Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen yang tingkat ketersediannya baik secara
kualitas maupun kuantitas harus selalu diperhitungkan dalam proses perencanaan kota (Roswidyatmoko
Dwihatmojo, 2013). Semakin berkurangnya ruang terbuka hijau karena keterbatasan lahan akan
menimbulkan permasalahan lingkungan di wilayah perkotaan karena polusi yang meningkat. Menurut
Budiharjo (1993) menyatakan bahwa hilangnya ruang terbuka hijau didaerah perkotaan menyebabkan
ketidakstabilan psikologis, emosional, dan dimensional, sehingga ruang gerak masyarakat untuk
beraktifitas dan berpikir menjadi sangat terbatas.

Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap wilayah kota
harus menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% dari luasan wilayah yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuh tanaman, baik secara alamiah ataupun disengaja ditanam.
Selain itu, kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau pada suatu wilayah juga dapat ditentukan melalui
berbagai indikator seperti jumlah penduduk, kebutuhan oksigen, dan kebutuhan air bersih. Keberadaan
Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang
nyaman dan sehat.

Menurut Imam Ernawi (2010) menyatakan bahwa perkembangan fisik ruang kota sangat
dipengaruhi oleh urbanisasi. Perkembangan urbanisasi di Indonesia dapat diamati dari 3 (tiga) aspek :
pertama, jumlah penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan (kini mencapai 120 juta dari total 230 juta
jiwa); kedua, sebaran penduduk yang tidak merata (hampir 70% di Jawa dengan 125 juta jiwa dan di
Sumatera dengan 45 juta jiwa); serta, ketiga, laju urbanisasi yang tinggi, dimana kota-kota metropolitan,
seperti: Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, dan Makassar.

Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial,
ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat.
Dalam perjalanannya, kota mengalami perkembangan yang sangat pesat akibat adanya dinamika
penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan terjadinya interaksi dengan wilayah lain. Pertambahan jumlah
penduduk tersebut mengakibatkan terjadinya densifikasi penduduk dan permukiman yang cepat dan tidak
terkendali di bagian kota. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang meningkat untuk mengakomodasi
kepentingannya. Semakin meningkatnya permintaan akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan
terbangun berdampak kepada semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata Ruang yang telah
dibuat tidak mampu mencegah alih fungsi lahan di perkotaan sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) semakin terancam dan kota semakin tidak nyaman untuk beraktivitas. (Roswidyatmoko
Dwihartmojo, 2013)

Kota Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Indonesia memiliki tingkat kepadatan
penduduk tinggi karena terdapat daerah wisata yang beragam yang sering dikunjungi wisatawan dan juga
merupakan kota pelajar. Kota ini memiliki Ruang Terbuka Hijau yang hampir ditemui disetiap sudut kota
tersebut tetapi terlihat mulai kurang daerah Ruang Terbuka Hijaunya karena mulai banyak pembangunan
dengan proyek besar seperti hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan seperti mall. Meski mulai banyak
gedung yang biasa temasuk perusak lingkungan dan mengurangi oksigen bagi makhluk hidup sehingga
diperlukan daerah yang hijau dan terbuka.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arah Kebijakan RTH Kota Bandung
1. Dari aspek optimalisasi lahan RTH :
1. Secara kuantitatif
Masih kurangnya lahan RTH di Kota Bandung dalam memenuhi target RTH sebesar 30% (target RPJP) juga
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 dimana RTH yang harus tersedia
adalah sebesar 20% RTH Publik dan 10% RTH Private juga target RTH pada RPJM yaitu 16%. Luas RTH
Kota Bandung sampai tahun 2008 adalah sebesar 8,87%. Hasil Up dating data RTH pada tahun 2009
diperoleh data bahwa luas RTH sampai tahun 2009 adalah sebesar 11,2% sehingga untuk mencapai target luas
RTH dalam RPJM masih kekurangan 4,8% atau sekitar 800 Ha atau 1,2% pertahun atau sekitar 200 Ha/tahun.
¨
2. Secara kualitatif
Banyaknya RTH seperti taman-taman lingkungan dan jalur hijau jalan yang berubah fungsi menjadi tempat
PKL, tempat tinggal gepeng/tunawisma;

 Tempat pengumpulan barang rongsokan seperti di Taman Cilaki, Taman Anggrek, Taman Tegallega,
dsb.
 RTH pekarangan yang diubah menjadi perkerasan akibat alih fungsi lahan
 Kurang terpeliharanya taman-taman.
2. Kebijakan RTH Kota Bandung
 UU Tata Ruang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana RTH yang harus tersedia adalah
30 % yang terdiri dari 20 % RTH Publik dan 10 % RTH Privat
 Permendagri No 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan
 Permen PU No 5/PRT/M/2008 tentang pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan
Perkotaan
 Perda RTRW No. 3 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
 Perda RDTRK
 Perda K-3 No. 11 Tahun 2005 tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Kota
 Perda Hutan Kota
 Raperda Pengelolaan RTH Kota Bandung
 Juknis Pengelolaan RTH Kota Bandung

2
3. Landasan Operasional
 RPJP (Rencana Program Jangka Panjang)
 RPJM (Rencana Program Jangka Menengah)
 7 Program Prioritas Kota Bandung
 Renja Tahunan
 Renstra

4. Potensi dan Masalah


 Kota Bandung sebagai Ibukota Provinsi Jawa Barat sekaligus sebagai kota jasa terletak di cekungan,
memiliki luas 16.729 Ha dengan penduduk sekitar 2,5 juta jiwa
 Dinamika pembangunan yang berlangsung di Kota Bandung menyebabkan tekanan terhadap
‘infrastruktur hijau perkotaan’ yang lazim disebut sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin
meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh berkurangnya ruang terbuka hijau privat seperti pekarangan dan
taman-taman lingkungan yang terdapat di kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan industri,
serta kawasan permukiman. Meskipun peraturan perundangan yang ditujukan untuk mengendalikan
konversi ruang terbuka hijau privat telah tersedia, namun dalam kenyataannya konversi RTH untuk
berbagai kepentingan pembangunan tidak dapat dihindarkan.
5. Kendala Dalam Pengelolaan RTH
1. Terbatasnya SDM yang sesuai dengan kebutuhan dalam penataan dan pemeliharaan RTH
2. Taman yg ada : 604 buah, sedangkan taman yang sudah dipelihara oleh Diskamtam : 240 buah. Hal
ini disebabkan karena kurangnya SDM lapangan yang terampil. Jumlah personil saat ini : 114 orang,
terdiri dari PNS 88 orang, tenaga sukwan 26 orang dengan luas garapan sekitar 129 Ha. Sedangkan
jumlah personil yang dibutuhkan untuk memelihara taman keseluruhan sekitar 250 orang, dengan
asumsi 1 sektor 50 orang.

 Contoh : Banyak lahan RTH pekarangan permukiman yang beralih fungsi menjadi perkerasan
beton yang digunakan sebagai lahan parkir, karena adanya alih fungsi lahan menjadi
pusat perdagangan, bahkan pohon-pohon yang ada di jalur hijau jalan terpaksa harus di tebang
untuk manuver kendaraan
 Adanya pemanfaatan RTH publik yang beralih fungsi menjadi ruang terbangun seperti jalur hijau
Sempadan Sungai, jalur hijau Rel Kereta Api
 Banyak terdapat RTH Publik yang kualitasnya semakin menurun, karena penggunaannya yang
beralih fungsi seperti terdapatnya taman-taman lingkungan dan jalur hijau jalan yang berubah
fungsi menjadi tempat PKL (Pedagang Kaki Lima) dan tempat tinggal para “gepeng” atau
tunawisma

3
 Adanya perusakan pohon baik secara fisik mekanik dan penggunaan zat kimia. Contoh :
vandalisme, pemotongan akar, pembakaran batang, pembetonan di sekitar pohon, pemberian zat
kimia yang dapat mematikan pohon.

 Adanya kendala keterbatasan lahan RTH karena kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana
kota terus meningkat, apalagi Kota Bandung tergolong kota padat penduduk.
 Adanya keterbatasan kemampuan dana, SDM, sarana pendukung operasional pengelolaan RTH
No Uraian Kota Bandung
1 Luas Wilayah 16.729 Ha

2 Instansi Pengelola Dinas Pertamanan

Taman dan jalur hijau 604, kebun bibit 3 (215,33


3 Jumlah/Luas Taman Ha)

4 Jumlah Penduduk 2,5 Juta Jiwa

5 Persentase RTH 8,7% (526,23 Ha)

4
 Peranan kelembagaan yang belum optimal, seperti masih lemahnya koordinasi antar instansi
terkait, terutama dalam pengendalian RTH.
 Masih kurangnya kesadaran sebagian masyarakat dalam pemeliharaan RTH, walaupun ada
sebagian masyarakat yang telah mulai peduli terhadap pemeliharaan RTH.
 Contoh-contoh RTH yang terpelihara dengan adanya partisipasi masyarakat :

5
B. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN
2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.

Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

MEMUTUSKAN:

Bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan berciri
Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya, perluditingkatkan upaya pengelolaannya secara
bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang
sehingga kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya
kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 18 TAHUN 2011 TENTANG


RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA BANDUNG TAHUN 2011-2031

Pasal 46ayat(1)

RTH sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (1) huruf d, tersebar di seluruh wilayah kota yang
mempunyai arahan penyediaan sampai akhir tahun rencana dengan proporsise bagai berikut:

a. RTH Publik dengan total luas lebih kurang 3.400 (tigaribu empat ratus) hektar atau 20%
(dua puluh persen)

b. RTH Privat dengan total luas lebih kurang 1.700 (seributujuh ratus) hektar atau 10% (sepuluh persen)

6
C. Ruang Terbuka Hijau

1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area yang memanjang berbentuk jalur dan atau area mengelompok,
yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah
maupun yang sengaja di tanam. Dalam Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang
menyebutkan bahwa 30% wilayah kota harus berupa RTH yang terdiri dari 20% publik dan 10% privat.
RTH publik adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang
digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Contoh RTH Publik adalah taman kota, hutan
kota, sabuk hijau (green belt), RTH di sekitar sungai, pemakaman, dan rel kereta api. Sedangkan RTH
Privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan
terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami
tumbuhan. Penyediaan RTH memliki tujuan sebagai berikut :

1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air,


2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara lingkungan alam dan
lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat.
3. Meningkatakan keserasian lingkunagn perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan
yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

RTH yang telah ada baik secara alami ataupun buatan diharapkan dapat menjalankan empat (4) fungsi
sebagai berikut :

1. Fungsi ekologis antara lain : paru-paru kota, pengatur iklim mikro, sebagai peneduh, produsen
oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitas satwa, penyerap polutan dalam udara, air dan tanah,
serta penahan angin.
2. Fungsi sosial budaya antara lain : menggambarkkan ekspresi budaya lokal, media komunikasi, dan
tempat rekreasi warga.
3. Fungsi ekonomi antara lain : sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah, daun, dan
sayur mayur. Beberapa juga berfungsi sebagai bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan,
dan lain-lain.
4. Fungsi estetika antara lain meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik skala
mikro (halaman rumah/lingkungan pemukiman), maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan);
menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan,
kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologis. dan konservasi
hayati.

7
2. Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi dalam kategori sebagai berikut :

1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan
kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga,
dan buah).
2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang
sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, dan pelestarian fungsi
lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati dan keanekaragaman
hayati)

Melihat besarnya fungsi dan peran RTH untuk menjamin kesimbangan kota, Medco Foundation membuat
sebuah program yang dinamakan GreenPOTS. GreenPOTS merupakan kegiatan edukasi kepada masyarakat
untuk menciptakan, mempertahankan, , dan memanfaatkan RTH privat yang ada disekitarnya. Masyarakat
diberikan pengetahuan dan penyadaran bahwa dengan melakukan kegiatan penghijauan dalam skala kecil baik
di rumah maupun komunitas akan berkontribusi langsung dalam mendukung pencapaian target RTH
perkotaan.

8
Mengenal Ruang Terbuka Hijau
Keterangan :
KDB = Angka yang menyatakan jumlah (persentase) luasan lahan yang boleh dibangun.
Nilai KDB 80% artinya suatu area harus menyediakan RTH sebesar 20% dari total luas lahan yang akan
dibangun. Nilai KDB berbeda – beda untuk setiap wilayah tergantung peruntukan lahan dalam rencana tata
kota

D. PERMASALAHAN RUANG TERBUKA PUBLI K DAN RUANG


TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PER MUKIMAN PADAT
PENDUDUK DI PELESIRA N, BANDUNG, JAWA BARAT
1. RUANG TERBUKA PUBLIK
Kepadatan penduduk pada kawasan Pelesiran menyebabkan kebutuhan akan RTP bertambah. RTP
memungkinkan para warganya untuk bersosial dan berkomunikasi dengan baik. Letaknya yang sangat
strategis dengan pusat perbelanjaan dan pusat pendidikan di sekitar jalan Dago memberikan tantangan
yang besar bagi kawasan ini agar dapat meningkatkan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat.

Terbatasnya lahan menyebabkan sulitnya mendirikan RTP pada kawasan ini. Beberapa penduduk
memanfaatkan Sekretariat Arung Jeram sebagai tempat berkumpul dan bermain untuk anak-anak seperti
terlihat pada gambar dibawah ini.

9
Masyarakat yang mengerti pentingnya RTP memanfaatkan tempat-tempat yang jarang digunakan
sebagai tempat berkumpul dan beraktivitas sehingga kehidupan sosial pada masyarakat ini terjalin cukup
baik. Namun ada juga RTP yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat seperti terlihat pada
gambar ini.

Lapangan olahraga atau tempat terbuka lainnya merupakan RTP yang penting bagi masyarakat
ditempat inilah warga dapat berkumpul atau dijadikan tempat bermain untuk anak-anak. Namun jika
lapangan yang seharusnya digunakan sebagai tempat RTH ini digunakan sebagai tempat parkir kendaraan
bermotor maka ini fungsi lapangan sebagai RTP akan hilang. Terlihat pada gambar bahwa tidak terlihat
anak-anak atau masyarakat yang sedang asik bermain bola karena terganggu dengan kendaraan bermotor
yang terpakir di tengah lapangan ini.

Jika tidak ada kendaraan yang terparkir maka lapangan akan digunakan dengan sebagaimana fungsinya
oleh masyarakat.

10
2. RUANG TERBUKA HIJAU

Jalan Pelesiran dulunya adalah sebuah tempat untuk berpiknik (pelesir) karena terdapat sebuah taman
dan danau wisata. Berbeda dengan saat ini, Jalan Pelesiran merupakan permukiman padat penduduk yang
sudah tidak mempunyai taman dan danau. Saat ini, Jalan Pelesiran hampir tidak memiliki ruang terbuka
hijau padahal ruang terbuka hijau memiliki peranan penting untuk perlindungan tata air, meningkatkan
kualitas lingkungan kota, memperindah kota sebagai aspek arsitektur, juga berfungsi pada aspek sosial
dan ekonomi. Hal ini sangatlah penting terutama untuk permukiman padat penduduk tepatnya pada
kawasan pelesiran ini, kawasan yang memiliki tingkat lingkungan bersih yang rendah, rawan terhadap
bencana banjir dan mudahnya penyebaran penyakit. Sangat disayangkan karena kawasan inipun memiliki
kesempatan yang besar dibidang ekonomi dan sosial karena letaknya yang strategis dekat dengat pusat
aktivitas Kota Bandung yaitu Jalan Dago.

Sangat sulit mencari ruang terbuka hijau di kawasan pelesiran ini, satu-satunya ruang terbuka hijau
yang kami temui adalah sebuah lahan seluas kurang lebih 9 meter persegi yang ditanami dengan beberapa
tanaman hias di tengah-tengah permukiman penduduk. Walaupun lahannya sangat kecil namun terlihat
sangat dirawat oleh masyarakat yang sadar akan pentingnya RTH pada kawasan ini. Jika banyak
masyarakat yang memanfaatkan lahan sebagai RTH seperti ini maka permasalahan RTH pada kawasan ini
akan terselesaikan.

11
Bandung yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi pada musim penghujan memberikan
kekhawatiran bagi penduduk yang bertempat tinggal tepat dipinggir sungai Cikapundung namun mereka
tidak memiliki pilihan lain untuk mencari tempat tinggal yang lebih layak. Seharusnya mereka tidak
diberikan izin untuk mendirikan bangunan karena rumah-rumah yang dibangun di bantaran sungai tersebut
tidak memiliki jarak pembatas yang cukup antara bangunan dan pinggir sungai sehingga sangat berbahaya
pada musim penghujan. Seharusnya diberikan ruang terbuka hijau diantara pinggir sungai dengan rumah
penduduk agar dapat mencegah terjadinya banjir.

3. Upaya Menangani Masalah


 Harus ada terobosan dalam upaya meningkatkan strategi pengelolaan RTH melalui alternatif
pendekatan yang komprehensif dari aspek keruangan (spasial), kelembagaan dan masyarakat sebagai
pengguna dan mendapatkan manfaat dari RTH yang mempunyai fungsi ekologis, sosial dan estetika
dalam rangka mengimplementasikan kebijakan RTH
 Dari Aspek Pemanfaatan Ruang (Spasial) salah satu alternatif penambahan dan pengembangan RTH
dapat dilakukan dengan pendekatan ekologi lansekap antar kota dan kabupaten sebagai hinterland,
sehingga RTH merupakan satu kesatuan dalam wilayah yang mempunyai hubungan fungsional ruang.
Dalam hal ini pemanfaatan ruang menuju Bandung Metropolitan
 Secara kuantitatif, kondisi luasan RTH saat ini (2009) terdapat peningkatan dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

12
 Tetapi apabila mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Kota
ditetapkan bahwa 30% tata ruang kota adalah kawasan hijau, yang terdiri dari 20% Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Publik dan 10% RTH privat, yang kemudian dijabarkan dalam bentuk RPJP (Rencana
Pembangunan Jangka Panjang) bahwa RTH yang harus tersedia adalah 30% dan RPJM (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah) Kota Bandung, di mana Luas RTH 5 (Lima) Tahun ke depan yaitu
dari Tahun 2009-2013 RTH Kota Bandung harus mencapai 16%, maka dengan prosentase RTH tahun
2008 sebesar 8,87% masih belum optimal untuk mengejar target 16%, dengan asumsi setiap tahun
penambahan RTH rata-rata adalah 1,4% atau sekitar 240 Ha dari luasan Kota Bandung 16.729 Ha.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu kebijakan pengelolaan RTH yang dapat mengendalikan
pemanfaatan ruang kota, yang ditindaklanjuti dengan strategi implementasi kebijakan RTH sehingga
kawasan hijau di Kota Bandung tetap terjaga dengan acuan 30 persen kawasan hijau terpenuhi
 Secara kualitatif memanfaatkan lahan-lahan RTH yang ada secara maksimal dalam upaya
mengoptimalkan lahan RTH
 Dari Aspek Kelembagaan,peningkatan koordinasi baik secara internal maupun eksternal antar instansi
terkait.

13
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan

4 (empat) faktor krisis yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan, seperti yang diungkapkan oleh Edward
III , yaitu:

1. Komunikasi
Komunikasi menunjukkan peranan penting sebagai acuan agar pelaksana kebijakan mengetahui persis
apa yang mereka kerjakan berarti komunikasi juga dapat dinyatakan dengan perintah dari atasan terhadap
pelaksana-pelaksana kebijakan sehingga penerapan kebijakan tidak keluar dari sasaran yang dikehendaki.
Dengan demikian komunikasi tersebut harus dinyatakan dengan jelas, tepat dan konsisten.

2. Sumber Daya
Sumberdaya tidak hanya mencakup jumlah sumber daya manusia/aparat semata melainkan mencakup
kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut hal ini dapat menjelaskan bahwa tanpa
sumber daya yang memadai maka pelaksanaan kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif.

3, Disposisi / Sikap Pelaksanaan


Yang diartikan sebagai keinginan atau kesepakatan dikalangan pelaksana untuk menerapkan
kebijakan. Jika penerapan kebijakan dilaksanakan secara efektif, pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa
yang akan mereka kerjakan namun harus memiliki kemampuan dan keinginan untuk menerapkannya.

4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi merupakan variabel terkhir yang mempunyai dampak terhadap penerapan kebijakan
dalam arti bahwa dalam penerapan kebijakan itu tidak akan berhasil jika terdapat kelemahan dalam struktur
birokrasi tersebut. Dalam hubungan ini setiap pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan perlu
mengembangkan suatu prosedur standar pelaksanaan.

Langkah-langkah Strategis

 Intensifikasi Penataan taman-taman dan jalur hijau


 Beberapa taman dan jalur hijau akan di coba pemeliharaannya dengan sistem outshorsing;
 Sosialisasi yang lebih intensif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan taman-
taman dan jalur hijau serta pengamanan pohon ;
 Evaluasi terhadap pola kemitraan penataan dan pemeliharaan taman yang sudah dilaksanakan ;
 Koordinasi lebih intensif dengan instansi terkait ( Bappeda, Distarcip, BPLH, Dinas Pertanian, Pol PP,
PD.Kebersihan, DBMP, Dishub, PD. Pasar, dll), serta aparat kewilayahan;
 Penambahan prasarana dan sarana pemeliharaan taman (pembuatan sumber air tanah, tanki
penyiraman, motor roda 3, mesin babad rumput, sensow dll).
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Permasalahan lingkungan hidup di kota begitu kompleks. Permasalahan tidak terbatas pada kondisi
sosialnya, namun juga pada komponen lingkungan lainnya. Permasalahan yang ada mulai dari ketersedian
air bersih, sanitasi, polusi, kemacetan, sampai kepada berkurangnya ruang terbuka hijau.
Keterbatasan lahan dan peningkatan jumlah penduduk setiap tahun menyebabkan kota menjadi
padat. Akhirnya, kedua faktor tersebut dapat menimbulkan kekumuhan kota. Aktivitas kota akan
mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan. Kota dengan kegiatan industri, perdagangan, dan jasa yang
intensif akan menimbulkan permasalahan lingkungan. Kompetisi penggunaan lahan yang terjadi antara guna
lahan dengan fungsi ekonomis, seperti perdagangan dan jasa, industri serta pemukiman, mendesak
keberadaan ruang terbuka bervegetasi.

Saran

 Pemerintah Kota Bandung perlu meningkatkan kualitas perencanaan RTH dan mengintegrasikan
dengan rencana tata ruang dan rencana strategis lainnya
 Pemerintah Kota Bandung perlu meningkatkan anggaran pembangunan untuk pemeliharaan dan
pengembangan RTH Pemerintah Kota Bandung perlu mensosialisasi program penataan Ruang
Terbuka hijau melalui berbagai media cetak, elektronik, web site, sekolah, mesjid, ormas dsbDinas
Pertamanan perlu menambah tenaga lapangan untuk pengawasan, pemeliharaan dan pemberdayaan
masyarakat serta bekerjasama dengan masyarakat dan swasta
 Pemerintah Kota Bandung perlu meningkatan koordinasi dan kerjasama antar stakeholder, di
lingkungan Pemerintah Kota Bandung, antar dinas, kecamatan dan kelurahan, agar penataan RTH
dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya.
 Pemerintah Kota Bandung perlu meningkatkan Peran Kelurahan, RW, RT dan PKK untuk
pengawasan, pemeliharaan dan pengembangan taman di lingkungannya masing-masing
 Pemerintah Kota Bandung perlu meningkatkan kerjasama dan pemberdayaan masyarakat, lembaga
pendidikan, mesjid dan perusahaan untuk pemeliharaan dan pengembangan Taman
 Pemerintah Kota Bandung perlu menghimpun dana dari masyarakat untuk pemeliharaan dan
mengembangan Ruang Terbuka Hijau
 Pemerintah Kota Bandung perlu menyelenggarakan berbagai kegiatan atau lomba penghijauan antar
kelurahan yang melibatkan seluruh masyarakat, pendidikan, mesjid, perusahaan dsb.

15
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.academia.edu/13320972/Permasalahan_RTH_di_Bandung_Studi_Kasus_di_Babakan_Siliwan
gi_
 https://www.google.com/search?client=firefox-
b&ei=fb1MW9aAPZfcrQHV6JX4BQ&q=kesimpulan+makalah+rth+bandung&oq=kesimpulan+makalah+
rth+bandung&gs_l=psy-ab.3...4038.10563.0.11331.20.18.0.0.0.0.475.2589.0j1j3j3j1.8.0....0...1c.1.64.psy-
ab..14.1.295...0i13k1j0i13i30k1.0.NMS7ye-d3zY
 https://sites.google.com/site/tamanbandung/fun-facts/ada-apa-dengan-rth-bandung
 https://sites.google.com/site/tamanbandung/fun-facts/ada-apa-dengan-rth-bandung
 https://soniasworldd.wordpress.com/2014/10/24/uu-no-26-tahun-2007-tentang-rth-ruang-terbuka-hijau/
 https://www.google.com/search?client=firefox-
b&ei=H8BMW7CgAYm89QOBiaywCQ&q=uud+rth&oq=uud+rth&gs_l=psy-
ab.3...3545.3783.0.4058.2.2.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.psy-ab..2.0.0....0.2Dvj5KJd-hk
 http://rizkie-library.blogspot.com/2015/10/ruang-terbuka-hijau-rth-dalam-telaah.html
 https://www.google.com/search?client=firefox-
b&ei=JMBMW_i4Ecj1rQGLwYDIBg&q=rth&oq=rth&gs_l=psy-
ab.3..0i71k1l8.2076.2076.0.2308.1.1.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c..64.psy-ab..1.0.0....0.GHeH3TqlGFE
 https://www.google.com/search?client=firefox-b&ei=bMBMW56nCtH6rQHh-
LbwCQ&q=apa+itu+rth&oq=apa+itu+rth&gs_l=psy-
ab.3..0j0i22i30k1l8.26069.28791.0.29218.11.7.0.4.4.0.260.968.2-4.4.0....0...1c.1.64.psy-
ab..3.8.1017...0i3k1j0i131k1.0.0Hiaxn09Soo
 https://www.google.com/search?client=firefox-b&ei=bMBMW56nCtH6rQHh-
LbwCQ&q=apa+itu+rth&oq=apa+itu+rth&gs_l=psy-
ab.3..0j0i22i30k1l8.26069.28791.0.29218.11.7.0.4.4.0.260.968.2-4.4.0....0...1c.1.64.psy-
ab..3.8.1017...0i3k1j0i131k1.0.0Hiaxn09Soo
 https://www.google.com/search?client=firefox-b&ei=bMBMW56nCtH6rQHh-
LbwCQ&q=apa+itu+rth&oq=apa+itu+rth&gs_l=psy-
ab.3..0j0i22i30k1l8.26069.28791.0.29218.11.7.0.4.4.0.260.968.2-4.4.0....0...1c.1.64.psy-
ab..3.8.1017...0i3k1j0i131k1.0.0Hiaxn09Soo
 http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-699-pengertian-klasifikasi-dan-fungsi-ruang-terbuka-hijau-.html
 https://leumburkuring.wordpress.com/tata-ruang-2/animasi-3d/ruang-terbuka-hijau/
 http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/6-manfaat-ruang-hijau-terbuka
 https://rustam2000.wordpress.com/ruang-terbuka-hijau/

16

Anda mungkin juga menyukai