Anda di halaman 1dari 43

M.

Baiquni

Ruang sebagai manifestasi kekuasaan,


kekuatan dan kedaulatan.
Keragaman Stakeholders dalam persepsi,
memaknai dan membangun kepentingan
tentang ruang
Kekuatan uang sering lebih kuat dari tata
ruang yang teklah ditetapkan.
Konflik penggunaan ruang yang terbatas,
kepentingan private vs publik
Penyelesaian tata ruang tidak jelas dan tegas,
sering pembiaran dan akhirnya anarkis.

Tata ruang adalah wujud stuktural dan pola


pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun
tidak.
Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah
susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan
alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan
yang secara hirarkis dan struktural berhubungan
satu dengan lain membentuk tata ruang.
Pola pemanfaatan ruang adalah bentuk
pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran,
fungsi serta karakter kegiatan manusia dan
kegiatan alam.

1.
2.
3.

4.
5.

6.
7.

8.

Ruang sebagai sumber daya (alam/buatan)


Ruang sebagai tempat hidup
Ruang sebagai lokasi, situs, tempat
kedudukan
Ruang sebagai wadah / enclosure
Ruang sebagai media / struktur dukung
Ruang sebagai unsur / media simbolis
Ruang sebagai unsur ekonomis (lokasi &
komoditas)
Ruang dan status kepemilikan

PERENCANAAN PEMBANGUNAN (SKALA) :

Perencanaan makro: perencanaan pembangunan


nasional dalam skala makro atau menyeluruh (mengkaji
pertumbuhan ekonomi dan bagaimana proyeksinya, dan
hal-hal lainnya secara makro dan menyeluruh)
Perencanaan sektoral: perencanaan dilakukan dengan
pendekatan berdasarkan sektor, untuk mempermudah
dalam perhitungan-perhitungan dalam mencapai
sasaran makro
Perencanaan regional : perencanaan dilakukan dengan
menitikberatkan pada aspek wilayah dimana lokasi
kegiatan dilakukan. Pemerintah daerah punya
kepentingan yang berbeda dengan pusat dalam melihat
aspek ruang suatu daerah
Perencanaan mikro: perencanaan skala rinci dalam
perencanaan tahunan, yang merupakan penjabaran
rencana-rencana baik makro, sektoral, maupun regional
ke dalam proyek-proyek dan kegiatan dengan berbagai
dokumen perencanaan dan penganggaran

Perencanaan Jangka Panjang ( > 15 tahun ).

Perencanaan Jangka Menengah ( 5 15 tahun).

Visi masa depan jangka panjang.


Imajinasi, idealis, kualitatif.
Acuan moral ( komitmen politis ).
Visi dan misi terukur terbatas ( sasaran sebatas akurasi/tingkat
kepercayaan informasi dan prediksi situasi).
Cukup rinci utk dijabarkan dalam program sektoral. (komitmen
teknis - politis).
Revisi mayor (perubahan strategi), jika penyimpangan prediksi
besar.

Perencanaan Jangka Pendek ( < 5 tahun )

Terukur / kuantitatif (akurasi / derajad kepercayaan tinggi).


Implementable / operasional. ( komitmen operasional).
Revisi minor.

DOMINASI Raja/
PENGAMBIL Penguasa
KEPUTUSAN
PERENCANAA
N

Pakar/
Ahli

Rakyat

MODEL-MODEL
PERENCANAAN

Master Planning
(Rencana Induk)
Comprehensive
Planning
Strategic
Planning

Participatory
Planning
Sumber: A. Djunaedi

Perencanaan Tata Ruang dengan Pendekatan Politis


memandang bahwa pemilihan kepala daerah
adalah sekaligus menyetujui visi, misi dan
program yang ditawarkan oleh calon kepala
daerah yang dipilih rakyat.
Masalahnya tidak semua rakyat memilih kepala
daerah yang menang. Seringkali juga rakyat
tidak mengenal secara pasti siapa yang mesti
dipilih, juga banyak janji yang sulit ditepati oleh
pemimpin yang terpilih. Kampanye politik
berbeda dengan perencanaan pembangunan,
aparat dibawahnya tidak sependapat atau tidak
paham bagaimana menurunkan janji menjadi
kenyataan

Pendekatan teknokratik dalam tata ruang


dilaksanakan oleh para ahli dengan
menggunakan metode dan kerangka berfikir
ilmiah.
Masalahnya pendekatan teknokratik kurang
menghayati situasi sosial budaya masyarakat,
bahkan teknokratik sering didominasi para
teknisi. Data kuantitatif kurang
mengakomodasi fenomena dan aspirasi
masyarakat, gambar dan peta tata ruang belum
memperhitungkan makna dan perasaan orang.

Pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan


melibatkan segenap pihak yang
berkepentingan dan memiliki kedaulatan
terhadap pembangunan. Keterlibatan
masyarakat (stakeholders) untuk mendapatkan
persepsi yang akurat, aspirasi yang tepat, dan
sinergi kunci kebersamaan dan kemanfaatan.

Masalahnya kadang memerlukan waktu panjang,


rumit dan perlu dialog yang intens,
memecahkan masalah dengen mengelola
konflik, berbagi dan gotongroyong yang tidak
mudah dikembangkan.

Mengatur hubungan antara berbagai


kegiatan dengan fungsi ruang guna
tercapainya pemanfaatan ruang yang
berkualitas.
Mewujudkan keterpaduan antar berbagai
sektor kegiatan pembangunan agar
bersinergi guna mencapai pemanfaatan
ruang yang optimal.
Mencegah perbenturan kepentingan yang
merugikan pembangunan antar sektor,
daerah, dan masyarakat dalam
penggunaan sumber daya alam

PENATAAN RUANG

PERENCANAAN
TATA RUANG

Hasil perencanaan
(rencana) ditetapkan
menjadi produk
formal melalui proses
politis forum
legislatif

PEMANFATAN
RUANG

Kegiatan / program
pemanfaatan ruang
sebagai kegiatan
pembangunan
diselenggarakan oleh
cabang eksekutif

PENGENDALIAN
PEMANFATAN RUANG

Kegiatan pengendalian
dilakukan melalui badan
atau fungsi cabang
yudikatif (misal.:
inspektorat / bawasda /
pengadilan)

satuan-2 manajemen sumberdaya

lingkup manajemen kawasan

areal kawasan bag kota sub-kws pus-kot


sektor
perkim
perdag
kesehatan
keuangan

SDM

kampus

Peta RTR

PROGRAM SEKTOR / WILAYAH

(kawasan )

Peta
PROGRAM
Peta
PROGRAM
(wilayah )

PROGRAM SEKTOR / WILAYAH

PENDEKATAN BERBASIS KAWASAN /


KEWILAYAHAN

Peta RTR

PENDEKATAN BERBASIS SEKTOR

PERENCANAAN MAKRO
Keperluan
Sektor-sektor

Kemungkinan
Sumber

PERENCANAAN
SEKTORAL
(Keterkaitan Regional)

Keperluan
Spasial

Aspek ruang / lokasi


Efisiensi dan efektivitas
Di Wilayah / Daerah

PERENCANAAN
MIKRO
-Kebijaksanaan operasional
-Sasaran
-Proyek, kegiatan
-Lokas / persebaran
-anggaran

Sumber
Regional

PERENCANAAN
REGIONAL / SPASIAL
(Keterkaitan sektoral)

Ruang wilayah
Ruang kawasan

Kawasan Kawasan
lindung
pedesaan
Sub-kaw
permukiman

Prasarana Kawasan
wilayah
Pariwisata

Jalan /
jembatan

Sub-kws
Wis.
budaya

Kawasan
perkotaan

Kawasan
industri

Kawasan
perkebunan

Sub-kawasan Sub-kawasan Sub-kawasan


pusat kota
permukiman
kampus

Tempat
Restoran,
Taman & Jalan umum Kompleks
kolam dan penginapan (akses utama) kepurbakalaan parkir &
toilet umum
wartel, info
wisata
Pangguing Jalan khusus Kantor jaga
pertunjukan

Sub-kawasan
siap-bangun

INSTANSI TERKAIT
(institusi sektoral)

Dinas
Kebudayaan
(ins.pemilik)

DInas PU
(ins.
Pendukung)

PROGRAM
TERKAIT (jenis
program sektoral)
Kompleks purbakala
(unsur utama)
Jalan Umum ( akses utama)

Swasta
(investor- II)

Rp.
Rp. .
Rp.

Rp.

Taman, restoran, cottage &


kolam renang (sarana
pendukung I)
Teater terbuka & pasar
souvenir (sarana
pendukung I)

Masyarakat
(investor I)

Rp.

Jalan Khusus (pelengkap)


Tempat Parkir & toilet
umum (sarana pendukung)

Dinas
Pariwisata
(ins.
Pemanfaat)

Rp.

Rp.

Rp. .

Arah dan kebijakan umum APBD serta strategi dan

prioritas APBD ditetapkan oleh Kepada Daerah sebagai


pedoman bagi perangkat Daerah dalam menyusun
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran tersebut
disusun berdasarkan prinsip-prinsip anggaran kinerja
dan dituangkan dalam Rencana Anggaran Satuan
Kerja.
Rencana Anggaran satuan kerja ini bertanggung
jawab menyusun anggaran untuk dibahas dalam
penyusunan Rancangan APBD dengan
mempertimbangkan kondisi keuangan daerah. Hasil
rencana anggaran satuan kerja dituangkan dalam
Rancangan APBD

Tata Ruang Pasar Tradisional dan Kaki Lima


Tata Ruang Pariwisata
Tata Ruang Pertanian vs Industri
Tata Ruang Konservasi vs Pertambangan

Identifikasi Masalah
1.Semrawut
2.Kemacetan
3.Parkir susah
4.Lokasi pasar yang sempit
5.Salah penggunaan lahan/ruang (mengambil badan jalan)

POHON MASALAH

Estetika
Semrawut
Macet
Ambil Badan
jalan

Sempit

Kurang tertata

Akses parkir sulit

Kenyamanan
pengunjung
terganggu

Bagaimana menata kawasan Malioboro


menjadi tempat yang nyaman ?
STRENGTH
- Otoritas atau kebijakan pemerintah
- Sudah terbentuk pengelola/UPT
malioboro
- Sudah terbentuk paguyuban PKL
- Lokasi yang strategis
- One stop shopping (komplesitas barang
dagangan)
- Menjadi landmark

WEAKNESS
- Semrawut
- Sempit
- Macet
- Parkir susah

OPPURTUNITY
- Kawasan wisata
- Menarik invenstor dalam penataan
ruang/kawasan
- Menambah PAD

THREAT
Pedagang sudah
merasa nyaman

SO :Pemerintah memberi kemudahan perijinan kepada investor untuk


menata Malioboro
ST : Melakukan dialog dengan PKL beserta paguyuban dan pengelola
(di wong ke)
WO : Penataan kawasan sehingga pengunjung dan pedagang nyaman
Penyediaan lahan parkir bekerjasama dengan penyedia jasa parkir
profesional sesuai dengan lahan yang ada (mis : parkir bawah tanah)
WT : Melakukan dialog dengan PKL terakit dengan penataan kawasan (
sosialisasi pemahaman )

1.
2.
3.

Dialog ( sosialisasi masyarakat)


Periijinan
Penataan dan pengembangan kawasan
(termasuk lahan parkir

Studi Kasus Kawasan Pariwisata Karst Gunungkidul

1.
2.
3.
4.
5.

Kelompok Ekonomi
Erwyn Sulthony , SE
Rahmat K Wahyudi, SE
Sri Giyanti, SE
Sumitro, SE
Yagi Sofiagy, S.Si., ME

Diklat Penjenjangan Perencana Tingkat Pertama Angkatan X


MAP UGM dan Pusbindiklatren Bappenas

Kawasan Karts di Kabupaten Gunungkidul sudah


ditetapkan sebagai kawasan lindung
Terdapat potensi pariwisata (endokarts dan eksokarts)
Terbentur permasalahan dengan usaha pertambangan
masyarakat
Kehilangan kesempatan kerja dari sektor pertambangan
Tidak konsisten peraturan perundang-undangan tentang
tata ruang dari pusat ke daerah
Peraturan
perundang-undangan
yang
tidak
mengakomodir masukan dari daerah
Perubahan sosial budaya masyarakat

Daerah Gunungkidul sudah ditetapkan dalam peraturan


perundang-undangan sebagai kawasan lindung karst yang
mempunyai potensi untuk pariwisata
Konflik yang terjadi di lapangan adalah berbenturan dengan
pelaku pertambangan yang sudah ada di masyarakat sekitar
Pariwisata
lebih
potensial
dibandingkan
dengan
pertambangan, karena pariwisata lebih berorientasi jangka
panjang dibandingkan kawasan pertambangan yang hanya
berorientasi jangka pendek
Pariwisata bisa menyelesaikan permasalahan seperti
menampung tenaga kerja, menimbulkan usaha-usaha baru
sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar

Perbandingan Tingkat Efisiensi


Sektor Pertambangan dan Sektor Pariwisata
Pertambangan

Pariwisata

Jangka pendek

Jangka panjang

Penyerapan tenaga kerja

Penyerapan tenaga kerja

Satu sektor

Multisektor

Kesempatan usaha tidak berkembang Kesempatan usaha baru

Merusak alam

Melestarikan alam

Sumber pendapatan

Sumber pendapatan

Pendapatan masyarakat tidak merata

Pendapatan masyarakat semakin


merata

Biaya murah

Biaya tinggi

Perbaikan infrastruktur (sarana dan


transportasi, penginapan, restoran dll)

prasarana

Pemberdayaan masyarakat pelaku pertambangan


Sosialisasi untuk mengubah pola pikir masyarakat dari
usaha
pertambangan
menjadi
dunia
pariwisata/ekowisata lewat dunia pendidikan
Koordinasi lintas sektor dengan menampung partisipasi
masyarakat sekitar
Pemasaran pariwisata

Imam Karyadi, S.Sos


Muhamad Arifin, ST
Sudarmawan, ST
Suradi, SE
Wahyuti, SE

No.
1

2
3

Pertanian
Tanaman pangan
Perkebunan
Kehutanan
Peternakan
Perikanan
Pertanian identik dengan daerah
pedesaaan/ rural
Pertanian membutuhkan lahan
untuk dikembangkan

Industri

Industri Kecil
Industri Menengah
Industri Besar

ASPEK

RUANG LINGKUP

Industri identik dengan masyarakat


KEPENDUDUKAN
urban/ urbanisasi
Industri memiliki kewajiban mengganti LAHAN
jumlah lahan pertanian yang dikonversi
menjadi lahan industri

Pertanian memerlukan daya


Industri membutuhkan air untuk
dukung berupa air dalam budidaya mendukung proses produksi

AIR

Pertanian membutuhkan petani


penggarap

TENAGA KERJA

Petani atau pekerja sektor


pertanian mengeluarkan modal
besar namun keuntungan yang
diperoleh relatif kecil

Pertanian relatif sedikit


Industri lebih banyak limbah
LIMBAH
menghasilkan limbah
Pendapatan sektor pertanian relatif Pendapatan sektor Industri relatif lebih EKONOMI
lebih kecil
tinggi

Industri membutuhkan tenaga kerja


buruh namun relatif lebih sedikit
dibanding mesin
Industri memerlukan modal besar
untuk meningkatkan produksi,
keuntungan relatif besar

MODAL

Pertumbuhan Industri
Mendesak Lahan
Pertanian

Dualisme dalam proses pembangunan.


a. Sektor industri yang modern berdampingan dengan
sektor pertanian yang tradisional dan kurang
produktif.
b. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga
berdampingan dengan industri menengah dan
besar.
2. Adanya kaitan antar sector. a.Kaitan ini bersifat lemah
karena relatif terlalu banyaknya perhatian yang
diarahkan pada pembangunan industri subsistensi
impor (ISI). Misal impor beras, impor pupuk, impor
alat pertanian dsb yang seharusnya bisa diproduksi
sendiri.
1.

Solusi dari permasalahan ini


adalah dengan membangun
Industri Berbasis Pertanian
Adapun Industri Berbasis
Pertanian yang dapat dibangun
adalah
a. Industri Pendukung Input
Produksi Pertanian
b. Industri Pengolahan Hasil
Pertanian

Pupuk
Benih
Alat Pertanian

Sektor Pertanian

Tanaman pangan
Perkebunan
Kehutanan
Peternakan
Perikanan

Penggilingan

Beras
Industri Kayu, Coklat, Karet
Pengolahan Daging dan Telur
Pengalengan Ikan,etc

industri input pertanian


Industri Pengolahan
Hasil Pertanian

SPATIAL THINKER
1.
2.

3.

10 Agustus 2011 Jogjakarta

4.
5.

Marlupi Julianingrum
Aini Lestari
Antarikso
Trisno
Bawono
Indra Catur Prasetyo
Agus Sugiarto

KAWASAN KARST
GUNUNGKIDUL

Kawasan karst di kabupaten


Gunungkidul
PP 26/2008 RTRWN 53%
kawasan karst sebagai kawasan
lindung geologi.
Karst sebagai penampung air
Penyerap emisi CO2 = 293.800
ton/th
Arkeologi
Memiliki keanekaragaman hayati
TRfauna
EKOLOGI
Habitat
endemik karst

Aktivitas penambangan batu


gamping di kawasan karst yang
sudah dilakukan oleh masyarakat
546 penambang
Bernilai ekonomis
(semen,kosmetik,asbes)

TR EKONOMI

TETAP MEMPERTAHANKAN KARST SEBAGAI


KAWASAN LINDUNG GEOLOGI DENGAN
MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN EKONOMI
MASYARAKAT
Insentif dari pemerintah ke pemkab (DAK)
Moratorium tambang penambangan terbatas
Mata pencaharian alternatif

Pemanfaatan pariwisata
Reklamasi lahan tambang
Alternatif mekanisme carbon trade

Inisiasi ke Pemerintah untuk merevisi PP 26/2008

Ds Mangge Kec. Sape


Brang Stoto Kec. Taliwang
Lemunti Kec. Taliwang

Cad : D =

Cad : D =

P. Lombok

P. Sumbawa
.S.Huu Kec. Huu
Cad : D =
.Rinti Kp.Kanan Kec.Ropang

G. Prabu ds. Kuta Kec. Pujut


Cad : D =

Cad : D =

.Dodo ds. Ledang Kec. Ropang


Panggulu ds. Pengembur Kec. Pujut
Cad : D =
Tembowong, SImba, Mencanggah Kec. Sekotong

Batu Hijau Kec. Jereweh


Cad : A = 390 Ton

Cad : C = 180 Ton


.Brang Panas Kec. Lunyuk
Cad : D =
Lepadi Kec. Dompu

Cad : D = 1.395 Ton


Teluk Puna ds. Sejorong Kec. Jereweh
Cad : D =

Ds.Pesa Kec.Wawo
Cad : C = 0,39 Ton

Keli Kec. Woha


Simpasai Kec. Monta

KAWASAN
SEKOTONG

Perda RTRW Prov.NTB No.3/2010


Sekotong merupakan hutan
lindung
-Resapan air
-Habitat flora dan fauna
-Penyerap CO2
-Penahan Banjir dan longsor

TR EKOLOGI

Aktivitas penambangan emas di


kawasan Sekotong dilakukan oleh
masyarakat
Potensi 1596 Ton/Tahun
PP No.26/2008 Lombok sebagai
kawasan andalan pertambangan

TR EKONOMI

TETAP MEMPERTAHANKAN SEKOTONG


SEBAGAI KAWASAN HUTAN LINDUNG
SESUAI DENGAN PERDA DENGAN
MEMPERBOLEHKAN AKTIVITAS
PERTAMBANGAN DENGAN SYARAT:
Mendapat ijin alih fungsi lahan dari Kementerian
Kehutanan
Mendapatkan ijin pertambangan dari Bupati
Kawasan pertambangan tidak boleh dekat
dengan pemukiman dan pariwisata
Dilakukan terlebih dahulu analisa sosial ekonomi
dan ekologi

Anda mungkin juga menyukai