Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PEMODELAN TRANSPORTASI KOTA

TATA GUNA LAHAN DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH


KOTA JAKARTA

Oleh :
MADE PUTRI IRMAYANI
NIM : 1304105014

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pemodelan Transportasi Kota mengenai Tata Guna
Lahan dan Transportasi di Wilayah Kota Jakarta sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Putu Alit Suthanaya,
ST., MEngSc., PhD., selaku dosen pengajar Pemodelan Transportasi Kota.
Laporan ini dibuat dengan harapan dapat membantu penulis untuk lebih memahami
mengenai sistem tata guna lahan dan sistem transportasi di suatu kota. Selain itu penulis
berharap laporan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi mahasiswa teknik sipil
pada umumnya dalam memahami dunia ketekniksipilan.
Dengan keterbatasan yang dimiliki penulis dalam menyampaikan materi, maka
laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangan mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca agar penulis dapat menyempurnakan laporanini. Akhir
kata, penulis ucapkan terimakasih atas perhatiannya dan semoga laporan ini dapat berguna
bagi pembaca.
Denpasar, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini perkembangan kota-kota di Indonesia semakin pesat.
Perkembangan kota tentunya membutuhkan perkembangan transportasi pula.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan transportasi adalah usaha pemindahan atau
pergerakan sesuatu baik orang maupun barang dari lokasi asal ke lokasi tujuan.
Pada kenyataan yang ada saat ini perkembangan kota selalu lebih cepat
dibandingkan dengan perkembangan transportasi. Hal inilah yang menyebabkan
munculnya

permasalahan-permasalahan

transportasi di

perkotaan,

seperti

kemacetan, tingginya polusi udara dan polusi suara, tingginya tingkat kecelakaan,
dan lain-lain. Selain permasalahan-permasalahan tersebut, ditambah lagi
permasalahan lainnya seperti terbatasnya sumber daya dan dana, kualitas dan
kuantitas data yang berkaitan dengan transportasi, pendapatan rendah dan
lemahnya

sistem

perencanaan

beserta

kontrolnya

membuat

permasalah

transportasi menjadi semakin parah. Pesatnya perkembangan atau pertumbuhan


kota mengakibatkan munculnya berbagai kegiatan beraneka ragam, dan apabila
tumbuh dan tak terkendali, dapat berdampak pada salah satunya gangguan lalu
lintas.
Kota Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia yang akan terus mengalami
perkembangan akan semakin bertambahnya pusat-pusat kegiatan baru, seperti
pusat perdagangan, perkantoran, industri dan sebagainya. Seperti pembangunan
mall dan tempat wisata di Jakarta tidak diimbangi dengan pengembangan
transportasi, sehingga tidak sedikit menimbulkan dampak negatif terhadap lalu
lintas. Masalah utama yang terkait dengan masalah lalu lintas di Kota Jakarta,
terutama pada jalan-jalan dan kawasan rawan kemacetan di pusat kota adalah
kemacetan. Terjadinya kemacetan ini disebabkan karena kapasitas jalan yang ada
sudah tidak dapat menampung jumlah kendaraan (volume) yang semakin
bertambah sehingga ruas jalan semakin sempit (RTRW Kota Jakarta tahun 20012011).

Pemerintah Kota Jakarta harus segera bertindak untuk mengatasi segala


permasalahan transportasi yang mulai muncul di Kota Jakarta. Terdapat beberapa
cara untuk mengatasi permasalahan transportasi di Kota Jakarta, seperti
peningkatan pelayanan publik dalam bidang transportasi khususnya angkutan
kota, pengaturan tata guna lahan, dan sebagainya. Dengan adanya solusi yang
ditawarkan diharapkan nantinya sistem transportasi di Kota Jakarta dapat
membaik dan membuat nyaman seluruh masyarakat Kota Jakarta.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah
1. Untuk mengetahui kondisi geografis Kota Jakarta.
2. Untuk mengetahui kondisi pemerintahan Kota Jakarta.
3. Untuk mengetahui data statistik Kota Jakarta.
4. Untuk mengetahui sistem transportasi Kota Jakarta.
5. Untuk mengetahui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota
Jakarta.
6. Untuk mengetahui tata guna lahan Kota Jakarta.
7. Untuk mengetahui permasalahan transportasi Kota Jakarta.
8. Untuk memberikan solusi permasalahan transportasi Kota Jakarta.
1.3 Batasan Masalah
Dalam karya tulis ini batasan masalah dibatasi pada
1. Permasalahan transportasi
2. Sistem transportasi yang digunakan di Kota Jakarta

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Geografis dan Iklim Kota Jakarta


Secara geografis Provinsi DKI Jakarta terletak antara 51912 sampai
62354 Lintang Selatan dan 1062242 sampai 1065818 Bujur Timur
dengan ketinggian 7 mdpl. Batas-batas wilayah provinsi DKI Jakarta, yaitu
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Bekasi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan

keadaan

tofografinya,

wilayah

Provinsi

DKI

Jakarta

dikategorikan sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai
sampai ke banjir kanal berkisar antara 0-10 m di atas permukaan laut diukur dari
titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan
di wilayah Provinsi DKI Jakarta antara 5-50 m di atas permukaan laut. Daerah
pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim
hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan
ketinggian antara 50-75 m.
Provinsi DKI Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 Km2 (lautan: 6.977,5
km2). Provinsi DKI Jakarta memiliki status khusus sebagai Daerah Khusus
Ibukota berdasarkan Pasal 6 UU No.5 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.25 Tahun 1978 wilayah Provinsi DKI Jakarta dibagi dalam
5 wilayah kota dan 1 kabupaten yang setingkat dengan kotamadya Daerah Tingkat
II dan berada langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari
44 kecamatan dan 267 kelurahan. Perincian pembagian wilayah administrasi
pemerintahannya adalah sebagai berikut :
1. Kota Administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 Km
2. Kota Administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 Km
3. Kota Administrasi Jakarta Barat dengan luas 126,15 Km
4. Kota Administrasi Jakarta Utara dengan luas 142,30 Km
5. Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan luas 145,73 Km
6. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dengan luas 11,71 Km

Gambar 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Jakarta


Sumber : BPS Kota Jakarta

Tabel 2.1 Luas daerah Administrasi Menurut Kabupaten/Kota Administrasi


Regency/Municip
ality
Kep. Seribu
Jakarta Selatan
Jakarta Timur
Jakarta Pusat
Jakarta Barat
Jakarta Utara
DKI Jakarta

Area (km2)
2009
8.7
141.27
188.03
48.13
129.54
146.66
662.33

2010
8.7
141.
27
188.
03
48.1
3
129.
54
146.
66
662.
33

2011
8.7
141.27
188.03
48.13
129.54
146.66
662.33

2012
8.7
141.
27
188.
03
48.1
3
129.
54
146.
66
662.
33

2013
8,70
141,2
7
188,0
3
48,13
129,5
4
146,6
6
662,3
3

2.2 Kondisi Pemerintahan DKI Jakarta


Pemerintahan DKI Jakarta adalah pemerintahan pada Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta), yang berbeda dengan provinsi-provinsi
lainnya. DKI Jakarta dipimpin oleh seorang Gubernur seperti halnya provinsiprovinsi lainnya, tetapi memiliki 5 orang Walikota yang bertanggungjawab kepada
Gubernur secara langsung. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dipimpin oleh satu
orang Gubernur dibantu oleh satu orang Wakil Gubernur yang dipilih secara
langsung melalui pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang
harus memperoleh suara lebih dari 50% suara sah. Tahun 2012 telah terpilih Ir.
Joko Widodo sebagai gubernur dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakil
gubernur DKI Jakarta untuk periode kepemimpinan Tahun 2012-2017.
Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengakui dan
menghormati satuan-satuan pemerintahan yang bersifat khusus atau istimewa
yang diatur dengan undang-undang. Selain itu, negara mengakui dan
menghormati hak-hak khusus dan istimewa sesuai dengan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Provinsi DKI Jakarta sebagai satuan pemerintahan
yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan sebagai daerah otonom memiliki fungsi dan peran yang
penting dalam mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, perlu diberikan kekhususan tugas, hak,
kewajiban, dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Otonomi Provinsi DKI Jakarta diletakkan pada tingkat provinsi.
Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta dilaksanakan menurut asas
otonomi, asas dekonsentrasi, asas tugas pembantuan, dan kekhususan sebagai
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
DPRD Provinsi DKI Jakarta memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. DPRD Provinsi DKI Jakarta memberikan pertimbangan terhadap
calon Walikota/Bupati yang diajukan oleh Gubernur. Anggota DPRD Provinsi

DKI Jakarta berjumlah paling banyak 125% (seratus dua puluh lima persen) dari
jumlah maksimal untuk kategori jumlah penduduk DKI Jakarta sebagaimana
ditentukan dalam undang-undang berlaku mulai Pemilihan Umum Tahun 2009.
Perangkat daerah Provinsi DKI Jakarta terdiri atas sekretariat daerah,
sekretariat

DPRD,

dinas

daerah,

Administrasi/Kabupaten Administrasi,

lembaga
kecamatan,

teknis
dan

daerah,

Kota

kelurahan.

Dalam

kedudukannya sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemerintah


DKI Jakarta dapat mengusulkan kepada Pemerintah penambahan jumlah dinas,
lembaga teknis provinsi serta dinas, dan/atau lembaga teknis daerah baru sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan anggaran keuangan daerah.
Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil Pemerintah dan Kepala
Daerah Provinsi DKI Jakarta yang diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban,
dan tanggung jawab dalam kedudukan DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dibantu oleh sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang
Deputi Gubernur sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah yang
bertanggung jawab kepada Gubernur. Deputi diangkat dari pegawai negeri sipil
yang memenuhi persyaratan. Deputi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
atas usul Gubernur.
Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi dipimpin oleh Walikota/Bupati.
Walikota/Bupati diangkat oleh Gubernur atas pertimbangan DPRD Provinsi DKI
Jakarta dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan dan diberhentikan
oleh Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Walikota/Bupati bertanggung jawab kepada Gubernur.
Walikota/Bupati dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil
Walikota/Wakil Bupati. Wakil Walikota/Wakil Bupati diangkat dari pegawai
negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Wakil Walikota/Wakil Bupati diangkat
dan diberhentikan oleh Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Wakil

Walikota/Wakil

Bupati

Walikota/Bupati.

bertanggung

jawab

kepada

Perangkat pada tingkat Kota Administrasi/Kabupaten Administrasi terdiri


atas sekretariat Kota Administrasi/sekretariat Kabupaten Administrasi, suku dinas,
lembaga teknis lain, kecamatan, dan kelurahan.Kecamatan dipimpin oleh camat
yang dibantu oleh seorang wakil camat. Camat dan wakil camat diangkat dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Kelurahan dipimpin oleh lurah
dibantu oleh seorang wakil lurah. Lurah dan wakil lurah diangkat dari pegawai
negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
Untuk membantu wali kota/bupati dalam penyelenggaraan pemerintahan
kota/kabupaten dibentuk dewan kota/dewan kabupaten. Anggota dewan
kota/dewan kabupaten terdiri atas tokoh-tokoh yang mewakili masyarakat dengan
komposisi satu kecamatan satu wakil. Anggota dewan kota/dewan kabupaten
diusulkan oleh masyarakat dan disetujui oleh DPRD Provinsi DKI Jakarta untuk
selanjutnya ditetapkan oleh Gubernur. Ketentuan mengenai susunan, jumlah,
kedudukan, tata kerja dan tata cara pemilihan keanggotaan dewan kota/dewan
kabupaten diatur dengan peraturan daerah.
Untuk membantu lurah dalam penyelenggaraan pemerintahan kelurahan
dibentuk lembaga musyawarah kelurahan. Anggota lembaga musyawarah
kelurahan dipilih secara demokratis pada tingkat rukun warga dan selanjutnya
ditetapkan oleh wali kota/bupati melalui camat. Ketentuan mengenai susunan,
kedudukan, tata kerja, dan keanggotaan lembaga musyawarah kelurahan diatur
dengan peraturan daerah.

Anda mungkin juga menyukai