaitu:
1. NPV < 0 (negatif), hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak
layak secara finansial karena masih mengalami kerugian.
2. NPV = 0, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak
mengalami kerugian dan juga tidak mengalami keuntungan, maka keputusan
untuk meneruskan usaha ini atau tidak berada di tangan pemillik usaha
sendiri.
3. NPV > 0 (positif), hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak
secara finansial sebab mendapatkan keuntungan.
b.) Internal Rate or Return (IRR)
Menurut Kadariah, et al. (1999) IRR merupakan discount rate yang membuat
NPV sama dengan nol, tetapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan
discount rate yang dihitung berdasarkan data di luar proyek. Untuk menghitung
IRR sebelumnya harus dicari discount rate yang menghasilkan NPV positif,
kemudian dicari discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Langkah
selanjutnya adalah melakukan interpolasi dengan rumus berikut:

Keterangan: i1 = Tingkat suku bunga

i2 = Tingkat suku bunga saat NPV bernilai negatif

NPV1 = Net Present Value bernilai positif


27

NPV2 = Net Present Value bernilai negatif

IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai


sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa-masa mendatang. IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki
arti terhadap kriteria investasi, yaitu:

1. IRR < bunga bank yang berlaku, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek
tersebut tidak layak secara finansial.
2. IRR = bunga bank yang berlaku, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek
tersebut berada dalam keadaan break even point.
3. IRR > bunga bank yang berlaku, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek
tersebut layak secara finansial.
c.) Benefit cost ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek atau usaha
setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau usaha
tersebut. Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV
negatif. Nilai Net B/C memiliki arti sebagai berikut:
1. Net B/C > 1, berarti proyek atau usaha layak dijalankan secara finansial.
2. Net B/C = 1, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada
dalam keadaan break even point.
3. Net B/C < 1, berarti proyek atau usaha tidak layak dijalankan secara
finansial.

Rumus yang digunakan untuk menghitung Net B/C adalah:

Keterangan: Bt = Penerimaan usaha agrowisata pada


Ct = Cost (biaya) usaha agrowisata pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%)
n = Umur ekonomis proyek (tahun)
28

Bt-Ct = untuk Benefit lebih besar dari Cost pada tahun ke-t
Ct-Bt = untuk Cost lebih besar dari Benefit pada tahun ke-t
d.) Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period (PBP) merupakan salah satu kriteria investasi yang berupa
jangka waktu yang diperlukan dalam pengembalian seluruh investasi atau bisa
diartikan juga sebagai teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode)
pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Pay Back Period dapat dicari
dengan mengakumulatifkan arus manfaat dan biaya mulai dari yang bernilai
negatif hingga positif yang pertama. Pay back Period dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

Kriteria keputusan:
Apabila PBP kurang dari suatu periode yang telah ditentukan maka proyek
atau usaha diterima, apabila tidak maka proyek atau usaha ditolak atau jika PPB
lebih pendek waktunya daripada maximum pay back period-nya, maka usulan
investasi dapat diterima.
e.) Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk menelaah
kembali sehingga dapat diketahui pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan
yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat
tingkat kepekaan usaha tersebut apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap
variabel harga dan perhitungan biaya maupun penerimaan (Kadariah, et al.
1999).
Untuk mengurangi resiko maka diperlukan analisis sensitivitas yang
digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek atau usaha terhadap
perubahan jumlah penjualan produk wisata dan perubahan jumlah pengunjung.
Pada penelitian ini digunakan 2 skenario sensitivitas, yaitu:
1. Skenario 1
29

Sensitivitas penurunan penjualan beberapa paket wisata. Sensitivitas


pada skenario ini dimungkinkan terjadinya penurunan penjualan beberapa
paket wisata meliputi paket 1 (tiket masuk + wisata edukasi), paket 2 (tiket
masuk + hammock + segelas kopi dengan grade terbaik), paket 3 (tiket
masuk + kano) dan paket 4 (tiket masuk + wisata edukasi + hammock +
segelas kopi dengan grade terbaik). Hal ini terjadi karena dimungkinkan
banyak pengunjung yang telah mempunyai ayunan (hammock) sendiri,
kondisi parit yang kurang bersih dan harga beberapa paket cenderung
dianggap terlalu mahal oleh beberapa pengunjung. Asumsi penurunan
penjualan paket wisata yaitu masing-masing sebesar 10% per tahun
(Abdulhaji dan Yusuf, 2016).

2. Skenario 2
Sensitivitas penurunan jumlah pengunjung. Hal ini dimungkinkan
karena objek wisata yang kurang menarik, banyaknya fasilitas yang tersedia
tidak terawat, objek wisata tidak aman dan tidak ada perkembangan pada
objek wisata. Asumsi penurunan jumlah pengunjung yaitu sebesar 10% per
tahun (Novita, et al. 2017).
30

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhaji, S., & Yusuf, I. S. H. (2016). Pengaruh Atraksi, Aksesibilitas, Dan Fasilitas
Terhadap Citra Objek Wisata Danau Tolire Besar Di Kota Ternate. Jurnal
Penelitian Humano, 7(2), 15-30.
Aniska, S., & Pratiwi, N. N. (2018). Pengembangan Agrowisata Di Desa Pal
Sembilan Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Jurnal PWK,
Laut, Sipil, Tambang, 5(2), 1–16.
Bagus, I. G. (2015). Geografi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta: Rajawali.
Bakry, U. S. (2016). Metode Penelitian Hubungan Internasional. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
BPS Provinsi Kalimantan Barat. (2020). Produksi Tanaman Kopi Perkebunan Rakyat
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Kalimantan Barat:
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat.
BPTP Pontianak. (2021). Giatkan Semangat Petani Kopi Sungai Kakap. Pontianak:
Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak.
Cooper, Fketcher, J., Gilbert, D., & Wanhill, S. (1995). Tourism, Principles and
Prantice. London: Logman.
31

Damardjati, A. S. (2006). Istilah-Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: PT. Pradnya


Paramita.
Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kubu Raya. (2019). Jumlah
Wisatawan Nusantara (WISNUS) dan Wisatawan Manca Negara
(WISMAN) Yang Berkunjung Ke Kabupaten Kubu Raya, 2013-2018. Kubu
Raya: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kubu Raya.
Dwiridotjahjono, J., Arifin, A. Z., Sasongko, P. E., Maroeto, ., & Santoso, W. (2017).
Pengembangan Agroekowisata Berbasis Perkebunan Kopi Rakyat di
Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat, 3(2), 157–167.

Ferdiansyah. (2010). Analisis Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata Markisa


Di Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan.
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Halim, A. (2009). Akuntansi sector Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
Salemba Empat.
Haming, Salim, & Basalamah, M. (2003). Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan
Bisnis. Jakarta: PPM.
Holloway, C., Humphreys, C., & Davidson, R. (2009). The Business of Tourism (8
ed.). England: Pearson Education Limited.
Husein, U. (2003). Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ibrahim, Y. (1998). Studi Kelayakan Bisnis (Pertama). Jakarta: Rineka Cipta,.
Juwitaningtiyas, T. (2018). Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Tanaman
Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum). Agroindustrial Technology
Journal, 2(1), 65–69.
Kadariah, Karlina, L., & Gray, C. (1999). Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Univeritas Indonesia press.
Kartodirdjo, S., & Suryo, D. (1991). Sejarah Perkebunan Indonesia. Yogyakarta:
Aditya Media.
Kasmir, & Jakfar. (2012). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana.
32

Novita, M., Budiyono, & Zulkarnain. (2017). Faktor Penyebab Menurunnya


Wisatawan Berkunjung Ke Objek Wisata Seminung Lumbok Resort Tahun
2016. Jurnal Peneletian Geografi, 5(6), 1–11.
Oka, A. Y. (2000). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkas.
Palit, I. G., Talumingan, C. ., & Rumagit, G. A. J. (2017). Strategi Pengembangan
Kawasan Agrowisata Rurukan. AGRI-SOSIOEKONOMI, 13(2A), 21.
Puspitasari, L., & Dwiastuti, R. (2018). Analisis Kelayakan Finansial Kebun Wisata
Strawberry (Kasus di Kebun Wisata Strawberry Highland). Jurnal Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis, 2(3), 187–193.
Putra, I. G. B. A. W., Prijanto, A., Sukendar, N. M. C., & Arisena, G. M. K. (2020).
Kajian analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis) kawasan agrowisata
di Indonesia. AGROMIX, 11(2), 189–201.
Siama, A., Lanuhu, N., Diansari, P., Rukmana, D., & Saadah, S. (2020). Analisis
Kelayakan Agrowisata (Studi Kasus pada Ghitari Coffee Plantation di
Lembang Kaero Kecamatan Sangalla’ Kabupaten Tana Toraja, Provinsi
Sulawesi Selatan). Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 16(2), 199–212.
Sofiana, A. T., Sudrajat, I. S., & Widiatmi, S. (2017). Analisis Kelayakan Finansial
Agrowisata Kebun Buah. Jurnal Ilmiah Agritas, 1(2), 51–56.
Sofyan, I. (2003). Studi Kelayakan Bisnis (Pertama). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, A. I., Adi, T. N., Jati, P. I. P., Ganjar, A., & Sutikna, N. (2020).
Manajemen Pemberdayaan Dalam Pengembangan Desa Eduwisata. Jurnal
Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat, 10(1), 70–82.
Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Andi
Offset.
Tirtawinata, Moh. R., & Fachruddin, L. (1996). Daya Tarik dan Pengelolaan
Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya.
33

Trimo, L., & Mukti, G. W. (2018). Kajian Strategi Pengembangan Agrowisata Kopi
Luwak (Studi Kasus Kopi Luwak Manglayang, Kampung Pondok Buahbatu-
Cikawari, Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung).
Jurnal Agribisnis dan Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD, 3(2)(2528), 525–
536.
Utari, D. R. (2017). Pengembangan Atraksi Wisata Berdasarkan Penilaian Dan
Preferensi Wisatawan Di Kawasan Mangrove Karangsong, Kabupaten
Indramayu. Jurnal Manajemen Resort dan Leisure, 14(2), 83–99.
Vergiawan, E. (2019). Analisis Studi Kelayakan Finansial Perencanaan Agrowisata
Bunga Mawar (Studi kasus CV.Kariksa Desa Sukajaya Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat). Skripsi. Jatinangor: Universitas Padjadjaran,
Fakultas Pertanian, Agribisnis.
Widayati, T., & Nugroho. (2018). Strategi Pengembangan Agrowisata Di Kota
Semarang. Jurnal Rekayasa Ilmu Pengetahuan dan Teknologiptek, 12(1), 45–
54.
34

Anda mungkin juga menyukai