Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ARTIKEL

POLEMIK PEMBANGUNAN BANDARA DI KULON PROGO

Disusun oleh:
Alicia Liana Atmadi (15/380067/TP/11268)

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

A. Latar Belakang Masalah


Rencana pembangunan bandara di Kulonprogo kini sedang menjadi polemik bagi
kalangan warga DIY khususnya warga Kulonprogo sendiri. Di satu sisi,
pemerintah sangat menginginkan proyek ini dapat benar-benar berjalan sesuai apa
yang mereka harapkan. Di sisi lain, banyak warga yang menolak secara tegas
pembangunan bandara yang menurut mereka akan merugikan mata pencaharian
mereka sebagai petani yang menggarap sawah dan nelayan yang mencari ikan di
wilayah pesisir.

B. Ringkasan artikel

Proyek Bandara Kulonprogo Gusur 11.501 Jiwa, Massa Blokir


Malioboro
Ratusan massa menggelar aksi demo menolak rencana pemerintah daerah
setempat membangun proyek Bandara Kulonprogo, Daerah Istimewa (DI)
Yogyakarta. Mereka melakukan aksi di Jalan Malioboro hingga menyebabkan
kemacetan karena seluruh badan jalan dipenuhi massa.
Alasan mereka menolak pembangunan Bandara Kulonprogo karena pemerintah
Kulonprogo akan mengusur rumah warga sebanyak 2.875 kepala keluarga atau
sekira 11.501 jiwa.
Tangan bergandengan membentang hingga seluruh badan Jalan Malioboro, Kota
Yogyakarta, terpenuhi. Barisan di belakang terdapat ratusan bapak-bapak serta
kalangan aktivis dari berbagai kampus. Mereka memblokir sepanjang Malioboro.
Barisan di depan membentangkan spanduk besar bertuliskan Gerakan Solidaritas
Tolak Bandara (Gestob), Selamatkan Bumi Yogyakarta, Cabut IPL Bandara
Kulonprogo. Mereka juga membentangkan beragam kertas merah berisi kritik
pada pemerintah, di antaranya berbunyi Pembangunan untuk Rakyat, Rakyat
Yang Mana, hingga beragam lainnya.

Kelik Martono, koordinator massa pada wartawan di Yogyakarta, Rabu


(22/4/2015) menyuarakan penolakan terhadap pembangunan bandara di
Kulonprogo.
Proyek pembangunan Bandara Internasional di Kulonprogo merupakan bagian
dari megaproyek Pemerintah Kulonprogo. Izin Penetapan Lokasi (IPL) sudah
diterbitkan melalui Surat Keputusan Gubernur DIY yang ditekan Sri Sultan
Hamengkubuwono X tertanggal 31 Maret 2015 dengan nomor 68/KEP/2015.
Dengan keluarkan IPL itu menandakan proses pembebasan lahan segera dilakukan
seperti di Desa Glagah, Palihan, Sindutan, Jangkaran, Kebonrejo, dan Temon
Kulon. Dalam pembebasan lahan itu akan mengusur 2.875 kepala keluarga atau
sekitar 11.501 jiwa.
C. Analisis
Meski banyak yang mengecam, tampaknya pemerintah tetap terlihat antusias
dengan pembangunan bandara di Kulonprogo. Hal ini ditunjukkan dengan
dorongan pemerintah yang meminta PT Angkasa Pura I segera membangun
proyek bandara modern Kulon Progo di DI Yogyakarta. Harapan pemerintah,
bandara ini akan menggantikan fungsi dari Adisutjipto International Airport.
Bahkan Wakil Menteri Perhubungan (Wamenhub) Bambang Susantono telah
mengatakan, latar belakang dibangunnya proyek ini karena Bandara Adisutjipto
yang saat ini menjadi satu-satunya bandara komersial di Yogyakarta, sudah penuh
sesak

dan

memiliki

banyak

keterbatasan.

Menhub

ingin

melakukan

pengembangan airport baru untuk daerah yang berkembang pesat, seperti halnya
Kertajati di Majalengka, Jawa Barat dibangun mengganti Husein Sastranegara di
Bandung, Jawa Barat, Polonia di Medan digantikan Kualanamu di Deli Serdang
(Suhendra, 2014).
Lain halnya dengan tanggapan sejumlah warga pesisir yang tergabung dalam
WTT (Wahana Tri Tunggal). Mereka memutuskan datang dan mengikuti kegiatan
konsultasi publik ulang di Kantor Camat Temon pada Kamis, 26 Februari 2015.

Ketua WTT Martono menyebutkan lahan yang dimilikinya sekitar 2.000 meter
persegi dan berlokasi di Pedukuhan Kragon II, Palihan, Temon. Alasan keberatan,
paparnya, tanah tidak dijual karena untuk warisan anak cucu. Selain itu, terdapat
pula beberapa alasan warga lainnya, seperti tanah mengandung bahan tambang
sehingga tidak cocok untuk pembangunan bandara, dan sebagainya (Sabandar,
2015).
Namun dengan dikeluarkannya IPL (Izin Penetapan Lokasi) oleh Sri Sultan
Hamengku Buwana, yang diterbitkan melalui Surat Keputusan Gubernur DIY
tertanggal 31 Maret 2015 dengan nomor 68/KEP/2015, keputusan untuk
membangun bandara semakin menguat (Prabowo, 2015).
Hal tersebut menimbulkan protes di kalangan warga Kulonprogo sebab proyek itu
akan melenyapkan pemukiman warga, dan juga akan membunuh mata
pencaharian warga sebagai petani yang menggarap sawah. Di lokasi tersebut juga
terdapat banyak sekolah, tempat ibadah, cagar budaya, hingga hunian warga.
Mereka yang tidak setuju dengan proyek bandara yang akan segera berjalan
tersebut ramai-ramai datang ke Malioboro untuk berdemo.
Proyek bandara tersebut sebenarnya cukup menguntungkan bagi wilayah yang
kurang maju seperti Kulonprogo. Sebab dengan konsep yang diusung oleh
Angkasa Pura 1 yaitu metropolis, kemungkinan besar wilayah kabupaten
Kulonprogo akan mencapai perubahan dalam sektor ekonomi dan bisnis.
Menurut John D. Kasarda (2000) professor University of North Carolina KenanFagler Business School, konsep Aetropolis sejak puluhan tahun lalu. Beliau
mengatakan bahwa : "Airport leaves the city, the city follow the airport and the
airport become a city!". Analisis beliau mulai menemukan buktinya dalam
beberapa dekade belakangan ini (Legowo, 2012).
Konsep aetropolis menggabungkan unsur Airport dan Metropolis. Artinya, dengan
membangun bandar udara di wilayah sebuah bandara yang dahulu dibangun jauh
dari kota, lama kelamaan kegiatan kota dan bisnis mengikutinya dan akhirnya
bandara itu mirip sebuah kota dengan semua fasilitas pendukungnya. Fenomena

tersebut dapat dilihat pada Bandara Soekarno-Hatta. Pada waktu dibangun dulu,
rasanya Bandara Soetta sangat jauh dari pusat kota Jakarta. Dan sekarang, Soetta
telah menjadi pusat kegiatan pergantian dari mode darat ke udara dan sebaliknya
menjadi begitu sibuk dan padat sekali. Konsep inilah yang mendorong pemerintah
dalam memajukan Kulonprogo melalui bandar udaranya.
Menurut saya pribadi, konsep ini akan sangat menguntungkan mengingat kita
telah memasuki era globalisasi yang menuntut kemajuan dalam segala bidang.
Dalam hal ini sektor bisnis dan ekonomi sangat mempengaruhi kemajuan suatu
negara. Parameter kemajuan suatu negara dilihat dari perkembangan ekonomi
yang signifikan. Tidak jarang, negara maju bisa disebut negara maju apabila
memiliki sektor industri yang kuat. Sektor industri akan memacu pertumbuhan
ekonomi dengan sendirinya. Begitu juga dengan negara yang memiliki sistem
transportasi yang terstruktur. Dengan mudahnya mengakses transportasi, suatu
negara akan mudah dalam melakukan hubungan multilateral dengan negara lain.
Hal ini akan mendorong perkembangan bisnis juga bagi negara yang
bersangkutan.
Dari hasil pengamatan dengan seksama, sistematis dan terstruktur, Kulonprogo
dianggap sebagai wilayah yang sulit dijangkau. Anggapan sulit dijangkau
menjadikan Kulonprogo seperti daerah yang terjal dan minim transportasi
(Nugrahaini,2015).
Anggapan tersebut akan terkikis sedikit demi sedikit dengan adanya bandara di
Kulonprogo. Meski tidak semudah membalikkan telapak tangan, saya yakin
bahwa Kulonprogo akan menjadi lebih potensial lagi dibandingkan sekarang.
Namun, melihat kecaman warga, rasanya akan sulit mengubah stigma dari
dampak proyek bandara menurut mereka. Pemerintah pun tidak boleh sewenangwenang memaksakan kehendak warga asli Kulonprogo. Para warga mungkin
khawatir jika nantinya kesulitan mendapatkan pekerjaan baru. Ditambah lagi
keahlian warga Kulonprogo mayoritas adalah bercocok tanam. Jadi akan terkesan
sulit mengubah apa yang sudah ada sekarang, terlebih lagi pemerintah seperti
kurang memahami keadaan warga Kulonprogo.

D. Solusi
Pembangunan bandara di Kulonprogo akan menguntungkan dalam sektor
ekonomi daerah. Pembangunan ini juga membutuhkan perencanaan yang matang.
Memang kenyataannya, keadaan yang sudah ada tidak mudah diubah begitu saja.
Terlebih lagi, warga sudah memiliki mata pencaharian yang cocok dengan kondisi
tanah di Kulonprogo.
Untuk mengatasi masalah tersebut, sebaiknya dilakukan dialog terbuka antara
pemerintah setempat dan warga Kulonprogo. Pemerintah harus mendengarkan
opini warga dan keinginan warga jika nantinya bandara akan benar-benar
dibangun. Jangan sampai pembangunan bandara menimbulkan perselisihan di
antara kedua pihak. Segala keberatan yang dirasakan oleh warga sebaiknya
dilontarkan kepada pemerintah daerah Kulonprogo dalam dialog tersebut.
Sebaliknya, pemerintah mendengarkan keluh kesah para warga dan tidak boleh
mengambil keputusan seenaknya. Selanjutnya, pemerintah perlu memikirkan
alternatif lain untuk mata pencaharian penduduk Kulonprogo.
Pemerintah daerah bisa mulai membekali penduduk Kulonprogo untuk siap
menjadi tenaga ahli dalam bidang lain selain agraris. Misalnya, mereka bisa
dibekali kemampuan dalam membuat kerajinan tangan, membuka usaha kuliner,
menjadi pegawai bandara, dll. Sehingga mereka tak perlu takut akan karir mereka
setelah bandara tersebut didirikan karena nantinya wilayah yang memiliki bandara
akan menjadi tempat wisata baru yang ramai dikunjungi oleh orang-orang dari
segala penjuru Indonesia bahkan dunia. Tidak menutup kemungkinan,
Kulonprogo bisa menjadi kabupaten yang lebih maju dibandingkan sebelumnya.
Oleh karena itu, segala pihak harus ikut serta dalam kesuksesan pembangunan
bandara di Kulonprogo. Pemerintah juga harus bersikap transparan terhadap
warga menyangkut proyek bandara tersebut. Jangan ada yang ditutup-tutupi.
Selain itu, pemerintah harus bisa menyejahterakan rakyatnya sehingga setelah
bandara tersebut sukses didirikan, warga Kulonprogo mendapat mata pencaharian
baru yang layak dan baik bagi mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Prabowo. 2015. Proyek Bandara Kulonprogo Gusur 11.501 Jiwa, Massa Blokir
Malioboro.

Diunduh

dari

http://news.okezone.com/read/2015/04/22/340/1138338/proyek-bandarakulonprogo-gusur-11-501-jiwa-massa-blokir-malioboro pada hari Minggu,


9 Agustus pukul 11.54 WIB.
Sabandar, Switzy. 2015. Ini Alasan WTT Tolak Pembangunan & Ikuti Konsultasi
Publik. Diunduh dari http://jogja.solopos.com/baca/2015/02/27/bandarakulonprogo-ini-alasan-wtt-tolak-pembangunan-ikuti-konsultasi-publik580572 pada hari Minggu, 9 Agustus 2015 pukul 12.05 WIB.
Suhendra, Zulfi. 2014. Bandara Kulon Progo Bakal Gantikan Adisutjipto, Ini
Alasannya.

Diunduh

dari

http://finance.detik.com/read/2014/07/03/094818/2626395/4/bandarakulon-progo-bakal-gantikan-adisutjipto-ini-alasannya pada hari Minggu, 9


Agustus 2015 pukul 12.06 WIB.
Kuntadi. 2015. Warga Pesisir Tolak Pembangunan Bandara Kulonprogo.
Diunduh dari http://daerah.sindonews.com/read/959926/22/warga-pesisirtolak-pembangunan-bandara-kulonprogo-1423030340 pada hari Minggu,
9 Agustus 2015 pukul 12.54 WIB.
Legowo, Heru. 2012. Aerotropolis Konsep Bandara Mendatang. Diunduh dari
http://www.kompasiana.com/herulegowo/aerotropolis-konsep-bandaramendatang_5511234b8133115941bc61e8 pada hari Minggu, 9 Agustus
2015 pukul 13.09 WIB.
Nugrahaini, Amelia Dwi. 2015. Menghapus Stigma Kulonprogo. Diunduh dari
http://watespahpoh.net/2015/menghapus-stigma-kulonprogo.html
hari Minggu, 9 Agustus 2015 pukul 13.12 WIB.

pada

Anda mungkin juga menyukai