Anda di halaman 1dari 18

MODUL MK PERENCANAAN PROGRAM GIZI

(NUT463)

MODUL 4 OBJECTIVE TREE DAN PROBLEM TREE, PROGRAM


GIZI DI TINGKAT PEMERINTAH

DISUSUN OLEH:
Mury Kuswari, SPd, MSi

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2020
BAB 4
OBJECTIVE TREE DAN PROBLEM TREE, PROGRAM GIZI DI
TINGKAT PEMERINTAH
Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pedekatan program gizi pada masa lalu
2. Mahasiswa dapat menguraikan karakteristik pendekatan program gizi masa kini

Pendahuluan
Gizi buruk adalah salah satu kontributor beban penyakit global yang dapat dicegah.
Determinan dari diet yang tidak sehat bersifat kompleks, melibatkan faktor personal, budaya,
dan lingkungan. Intervensi multikomponen yang memengatuhi beberapa area signifikan
dibutuhkan,
Identifikasi determinan dari pola makan yang buruk biasanya merupakan poin awal dari
usaha pengembangan intervensi. Secara global, terdapat banyak penelitian mengenai perilaku,
sikap, pengetahuan, ketersediaan, biaya dan faktor-faktor lain yang memengatuhi pemilihan
makanan. Meski begitu, di berbagai belahan dunia, hanya terdapat sedikit penelitian mengenai
identifikasi faktor lokal yang terlibat dalam pemilihan makanan yang buruk. Bahkan di negara
dengan penelitian ekstensif sekalipun, mungkin saja tidak ada informasi yang relevan terhadap
populasi sub-grup, dan prosesnya pun berbeda antar populasi. Pengertian terbatas terhadap
situasi saat ini mungkin membatasi pengembangan aktivitas kesehatan masyarakat. Karena itu,
penting adanya nmetoe yang sederhana tapi efektif dalam menunjuk area kritis untuk aksi
peningkatan gizi. Menggunakan pendekatan partisipatif untuk mengisi celah informasi ini
meningkatkan keuntungan tambahan dari pengikutsertaan masyarakat lokal dan kapasitas
pembangunan, juga dapat membantu dalam mempersempit jarak antara penelitian dan aksi.
Penelitian Partisipatori adalah orientasi bukan rangkaian metode spesifik yang
menitikberatkan kepetingan dari pengetahuan dan pandangan masyarakat. Metode yang
digunakan untuk mengembangkan pengertian dari penyebab masalah antara lain spider
diagram, problem walls, flow diagram, mind maps, dan problem trees. Problem trees atau
pohon masalah dapat menentukan akar masalah dari masalah utama, identifikasi efek dan solusi
yang mungkin dilaksanakan. Pohon masalah dan pohon tujuan telah direkomendasikan dan
digunakan untuk menilai pola makan dan masalah gizi.
Problem Tree dan Objective Tree (Pohon Masalah dan Pohon Tujuan)
Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode yang digunakan
untuk identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon masalah dilakukan dengan
membentuk pola pikir yang lebih terstruktur mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan
dengan masalah yang telah diprioritaskan.Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan
identifikasi dan penentuan prioritas masalah.Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni
batang, akar, dan cabang. Batang pohon menggambarkan masalah utama, akar merupakan
penyebab masalah inti, sedangkan cabang pohon mewakili dampak. Penggunaan pohon
masalah ini berkaitan dengan perencanaan proyek. Hal ini terjadi karena komponen sebab
akibat dalam pohon masalah akan mempengaruhi desain intervensi yang mungkin dilakukan.
Terdapat beberapa teori lain mengenai definisi pohon masalah, antara lain:
a. Silverman (1994) menggunakan istilah Tree Diagram dan menyatakan diagram sistematik
atau diagram pohon dirancang untuk mengurutkan hubungan sebab-akibat.
b. Modul Pola Kerja Terpadu (2008) menggunakan istilah pohon masalah yang merupakan
bagian dari analisis pohon. Analisis pohon adalah suatu langkah pemecahan masalah dengan
mencari sebab dari suatu akibat
Pembuatan pohon masalah memiliki tujuan yakni:
a. Membantu tim kerja organisasi melakukan analisis secara rinci dalam mengeksplorasi
penyebab munculnya permasalahan utama yang telah ditetapkan sebelumnya. Eksplorasi
penyebab masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode five whys yakni metode
menggali penyebab persoalan dengan cara bertanya “mengapa” sampai lima level atau tingkat.

b. Membantu tim kerja organisasi menganalisis pengaruh persoalan utama terhadap


kinerja/hasil/dampak bagi organisasi atau stakeholder lainnya.

c. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mengilustrasikan hubungan antara masalah utama,


penyebab masalah, dan dampak dari masalah utama dalam suatu gambar atau grafik.

d. Membantu kelompok/tim kerja organisasi mencari solusi atas persoalan utama dengan
melihat komponen sebab akibat dari suatu permasalahan.

Terdapat dua model dalam membuat pohon masalah. Model pertama, pohon masalah
dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada sebelah kiri dari gambar. Selanjutnya,
penyebab munculnyapersoalan tersebut ditempatkan pada sebelah kanannya (arah alur proses
dari kiri ke kanan). Format penyusunan pohon masalah Model Pertama inidapat digambarkan
pada gambar berikut ini:
Model kedua, pohon masalah dibuat dengan cara menempatkan masalah utama pada
titik sentral atau di tengah gambar. Selanjutnya, penyebab munculnya persoalan tersebut
ditempatkan di bagian bawahnya (alur ke bawah) dan akibat dari masalah utama ditempatkan
di bagian atasnya (alur ke atas). Format penyusunan pohon masalah Model Kedua inidapat
digambarkan seperti berikut
Pohon tujuan atau pohon solusi (objective tree) pada dasarnya menggunakan struktur
yang sama dengan pohon masalah, tetapi pernyataan masalh (negatif) diganti dengan
pernyataan objektif. Secara sederhan dilakukan dengan mambalik faktor masalah, misalnya,
asupan makanan sumber besi yang rendah diganti menjadi asupan yang tinggi. Sebuah pohon
solusi memiliki cabang dan masalah yang sama, tidak hanya berfokus pada satu area saja,
sehingga semua kemungkinan dapat dicakup. Hal ini memastikan penilaian secara menyeluruh,
meski tidak semua aksi harus dilakukan.

Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan


Munculnya sejumlah masalah secara simultan yang nampaknya mempunyai bobot
permasalahan yang sama menghadaplan pengambil keputusan pada pertanyaan : masalah
manakah yang segera memerlukan penanggulangan?
Adanya kesulitan dalam mengambil keputusan tentang hal ini antara lain disebabkan
oleh karena
- Kelangkan data/informasi yang diperlukan
- Belum dikuasainya secara baik metode atau teknik menentukan peringkat masalah
kesehatan
Melalui teknik atau metode yang akan diterangkan kemudian, sederet masalah yang tersusun
dapat diurut berdasarkan kepentingannya untuk segera mendapatkan pemecahan.
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu, untuk menentukan urutan masalah
dari yang paling penting sampai dengan yang kurang penting. Metode yang dapat digunkan
dalam penentuan peringkat masalah kesehatan antara lain metode : Delphi, Delbecq dan
Hanlon.
Langkah-langkah dalam penentuan prioritas masalah berdasarkan metode Delphi,
Delbecq dan Hanlon pada dasarnya melalui langkah-langkah menetapkan kriteria dan bobot
masalah serta memberikan skoring tiap masalah. Dengan demikian dapat ditentukan masalah
mana yang menduduki peringkat tinggi.

Metode Delbecq
Proses penentuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok yang akan
mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Adapun sumber informasi yang akan
digunakan berasal dari :
- Pengetahuan dan pengalaman individu para anggota
- Saran dan pendapat narasumber
- Peraturan/ketentuan-ketentuan pemerintah yang relevan
Langkah pertama yang akan dilaksanakan adalah menginventarisasi kriteria
Inventarisasi kriteria dengan mana saudara menentukan keseriusan masalah yang
NO
memengaruhi pelayanan gizi
1 ...
2 ...
3 ...
4 ...
5 Dst

Sebagai contoh berikut ini adalah beberapa kriteria yang pernah dipergunakan dalam
perimusan masalah dalam rangka pemyusunan Repelita III Kesehatan
- Masalah kesehatan yang memberi akibat cacat
- Masalah kesehatan yang mengakibatkan penderitaan lama
- Masalah kesehatan yang mengenai daerah yang luas
- Masalah kesehatan yang mengenai golongan penduduk <5 tahun
- Masalah kesehatan dengan kemampuan menyebar yang tinggi
- Masalah kesehatan yang mempunyai kecenderungan meningkat
- Masalah keseshatan yang menimbulkan kegelisahan di masyarakat luas
- Masalah kesehatan yang menurunkan produktivitas kerja
- Masalah kesehatan yang timbul di daerah-daerah prioritas
Kriteria yang telah disusun ini akan dipergunakan untuntuk menetapkan skor dengan metode
Delbecq atau metode dengan pembobotan
Seluruh kriteria yang telah diinventarisasikan oleh semua anggota dituangkan dalam
flip chart, kemudian dikaji ulang satu per satu. Tujuan dari langkah ini adalah untuk klarifikasi
masing-masing kriteria. Kriteria yang hampir sama maksudnya digabungkan. Jumlah kriteria
dapat ditambah kalau dirasa perlu. Diskusi pada langkah ini diakhiri setelah semua kriteria jelas
dan disetujui oleh kelompok. Contoh kartu indeks khusus untuk menetapkan skor ada di tabel
berikut

KARTU INDEKS KHUSUS


ANGGOTA Total Prioritas
MASALAH
1 2 3 4 5 6 7 Skor Masalah
A 10 9 8 8 7 9 7 59 I
B - 2 - 4 - - - 6 IX
C 9 10 7 6 5 7 5 49 II
D 6 - - 5 4 - 6 21 V
E 8 7 6 7 6 6 4 44 III
F 5 8 5 9 - 5 - 32 IV
G 7 - - - - 4 3 14 VII
H - 3 - - 2 3 1 9 VIII

I 4 4 3 2 - - 2 15 VI

Isilah yang paling bermasalah dengan angka 10 berturut-turut sampai tidak terlalu bermasalah
bagi setiap anggota kelompok untuk masing-masing masalah. Skor bergantung pada
background masing-masing karena tidak ada panduan untuk menilai
Metode Hanlon
Tujuan dari metode Hanlon adalah sebagai berikut :
a. mengusahakan agar para perencana atau pembuat keputusan dapat
mengidentifikasikan faktor-faktor luar yang dapat diikutsertakan dalam proses
penentuan masalah
b. Mengelompokkan faktor-faktor yang ada dan memberi bobot terhadap kelompok
tersebut
c. Memungkinkan anggota untuk mengubah faktor dan nilai sesuai dengan keperluan
yang dirasa dibutuhkan
Untuk keperluan metode Hanlon digunakan 4 kelompok kriteria. Dari masing-masing
kelompok kriteria diperoleh nilai-nilai dengan jalan melakukan skoring dengan skala tertentu.
Kemudian kelompok kriteria tersebut dimasukkan ke dalam 2 bentuk rumus (formula) untuk
memperoleh hasil akhir. Bentuk formula ini kemudian akan disampaikan pada pokok materi
“menetapkan skor.” Semakin tinggi nilainya maka semakin penting masalah yang
bersangkutan. Nilai hasil akhir dari suatu kelompok kriteria mempunyai efek langsung
terhadap pengambilan keputusan. Empat kelompok kriteria yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
- Kelompok Kriteria A : besarnya masalah
- Kelompok Kriteria B : tingkat kegawatan masalah
- Kelompok Kriteria C : kemudahan penanggulangan masalah
- Kelompok Kriteria D : faktor PEARL
Metode Hanlon seperti metode lainnya, dalam prosesnya menggunakan pendapat
anggota untuk menentukan nilai dan bobot. Metode ini bisa berhasil dengan baik apabila
memenuhi syarat-syarat antara lain pemilihan anggota yang tepat., ketepatan definisi yang
digunakan, prosedur yang baik dan penggunaan data-data statistik yang akurat.
Langkah-langkah untuk menggunakan metode ini :
Sebagai contoh semu (fiktif) pada situasi tertentu Dinas Kesehatan pada suatu daerah
dihadapkan pada 3 buah maslah gizi masyarakat yang harus segera dipecahkan. Masalah
tersebut misalnya X, Y, Z.
Walaupun kelompok menyadari bahwa banyak kendala, namun masalah tersebut dapat
ditentukan prioritasnya.
Langkah 1 :
Menetapkan kelompok kriteria A : Besarnya masalah
Kelompok harus menentukan faktor apa saja yang digunakan untuk menentukan besarnya
masalah. Misalnya kelompok setuju bahwa besarnya masalah ditentukan oleh :
- Persentase penduduk yang kena efek langsung oleh masalah tersebut.
- Jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan perorang, perbukan, oleh karena masalah
tersebut
- Besarnya kerugian yang dialami penduduk.

Masalah Persentase Biaya yang Kerugian yang


penduduk yang dikeluarkan/orang/bulan dialami penduduk
terkena (dalam ribuan) (dalam ribuan)
X 11% Rp 35 Rp 3 500
Y 31% Rp 5.5 Rp 2 200
Z 4% Rp 80 Rp 11 000

Kemudian setiap aspek diberikan nilai menurut kelompok masing-masing


Masalah Persentase Biaya yang Kerugian yang Total Rata-
penduduk dikeluarkan/orang/bulan dialami penduduk rata
yang terkena (dalam ribuan) (dalam ribuan)

X 6 6 6 18 6
Y 10 2 4 16 5,3
Z 2 8 10 20 6,7

Langkah 2 :

Langkah ini berbeda dengan langkah pertama di mana banyak menggunakan data kuantitatif
untuk menentukan nilai. Menentukan tingkat kegawatan lebih subjektif. Pada langkah ini
kelompok menentukan tingkat kegawatan dengan 3 faktor yaitu :

- Tingkat urgensinya
- Kecenderungannya
- Kegawatannya
Berdasar 3 faktor tersebut di atas anggota menentukan nilai sebagai berikut dengan faktor skala
0 -10
Masalah Keganasan Tingkat Kecenderungannya Total Rata-rata
urgensinya
X 5 10 6 21 7

Y 2 8 9 19 6,3

Z 6 5 2 13 4,3

Angka rata-rata tersebut akan digunakan untuk menghitung NPD

Langkah 3 :

Menentukan kelompok kriteria C : kemudahan penanggulangan .

Pertanyaan yang harus dijawab oleh kelompok adalah, apakah sumber-sumber dan teknologi
yang tersedia mampu menyelesaikan masalah. Masing-masing anggota (dalam contoh ini
jumlah anggota 7 orang) memberikan nilai 0,5 – 1,5 berdasarkan perkiraan kemudahan
penanggulangan masing-masing masalah. Angka 0,5 bermakna bahwa masalah tersebut sulit
ditanggulangi dan angka 1,5 bermakna bahwa masalah tersebut paling mudah ditanggulangi.

0,5 0,75 1,00 1,25 1,5

(Sangat sulit dipecahkan) (Sangat mudah pemecahannya)

Misal dari 7 anggota dalam suatu kelompok memecahkan masalah sebagai berikut

Masalah X : (1,0 + 1,0 +1,0 + 1,25 + 1,0 + 1,5 +1,0) / 7 = 1,1

Masalah Y : (1,5 + 1,5 +1,5 + 1,25 + 1,0 + 1,5 +1,0) / 7 = 1,3

Masalah Z : (1,0 + 1,0 +1,0 + 0,5 + 0,75 + 1,5 +0,75) / 7 = 0,9

Langkah 4 :

Menentukan kelompok kriteria D : (PEARL Factor). Kelompok kriteria D terdiri dari


beberapa faktor yang dapat saling menentukan dapat atau tidaknya suatu program
dilaksanakan. Faktor tersebut meliputi

- P : Kesesuaian program (appropriateness)


- E : Secara ekonomi murah (Economic Feasibility)
- A : Dapat diterima (Acceptability)
- R : Tersedianya sumber (Resources availability)
- L : Legalitas terjamin (Legality)
Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL. Tujuannya adalah untuk
menjamin terselenggaranya program dengan baik. Jawaban hanya ada dua yaitu “ya” atau
“tidak”, jawaban “ya” nilainya 1 dan jawaban “tidak” nilainya 0.
Dengan cara aklamasi/voting maka tiap faktor dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk
masing-masing masalah.
Berikut adalah contoh hasil yang dicapai kelompok
Masalah PEARL Hasil perkalian PEARL

X 1 11 11 1

Y 1 11 11 1

Z 1 11 01 0

Dengan mengalikan angka dalam kolom PEARL diperoleh nilai PEARL. Masalah Z
bernilai 0 dan hasil perhitungannya yang disebabkan faktor R : Tersedianya sumber masih
dipertanyakan

Penetapan Pembobotan
Pembobotan adalah suatu proses pemberian nilai terhadap kriteria yang telah dipilih.
Hal ini dimaksudkan agar dapat membandingkan antara satu kriteria dengan kriteria lainnya,
dengan melihat nilai bobotnya.
Setelah kriteria ditetapkan pada materi sebelumnya (metode Delbecq), kelompok dapat
membedakan kriteria yang satu dengan kriteria yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana
yang bobotnya lebih tinggi.
Langkah-langkah :
1. Kriteria yang sudah ditetapkan dikaji dan dibahas secara rinci sehingga kesahihan (validitas)
setiap kriteria diterima seluruh anggota
2. Masing-masing anggota menentukan/memberikan bobot terhadap kriteria yang ada.
Biasanya bobot yang diberikan berkisar antara 1-5
Dapat pula skala ini diperbesar dengan maksud untuk mempertajam penilaian dan
menghindari terjadinya bobot yang sama. Kriteria yang sangat penting mendapat bobot 5,
sebaliknya kriteria yang kurang penting mendapat bobot 1. Bobot yang telah diberikan masing-
masing anggota terhadap masing-masing kriteria dijumlahkan untuk mendapat nilai rata-
ratanya. Nilai rata-rata inilah yang merupakan bobot yang sesunguhnya dari masing-masing
kriteria.
Berikut ini merupakan contoh pembobotan kriteria. Misalnya anggota kelompok
membahas 3 buah kriteria. Setiap anggota diminta untuk menentukan bobot terhadap masing-
masing kriteria.
Kriteria Ahmad Badu Salim Total

A 5 4 3 12

B 4 3 2 9

C 2 2 4 8

Nilai rata-rata dari nilai total masing-masing kriteria adalah bobot masing-masing kriteria
terhadap yang lainnya, seperti terlihat di tabel di bawah ini

Kriteria Bobot

A 4

B 3

C 2,6

Kriteria A memperoleh bobot yang paling tinggi di antara bobot lainnya.

Penetapan Skor

Setelah menetapkan pembobotan, tahap selanjutnya adalah menentukan skor permasalahan


yang dihadapi atas dasar kriteria yang sudah ditentukan. Dengan menjumlahkan skor dari setiap
kriteria dapat diketahui nilai skor total bagi setiap masalah yang ada. Atas dasar nilai skor total
inilah diperoleh urutan atau prioritas masalah gizi/kesehatan (metode Delbecq)

Urutan/prioritas masalah dapat pula ditentukan dengan melihat skor total, setelah
masing-masing skor untuk suatu kriteria dikalikan dulu dengan bobot kriteria yang dimaksud
(metode pembobotan)
Pembahasan ini merupakan bagian akhir dari modul menentukan peringkat masalah
gizi masyarakat. Berikut ini dijelaskan bagaimana menetapkan skor terhadap masalah yang
sudah dibahas sebelumnya dengan metode Delbecq, Hanlon, Pembobotan, dan Delphi.

1. Metode Delbecq

Setiap anggota diminta untuk memberikan nilai skor satu persatu terhadap seluruh
masalah yang dibahas. Nilai skor variasi antara 1 sampai 10. Setiap masalah diberi nomor dan
dicatat dalam kartu indeks khusus. Setiap anggota akan memberikan skor terhadap seluruh
masalah yang ada dalam kartu indeks yang telah dibagikan. Setelah selesai setiap anggota satu
per satu menuliskan hasil skoringnya ke dalam daftar masalah yang tertulis pada flip chart atau
papan tulis. Dengan menjumlah hasil skoring seluruh anggota akan diperoleh urutan peringkat
masalah.

ANGGOTA Total Prioritas


MASALAH
1 2 3 4 5 6 7 Skor Masalah
A 10 9 8 8 7 9 7 59 I
B - 2 - 4 - - - 6 IX
C 9 10 7 6 5 7 5 49 II
D 6 - - 5 4 - 6 21 V
E 8 7 6 7 6 6 4 44 III
F 5 8 5 9 - 5 - 32 IV
G 7 - - - - 4 3 14 VII
H - 3 - - 2 3 1 9 VIII

I 4 4 3 2 - - 2 15 VI

Setelah selesai langkah ini, pimpinan kelompok memimpin diskusi dengan tujuan agar setiap
anggota dapat menjelaskan dan memperbaiki skoring yang diberikan.

2. Metode Hanlon

Setelah nilai kelompok kriteria A, B, C, D didapatkan melalui latihan “menetapkan kriteria”,


kemudian nilai tersebut dimasukkan ke dalam formula sebagai berikut :
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A+B)C
Nilai Prioritas Total = (A+B) C x D
Masalah X = NPD = (6 + 7) x 1,1 = 14,3
Masalah Y = NPD = (5,3 + 6,3) x 1,3 = 15,08
Masalah Z = NPD = (6,7 + 4,3) x 0,9 = 9,9

Dengan mengalikan NPD dengan komponen D dari masing-masing masalah maka didapat
angka NPT sebagai berikut
Masalah NPD PEARL NPT Urutan Prioritas
X 14,3 1 14,3 II
Y 15,08 1 15,08 I
Z 9,9 0 0 III

Dari hasil tersebut di atas ternyata bahwa masalah Y menduduki prioritas I dengan nilai
sebesar 15,08; kemudian maslaah X dengan nilai 14,3 dan masalah Z dengan nilai 0 (9,9).

3. Metode dengan cara pembobotan


Melakukan skoring prosesnya sama dengan cara melakukan pembobotan terhadap
kriteria. Angka skor yang digunakan dalam proses ini antara lain 1 – 10, hal ini dimaksudkan
agar diperoleh variasi nilai skor yang cukup luas.
Sebagai contoh, misalnya anggota yakin bahwa masalah dapat ditanggulangi cukup
dengan teknologi yang sederhana dan teknologi tersebut dapat dipahami dengan mudah, maka
anggota dapat memberikan skor + 10 terhadap masalah tersebut.
Pada langkah ini anggota secara individu diminta untuk mengkaji setiap masalah dalam
hubungannya dengan kriteria yang telah ditentukan.
Contoh : Anggota diminta untuk melakukan skoring terhadap masalah A, B, C bila
dihubungkan dengan kriteria “mengenai daerah yang luas.”
Anggota secara individu memberi nilai sebagai berikut :
Masalah Akhmad Badu Salim Total
A 5 6 7 18
B 8 10 9 27
C 1 3 5 9

Nilai rata-rata hitungnya adalah sebagai berikut :


Masalah Skor
A 6
B 9
C 3

Akhirnya seluruh anggota akan menskor semua masalah dan hasilnya merupakan hasil
konsensus. Lihat tabel sebagai berikut :

Skor Masalah Skor Total


No Kriteria Bobot
A B C A B C
Mengenai
1 daerah yang 5 6 9 3 30 45 15
luas
Mengenai
golongan
2 4 7 3 6 28 12 24
penduduk <5
tahun
Kemampuan
3 menyebar 3 8 7 7 24 21 21
tinggi
Kecenderungan
4 3 5 7 8 15 21 24
meningkat
Menimbulkan
5 kegelisahan 3 4 4 5 9 12 15
masyarakat
Menemukan
6 2 3 6 6 8 12 12
produksi kerja
Timbul di
7 3 2 1 1 6 3 3
daerah prioritas
TOTAL 120 126 114
Prioritas Masalah II I III
Masing-masing skor prioritas yang diperoleh dikalikan dengan bobot dari kriteria yang
bersangkutan. Hasil perkalian ini adalah skor total. Jumlah skor total menunhukkan urutan
prioritas masalah gizi.

4. Metode Delphi
Metode Delphi adlah salah satu metode untuk meramalkan keadaan sosial dan masa
depan suatu organisasi. Metode ini digunakan secara luas sampai saat ini. Di samping itu juga
metode ini dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah. Pada dasarnya, metode
Delphi adalah suatu teknik uhntuk memperoleh kesepakatan (konsensus) melalui diskusi
kelompok untuk menentukan kecenderungan yang akan datang, atau prioritas masalah gizi.
Keuntungan :
a. Dalam hal data kuantitatif tidak tersedia, oleh karena permasalahannya sangat kompleks,
sangat sulit, maka metode ini cocok untuk menentukan prioritas masalah gizi
b. Metode ini relatif murah
c. Oleh karena keputusan yang diambil berdasarkan konsesnsus, maka dapat meniadakan
keputusan sepihak yang diambil oleh sementara anggota yang dominan.
Kerugian :
a. Seleksi anggota kelompok yang kurang teliti, menghasilkan keputusan yang kurang tepat
b. Oleh karena pembahasan dilakukan berulangkali menyebabkan anggota menjadi letih, hal
ini mengakibatkan keputusan diambil belum matang/mantap (prematur)
c. Oleh karena tidak tersedianya data yang akurat maka dua kelompok yang berbeda akan
menghasilkan keputusan yang berbeda pula.
Langkah-langkah untuk melakukan metode ini :
a. Melakukan seleksi anggota kelompok yang terdiri dari 6 sampai 10 orang
b. Anggota diminta untuk mengajukan pendapatnya terhadap kuesioner yang dibagikan
c. Hasil pendapat para anggota direkap, kemudia didistribusikan ke seluruh anggota, untuk
membandingkan pendapatnya dengan pendapat anggota yang lain.
d. Proses diulangi berkali-kali, dengan melalui revisi dan penjelasan sehingga konsensus dapat
dicapai.
Contoh hasil diskusi kelompok dengan metode Delphi ,emhemao masalah A, B, C dan
D sebagai berikut :
% anggota berpendapat tentang masalah
Masalah kesehatan dalam 10 tahun ke depan TOTAL Keterangan
Besar Sedang Kecil
A 20 20 60 100
B 45 50 5 100
C 80 10 5 100
D 5 5 40 100

Pada tahap pertama dalam tabel di atas diperoleh gambaran bahwa 60% anggota beranggapan
masalah A probabilitasnya kecil pada 10 tahun yang akan datang, sedangkan 80% anggota
beranggapan bahwa masalah C probabilitasnya besar dan seterusnya. Setelah disekusi diulangi
lagi maka hasil konsensus akhir adalah sebagai berikut

% anggota berpendapat tentang masalah


Masalah kesehatan dalam 10 tahun ke depan TOTAL Keterangan
Besar Sedang Kecil
A 15 10 75 100
B 5 70 25 100
C 85 10 5 100
D 20 75 5 100

Jadi urutan prioritasnya adalah : Peringkat I masalah C, Peringkat II masalah D, Peringkat III
masalah B, dan peringkat IV masalah A.
Metode Delphin ini dapat digunakan paling sedikit untuk 5 keperluan yaitu :
a. Memperkirakan kecenderungan dan kejadian yang akan datang
b. Survei tentang masalah kesehatan
c. Menyederhanakan proses pemecahan masalah (Problem Solving)
d. Menjernihkan masalah pendapat yang berlawanan (kontroversial)
e. Formulasi strategi
DAFTAR PUSTAKA

Snowdon W, Schultz JT, Swinburn B. 2008. Problem and solution trees: A practical approach
for identifying potential interventions to improve population nutrition. Health Promotion
International 23 (4): 345-353
Allen D Spregel dan Herbard Harvey Hyman. 1978. Basic Health Planning Methods. Aspen
System Corporation Germantown, Maryland

Anda mungkin juga menyukai