Anda di halaman 1dari 9

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PENINGKATAN KEBERDAYAAN

MASYARAKAT (PPKM) BERBASIS RUMAH TANGGA MISKIN (RTM)


DI KABUPATEN MALANG
(Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

Evi Silvia Melina, Ratih Nur Pratiwi, Minto Hadi


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: mimatsu_shasin@yahoo.co.id

Abstract: Malang regency with total population 2,8 million peoples, as many 155.745 poor
families are classified as poor household who need to be empowered. It could be work program
East Java Province Government about poor household alleviation. The purpose of this study to
explain and describe Community Empowering Improvement Program of policy bases on poor
household East Java Province Government that the implementation in Malang Regency, and
beside it to know support and inhibiting factors from that policy especially in Pandansari Village
Poncokusumo Sub-District. Methode Research used is descriptive research with a qualitative
approach. The technique used in data analysis model Spradley. The result of this research is
summarize that Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (Community Empowering
Improvement Program) of policy implementation bases on poor household althought activity in
the program consists of Usaha Ekonomi Produktif-Simpan Pinjam (Productive Economic
Business-Saving and loan), Sarpras (infrastructure) activity, and Peningkatan SDM (Increase
Human Relation). But, in implementation the program was less optimally because less
understanding society to program and complicated system for Unit Pengelola Keuangan Usaha
(UPKu) Organizer.

Keywords: policy implementation, program peningkatan keberdayaan masyarakat, poverty

Abstrak: Kabupaten Malang dengan jumlah penduduk 2,8 juta jiwa, sebanyak 155.745 keluarga
miskin adalah tergolong rumah tangga miskin yang perlu diberdayakan. Hal tersebut menjadi
program kerja Pemerintah Provinsi Jawa Timur tentang pengentasan rumah tangga miskin. Tujuan
penelitian ini untuk menjelaskan dan mendeskripsikan kebijakan Program Peningkatan
Keberdayaan Masyarakat berbasis rumah tangga miskin Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang
pelaksanaannya di Kabupaten Malang, dan disamping itu untuk mengetahui faktor-faktor
pendukung dan penghambatnya dari kebijakan tersebut khususnya di Desa Pandansari Kecamatan
Poncokusumo. Jenis penelitiannya menggunakan penelitian dekskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Teknik analisis datanya menggunakan model Spradley. Hasil penelitian disimpulkan
bahwa implementasi kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat berbasis rumah
tangga miskin walaupun kegiatan programnya meliputi Usaha Ekonomi Produktif-Simpan Pinjam,
kegiatan Sarpras (Sarana dan Prasarana), dan Peningkatan SDM. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya kurang optimal dikarenakan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap program
dan sistem yang dianggap rumit bagi pengurus Unit Pengelola Keuangan Usaha (UPKu).

Kata kunci: implementasi kebijakan, program peningkatan keberdayaan masyarakat, kemiskinan

Pendahuluan pembangunan yang meliputi: Pertama,


Fenomena kemiskinan di Indonesia saat pembangunan berkelanjutan berpusat pada
ini telah menjadi masalah global yang harus rakyat yang mengedepankan partisipasi
ditanggulangi secara tuntas melaui program rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,
pemberdayaan. Berangkat dari visi misi dan mengawasi program pembangunan
Gubernur Jawa Timur terhadap Rencana yang menyangkut hajat hidup mereka
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sendiri. Kedua, keberpihakan kepada
Provinsi Jawa Timur 2009-2014 yang masyarakat miskin. Ketiga, pengaru-
mengedepankan 4 (empat) strategi pokok sutamaan gender. Keempat, keseimbangan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 872


pemerataan pembangunan dan pertumbuhan Desa Pandansari Kecamatan
ekonomi melalui pengembangan agro- Poncokusumo Kabupaten Malang meru-
industri atau agrobisnis. pakan salah satu Desa yang memiliki UPKu
Berdasarkan Surat Gubernur Jawa (Unit Pengelola Keuangan dan Usaha) yang
Timur Nomor 414.1/18758/206/2009 tergolong berhasil dalam menerapkan
tanggal 22 Desember 2009 tentang Titik Program Peningkatan Keberdayaan
Nol Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat (PPKM) berbasis Rumah
di Jawa Timur yang mengacu pada Susenas Tangga Miskin (RTM) di Kabupaten
bulan Maret 2009 dan pendataan program Malang yang dibuktikan pada tahun 2010
perlindungan sosial tahun 2008 (PPLS 08) dilaksanakan kegiatan Sarpras (Sarana dan
sebesar 155.745 Rumah Tangga Miskin Prasarana berupa plestarisasi dan rehab
(RTM) atau 25,50% yang terdiri dari sangat rumah serta kegiatan Usaha Ekonomi
miskin 24.236 RTM atau 3,97% dan miskin Produktif-Simpan Pinjam (UEP-SP) serta
sebesar 63.470 RTM atau 10,39% serta pada tahun 2012 mendapatkan alokasi dana
hampir miskin 68.039 RTM atau 11,14%. hibah sebagai tahap pelestarian untuk
Sejalan dengan program Gubernur Jawa kegiatan Usaha Ekonomi Produktif-Simpan
Timur, Pemerintah Kabupaten Malang Pinjam (UEP-SP) dan kegiatan Peningkatan
memiliki jumlah keluarga miskin (gakin) SDM (Sumber Daya Manusia) karena
sebanyak 155.745 RTM dari total jumlah mendapatkan predikat UPKu yang sehat.
penduduk Kabupaten Malang 2,8 juta jiwa. Berkaitan dengan hal tersebut, akan
Adapun penggolongan rumah tangga tetapi dalam pelaksanaan programnya
menurut klasifikasi keadaan kemiskinan, kurang optimal dikarenakan kurangnya
klasifikasi RTM (Sangat Miskin, Miskin, pemahaman masyarakat terhadap Program
dan Mendekati Miskin) di Kabupaten Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Malang menurut BPS, dengan melakukan (PPKM) dan sistem yang dianggap rumit
penilaian melalui 14 variabel sesuai dengan bagi pengurus UPKu sehingga menga-
PPLS 08 dengan keterangan jika dari 14 kibatkan pengelolaan dana kas tidak bisa
variabel tersebut terdapat 14 variabel yang berkembang karena macet dan mengendap
memenuhi, maka kategorinya sangat miskin di masyarakat.
dan jika 11-13 kategorinya miskin dan jika
hanya 9-10 variabel maka kategorinya Tinjauan pustaka
hampir miskin 1. Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan 14 variabel tersebut, tujuan Menurut Nasirin dan Alamsyah (2010,
pengelompokan kategori RTM (Sangat h.61) Pemberdayaan masyarakat merupakan
Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin) syarat mutlak bagi upaya pembangunan
didasarkan dengan tujuan agar dana masyarakat, dengan tujuan mengurangi/
Program Peningkatan Keberdayaan menghilangkan posisi ketidakberdayaan
Masyarakat (PPKM) teralokasikan secara masyarakat dalam menghadapi struktur
tepat sasaran, tepat tujuan, tepat perlakuan, sosial, ekonomi, dan politik. Demikian
dan juga tepat waktu sehingga memiliki halnya Nasirin (2009, h.98) mengatakan
dampak positif dan optimal sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dapat diartikan
peningkatan kesejahteraan dan kemandirian sebagai pembangunan eksistensi pribadi,
RTM. keluarga, masyarakat, bangsa, peme-
Badan Pemberdayaan Masyarakat rintahan, negara, dan tata dimana dalam
(BPM) Kabupaten Malang sebagai satuan kerangka proses aktualisasi kemanusiaan
kerja perangkat daerah (SKPD) di yang adil dan beradab yang terwujud dalam
Kabupaten Malang yang dibentuk berbagai medan kehidupan: politik,
berdasarkan Peraturan Bupati Malang No. ekonomi, hukum, pendidikan, dan lain
30 Tahun 2008, memiliki tugas pokok dan sebagainya.
fungsi dalam pemberdayaan masyarakat Dalam konteks pekerjaan sosial,
dengan memiliki program/ kegiatan untuk pemberdayaan menurut Suharto (2005,
memberdayaan masyarakat. h.66-67) dapat dilakukan melalui tiga aras
atau matra pemberdayaan (empowerment

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 873


setting) yaitu aras mikro, aras mezzo, dan 2. Model Kelompok
aras makro. Pada model ini terdapat beberapa
a. Aras Mikro kelompok kepentingan (interest group)
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien yang saling berebutan mencari posisi
secara individu melalui bimbingan, dominan. Jadi dengan demikian model
konseling, stress management, dan crisis ini merupakan interaksi antar kelompok
intervention. Tujuan utamanya adalah dan merupakan fakta sentral dari politik
membimbing atau melatih klien dalam serta pembuatan public policy.
menjalankan tugas-tugas kehidupannya 3. Model Kelembagaan
b. Aras Mezzo Model kelembagaan yang dimaksud
Pemberdayaan dilakukan terhadap adalah kelembagaan pemerintah seperti
sekelompok klien. Pemberdayaan eksekutif (presiden, menteri-menteri dan
dilakukan dengan menggunakan departemennya), lembaga legislatif
kelompok sebagai media intervensi. (parlemen), lembaga yudikatif,
Pendidikan dan pelatihan, dinamika pemerintah daerah dan lain-lain.
kelompok, biasanya digunakan sebagai 4. Model Proses
strategi dalam meningkatkan kesadaran Model ini merupakan rangkaian
pengetahuan, keterampilan dan sikap- kegiatan politik mulai dari identifikasi
sikap klien agar memiliki kemampuan masalah, perumusan usul pengesahan
memecahkan permasalahan yang kebijakan, pelaksanaan dan evaluasinya.
dihadapinya. 5. Model Rasialisme
c. Aras Makro Model ini bermaksud untuk mencapai
Pendekatan ini disebut juga sebagai tujuan secara efisien, dengan demikian
strategi sistem besar (large system dalam model ini segala sesuatu
strategy), karena sasaran perubahan dirancang dengan tepat, untuk
diarahkan pada sistem lingkungan yang meningkatkan hasil bersihnya. Seluruh
lebih luas. Perumusan kebijakan, nilai diketahui seperti kalkulasi semua
perencanaan sosial, kampanye, aksi pengorbanan politik dan ekonomi, serta
sosial, lobbying, pengorganisasian menelusuri semua pilihan dan apa saja
masyarakat, manajemen konflik, adalah konsekuensinya, perimbangan biaya dan
beberapa strategi dalam pendekatan ini. keuntungan (cost and benefit).
Strategi sistem besar memandang klien 6. Model Inkrementalisme
sebagai orang yang memiliki Model ini berpatokan pada kegiatan
kompetensi untuk memahami situasi- masa lalu dengan sedikit perubahan.
situasi mereka sendiri, dan untuk Dengan demikian hambatan seperti
memilih serta menentukan strategi yang waktu, biaya, dan tenaga untuk memilih
tepat untuk bertindak. alternatif dapat dihilangkan.
7. Model sistem
2. Kebijakan Publik Model ini beranjak dari memperhatikan
Kebijakan (policy) menurut Suharto desakan-desakan lingkungan yang antara
(2008, h.3) adalah sebuah instrumen lain berisi tuntutan, dukungan,
pemerintahan, bukan saja dalam arti hambatan, tantangan, rintangan,
government yang hanya menyangkut gangguan, pujian, kebutuhan atau
aparatur negara, melainkan pula keperluan dan lain-lain yang
governance yang menyentuh pengelolaan memperngaruhi public policy.
sumberdaya publik.
Syafiie (2007, h.146-148), mengatakan 3. Implementasi Kebijakan Publik
terdapat beberapa model yang dipergunakan Implementasi kebijakan menurut
dalam public policy, yaitu: Dwidjowijoto (2006, h.141) pada
1. Model Elit prinsipnya adalah cara agar sebuah
Yaitu pembentukan public policy hanya kebijakan dapat mencapai tujuannya.
berada pada sebagian kelompok orang- Agustino (2008, h.141) ada 4 model
orang tertentu yang sedang berkuasa.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 874


pendekatan Implementasi Kebijakan Publik dan DPRD menurut asas desentralisasi.
antara lain: Sedangkan pemerintah Daerah adalah
a. Implementasi Kebijakan Publik Model Kepala Daerah beserta perangkat Daerah
Donald Van Metter dan Carl Van Horn Otonom yang lain sebagai badan eksekutif
(Model of The Policy Implementation) daerah dan DPRD sebagai badan legislatif
Proses implementasi ini merupakan daerah.
sebuah abstraksi atau performance suatu
implementasi kebijakan yang pada dasarnya 5. Perangkat Daerah
secara sengaja dilakukan untuk meraih Perangkat Daerah adalah organisasi atau
kinerja implementasi kebijakan publik yang lembaga pada Pemerintah Daerah yang
tinggi yang berlangsung dalam hubungan bertanggung jawab kepada Kepala daerah
berbagai variabel. dalam rangka penyelenggaraan peme-
b. Implementasi Kebijakan Publik Model rintahan di daerah. Pada daerah Kabupaten/
Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier (A Kota, Perangkat Daerah terdiri atas
Framework for Policy Implementation Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga
Analysis) Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan.
Bahwasanya peran penting dari Secara Umum perangkat daerah terdiri dari:
implementasi kebijakan publik adalah 1. Unsur staf yang membantu penyusunan
kemampuannya dalam mengidentifikasikan kebijakan dan koordinasi yang diwadahi
variabel-variabel yang mempengaruhi dalam lembaga sekretariat.
tercapainya tujuan-tujuan formal pada 2. Unsur pendukung tugas kepala daerah
keseluruhan proses implementasi. dalam penyusunan dan pelaksanaan
c. Implementasi Kebijakan Publik Model kebijakan daerah yang bersifat spesifik
George C. Edward III (Direct and yang diwadahi dalam lembaga teknis
Indirect Impact on Implementation) daerah.
Dalam pendekatan yang diteoremakan 3. Unsur pelaksana urusan daerah,
oleh Edward III ini terdapat empat variabel diwadahi dalam lembaga dinasi daerah.
yang sangat menentukan keberhasilan Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-
implementasi suatu kebijakan, yaitu (1) masing Daerah berdasarkan pertimbangan
komunikasi, (2) sumberdaya, (3) disposisi, karakteristik, potensi, dan kebutuhan
dan (4) struktur birokrasi. Daerah. Organisasi Perangkat Daerah
d. Implementasi kebijakan publik Model Kabupaten baru ditetapkan dengan
Merilee S. Grindle Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007
Model keempat yang berpendekatan top- dengan berpedoman kepada Peraturan
down dikemukakan oleh Merilee S. Grindle Pemerintah. Pengendalian organisasi
(1980) yang dikenal dengan Implementation perangkat daerah dilakukan oleh
as A Political and Administrative Process. Pemerintah Pusat untuk Provinsi dan oleh
Menurut Grindle ada dua variabel yang Gubernur untuk Kabupaten/ Kota dengan
mempengaruhi implementasi kebijakan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
publik. Keberhasilan implementasi suatu Formasi dan persyaratan jabatan perangkat
kebijakan publik dapat diukur dari proses daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala
pencapaian hasil akhir (outcomes), yaitu Daerah dengan berpedoman pada Peraturan
tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin Pemerintah (http://www.bpkp.go.id).
diraih.
6. Dinas Daerah
4. Pemerintah Daerah Pengertian Dinas Daerah Kabupaten/
Pengertian pemerintah daerah Kota menurut pasal 9 ayat (1) Peraturan
berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi
yang dimaksud dengan Pemerintahan Perangkat Daerah Presiden Republik
Daerah menurut Abdullah (2002, h.25) Indonesia pasal 9 ayat 1 merupakan unsur
adalah penyelenggaraan pemerintahan Pelaksana Pemerintah Kabupaten/ Kota
Daerah Otonom oleh Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 875


berada di bawah dan bertanggung jawab langkah pengentasan kemiskinan yang
kepada Bupati/ Walikota melalui Sekretaris efektif harus pula mengatasi hambatan-
Daerah. hambatan yang sifatnya struktural dan
Menurut PP Nomor 41 Tahun 2007 politis.
Pasal 7 ayat (3), Dinas Daerah dalam 2. Untuk meningkatkan kemampuan dan
melaksanakan tugas menyelenggarakan mendorong produktivitas, strategi yang
fungsinya sebagai berikut: dipilih adalah peningkatan kemampuan
a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dasar masyarakat miskin untuk
dengan lingkup tugasnya. meningkatkan pendapatan melalui
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan langkah perbaikan kesehatan dan
dan pelayanan umum sesuai dengan pendidikan, peningkatan keterampilan
lingkup tugasnya. usaha, teknologi, perluasan jaringan
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai kerja (networking) serta informasi pasar.
dengan lingkup tugasnya. 3. Melibatkan masyarakat miskin dalam
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan keseluruhan proses penanggulangan
oleh Bupati/ Walikota sesuai dengan kemiskinan, mulai dari perencanaan,
tugas dan fungsinya pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi,
(http://www.bappenas.go.id). bahkan pada proses pengambilan
keputusan.
7. Kemiskinan 4. Strategi Pemberdayaan yakni
Kemiskinan menurut Usman (2004, memberdayakan masyarakat itu sendiri.
h.125) merupakan salah satu problem sosial
yang amat serius. Berbeda dengan Rohidi Metode Penelitian
(2000, h.26) mengatakan kemiskinan Penelitian ini termasuk jenis penelitian
dipandang sebagai suatu kebudayaan, atau deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
lebih tegas lagi sebagai subkebudayaan dari Mukhtar (2000, h.15) penelitian deskriptif
kebudayaan yang lebih luas, mempunyai merupakan penelitian yang dimaksudkan
struktur dan sifat-sifatnya sendiri sebagai untuk mengumpulkan informasi mengenai
cara hidup yang diwariskan atau diwarisi status suatu variabel atau tema, gejala atau
antar generasi melalui garis keluarga (atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala
juga intragenerasi sebaya). menurut apa adanya yang ada, yaitu gejala
Dalam hal penanggulangan kemiskinan, menurut apa adanya pada saat penelitian
Huraerah (2008, h.175) mengungkapkan dilakukan.
beberapa strategi yang harus dilakukan Sugiyono (2008, h.207) menyatakan
untuk menanggulangi kemiskinan, dalam pandangan penelitian kualitatif,
diantaranya sebagai berikut: gejala itu bersifat holistik (menyeluruh,
1. Karena kemiskinan bersifat multi- tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga
dimensional, program pengentasan peneliti kualitatif tidak akan menetapkan
kemiskinan seyogyanya juga tidak penelitiannya hanya berdasarkan variabel
hanya memperioritaskan aspek ekonomi penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial
tetapi memperhatikan dimensi lain. yang diteliti yang meliputi aspek tempat
Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan (place), pelaku (actor), dan aktivitas
pokok memang perlu mendapat (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
prioritas, namun juga harus mengejar Fokus dalam penelitian ini adalah : (1)
target mengatasi kemiskinan non- Implementasi Kebijakan Program
ekonomik. Oleh karena itu, strategi Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
pengentasan kemiskinan hendaknya juga (PPKM) Berbasis Rumah Tangga Miskin
diarahkan untuk mengikis nilai-nilai (RTM)Pemerintah Provinsi Jawa Timur di
budaya negatif seperti apatis, apolitis, Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo
fatalistik, ketidakberdayaan, dan seba- Kabupaten Malang (2) Faktor pendukung
gainya. Apabila budaya ini tidak dan penghambat implementasi kebijakan
dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan mengenai Program Peningkatan Keber-
sulit untuk ditanggulangi. Selain itu, dayaan Masyarakat (PPKM) tersebut.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 876


Dalam penelitian ini menggunakan teknik Masyarakat), Kegiatan Sarpras (Sarana dan
analisis data model Spradley, sehingga Prasarana), dan Kegiatan Peningkatan SDM
analisis data dilaksanakan langsung di (Sumber Daya Manusia).
lapangan bersama-sama dengan pengum- Dalam mengimplementasikan Program
pulan data. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
(PPKM), Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pembahasan (Bapemas) Provinsi Jawa Timur menga-
1. Implementasi kebijakan Program lokasikan dana hibah sebesar
Peningkatan Keberdayaan Rp.106.950.000 sedangkan Badan Pember-
Masyarakat (PPKM) berbasis Rumah dayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten
Tangga Miskin (RTM) Pemerintah Malang mengalokasikan dana sharing
Provinsi Jawa Timur di Desa sebesar Rp.5.749.500 pada tahun 2010
Pandansari Kecamatan Poncokusumo sebagai dana hibah untuk tahap awal
Kabupaten Malang program dan pada tahun 2012 Badan
Kemiskinan merupakan suatu fenomena Pemberdayaan Masyarakat (BPM)
hidup yang cukup sulit diatasi karena Kabupaten Malang mengalokasikan dana
berhubungan dengan ketidakmampuan sharing sebesar Rp.32.000.000 sebagai
individu dalam memenuhi kebutuhan dana hibah untuk tahap pelestarian
hidupnya dan keluarganya. Pada umumnya program. Sesuai dengan Naskah Perjanjian
kemiskinan di Desa Pandansari Kecamatan Hibah Daerah (NPHD) pasal 2 ayat 3
Poncokusumo Kabupaten Malang GLVHEXWNDQ ³%HODQMD KLEDK VHEDJDLPDQD
diakibatkan kurangnya penghasilan dan dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) dibayarkan
kekayaan yang memadai, sehingga melalui pemindahbukuan dari Rekening
mayoritas masyarakatnya hanya lulus Kas Umum Daerah Kabupaten Malang ke
Sekolah Dasar dan cukup banyak pula yang Rekening Bank atas nama pihak kedua
tidak lulus Sekolah Dasar yang mendo- yaitu ketua UPKu.
minasi masyarakat di Desa Pandansari. Badan Pemberdayaan Masyarakat
Program Peningkatan Keberdayaan (BPM) Kabupaten Malang dalam hal ini
Masyarakat (PPKM) mengacu pada bertindak sebagai tim pelaksana yang
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 didampingi oleh Tenaga Fasilitator
tentang Percepatan Penanggulangan Kecamatan (TFK) Poncokusumo dan
Kemiskinan dan tentu saja dikembangkan seorang pendamping yang ditunjuk oleh
melalui Keputusan Gubernur Jawa Timur Badan Pemberdayaan Masyarakat
Nomor 188/193/KPTS/013/2010 Tentang (Bapemas) Provinsi Jawa Timur. Sedang-
Lokasi dan Alokasi Dana Bantuan Hibah kan pelaksana teknisnya diserahkan kepada
Program/Kegiatan Pada Badan Pember- pengurus Unit Pengelola Keuangan dan
dayaan Masyarakat Provinsi Jawa Timur Usaha (UPKu) Bina Sejahtera desa
Tahun Anggaran 2010 dan Keputusan Pandansari.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Mengenai kelompok sasaran kebijakan
Provinsi Jawa Timur Nomor 77 Tahun Program Peningkatan Keberdayaan
2010 Tentang Standar Pelayanan Publik Masyarakat (PPKM) di Desa Pandansari ini
Bidang Pengembangan Perekono-mian sudah diklasifikasikan menurut BPS dengan
Masyarakat Badan Pemberdayaan Masya- melakukan penilaian melalui 14 variabel
rakat Provinsi Jawa Timur. sesuai pendataan program perlindungan
Berbagai Program Peningkatan Keber- sosial tahun 2008 (PPLS 08). Dalam
dayaan Masyarakat (PPKM) di Desa implementasi kebijakan Program Pening-
Pandansari Kecamatan Poncokusumo katan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di
Kabupaten Malang telah diimplementasikan Kabupaten Malang yang menjadi kelompok
oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat sasaran adalah Rumah Tangga Sangat
(BPM) Kabupaten Malang. Program Miskin (RTSM), Rumah Tangga Miskin
tersebut meliputi Kegiatan Usaha Ekonomi (RTM) dan Rumah Tangga Mendekati
Produktif-Simpan Pinjam (UEP-SP), Kegi- Miskin (RTMM). Ketiga kelompok sasaran
atan Usaha Bersama Pokmas (Kelompok tersebut merupakan salah satu unsur yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 877


diperhatikan dalam implementasi kebijakan pendataan Rumah Tangga Miskin (RTM)
Program Peningkatan Keberdayaan sasaran.
Masyarakat (PPKM), dalam hal ini Desa (2) Dukungan pengawasan program dari
Pandansari Kecamatan Poncokusumo Badan Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten Malang. (BPM) Kabupaten Malang, Tenaga
Fasilitator Kecamatan (TFK)
2. Faktor pendukung dan penghambat Poncokusumo dan Pendamping
implementasi kebijakan Program Program
Peningkatan Keberdayaan Bentuk dukungan dari Badan Pem-
Masyarakat (PPKM) berbasis Rumah berdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten
Tangga Miskin (RTM) Pemerintah Malang dan Tenaga Fasilitator Kecamatan
Provinsi Jawa Timur di Desa (TFK) Poncokusumo berupa monitoring
Pandansari Kecamatan Poncokusumo pelaksanaan program sedangkan tugas
Kabupaten Malang dari Tenaga Pendamping Masyarakat
(a) Faktor pendukung internal (TPM) selaku pendamping program
(1) Pengurus UPKu memiliki memberikan pengarahan kepada pengurus
kompetensi sesuai dengan kriteria Unit Pengelola Keuangan dan Usaha
program (UPKu) terutama ketika pengurus
Dari segi pemilihan pengurus sudah mengalami kesulitan dalam menjalankan
tepat sesuai dengan kriteria program program termasuk dalam hal melakukan
dikarenakan saat pelaksanaan penjari- pembukuan.
ngan pengurus tim seleksi sudah (c) Faktor penghambat internal
(1)Tidak tersedianya sarana dan
melihat sisi kualitas dan latar belakang
prasarana
si calon. Melihat basic pengurus dari Fasilitas yang terdapat di UPKu Bina
tingkat pendidikan diatas lulusan SMA Sejahtera Desa Pandansari ternyata masih
dianggap memiliki kompetensi untuk kurang memadai. Bahkan yang menjadi
melaksanakan program. salah satu faktor penghambat yang cukup
(2) RTM memiliki kepercayaan serius adalah sekretariat UPKu. Namun dari
terhadap Pengurus UPKu segi prasarana yang lain seperti meja
Selama ini RTM cukup mendukung kantor, komputer, printer, maupun ATK
pelaksanaan Program Peningkatan Keber- yang dimiliki UPKu Bina Sejahtera sudah
dayaan Masyarakat (PPKM) di Desa lengkap.
Pandansari terutama terkait dalam hal (2) Kas UPKu jumlahnya terbatas
pelaksanaan dan pengelolaan dana hibah Pada dasarnya dana hibah baik dari
Program Peningkatan Keberdayaan Badan Pemberdayaan Masyarakat
Masyarakat (PPKM). (Bapemas) Provinsi Jawa Timur maupun
dana sharing dari Badan Pemberdayaan
(b) Faktor pendukung eksternal Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang
(1) Adanya dukungan Perangkat Desa sebenarnya menuntut UPKu untuk
Pandansari dan Tokoh Masyarakat mengelola dan mengembangkan dana bagi
dalam pelaksanaan Program Rumah Tangga Miskin (RTM) yang
Peningkatan Keberdayaan membutuhkan modal. Akan tetapi ku-
Masyarakat (PPKM) rangnya pemahaman Program Peningkatan
Bentuk dukungan dari Perangkat Desa Keberdayaan Masyarakat (PPKM) bagi
dan Tokoh Masyarakat sudah cukup baik. RTM sehingga menganggap dana dari
Hal tersebut dibuktikan dengan kerjasama pemerintah merupakan dana hibah yang
antara pengurus Unit Pengelola Keuangan sifatnya pemberian cuma-cuma dan tidak
dan Usaha (UPKu) dengan Perangkat perlu dikembalikan ke pengurus UPKu dan
Desa Pandansari dan Tokoh Masyarakat pada akhirnya mengakibatkan kas UPKu
yang diwujudkan dalam bentuk sosialisasi jumlahnya terbatas.
pengenalan Program Peningkatan
Keberdayaan Masyarakat (PPKM) dan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 878


(d) Faktor penghambat eksternal (UEP-SP), kegiatan Sarpras (Sarana dan
(1) Tidak ada dukungan dana dari Prasarana), dan kegiatan Peningkatan SDM
Desa Pandansari serta pengalokasian dana hibah sebesar
Tidak adanya dukungan dana dari Rp.106.950.000 pada tahun 2010 sebagai
Desa Pandansari sebenarnya disebabkan tahap awal program.
minimnya kas Desa Pandansari sehingga Badan Pemberdayaan Masyarakat
membuat pengurus UPKu berkreatifitas (BPM) Kabupaten Malang termasuk
untuk mengembangkan dan memutarkan kecamatan Poncokusumo dan Desa
dana hibah dari Badan Pemberdayaan Pandansari dalam pelaksanaan Program
Masyarakat (Bapemas) Provinsi Jawa Peningkatan Keberdayaan Masyarakat
Timur maupun Badan Pemberdayaan (PPKM) untuk memberdayakan RTM di
Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang agar Desa Pandansari berupa sharing dana dan
ketika RTM membutuhkan modal dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas Kelem-
kondisi terdesak, akses permodalan tetap bagaan dan SDM. Pada tahun 2010 Desa
tersedia dan RTM bisa memperoleh Pandansari menerima dana sharing dari
permodalan dana tanpa dibatasi. Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM)
(2) Tidak ada sanksi terhadap RTM Kabupaten Malang sebesar Rp.5.749.500.
yang memiliki tanggungan pin- Sedangkan pada tahun 2012 menerima dana
jaman modal dari UPKu sharing sebesar Rp.32.000.000.
Selama ini tidak dilakukan penerapan Implementator Program Peningkatan
sanksi terhadap RTM yang memiliki Keberdayaan Masyarakat (PPKM) meliputi
tanggungan pinjaman modal dari UPKu. Badan Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan kesepakatan antara pengurus (Bapemas) Provinsi Jawa Timur Bidang
UPKu Bina Sejahtera dengan Badan Pengembangan Perekonimian Masyarakat,
Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabu- Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM)
paten Malang, pengurus hanya menerapkan Kabupaten Malang Bidang Pemberdayaan
sistem agunan bagi Pokmas (Kelompok Kelembagaan dan Keswadayaan Masya-
Masyarakat) yang ditetapkan berdasarkan rakat, Konsultan, Tenaga Fasilitator
kesepakatan bersama agar antara pengurus Kecamatan (TFK) Poncokusumo, Tim
UPKu dengan RTM yang meminjam modal Pendamping Masyarakat (TPM) program,
tidak ada yang dirugikan. Kepala Desa Pandansari dan Pengurus
UPKu Bina Sejahtera.
Kesimpulan Kelompok sasaran (target groups)
Dari beberapa Program Peningkatan kebijakan Program Peningkatan Keber-
Keberdayaan Masyarakat (PPKM) yang dayaan Masyarakat (PPKM) di Desa
sudah ditetapkan, implementasi kebijakan Pandansari meliputi Rumah Tangga Sangat
Program Peningkatan Keberdayaan Miskin (RTSM), Rumah Tangga Miskin
Masyarakat (PPKM) yang dilaksanakan di (RTM), dan Rumah Tangga Mendekati
Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Miskin (RTMM).
Kabupaten Malang meliputi kegiatan Faktor pendukung internal dalam
Sarpras berupa plestarisasi dan rehab melaksanakan Program Peningkatan
rumah, sedangkan untuk kegiatan Usaha Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Desa
Eknomi Produktif-simpan Pinjam (UEP- Pandansari meliputi Pengurus UPKu
SP) berupa pinjaman permodalan usaha memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria
serta peningkatan SDM yang diperuntukkan program dan RTM memiliki kepercayaan
bagi pengurus UPKu. terhadap pengurus UPKu. Sedangkan faktor
Badan Pemberdayaan Masyarakat pendukung eksternal meliputi adanya
(Bapemas) Pemerintah Provinsi Jawa dukungan Perangkat Desa Pandansari dan
Timur dalam memberdayakan RTM di Tokoh Masyarakat dalam pelaksanaan
Desa Pandansari salah satunya memiliki program serta dukungan pengawasan
Program Peningkatan Keberdayaan Masya- program dari Badan Pemberdayaan
rakat (PPKM) yang meliputi kegiatan Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang,
Usaha Ekonomi Produktif-Simpan Pinjam

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 879


Tenaga Fasilitator Kecamatan (TFK) penghambat eksternal meliputi tidak ada
Poncokusumo dan pendamping program. dukungan dana dari Desa Pandansari dan
Selain itu terdapat faktor penghambat tidak ada sanksi terhadap RTM yang
internalnya yang meliputi tidak tersedianya memiliki tanggungan pinjaman modal dari
sarana dan prasarana serta Kas UPKu UPKu.
jumlahnya terbatas. Sedangkan faktor

Daftar Pustaka

Abdullah, rozali. (2002) Pelaksanaan otonomi luas dan isu federalisme sebagai suatu alternatif.
Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Agustino, Leo. (2008) Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta.
Dwidjowijoto, Riant Nugroho. (2006) Kebijakan publik untuk negara-negara berkembang: Model-
Model Perumusan, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta, Elex Media Komputindo.
Huraerah, Abu. (2008) Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat; Model dan Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan. Bandung, Humaniora.
Islamy, M. Irfan. (2003) Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta, Bumi Aksara.
Mukhtar, Erna Widodo. (2000) Konstruksi Ke arah Penelitian Deskriptif. Yogyakarta, Avyrouz.
Rohidi (2000) Tjetjep Rohendi. Ekspresi Seni Orang Miskin. Bandung: Nuansa.
Suharto, Edi. (2005) Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung, Rafika Aditama.
Suharto, Edi. (2008) Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta.
Sugiyono (2008) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. (2007) Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung, Refika Aditama.
Nasirin, Chairun dan Alamsyah. (2010) Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Good
Governance. Malang, Indo Press.
Nasirin, Chairun. (2009) Mewujudkan Kesejahteraan Sosial. Malang, INDO PRESS.
Usman, Sunyoto. (2004) Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Belajar.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tahun 2007 Tentang Organisasi
perangkat Daerah [Internet], Available from:
<http://www.bpkp.go.id/unit/pusbin/pp41thn2007.pdf> [Accessed 30 Maret 2013].
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 Tentang dinas daerah [Internet], Available from
<http://www.bappenas.go.id/node/129/39/pp-no-8-tahun-2003-tentang pedoman-organisasi-
perangkat-daerah> [Accessed 30 Maret 2013].

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 5, Hal. 872-880 | 880

Anda mungkin juga menyukai