Anda di halaman 1dari 33

KONSEP

KESEHATAN
REPRODUKSI
Oleh:
Anita B
A. Sejarah kespro secara Internasional
 Konsep kespro sudah dirintis sejak terjadinya peningkatan
penduduk.
 Pertemuan PBB 1954 dan 1965isu yang penting.
 1960 perkumpulan KB internasional (IPPF) memperkenal
kan program KB.
 1975konferensi perempuan ke 1 (Forum World
Conference on Women/FMCW) tentang isu perempuan.
 1980FMCW ke 2 masih tentang isu perempuan.
 1985FMCW ke 3isu gender mulai dibahas.
 1990-an mulai muncul pandangan baru mengenai seksual
itas dan kespro perempuan dan laki-laki berdasarkan HAM
ditandai dg beberapa konferensi internasional:
1.Konferensi Wina (1993)
Tentang HAMdeklarasi dan platform aksi Wina
“Hak asasi perempuan dan anak perempuan adalah
mutlak, terpadu, dan merupakan bagian dari HAM”

2.ICPD (International Conference on Population and


Development) Kairo 1994.
Konferensi Internasional Kependudukan dan Pem-
bangunan dihadiri 11.000 perwakilan dari 180 negara.
“Agar setiap negara meningkatkan status kesehatan,
pendidikan, dan hak-hak individu (khususnya bagi
perempuan dan anak² dan mengintegrasikan program
KB ke dalam agenda kesehatan perempuan yg lebih
luas.
Bagian terpenting program tsb adalah penyediaan pe-
layanan KR menyeluruh, yg memadukan KB, pelayanan
kehamilan dan persalinan yg aman, pencegahan dan
pengobatan IMS-HIV AIDS, informasi dan konseling
seksualitas, serta pelayanan kesehatan perempuan
mendasar lainnya, termasuk penghapusan kekerasan
terhadap perempuan (sunat perempuan, jual beli perem
puan, dll)

3.Konferensi perempuan sedunia ke 4 di Beijing 1995


189 negarakomitmen internasional terhadap tujuan
kesetaraan, pengembangan dan perdamaian bagi
seluruh perempuan di dunia
Platform tsb terdiri dari 6 bab, mengidentifikasikan 12
area kritis kepedulianpenghambat utama kemajuan
perempuan.
1).Kemiskinan, jumlah perempuan yg hidup dalam
kemiskinan lebih banyak dari laki-lakiterbatasnya
akses perempuan thd sumber ekonomi (pekerjaan,
kepemilikan harta benda, pendidikan, pelayanan
masyarakat/kesehatan).
2).Pendidikan dan pelatihan, diskriminasi akibat budaya,
pernikahan dan kehamilan dini, keterbatasan akses
pendidikan, materi pendidikan yg bias gender.
3).Kesehatan, mencakup fisik, emosi yg dipengaruhi
sosial, politik, ekonomi. Harus terpenuhi secara adil
sepanjang siklus hidupnya.
4).Kekerasan, perempuan dan anak perempuan subyek
kekerasan fisik, seksual, psikologis yg terjadi tanpa di
batasi status sosial, ekonomi, budaya.
5).Konflik bersenjata, perkosaan merupakan cara untuk
memusnahkan kelompok masyarakat/suku.
6).Ekonomi, jarang dilibatkan dalam pengambilan
keputusan ekonomi, sering diperlakukan tidak layak
(gaji rendah, kondisi kerja tidak memadai, terbatasnya
kesempatan kerja profesional).
7).Pengambilan keputusan, keterwakilan perempuan
dalam pengambilan keputusan belum mencapai target
30% di hampir semua tingkatan pemerintahan.
8).Mekanisme institusional, sering terpinggirkan dalam
struktur kepemerintahan nasional.
9).Hak Asasi Manusia, bersifat universal, hak tersebut
dinikmati secara penuh dan setara.
10).Media, menonjolkan gambaran negatif & merendah
kan perempuan (kekerasan, pelecehan, pornografi).
11).Lingkungan, perusakan alam berdampak negatif
bagi kesehatan, kesejahteraan dan kualitas hidup.
12).Diskriminasi, sejak awal kehidupannya, kurangnya
perlindungan hukum/kegagalan dalam penerapannya
4. Telaah lima tahunan: ICPD+5 (1999)
Target baru untuk mengukur penerapan ICPD:
a. Akses terhadap pendidikan dasar tahun 2015
Meningkatnya keikutsertaan anak laki-laki dan
perempuan di SD minimal 90% sebelum th 2010,
menurunnya angka buta huruf pada perempuan dan
anak perempuan pada tahun 1990 sd setengahnya
pada tahun 2005.
b. Semua fasilitas kesehatan menyediakan metode²
KB yg aman dan efektif, pelayanan kebidanan, pen-
cegahan dan penanganan ISR, metode pelindung
mencegah infeksi, baik langsung maupun rujukan.
c. Mengurangi kesenjangan antara pemakaian kontra-
sepsi dg proporsi individu.
d. Memastikan bahwa sekurangnya 60% persalinan di
tolong oleh tenaga terlatih.
e. Pelayanan pencegahan HIV untuk laki-laki dan
perempuan muda usia 15-24 tahun, termasuk
penyediaan kondom laki-laki, pemeriksaan secara
sukarela, konseling dan tindak lanjut.

5. Millenium Development Goals (2000)


Disetujui 189 negara mengandung 8 goals, 18 target,
48 indikator.
8 tujuan pembangunan milenium:
a. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan.
b. Mencapai pendidikan dasar secara universal.
c. Mendorong kesetaraan gender & memberdayakan
perempuan.
d. Mengurangi tingkat kematian anak.
e. Meningkatkan kesehatan ibu.
f. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya.
g. Menjamin berkelanjutan lingkungan serta merehabilitasi
sumber daya yang hilang.
h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
B. Perubahan Paradigma dalam Masalah
Kependudukan (Hasil ICPD di Cairo 1994)

Issue tentang kesehatan reproduksi menjadi penting


terutama setelah pertemuan ICPD (International
Conference on population and Development) di Cairo 1994.
ICPD dilaksanakan di Cairo Mesir mulai tgl 5-13 Sep 1994,
diikuti oleh 179 negara.
Deklarasi Cairo memuat “Program Aksi Kependudukan
dan pembangunan untuk 20 tahun yg akan datang”

Dimana peran kespro???


Masalah pembangunan kependudukan lebih diarahkan
pada pengendalian jumlah penduduk (KB menjadi issue
penting)

ICPD

Terjadi perubahan pandangan bahwa masalah kependuduk


an dan pembangunan tidak cukup hanya dg mengendalikan
jumlah penduduk, tetapi lebih luas lagi yaitu pentingnya
kesehatan reproduksi (dengan Life Cycle Aproach)

KB merupakan salah satu aspek dari kesehatan reproduksi


JADI
Telah terjadi perubahan paradigma dalam pengelolaan
masalah kependudukan dan pembangunan dari
pendekatan pengendalian populasi dan penurunan
fertilitas.
Menjadi
Pendekatan yang terfokus pada kesehatan reproduksi
dan hak reproduksi.

Perubahan paradigma ini menempatkan manusia sbg


subyek, yang sebelumnya sebagai obyek.
C.Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial secara utuh tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yg
berkaitan dg sistem reproduksi, serta fungsi dan proses
nya (ICPD, 1994).
Pengertian ini mengandung makna, bahwa:
1. Menyangkut kemampuan orang untuk bereproduksi.
2. Kebebasan untuk menentukan kapan dan seberapa
sering mereka akan bereproduksi.
3. Hak pria dan wanita untuk mendapatkan informasi
dan akses terhadap metode KB.
4. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yg
memungkinkan para wanita utk menjalani kehamilan
dan persalinan dg selamat.
Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara
sehat, diperlukan syarat:
1. Tidak ada kelainan anatomi-fisiologi (pria-wanita).

2. Pria-wanita memerlukan landasan psikis yang baik.

3. Terbebas dari berbagai macam penyakit.

4. Seorang wanita yang hamil memerlukan jaminan


bahwa ia akan melewati masa tersebut dengan aman.
D. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Tujuan utama
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dalam
mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk
kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak
reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada akhirnya
menuju peningkatan kualitas hidupnya.
Tujuan khusus
1. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan
peran dan fungsi reproduksinya.
2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita
dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak
antara kelahiran.
3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria
thd akibat dari perilaku seksual & fertilitasnya kepada
kesehatan & kesejahteraan pasangan dan anak²nya.
4. Dukungan yg menunjang wanita untuk membuat
keputusan yg berkaitan dg proses reproduksi, berupa
pengadaan informasi dan pelayanan yg dapat
memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan
reproduksi secara optimal.
Tujuan menurut UU No. 23 th 1992 Bab II Ayat 3:
Meningkatkan kesadaran akan harga diri dan kemandiri
an wanita dalam kontrol diri (tubuh secara fisik), kehidup
an seksualitasnya, dan pada akhirnya seluruh jalan
hidupnya dalam rangka memperbaiki status kesehatan
wanita guna memperoleh derajat kespro dan kesehatan
seksual yg optimal serta kemampuan untuk menjalankan
hak reproduksinya.
E. Sejarah Kesehatan Reproduksi di Indonesia
1807 : Mulai ada pelatihan dukun bersalin
1952 : Pelayanan KIA melalui BKIA untuk memperbaiki
memelihara, meningkatkan derajat kesehatan
wanita hamil, menyusui, bayi & anak prasekolah.
1972 : Pelayanan KIA di Puskesmas dg prioritas
penurunan AKB.
1988 : Pencanangan gerakan safe motherhood di
Nairobi.
1990 : Gerakan safe motherhood global
1992 : BKKBN/Meneg Kependudukan:
- Gerakan KB nasional
- Gerakan reproduksi sehat sejahtera
- Gerakan ketahanan keluarga sejahtera
1992 : UU No. 10 th 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera:
- Dijabarkan dengan PP No. 21 dan PP No. 24
tahun 1994
- Peningkatan kepedulian dan PSM melalui
pendewasaan usia kawin, pengaturan kehamil
an, pembinaan ketahanan masyarakat,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
me-
wujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.
1994 : ICPD di Cairo, paradigma baru kespro.
1995 : World Health Assembly ke 48 strategi global
(Mei) kespro, rencana kegiatan untuk melaksanakan,
menunjang dan melembagakan pelayanan
kespro dlm konteks pelayanan kesehatan dasar
1996 : Lokakarya Nasional Kespro (Depkes) disepakati
(Mei) pelayanan kespro essensial dan pelayanan
kespro komprehensif.
1996 : Lokakarya percepatan penurunan AKI (Meneg
(21 Mei) UPW) di Bogor (cikal bakal GSI)
1997 : Gerakan sayang ibu dicanangkan
- Lintas sektor, peranan Pemda
- Peningkatan status wanita
- Pemberdayaan ibu hamil, keluarga & masy
- Pelaksanaan KB, peningkatan aksesibilitas thd
pelayanan, peningkatan pelayanan rujukan.
F. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Menurut program kerja WHO ke IX (1996-2001) dengan
pendekatan siklus keluarga:
Praktik tradisional pada masa anak-anak yg berakibat
buruk terhadap kesehatan reproduksi.
Kespro remaja; kehamilan remaja, kekerasan dan
pelecehan, tindakan seksual tidak aman,
Tidak terpenuhinya kebutuhan ber-KB, berkait dengan
aborsi tidak aman.
Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak pada masa
kehamilan, persalinan dan pasca persalinan
ISR berkait dengan PMS
Kemandulan berkait dengan ISR dan PMS
Sindrom pre dan post menopause dan andropause dan
peningkatan risiko kanker pd organ reproduksi.
Masalah (hormonal) pada usia lanjut
Ruang lingkup adalah:
1. Safe motherhood dan perawatan ibu
2. Keluarga Berencana
3. Pencegahan dan manajemen PMS-HIV/AIDS
4. Pencegahan dan manajemen aborsi
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan dan manajemen infertilitas (kemandulan)
7. Penanganan pada usia lanjut termasuk kanker dan
penyakit hormonal
8. Menurunkan kematian fetus, bayi dan perawatan anak
9. Kesehatan wanita
10. Program pendukung kesehatan reproduksi
Di Indonesia, berdasarkan hasil lokakarya nasional
kespro th 1996, disepakati paket pelayanan kesehatan
reproduksi essensial (PKRE), yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga Berencana
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran
reproduksi termasuk PMS, HIV/AIDS
Disepakati pula paket pelayanan kesehatan reproduksi
komprehensif (PKRK) yaitu: PKRE + kespro lansia.
Pelayanan kespro dilaksanakan secara integratif dalam
tingkat pelayanan dasar.
G. Hak-hak Reproduksi

Hak reproduksi adalah hak-hak manusia yg berkaitan dg


reproduksi dan telah diakui dalam undang-undang,
dokumen-dokumen (nasional, internasional/PBB).
Hak-hak ini didasarkan pada pengakuan terhadap hak
asasi semua pasangan atau perorangan.
Fungsi hak:
1. Perlindungan (protective)
2. Menjamin adanya keadilan (fairness)
3. Memberdayakan (empower)
4. Harga diri (human dignity)
Hak reproduksi

“Setiap orang baik laki-laki maupun perempuan (tanpa


memandang perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama,
dll) mempunyai hak yang sama untuk memutuskan
secara bebas dan bertanggungjawab (kepada diri sendiri,
keluarga, dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak
antar anak, serta untuk menentukan waktu kelahiran dan
dimana akan melahirkan.
Hak reproduksi ini dapat dijabarkan, yaitu:
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan
kespro yg terbaik, hal ini berarti penyedia pelayanan
harus memberikan pelayanan kespro yg berkualitas.
2. Perempuan dan laki-laki, sebagai pasangan atau sbg
individu berhak memperoleh informasi lengkap ttg
seksualitas, kespro dan manfaat serta efek samping
obat-obatan, alat dan tindakan medis yg digunakan
untuk mengatasi masalah kespro.
3. Hak untuk memperoleh pelayanan KB yg aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima sesuai dg pilihan
tanpa paksaan dan tak melawan hukum.
4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan
yg dibutuhkan yg memungkinkannya sehat & selamat
dalam menjalani kehamilan dan persalinan serta mem-
peroleh bayi yang sehat.
5. Hubungan suami-istri didasari penghargaan terhadap
pasangan masing-masing dan dilakukan dalam situasi
dan kondisi yg diinginkan bersama tanpa unsur paksa
an, ancaman dan kekerasan.
6. Para remaja, laki-laki maupun perempuan berhak mem
peroleh informasi yg tepat & benar tentang reproduksi
remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan men-
jalani kehidupan seksual yg berftanggungjawab.
7. Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi
yg mudah diperoleh, lengkap dan akurat mengenai
penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS.

Piagam IPPF tentang hak-hak reproduksi dan seksual:


1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3. Hak atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk
diskriminasi
4. Hak privasi
5. Hak kebebasan berfikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk
membentuk dan merencanakan sebuah keluarga
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan
punya anak
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi
dalam arena politik
12. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan
pengobatan
Banyak pelanggaran hak asasi di lingkungan kesehatan
antara lain:
1. Kurang informasi tentang status kesehatan
2. Program kesehatan yg tersentralisasi
3. Hak untuk bekerja dalam kondisi baik (tidak enak
badan masih disuruh kerja)
4. Penggunaan KB yang dipaksakan
5. Dll
H. Faktor-faktor yg mempengaruhi Kespro
1. Faktor sosek dan demografi (kemiskinan, tingkat
pendidikan rendah, ketidaktahuan perkembangan
seksual dan proses reproduksi, tempat tinggal terpencil.
2. Faktor budaya dan lingkungan (praktik tradisional yg ber
dampak buruk pd kespro, kepercayaan banyak anak
banyak rezeki, informasi ttg fungsi reproduksi yg mem-
bingungkan anak dan remaja).
3. Faktor psikologis (dampak keretakan ortu pd remaja,
depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak
berharga wanita thd pria yg membeli kebebasannya dg
materi, dsb).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran
reproduksi pasca PMS
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2001. Program Kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di


Tingkat Pelayanan Dasar. Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI, 2001. Yang Perlu Diketahui Petugas Kesehatan tentang Kesehatan
Reproduksi. Depkes RI, Jakarta.

Depkes Ri, 2002. Deklarasi dan Kerangka Aksi Beijing Bidang Kritis:
Perempuan dan Kesehatan” serta Program Tidak Lanjutnya. Depkes
RI, Jakarta.

Depkes RI dan UNFPA, 2002. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi,


Informasi, Edukasi Kesehatan Reproduksi untuk Petugas kesehatan
di Tingkat Pelayanan Dasar. Depkes RI dan UNFPA, Jakarta.

YPKP, Pusdiknakes Depkes RI, IBI. Kesehatan Reproduksi Modul Mahasiswi.


YPKP, Pusdiknakes Depkes RI, IBI, 2006.
Ada Pertanyaan???

Anda mungkin juga menyukai