Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

ANALISIS KOORDINASI ANTAR INSTANSI DALAM


PENGELOLAAN JALUR PEDESTRIAN DI KOTA DEPOK (STUDI
KASUS JALAN MARGONDA)

Oleh: Anggita Puspitasari Indradewi, Moh. Riduansyah


Fakultas Ilmu Administrasi, Ilmu Administrasi Negara, Universitas Indonesia
Email: 0856puspita@gmail.com

Ringkasan Eksekutif

Jalur pedestrian merupakan sarana yang berfungsi untuk membantu masyarakat


terutama pejalan kaki untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang berdekatan.
Untuk menjaga keberadaan jalur pedestrian agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya,
diperlukan pengelolaan dan koordinasi oleh instansi yang terlibat. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan pelaksanaan koordinasi antar instansi yang terlibat dalam hal
pengelolaan jalur pedestrian di Kota Depok khususnya di Jalan Margonda. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif melalui studi
kepustakaan, wawancara mendalam, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan koordinasi dalam pengelolaan jalur pedestrian di Jalan Margonda yang
dilaksanakan oleh instansi-instansi terkait bermula dari tahap pembangunan, pemeliharaan,
dan pengawasan dengan koordinasi berdasarkan kewenangan sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing instansi. Namun, dalam pelaksanaannya masih ditemukan masalah
seperti adanya pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat, kurangnya sinergitas antar
instansi dalam pemeliharaan dan belum efektifnya penegakan sanksi terhadap pelanggar.

Pendahuluan
Jalur pedestrian yang memadai adalah fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh pejalan
kaki agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas terutama dari kendaraan bermotor dan
gangguan-gangguan lain yang dapat mengancam keselamatan dan kebebasan bergerak
pejalan kaki ketika beraktivitas di jalan raya. Menurut Wiryomartono (2000:125), dengan
adanya jalur pedestrian, maka masyarakat akan mudah mencapai suatu tempat atau fasilitas
umum.
Dalam pasal 131 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dinyatakan bahwa pengguna jalan, dalam hal ini adalah pejalan kaki
maupun penyandang disabilititas, berhak untuk memperoleh fasilitas pendukung yang ada
di jalan raya seperti trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas jalan lainnya. Namun,
fenomena yang sering terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia yaitu jalur pedestrian
telah mengalami peralihan fungsi dari fungsi awalnya. Salah satu masalah yang sering
terjadi di Indonesia adalah menjamurnya pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya
di sepanjang jalur pedestrian. Seperti di kota-kota besar yang mobilitas penduduknya
terbilang tinggi yaitu Bekasi, Tangerang, dan Depok. Meskipun telah ada aturan yang
melarang untuk berdagang di atas jalur pedestrian, namun banyak pedagang kaki lima yang
tetap berjualan di area pejalan kaki.
Kawasan Margonda menjadi perhatian khusus dalam penelitian ini dikarenakan di
kawasan ini menjadi pusat kegiatan masyarakat Kota Depok seperti pendidikan,
perdagangan, perkantoran, hiburan, juga menjadi pusat keramaian yang semestinya
memiliki fasilitas jalur pedestrian yang memadai secara merata. Namun, dalam
kenyataannya masih terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa kelompok
masyarakat seperti pedagang kecil, pengemudi sepeda motor, pemilik usaha, dan lainnya.
Dalam penelitian ini membahas mengenai koordinasi yang dilakukan oleh antar
instansi dalam pengelolaan jalur pedestrian di Kota Depok. Instansi yang terlibat antara
lain Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Perhubungan, Badan Perencanaan
Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah, Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan, Satuan Polisi Pamong Praja, dan Kepolisian Resor Kota Depok. Jalur
pedestrian yang tersedia disepanjang Jalan Margonda dapat berfungsi sebagaimana
mestinya apabila koordinasi antar instansi yang terlibat dalam pengelolaannya berjalan
dengan baik. Hal ini perlu ditelusuri melalui koordinasi dinas terkait dalam melaksanakan
pengelolaan jalur pedestrian di Kota Depok khususnya mengenai pembangunan,
pemeliharaan, dan pengawasan.
Pendekatan dan Metode
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-
kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori koordinasi untuk menjelaskan pelaksanaan
koordinasi antar instansi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer
yang diperoleh dari wawancara dengan para informan yaitu Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang, Dinas Perhubungan, Badan Perencanaan Pembangunan dan Penelitian
Pengembangan Daerah, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Satuan Polisi Pamong
Praja, dan Kepolisian Resor, warga, pengemudi ojek online, dan akademisi. Selain itu,
dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang bersumber dari studi pustaka
dan documenter.

Hasil Penelitian
Pelaksanaan koordinasi dalam pengelolaan jalur pedestrian d Kota Depok
khususnya di Jalan Margonda berawal dari proses pembangunan, pemeliharaan, dan
pengawasan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses tersebut diantaranya Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Badan Perencanaan
Pembangunan dan Penelitian Pengembangan Daerah, Dinas Perhubungan, Satuan Polisi
Pamong Praja, Kepolisian Resor Kota Depok, Walikota, Konsultan, Asisten Ekonomi dan
Pembangunan. Pihak-pihak tersebut menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing
sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Namun, dalam pelaksanaannya masih ditemukan
masalah seperti adanya pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat, kurangnya sinergitas
antar instansi dalam pemeliharaan dan belum efektifnya penegakan sanksi terhadap
pelanggar.

Rekomendasi

Berdasarkan penelitian di atas, berikut adalah saran yang dapat disampaikan dengan
harapan dapat memberikan peningkatan koordinasi dalam pengelolaan jalur pedestrian
Margonda.
1. Mengajukan pinjaman daerah kepada pemerintah pusat untuk menata kawasan
Margonda.
2. Meningkatkat koordinasi antar instansi terutama dalam hal pemeliharaan karena
masih akan terus berlangsung. Termasuk bekerjasama dengan para pemilik usaha
di sepanjang Jalan Margonda dalam hal pemeliharaan badan jalur pedestrian
yang sering digunakan untuk parkir pengunjungnya.
3. Dalam hal pengawasan, dapat menempatkan petugas Satuan Polisi Pamong Praja
di titik-titik keramaian jalur pedestrian Margonda, terutama di daerah yang
sering digunakan pedagang kaki lima untuk berdagang, karena biasanya
pedagang kaki lima mencari daerah yang ramai untuk berjualan. Pengawasan
yang lebih ketat juga harus ditingkatkan oleh Kepolisian Resor dan Dinas
Perhubungan terutama terhadap pengendara sepeda motor yang sering
memarkirkan kendaraannya di atas jalur pedestrian Margonda maupun di tepi
jalan. Karena pelanggaran tersebut menimbulkan masalah lain, yaitu kemacetan
di Jalan Margonda.
4. Dinas Perhubungan perlu bekerjasama dengan pihak pengembang aplikasi ojek
online untuk membuat shelter atau tempat berkumpulnya pengemudi ojek online,
khususnya di pusat-pusat keramaian, untuk menunggu penumpang agar tidak
menggunakan jalur pedestrian untuk parkir.

Anda mungkin juga menyukai