Diusulkan oleh :
Samsul Arifin 201310050311170
perdagangan non formal dengan menggunakan lahan terbuka dan atau tertutup,
sebagian fasiltas umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat
Pedagang kaki lima yang tidak beraturan di area kota Batu pada khusunya
kebijakan kota. Banyak peadagang kaki lima yang melanggar aturan yang telah
ditetapkan. Salah satu contoh dari bentuk pelanggaran ini adalah pedagang kaki
kaki. Karena pada hakikatnya trotoar ada untuk pejalan kaki, namun pejalan kaki
akan nerasa terganggu kenyamannya jika trotoar tersebut digunakan sebagai lahan
berjualan bagi pedagang kaki lima. Beberapa permasalahan PKL di atas mungkin
kita di daerah perkotaan tidak mungkin dihilangkan. Jelaslah bahwa jumlah PKL
yang ada di Kota Batu akan terus bertambah. Masalah ini seharusnya perlu
pemecahannya.Tak hanya itu. Perlu juga adanya pembinaan dan tentu saja
bimbingan bagi PKL agar dapat meningkatkan usaha serta taraf hidup mereka
masih sangat perlu untuk dihadirkan, akan tetapi keberadaan PKL tersebut
dan PKL) mendapat tempat di dalam kota. Hal lain yang perludiperhatikan adalah
perilaku masyarakat, termasuk para PKL yang mengadu nasib untuk menambah
dan mencari kebutuhan hidupnya. Tapi, sudah barang tentu harus dijamin
keberadaannya sebagai bagian yang mengisi Kota Batu seperti halnya masyarakat
lain.
Alun-alun Kota Wisata Batu sangat identik dengan keramaian begitu pula
tentang para pedagang kaki lima disekitar alun-alun Kota Wisata Batu. Pedagang
kaki lima di sekitar alun-alun yang terus bertambah dari tahun ketahun, selalu
tertentu dalam mengatasi masalah pedagang kaki lima melalui kebijakan penataan
berpartisipasi dalam pembangunan kota yang dinamis. Namun sampai saat ini
kerja sama antara pemerintah dan PKL belum terwujud seperti yang ada pada
Adapun tempat untuk para PKL yang dibangun oleh investor yang mengakibatkan
PKL kembali berjualan di sekitar alun-alun. Jika para PKL ini dibiarkan berjualan
di sekitar alun-alun kota akan berdampak buruk bagi kota Batu sendiri. Sekitar
Oleh karena itu Kota Batu melakukan upaya kebijakan penataan pedagang kaki
lima dengan cara mengeluarkan Perda No. 5 tahun 2005 tentang Pengaturan dan
Penertiban Pedagang Kaki Lima serta Keputusan Walikota Batu No. 18 tahun
Kaki Lima (PKL) yang melanggar aturan, hal tersebut dibuktikan dengan pada
tahun 2014, pemkot kota Batu menggelar siding yang bertempat di Balai Kota
Batu PN Malang. Sidang tersebut dihadiri oleh sekitar 45 pelanggar Perda Kota
tahunnya. Asosiasi Pedagang Kaki Lima (APKLI) mencatat bahwa data terbaru
menyebutkan bahwa jumlah dari pedagang kaki lima yang ada di Indonesia saat
ini mencapai angka yang yang sangat fantastis yaitu sebanyak yaitu sejumlah 22
2Perda No. 5 tahun 2005 tentang Pengaturan dan Penertiban Pedagang Kaki LimaKeputusan
Walikota Batu No. 18 tahun 2011 tentang Kawasan Bebas Pedagang Kaki Lima
pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.
Masalah Pedagang Kaki lima (PKL) tidak kunjung selesai di setiap daerah
di Indonesia. Permasalahan ini muncul setiap tahun dan terus saja berlangsung
tanpa ada solusi yang tepat dalam pelaksanaannya. Keberadaan PKL kerap
dianggap ilegal karena menempati ruang publik dan tidak sesuai dengan visi kota
yang sebagian besar menekankan aspek kebersihan, keindahan dan kerapihan kota
atau kita kenal dengan istilah 3K. Pemerintah harus bersikap tegas dalam
penanganan masalah PKL ini. Dalam hal ini pemerintah daerah mengeluarkan
lima.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran masalah yang telah dipaparkan diatas, maka akan ditarik
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut :
atau referensi tambahan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya melakukan
E. Definisi Konsep
1. Resistensi
bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya oposisi pada umumnya sikap
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 654). Makna resistensi kaitannya dengan
Resistensi Kebijakan Pedagang Kaki Lima di Kota Batu ini merupakan sebuah
cara perlawanan yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima. Penelitian ini
tetapi dalam persepsi yang dibangun oleh individu. Partisipan yang mempunyai
2. Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
ekonomi. Pilihan kebijakan pemerintah dalam bidang informal ini perlu dilandasi
sikap dasar, bahwa kehadiran sektor informal tidak dapat dielakkan. Kegiatan
strategis di kota dapat mengurangi keindahan kota dan diduga sebagai penyebab
3. 4
Pedagang Kaki Lima
Kawasan Bebas Pedagang Kaki Lima, yang dimaksud dengan pedagang kaki lima
adalah, Penjual barang dan atau jasa yang secara perorangan berusaha dalam
kegiatan ekonomi yang menggunakan daerah milik jalan atau fasilitas umum dan
kaki lima adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan penting dikebanyakan
4Peraturan Walikota Batu No. 18 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Bebas Pedagang Kaki
LimaBudiharjo, 1993: 41
Menurut Breman (1988), pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang
mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kecil ini
termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap
dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum,
Menurut McGee dan Yeung (1977: 25), PKL mempunyai pengertian yang
barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 tahun 2012 tentang Pedoman
pedagang kaki lima adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui
F. Definisi Operasional
Pedagang kaki lima yang tidak menaati peraturan tentunya akan menjadi
masalah bagi pemerintah yang dalam hal ini pemerintah kota Batu khususnya.
Merujuk kepada peraturan daerah kota batu nomor 5 tahun 2005 tentang
dimaksud dengan pedagang kaki lima adalah pedagang yang melakukan usaha
perdagangan non formal dengan menggunakan lahan terbuka dan atau tertutup,
fasilitas umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat kegiatan
Hal ini tentunya butuh perhatian pemerintah daerah yakni pemerintah kota
batu yang memiliki wewenang dalam menangani masalah ini. Didalam perda kota
2) Tata cara penertiban Pedagang Kaki Lima sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
3) Kegiatan usaha PKL harus mampu menjadi daya tarik pariwisata Kota Batu
daerah;
4) Oleh karena itu, maka harus diatur tempat/ lokasi jualan, waktu jualan, jenis
jualan, tenda dan aksesoris jualan yang akan ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Walikota.
5) Dampak Pengelolaan Pedagang Kaki LimaTerhadap Masyarakat
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
penelitian dengan metode studi kasus. Menurut Bogdan & Tylor (dalam Moleong,
penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini menyusun desain
kualitatif tidak bertujuan untuk mengkaji atau membuktikan kebenaran suatu teori
tetapi teori yang sudah ada dikembangkan dengan menggunakan data yang
dikumpulkan.
tetapi penelitian terdahulu tersebut hanya akan dijadikan acuan dalam penelitian
bukan sebagai dasar dari penelitian. Hal ini dikarenakan variable yang akan
penulis teliti dalam penelitian ini lebih focus. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus dimana peneliti berusaha untuk mengetahui
pedagang kaki lima di kota Batu. Peneliti berusaha mengumpulkan data dan
lapangan.
2. Sumber Data
Dari penelitian ini nanti akan ada dua macam sumber data. Yaitu sumber
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek
kata dan tindakan dari para informan, serta kenyataan yang diamati
dilapangan.
Data primer dalam penelitian ini adalah dari hasil observasi atau
Pedagang Kaki Lima di kota Batu dan juga Dinas Pasar Kota Batu.
langsung dari nara sumber atau data non primer. Data sekunder yang
dimaksud bisa berupa sumber tertulis dan foto. Adapun yang termasuk
dalam bahan tulis adalah arsip, dokumen resmi baik dari desa, dari
media massa maupun dari instansi yang bersangkutan, serta data
statistik lainnya.
pendukung dalam kelengkapan data dengan pihak terkait yang dalam konteks ini
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa. Observasi yang akan penulis lakukan yaitu dengan cara
dan mencatat data yang diperoleh sebagai kelengkapan dari data yang akan
disajikan.
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya
Wawancara yang dilakukan peneliti bertujuan mencari tahu segala hal yang
dokumentasi ini ditujukan untuk melengkapi dan memperkuat data dari hasil
wawancara, sehingga diharapkan dapat diperoleh data yang lengkap. Penulis juga
dengan variabel terkait yaitu kebijakan penataan dan pengelolaan pedagang kaki
lima. Peneliti akan mendokumentasikan kegiatan penelitian mulai dari tahap awal
4. Subyek Penelitian
Peneliti akan lebih fokus meneliti tentang penataan dan pengelolaan PKL
kota Batu. Oleh karena itu peneliti akan mencari data terkait tentang hal tersebut
yang akan diperoleh di Dinas Pasar Kota Batu. Serta selain meneliti atau menggali
data di Dinas Pasar kota Batu, peneliti juga akan menggali data langsung ke
narasumber yang dalam hal ini adalah pedagang kaki lima (PKL).
7Arikunto (1998, h. 236)
Peneliti juga akan memfokuskan penelitian kepada Pedagang Kaki Lima
(PKL) yang melanggar aturan yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan peneliti
ingin mengetahui apa alasan yang membuat PKL tersebut melanggar aturan serta
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang dikeluaran oleh pemerintah Kota Batu.
5. Lokasi Penelitian
terletak di sekitar alun-alun kota batu serta Pedagang Kaki Lima yang berada di
sekitar Taman Makam Pahlawan kota Batu. Akan tetapi penelitian juga akan
dilaksanakan di Dinas Pasar kota Batu yang yang beralamat di Jl. Diponegoro
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
metode kualitatif. Dimana peneliti akan menyajikan hasil penelitian terkait dengan
fenomena yang diteliti yaitu secara detail melalui gambaran yang jelas.
tahap, yaitu :
Tahap pertama adalah reduksi data yang artinya Merangkum, dalam tahap
ini peneliti akan merangkum poin-poin atau hal-hal penting dari apa yang
didapatkan saat meneliti di lapangan, memilih hal-hal yang pokok, mencari hal-
hal yang penting saja. Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk
Tahap kedua yaitu penyajian data yang merupakan Data yang sudah
penataan dan pengelolaan pedagang kaki lima Penyajian data berbentuk uraian
Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan yang artinya Pada tahap ini
peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis data yang sudah dilakukan.
H. Daftar Pustaka
Buku :
UMM Press
Jurnal :
Anton Sudjarwo, 2012, KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PELAKSANAAAN
Nomor 1, hal 1 5