PENDAHULUAN
Ketika bayi lahir, kondisi bayi masih lemah sehinggga butuh perhatian dan
penjagaan yang serius. Semua anggota tubuh bayi masih rawan, tetapi yang paling
rawan adalah bagian kepala, terutama ubun-ubun dan tali pusat bayi (Irawan,
2011).
sampai ke permukaan fetal plasenta. Pada tali pusat terdapat funiculus umbilikalis
yang terbentang dari permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan
berlanjut sebagai kulit fetus. Dalam sistem kerjanya tali pusat berfungsi sebagai
penghubung antara plasenta dan bagian tubuh janin supaya mendapat asupan
oksigen, makanan, dan antibodi dari ibu. Pada umumnya umbilicus atau tali pusat
puput saat satu minggu setelah bayi lahir dan luka sembuh dalam lima belas hari
(Baety, 2011).
Proses melepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
mendukung dan membantu untuk lebih cepat dari 5 hari atau lebih lama (lebih
dari 4 minggu). Faktor tersebut mencakup ada tidaknya infeksi pada tali pusat
bayi, kebersihan dan sanitasi lingkungan, kelembaban daerah sekitar tali pusat
bayi dan cara perawatan tali pusat itu sendiri (Wawan, 2009).
1
Menurut Who Health Organization (WHO) proporsi kematian bayi baru
lahir di dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir
pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia
registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat tentang
jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama. Dalam
Kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara di Asia
Tenggara masih sangat lambat. Perkiraan kematian yang terjadi karena tetanus
adalah sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian yang terjadi di Afrika dan Asia
Tenggara disebabkan karena Infeksi pada tali pusat pada umumnya menjadi
tempat masuk utama bakteri, terutama apabila diberikan sesuatu yang tidak steril
(Sarwono, 2008).
kematian bayi baru lahir sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar
(Depkes, 2012).
Bayi sebesar 55/1000 kelahiran hidup menurun pada tahun 2012 yaitu 30/1000
kelahiran hidup. Penyebab kedua terbesar di provinsi lampung yaitu BBLR dan
Asfiksia, sedangkan pada usia 0-6 hari infeksi menyumbang 2%, usia 7-28 hari
2
menurut data yang di dapat dari Puskesmas Sumberjaya kematian Bayi berjumlah
infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi. Bahwa 50%
kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama
kehidupan, kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan
mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan jaga kesterilan alat (Sarwono,
2008).
di dalamnya tempat persalinan, tempat perawatan dan rumah. Infeksi yang terjadi
pada hari pertama kehidupan pada umumnya berasal dari kontak dengan
mikroorganisme yang berasal dari ibu. Infeksi yang terjadi setelah itu lebih sering
berasal dari lingkungan. Hasil pengobatan akan menjadi jauh lebih baik apabila
tanda infeksi dapat dikenal secara dini dan segera dilakukan pengobatan yang
Biasanya terjadi pada bayi berusia kurang satu bulan akibat pemotongan tali pusat
tidak bersih. Selain itu, tetanus dapat disebabkan tali pusat yang diberi macam-
macam ramuan. Ibu yang tidak mendapat suntikan tetanus toksoid lengkap
3
sewaktu hamil akan membuat ibu dan bayi berisiko terserang kuman tetanus (Iis
Sinsin, 2008).
Tingkat kejadian yang tinggi infeksi ini umumnya ada dipedesaan dimana
masih banyak ibu yang melahirkan didukun. Peralatan tidak steril yang memotong
tali pusat berisiko tinggi menimbulkan infeksi. Infeksi tetanus neonatorum dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari pada sebagian besar bayi (Iis Sinsin,
2008).
masih banyak ibu yang mengikuti tradisi budaya yang ada di masyarakat.
tali pusat cepat lepas (puput) atau ditutupi dengan koin agar pusat tidak bodong.
Sehingga jika diberikan ramuan, bubuk kopi, koin dapat menularkan kuman.
Akibatnya terjadi infeksi atau tetanus yang sangat membahayakan karena tingkat
sampai dengan Februari 2010 tentang perawatan tali pusat menggunakan ASI dan
Alkohol 70% memiliki hasil yang signifikan, yaitu tali pusat 4 hari lebih cepat
Selain itu, perawatan Tali pusat menggunakan ASI lebih efisien karena lebih
mudah, bisa dilakukan oleh ibu, dan lebih sedikit kemungkinan terjadinya infeksi
tali pusat karena kandungan kolonisasi pada ASI yang begitu bermanfaat.
daerah Lampung Barat dimana Masyarakatnya yang masih kaya akan kepercayaan
4
dan budaya. Begitupun dengan perawatan tali pusat yang sebagian ibu masih ada
yang menggunakan bahan-bahan tradisional seperti kunyit, bedak tabur dan uang
koin.
3. apakah perawatan tali pusat menggunakan metode kassa kering masih bisa
ASI dan Kasa Kering pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten
5
2. Identifikasi rata-rata waktu pelepasan tali pusat dengan pemberian Kasa
3. Apakah ada perbadingan waktu pelepasan tali pusat bayi baru lahir
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tali pusat dalam istilah medisnya umbilical cord. Merupakan suatu tali
yang menghubungkan janin dengan uri atau plasenta. Sebab semasa dalam rahim,
tali inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang
dari ibunya, karena sudah dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Oleh karena
itu sudah tidak diperlukan lagi,maka saluran ini harus segera dipotong dan dijepit
permukaan fetal plasenta sampai daerah umbilicus fetus dan berlanjut sebagai
kulit fetus pada perbatasan tersebut. Funiculus umbicalis secara normal berinsersi
sekitar 40 puntiran spiral. Pada saat aterm, funiculus umbilicalis panjangnya 50-
55 cm, diameternya 1-2,5 cm dan berwarna putih kuning. (Baety, 2011, p.40).
Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester
pertama dan kedua relatif banyak, disertai dengan mobilitas bayi yang sering.
7
Sebaliknya, jika oligohidromnion dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik
janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Kerugian apabila tali pusat terlalu
panjang adalah dapat terjadi lilitan di sekitar leher atau tubuh janin atau menjadi
ikatan yang dapat menyebabkan asfiksia karena oklusi pembuluh darah khususnya
umbicalis dan permukaan fetal plasenta yang dinamakan Amnion. Pada ujung
fetal amnion melanjutkan diri dengan kulit yang menutupi abdomen dan
Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat merupakan body stalk
yang merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk ini
Dalam tali pusat yang berasal dari body stalk terdapat pembuluh darah
yang dinamakan vascular atalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat
bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Didalamnya terdapat
yang berfungsi mengembalikan produk sisa (limbah) dari fetus ke plasenta dimana
diekskresikan dan 1 vena umbilikalis yang membawa oksigen dan memberi nutrisi
ke sistem peredaran darah fetus dari darah maternal yang terletak di dalam
spatium choriodeciduale berada di tali pusat. Kedua arteri umbilikallis dan satu
8
Kolonisasi kuman yang terdapat di dalam tali pusat bayi baru lahir adalah
sebagai berikut:
1. Kleibsella sp
2. S. aureus
3. Enterobacter sp
4. E. coli
5. P. aeruginosa
6. Proteus sp
7. Pseudomonas sp
8. Proteus morgagni
9. Basillus sp
10 S. epidermidis
pusat biasanya masih terdapat pada abdomen dengan beberapa tipe penjepitan.
Setelah beberapa hari tali pusat mengkerut dan menghitam. Kemudian setelah
beberapa hari atau minggu tali pusat akan lepas dengan sendirinya, meninggalkan
area kecil yang bergranulasi, dan biasanya menghilang. Jaringan parut yang kecil
Tali pusat dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan
sekitar. Pada bayi yang ditrawat di rumah sakit bakteri S aureus adalah bakteri
9
yang sering dijumpai yang berasal dari sentuhan perawat bayi yang tidak steril.
tali pusat sampai saat ini belum diketahui pasti. Selain S aerus, bakteri E colli dan
B streptococci juga sering dijumpai berkoloni pada tali pusat. Pemisahan yang
terjadi antara pusat dan tali pusat dapat disebabkan oleh keringnya tali pusat atau
diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi infeksi bakteri. Pada proses
jumlah banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. (Paisal,
2008).
Setelah bayi lahir tali pusat dipotong, secara mendadak tali pusat tidak
mendapat aliran darah, akan menjadi kering. Pengeringan dan pelepasan tali pusat
dipermudah karena terpapar udara. Hilangnya air dari jeli wharton menyebabkan
mumifikasi tali pusat segera setelah bayi lahir. Dalam 24 jam warna putih tali
pusat menghilang dan berubah menjadi kuning kecoklatan dan mengering atau
kehitaman kering dan kaku (ganggren kering). Jaringan tali pusat yang mengalami
terutama bila tali pusat dalam keadaan lembab dan perawatannya tidak bersih.
Sisa potongan tali pusat menjadi sebab utama terjadinya infeksi pada bayi
baru lahir. Kondisi ini dapat dicegah dengan membiarkan tali pusat tetap kering
dan bersih. Pemisahan yang terjadi diantara pusat dan tali pusat disebabkan oleh
keringnya tali pusat atau diakibatkan oleh terjadinya inflamasi karena terjadi
10
infeksi bakteri. Pada proses pemisahan secara nominal jaringan dalam jumlah
banyak yang disertai dengan timbulnya abdomen pada kulit. (Paisal, 2008)
Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk infeksi, yang dapat
dengan cepat menyebabkan sepsis. Pengenalan dan pengobatan secara dini infeksi
tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis. Jika tali pusat bengkak,
terbatas pada daerah < 1 cm disekitar pangkal tali pusat disebut sebagai infeksi
tali pusat lokal atau terbatas. Jika kulit disekitar tali pusat merah dan mengeras
atau bayi mengalami distensi abdomen disebut infeksi tali pusat berat atau meluas.
(Sholeh dk,2005).
hari,normal jika antara 5 sampai dengan 7 hari, dan lambat jika lebih dari 7 hari.
(Paisal, 2008). Lepasnya tali pusat selain dipengaruhi oleh perawatan tali pusat
dengan menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih juga dipengaruhi
kepatuhan ibu untuk membersihkan tali pusat setiap hari. Kebersihan saat
merawat tali pusat dan frekuensi mengganti popok setiap kali popok kotor dan
basah.(paisal,2008)
1. Cara perawatan Tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang
dibersihkan dengan air, sabun dan di tutup dengan kassa steril cenderung lebih
cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol
2. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,
11
3. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi
syarat kebersihan.
4. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
bambu/gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu,
Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir ialah menjaga agar tali pusat
tetap kering dan bersih. Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat
selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu
bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan
Perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sebaiknya dijaga tetap kering
setiap hari untuk menghindari terjadinya infeksi. Bila sampai terdapat nanah dan
darah berarti terdapat infeksi dan harus segera diobati (Iis Sinsin, 2008).
Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan
mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun
ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu. Umumnya orangtua baru agak takut-
12
takut menangani bayi baru lahirnya, karena keberadaan si umbilical stump ini.
Anda tidak merasa sakit atau Perawatan tali pusat tersebut sebenarnya juga
sederhana. Yang penting, pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih
dan kering. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun
menarik) tali pusat. Tenang saja, bayi Anda tidak akan merasa sakit. Sisa air atau
alkohol yang menempel pada tali pusat dapat dikeringkan dengan menggunakan
kain kasa steril atau kapas. Setelah itu kering anginkan tali pusat. Anda dapat
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan
melihat penampakannya), tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali
pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena
udara dengan leluasa. Bila bayi Anda menggunakan popok sekali pakai, pilihlah
yang memang khusus untuk bayi baru lahir (yang ada lekukan di bagian depan).
Dan jangan kenakan celana atau jump-suit pada bayi Anda. Sampai tali pusatnya
puput, kenakan saja popok dan baju atasan. Bila bayi Anda menggunakan popok
membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat mengering dan lepas. (Susyanto,
2009)
13
2.2.1 Tujuan perawatan tali pusat
pada bayi baru lahir, agar tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk
sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan
oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (Racun), yang
masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih
(Saifuddin, 2010).
Menurut Paisal (2008), perawatan tali pusat bertujuan untuk menjaga agar
tali pusat tetap kering dan bersih, mencegah infeksi pada bayi baru lahir,
membiarkan tali pusat terkena udara agar cepat kering dan lepas.
Tujuan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir adalah mencegah dan
mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini. Apabila ada perdarahan dari
pembuluh darah tali pusat, perawatan harus memeriksa keadaan klem (atau ikatan)
infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya
dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu
dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Banyak pendapat tentang cara terbaik
memandikan bayi baru lahir tidak dianjurkan untuk di celupkan dalam bak mandi
14
2.2.2 Prinsip-Prinsip Perawatan Tali Pusat
1) Setelah memandikan bayi, tutuplah pusat bayi dengan kapas kering dan kasa. Biasanya
5-7 hari tali pusat ini akan lepas sendiri bahkan tanpa ibu ketahui dimana dan kapan
2) Tali pusat ini sebaiknya dijaga tetap kering setiap hari untuk menghindari terjadinya
infeksi. Bila sampai terdapat nanah dan darah berarti terdapat infeksi dan harus segera
diobati. Tali pusat yang luka bernanah akan memudahkan perkembangan kuman-
kuman anaerob, yaitu kuman yang tidak membutuhkan udara dalam hidupnya.
Biasanya penyakit tetanus neonatorum akan mengintai tempat tersebut (Iis Sinsin,
2008).
3) Perlu diperhatikan kesegaran tali pusat, ada tidaknya simpul pada tali pusat. Pada
Untuk mencegah tali pusat dari infeksi, maka tali pusat harus tetap bersih dan kering.
2) Jika tali plasenta kotor atau memiliki banyak darah kering, bersihkan dengan alkohol
70% atau minuman alkohol dosis tinggi atau gentian violet. Bisa juga menggunakan
Sisa tali pusat biasanya jatuh sekitar 5-7 hari setelah lahir. Mungkin akan keluar
beberapa tetes darah atau lendir saat tali pusat terlepas. Ini normal-normal saja. Namun, jika
ternyata masih keluar banyak darah atau muncul nanah, segera minta bantuan medis (Siti
Saleha, 2009).
15
Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun,karena akan membuatnya
menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko
infeksi.
Daerah sekitar neonates, Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena
tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan (Wawan, 2009).
1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupilah
3) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan air bersih , dan
4) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
5) Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian
6) Popok atau celana bayi diikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk
7) Hindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membalut tekan tali
pusat
8) Jagalah tali pusat dalam keadaan bersih dan kering (Sarwono, 2008).
Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan tetanus bayi,
1) Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat bernanah.
16
2) Kesulitan menyusui
2.2.6 Nasehat-Nasehat Yang Diberikan Bidan Pada Ibu Saat Melakukan Perawatan Tali
Pusat di Rumah
1) Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau
2) Mengoleskan alkohol atau betadine (terutama jika pemotong tali pusat tidak terjamin
DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan
3) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan
4) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah
5) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah,
segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bati baru lahir
(Depkes,2009).
Perawatan tali pusat kering adalah Tali pusat dibersihkan dan dirawat serta dibalut
kassa steril , tali pusat dijaga agar bersih dan kering tidak terjadi infeksi sampai tali pusat
1) Siapkan alat-alat
17
3) Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa.
4) Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering.
5) Setelah tali pusat terlepas / puput, pusat tetap diberi kasa steril.
Cara perawatan tali pusat kering adalah dengan membungkus tali pusat dengan kasa
dan mengkondisikan tali pusat tetap kering. Jika tali pusat berbau diberi gentian violet
(sodikin, 2009 ).
Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan meningkatkan
pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya untuk mencegah infeksi dan mempercepat
pemisahan, banyak zat yang berbeda dan kebiasaan-kebiuasaan yang telah digunakan untuk
perawatan tali pusat ini. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan
baik. Zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan chlorhexidine sepintas lalu dianggap
mencegah infeksi namun ditemukan belum bekerja dengan baik. Selain itu, ketika para ibu
merawat bayi mereka di dalam kamar mereka daripada di dalam ruang perawatan, tingkat
Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan meningkatkan
pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya untuk mencegah infeksi dan mempercepat
pemisahan, banyak zat yang berbeda dan kebiasaan-kebiuasaan yang telah digunakan untuk
perawatan tali pusat ini. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan
baik. Zat-zat seperti triple dye, alkohol dan larutan chlorhexidine sepintas lalu dianggap
mencegah infeksi namun ditemukan belum bekerja dengan baik. Selain itu, ketika para ibu
merawat bayi mereka di dalam kamar mereka daripada di dalam ruang perawatan, tingkat
18
2.3.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu
melahirkan. ASI merupakan makanan yang fleksibel dan mudah didapat, siap diminum tanpa
persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai dengan bayi, susunya segar dan bebas dari
kontaminasi bakteri sehingga menurangi resiko gangguan gastrointestinal. Selain itu, ASI
memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi . Hal-hal
tersebut menjadikan ASI sebagai satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi.
Perawatan praktis lainnya yang mungkin dapat mengurangi timbulnya risiko terjadinya
infeksi tali pusat adalah dengan cara rawat gabung dan kontak langsung kulit bayi dan ibunya
mulai lahir, agar bayi mendapatkan pertumbuhan flora normal dari ibunya yang sifatnya non
patogen. Pemberian air susu ibu yang dini dan sering akan memberikan antibodi kepada bayi
untuk melawan infeksi. Pemberian antiseptik pada tali pusat mungkin tidak diperlukan,
karena resiko terjadinya kontaminasi adalah kecil, yang penting dijaga kebersihannya.
Berbeda dengan bayi yang dirawat di rumah sakit. Menggunakan antiseptik mungkin
diperlukan untuk mengurangi terjadinya infeksi pada tali pusat (Cuningham, 2010).
A. Kolostrum
Adalah cairan yang dikeluarkan oleh payudara di hari hari pertama kelahiran bayi,
lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum juga mengandung mengandung zat zat gizi yang pas
untuk bayi antara lain protein 8,5%, lemak 2,5% , sedikit karbohidrat 3,5%, garam dan
19
mineral 0,4%, air 85,1 %, antibodi serta kandungan imunoglobulin lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ASI matur yang mengakibatkan bayi tidak mudah terserang diare.
estrogen dan progesteron oleh plasenta yang tiba-tiba menyebabkan laktogenik prolaktin
memegang peranan tiba tiba dalam memproduksi air susu. Kemudian, kelenjar payudara
mulai progresif menyekresikan air susu dalam jumlah yang besar. Manfaat besar dari
kolostrum masih banyak tidak diketahui oleh ibu-ibu setelah melahirkan, sehingga mereka
masih ragu untuk melakukan inisiasi dini. Kebanyakan mereka takut memberikan kolostrum
karena kepercayaan yang menganggap kolostrum sebagai ASI basi atau ASI kotor sehingga
harus dibuang. Padahal manfaat kolostrum tersebut sudah seringkali diberitakan melalui
ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10, dimana pengeluaran ASI
oleh payudara sudah mulai stabil.20 Pada masa ini, terjadi peningkatan hidrat arang dan
volume ASI, serta adanya penurunan komposisi protein. Akibat adanya penurunan komposisi
C. ASI Matur
ASI matur disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar karbohidrat dalam
kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi.
Setelah melewatri masa transisi kemudian menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI
relative stabil. Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan utama dalam ASI sebagai
20
Konsentrasi laktosa pada air susu manusia kira-kira 50% lebih banyak jika
dibandingkan dengan kadar laktosa dalam susu sapi . Walaupun demikian, angka kejadian
diare karena intoleransi laktosa jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini
disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik jika dibandingkan dengan laktosa yang
terdapat pada susu sapi. Namun sebaliknya, kandungan protein yang terdapat pada susu sapi
biasanya dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan protein pada ASI. Protein dalam susu
terbagi menjadi protein whey dan casein . Protein whey banyak terdapat pada ASI, sifatnya
lebih mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein
casein dengan presentase kira-kira 80% yang sulit dicerna olehh usus bayi.
Kadar lemak omega 3 dan omega 6 berperan dalam perkembangan otak bayi.
Disamping itu terdapat asam lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksonik (DHA)
dan asam arakidonat (ARA) yang penting bagi perkembangan jaringan syaraf serta retina
mata. Jika kekurangan asam lemak omega-3 berpotensi menimbulkan gangguan syaraf dan
penglihatan. Kadar lemak baik tersebut lebih banyak ditemukan pada ASI dibanding susu
sapi. Bayi yang mendapatkan ASI tidak akan kekurangan asam linolenat karena 6-9%
Air susu ibu mengandung imunoglobulin M, A, D,G, dan E, namun yang paling
banyak adalah sIgA. Sekretori IgA pada ASI merupakan sumber utama imunitas didapat
secara pasif selama beberapa minggu sebelum produksi endogen sIgA, konsentrasi paling
tinggi pada beberapa hari pertama post partum. Selama masa pasca lahir, bayi rentan terhadap
infeksi patogen yang masuk, oleh sebab itu sIgA adalah faktor protektif penting terhadap
infeksi. Studi dari Swedia menyatakan bahwa kadar antibodi IgA dan IgM secara bermakna
lebih tinggi pada bayi mendapat ASI dibandingkan yang tidak mendapat ASI. Imunoglobulin
A (Ig A) yang terdapat di dalam antibodi maternal didapat dari sistem imun saluran cerna dan
21
pernafasan yang dibawa melalui sirkulasi darah dan limfatik ke kelenjar payudara, akhirnya
Air susu ibu mempunyai sejumlah faktor yang mempengaruhi mikroflora usus bayi,
sehingga menambah kolonisasi dari jumlah bakteri sementara menghambat kolonisasi yang
a. Laktoferin, merupakan protein yang terikat dengan zat besi, diproduksi oleh makrofag,
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan dengan zat besi sehingga
tidak tersedia untuk bakteri patogen. Kadar dalam ASI 1–6 mg/ml dan tertinggi pada
b. Lisozim, suatu enzim yang diproduksi oleh makrofag, neutrofil, dan epitel kelenjar
payudara, dapat memecah dinding sel bakteri Gram positif yang ada pada mukosa usus
dan menambah aktifitas bakterisid sIgA terhadap E. coli dan beberapa Salmonella.
Kadar dalam ASI 0,1 mg/ml yang bertahan sampai tahun kedua laktasi, bahkan sampai
penyapihan. Dibandingkan susu sapi, ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim
c. Komplemen, berupa komplemen C3 yang dapat diaktifkan oleh bakteri melalui jalur
alternatif sehingga terjadi lisis bakteri. Juga mempunyai sifat opsonisasi sehingga
dengan C3 aktif. Kadar C3 dan C4 dalam kolostrum sekitar 50%–70% kadar serum
dewasa. Pada masa laktasi dua minggu, kadar komplemen menurun dan kemudian
dapat menambah pertahanan anti bakteri melalui efek proliferasi, diferensiasi dan
22
ketahanan neutrofil. Mengeluarkan reseptornya dalam vili usus bayi dan kadar
mengalihkan bakteri patogen atau toksin mendekat ke faring dan usus bayi.
f. Musin, melapisi membran lemak susu dan mempunyai sifat antimikroba, dengan cara
mengikat bakteri dan virus serta segera mengeliminasi dari tubuh. Musin dapat
menghambat adhesi E.coli dan rotavirus. Disamping itu ASI mengandung enzim PAF-
hidrolase yang dapat memecah PAF yang berperan pada enterokolitis nekrotikans.
Lactadherin protein globule fat pada ASI dapat merusak membran pembungkus virus.
Kvistgaard dkk mendapatkan bahwa PAF-hidrolase dapat melindungi bayi dari infeksi
Rotavirus.
h. Interferon dan fibronektin mempunyai aktifitas antiviral dan menambah sifat lisis dari
leukosit susu.
i. Protein pengikat vitamin B12 dan asam folat, dapat menjadi antibakteri dengan
menghalangi bakteri seperti E.coli dan bacteroides untuk mengikat vitamin bebas
j. Probiotik, bayi yang mendapat ASI mempunyai kandungan Lactobacilli yang tinggi,
komponen ASI yang menstimulasi pert umbuhan dan kolonisasi L. bifidus. Kuman ini
akan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi asam dalam cairan
Tabel 2.1
Faktor pertahanan tubuh sistem gastrointestinal di dalam ASI
23
Sasaran gastrointestinal
Zat dalam ASI
Epitel Sistem imun
IGF-1 + _
Poliaminase + _
TGF + +
Laktoferin + +
Prolaktin + +
TNF-α + +
IL-6 _ +
IL-10 _ +
VIP _ +
Zat P _ +
Somatostatin _ +
IGF-1: insulin-like growth factor 1; TGF: transforming growth factor; TNF- α: tumor
Leukosit (90% dari jumlah sel) di dalam ASI terutama terdiri dari makrofag (90%). Sel
makrofag ASI merupakan sel fagosit aktif sehingga dapat menghambat multiplikasi bakteri
pada infeksi mukosa usus. Selain sifat fagositik, sel makrofag juga memproduksi lisozim, C3
dan C4, laktoferin, monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Makrofag ASI dapat mencegah
enterokolitis nekrotikans pada bayi. Limfosit (10% dari jumlah sel) 50% terdiri atas limfosit
T dan 34% limfosit B. Fungsi limfosit untuk mensintesis antibodi IgA, memberikan respons
terhadap mitogen dengan cara berproliferasi, meningkatkan interaksi makrofag – limfosit dan
pelepasan mediator. Leukosit ASI dapat bertahan terhadap perubahan pH, suhu dan
osmolaritas.
24
2.3.6 Imunitas Pasif Dari Ibu
imunologi dan bioaktif susu bekerja secara sinergis untuk memberikan system penyokong
imunologi pasif dari ibu ke bayinya pada hari dan bulan pertama kelahiran. Beberapa studi
secara jelas mengatakan keuntungan secara klinis menunjukkan penurunan risiko infeksi
meningkatnya faktor bioaktif dan imun dapat menjelaskan penurunan risiko alergi saluran
cerna dan pernapasan serta penyakit autoimun pada anak yang diberi ASI. Kegunaan faktor-
faktor yang terkandung di dalam ASI tertera pada Tabel 1, 2 dan, 3. (suradi,2005)
Tabel 2.2
Faktor anti parasit yang terdapat di dalam ASI
25
Tabel 2.3
Faktor anti bakteri yang terdapat di dalam ASI
26
Bifidobacterium bifidum Bakteri enterik. Bifidobacteria species
growth factors menghasilkan molekul lipofilik yang dapat
(oligosakarida, membunuh S. typhimurium. B. bifidum
glikopeptida) memproduksi Bifidocin B yang dapat
Bifidobacteria growth membunuh Listeria. B. longum memproduksi
factors lainnya (alpha- protein BIF, yang menghentikan E. coli.
lactoglobulin,
lactoferrin,sialyllactose)
Karbohidrat Enterotoksin E. coli, E. coli, C. difficile toksin
A
Cathelicidin (LL-37 S. aureus, group A streptococcus, E. coli
peptide)
Kasein H. influenza
kappa-kasein** H. pylori, S. pneumoniae, H. influenzae
Komplemen C1-C9 Membunuh S. aureus in macrophages, E. coli
(mainly C3 dan C4) (serum-sensitive)
ß-defensin-1 atau -2 E. coli, P. aeruginosa, (beberapa Candida
atau neutrofil-α- albicans *)
defensin-1
atau α-defensin-5 atau -
6
Faktor binding proteins Dependent E. coli
(zinc, vitamin B12,
folate)
Free secretory E. coli colonization factor antigen 1 (CFA I)
component** dan CFA II, toksin C. difficile A, H. pylori, E.
coli
Fucosylated E. coli heat stable enterotoxin, C. jejuni, E.
oligosaccharides coli
Gangliosid GM1 Enterotoksin E. coli, toksin V. cholerae,
enterotoksin C. jejuni, E. coli
Gangliosid GM3 E. coli
Glikolipid Gb3 S. dysenterae toksin, shigatoxin shigella dan E.
27
coli
Glikoprotein E. coli, E. coli CFA11, fimbrae
(mannosylated)
Glikoprotein (receptor- V. cholera
like)+ oligosakarida
Glikoprotein (berisi E. coli (S-fimbrinated)
sialic acid atau
galaktosa
terminal)
Aalpha-laktalbumin S. pneumonia
(variant)
Lactoferrin** E. coli, E. coli/CFA1 or S-fimbriae, Candida
albicans *, Candida krusei*, Rhodotorula
rubra*, H. influenzae, S. flexneri,
Actinobacillus actinomycetemcomitans
Laktoperoksidase Streptococcus, Pseudomonas, E. coli, S.
typhimurium
Antigen Lewis S. aureus, C. perfringens
Lipid S. aureus, E. coli, S. epidermis, H. influenzae,
S. agalactiae, L. monocytogenes, N.
gonorrhoeae, C. trachomatis, B. parapertusis
heat- labile toxin, mengikat Shigella-like toxin-
1
Lisozim E. coli, Salmonella, M. lysodeikticus, S.
aureus, P. fragi, growing Candida albicans*
dan Aspergillus fumigatus*
Sel ASI (80% makrofag, Dengan fagositosis dan membunuh: E. coli, S.
15% neutrofil, 0.3% aureus, S. enteritidis Dengan mensensitisasi
limfosit B dan 4% limfosit: E. coli Dengan fagositosis: Candida
limfosit T) albicans*, E. coli stimulasi limfosit: E. coli K
antigen, tuberculin Spontaneous monokines:
terstimulasi oleh lipopolisakarida Menginduksi
sitokin: PHA, PMA + ionomycin Fibronektin
28
membantu asupan oleh sel fagositik
Musin (muc-1; membran E. coli (S-fimbrinated)
globulin lemak ASI)
Nonimmunoglobulin C. trachomatis, Y. enterocolitica
(lemak ASI, protein)
Fosfatidiletanolamin H. pylori
(Tri sampai penta) H. influenza
phosphorylated beta-
casein
Sialyllactose Toksin V. cholerae, H. pylori
Sialyloligosaccharides Adhesi E. coli (S-fimbrinated)
pada sIgA(Fc)
Soluble bacterial Bakteri (atau LPS) mengaktivasi untuk induksi
pattern recognition molekul respons imun dari sel usus
receptor CD14
Sulphatide S. typhimurium
(sulphogalactosylcerami
de)
Faktor yang tidak S. aureus, B. pertussis, C. jejuni, E. coli, S.
teridentifikasi typhimurium, S. flexneri, S.sonnei, V. cholerae,
L. pomona, L. hyos, L. icterohaemorrhagiae,
toksin B C. difficile, H. pylori, C. trachomatis
Xanthine oxidase E. coli, S. enteritidis
(dengan tambahan
hipoxantin)
Faktor yang ditemukan Secara invitro aktif terhadap
pada kadar sangat
rendah
dalam ASI
CCL28 (CC-chemokine) Candida albicans*, P. aeruginosa, S. mutans,
S. pyogenes, S. aureus, K. pneumonidae
Heparin Chlamydia pneumonia
RANTES (CC- E. coli, S. aureus, Candida albicans*,
29
chemokine) Cryptococcus neoformans*
Secretory leukocyte E. coli, S. aureus, growing C. albicans* dan A.
protease inhibitor fumigatus*
(protease
antileukosit; SLPI)
** Mengandung fucosylated oligosaccharides. Pepsin lambung melepaskan peptida
memiliki dampak menguntungkan terhadap otitis media dalam fase-2 clinical trials
2.3.7 Cara dan Pelaksanaan Perawatan Tali Pusat Menggunakan ASI dan Kassa
Kering
Tindakan membersihkan tali pusat dengan alkohol sudah dilarang namun dibeberapa
negara maju masih diterapkan perawatan tali pusat dengan alkohol. Pertimbangannya, tali
pusat yang dirawat tanpa menggunakan alkohol terkadang mengeluarkan aroma (tetap tidak
menyengat). Hal inilah yang membuat orangtua merasa khawatir. Oleh sebab itu orang tua
ragu untuk menentukan cara mana yang akan diterapkan untuk merawat tali pusat bayi
(Susyanto, 2009).
Adapun perawatan tali pusat yang di kutip dari jurnal yang berjudul ”topical
application of human milk reduces umbilical cord separation time and bacterial colonization
ASI dan alcohol 70 % mendapatkan perlakuan yang sama yaitu dengan cara mengolesakan
ASI atau Alkohol 70% 2-4 jam pertama setelah bayi lahir dan seterusnya 8 jam sekali.
30
3. Bungkus dengan kasa kering dan steril.
Tali pusat atau funis, memanjang dari umbilicus janin ke permukaan janin placenta atau
lempeng korionok. Permukaan luarnya tampak putih buram, lembab dan di tutupi amnion,
yang di tembus oleh tiga pebuluh umbilicus. Diameternya adalah 0,8 – 2,0 cm, panjang rata-
rata 55 cm. matriks ektraseluller merupakan jaringan penyambung khusus yang di sebut
Wharton jelly.
Secara anatomis, tali pusat dapat di anggap sebagai komponen mebran janin. Pembuluh
yang terdapat di dalam tali pusat akan membentuk spiral atau melingkar.
Tali Pusat bayi di potong 2-5 cm di depan umbilical segera setelah bayi lahir. Tujuan
perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir, agar
tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali
pusat bayi. Penyakit tetanus ini disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (Racun), yang masuk melalui luka tali pusat, karena perawatan atau
Perawatan tali pusat bisa menggunakan perawatan kering yaitu dengan tanpa
menggunakan bahan tambahan apapun kecuali dengan kasa kering, dan bisa menggunakan
perawatan basah yaitu bisa mengguanakan Alkohol 70%, bethadin 10% dan menurut
Salah satu bahaya atau efek dari kurangnya perawatan tali pusat adalah infeksi. Ada
beberapa organisme yang kemungkinan menjadi penyebab terjadinya infeksi pada tali pust
dan menjadi penyebab kematian bayi adalah staphylococcus aureus, escherichia coli, dan
strephtococcus kelas B.
31
Selain Infeksi, tetanus neonatorum menjadi salah satu penyebab dari kurangnya
perawatan tali pusat. Tetanus neonatorum ini bisa di cegah sejak bayi masih dalam
Dalam penelitian ini yang dijadikan kerangka teori adalah teori faktor-faktor yang
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan
antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep adalah suatu abstraksi yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat
diukur dan diamati secara langsung, tetapi konsep harus dijabarkan ke dalam variabel-
32
variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari
Perbandingan Perawatan Tali Pusat Menggunakan Asi dan Kassa Kering Terhadap Waktu
Tahun 2016
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
1. ASI
2. Kassa Kering Lama Pelepasan Tali Pusat
Menurut penelitian yang dilakukan di MUH Mesir yang di teliti oleh Embtsam S
Mahrous, Dkk. tentang aplikasi perawatan tali pusat menggunakan ASI berpengaruh terhadap
waktu dan colonial bacteri pada tali pusat di bandingkan dengan alcohol 70%. Dalam jurnal
penelitian tersebut menjelaskan bahwa ASI Manusia mempercepat pemisahan tali pusat
dibandingkan dengan alcohol 70%. Dalam penelitian ini, hampir setengah dari kelompok
bayi yang di beri perawatan tali pusat menggunakan ASI, tali pusat mereka terlepas pada hari
ke-3-4 dan 23 (46%) dari mereka tali pusatnya terlepas pada hari ke-5-6. Di sisi lain, hanya
11 (22%) dari kelompok bayi yang di beri perawatan tali pusat menggunakan alcohol 70%
tali pusat mereka Terlepas pada hari ke-5-6, sedangkan sisanya dari kelompok itu tali pusat
33
mereka terlepas di hari ke 7-8 mencapai hingga hari ke 10 setelah melahirkan. Hanya satu
Penelitian kedua yang menjadi pembanding yaitu tentang rerata waktu pelepasan tali
pusat berdasarkan jenis perawatan tali pusat di banyumas tahun 2009 yang di lakukan oleh
siti juniati,dkk. Dalam penelitian ini menjelaskan, Rerata waktu pelepasan tali pusat
menggunakan kasa kering yaitu 131 jam 27 menit. Rerata waktu pelepasan tali pusat
menggunakan kasa alkohol 70 % yaitu 174 jam 43 menit. Rerata waktu pelepasan tali pusat
Penelitian terkait ketiga yaitu tentang efktifitas pemberian topical ASI di banding
perawatan kering terhadap kecepatan waktu lepas tali puat di daerah Jember yang di teliti
oleh Eni subiastuti. Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Rata-rata
Perawatan tali pusat menggunakan topikal ASI adalah 5.69 hari Rata-rata Perawatan tali
pusat menggunakan metode kering adalah 7.06 hari Perawatan tali pusat menggunakan
topikal ASI lebih cepat lepas dari pada metode perawatan kering, yang berarti perawatan
Dalam penelitan yang di lakukan oleh Husin, dkk. Tentang “Perbedaan lama puput tali
pusat dalam hal perawatan tali pusat antara penggunaan kassa steril dengan kassa alcohol
70% di BPS Hj. Maria tahun 2012” menemukan hasil rata-rata waktu pelepasan tali pusat
antara kasaa steril dan kassa dengan alcohol 70% yaitu 5,57 hari untuk kassa steril dan 6,93
Eprila,dkk juga meneliti tentang “Lama lepasnya tali pusat berdasarkan Metode
perawatan tali pusat bayi baru lahir di BPM ellna dan RD budi Palembang tahun 2013”
ditemukan hasil bahwa pelepasan tali pusat menggunakan metode kassa steril dengan rata-
rata 138,51 jam dan dengan metode povidon iodine 173,53 jam.
34
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua variabel yang
Hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan sesuatu kejadian antara kedua
kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel satu dengan
variabel lainnya.
Hipotesis yang menyatakan ada perbedaan sesuatu kejadian antara kedua kelompok.
Atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara variable satu dengan variabel lainnya.
1. Ho penelitian ini adalah “tidak ada perbedaan lama pelepasan tali pusat pada Bayi Baru
2. Ha penelitian ini adalah “Ada perbedaan lama pelepasan tali pusat pada Bayi Baru Lahir
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian jenis
Kuantitatif. Kuantitatif adalah jenis penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau pada sampel tertentu. (Sugiono:2012)
penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang timbul selama proses penelitian
(Nursalam, 2008).
Eksperimen atau percobaan adalah suatu penelitian yang dengan melakukan kegiatan
percobaan, yang bertujuan untuk mengetahui gejala dan pengaruh yang timbul, sebagai akibat
Jenis rancangan Penelitian yang digunakan yaitu Quasi Eksperimen yang memiliki
dua kelompok (Aziz,2011) yang merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya akibat dari “suatu” yang dikenakan pada subjek (Notoadmodjo, 2005).
Jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain equivalent time sampel desain yang
bertujuan untuk mengetahui perbedaan waktu lepasnya tali pusat antara yang menggunakan
topikal ASI dan kasa kering. Kedua kelompok ini akan diberikan perlakuan tertentu sesuai
dengan tujuan penelitian. Hasil dari reaksi kedua kelompok tersebut yang akan
36
3.3 Tempat dan Waktu
3.3.1 Tempat
3.3.2 Waktu
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang diteliti. Apabila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi studi atau penelitiannya juga disebut studi
populasi atau studi sensus. Populasi pada penelitian ini adalah Seluruh Bayi Baru Lahir
3.4.2 Sample
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti atau sebagian dari
jumlah karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel adalah sebagian yang diambil dari
Untuk menentukan sampel yang diambil dari populasi menggunakan teknik total
sampling yaitu seluruh populasi menjadi sempel penelitian. berdasarkan ciri atau sifat-sifat
1. Kriteria Inklusi:
1) Keluarga bersedia
37
3) Jenis Kelamin Laki-Laki dan Perempuuan
2. Kriteria Eksklusi
2) ASI terhenti
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok
(orang, benda, atau situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut
(aziz.2011).
Variabel adalah segala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono, 2006).
Variabel independen adalah variabel yang menjaadi sebab perubahan atau timbulnya
Variabel dependen adalah variable yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat karena
Variabel dependen pada penelitian ini adalah waktu pelepasan tali pusat.
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi dan
38
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Independen
1. Perawatan Menjaga agar tali Lembar Observasi 1. ASI Nominal
Tali pusat pusat bayi Observasi 2. Kassa
terhindar dari kering
infeksi Sumber: (depkes
neonatorum RI)
Dependen
3. Pelepasan Lepasnya tali Lembar Observasi 3-45 hari Rasio
Tali Pusat pusat dari pusat Observasi Sumber:
bayi dalam waktu (william)
normal 5-7 hari
Instrument alat ukur penelitian ini menggunakan lembar observasi tentang perubahan
Observasi, yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung
kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hak yang akan di teliti. (Azis,
2011)
Unutk pengumpulan data dalam penelitian ini, terlebih dahulu peneliti meminta izin
Sumberjaya. Setelah mendapatkan izin, peneliti di bantu oleh 7 orang bidan desa. Ke 7 bidan
39
desa memberikan data setiap bayi baru lahir di kecamatan Sumberjaya selama bulan Mei
2016. Setelah diketahui tempat responden bayi baru lahir peneliti langsung mendatangi
rumah responden dan memberi penjelasan kepada orang tua bayi baru lahir tentang tujuan
Setelah mendapatkan persetujuan dari orang tua bayi, lalu untuk menentukan metode
yang akan di pilih, terlebih dahulu peneliti memastikan ASI ibu sudah ada atau tidaknya, jika
ASI ada maka dilakukan perawatan tali pusat bayi baru lahir dengan menggunakan ASI
dengan persetujuan orang tua bayi. Jika ASI tidak ada atau orang tua bayi tidak menyetujui
untuk dilakukan perawatan tali pusat menggunakan ASI maka di lakukan metode kassa
Peneliti langsung melakukan perawatan tali pusat baik menggunakan ASI ataupun
kassa kering di depan orang tua bayi dan untuk selanjutnya perawatan tali pusat di lakukan
oleh orang tua bayi masing-masing. Setelah tali pusat mengering dan terlepas dari pangkal
perut bayi, orang tua bayi mencatat jam dan tanggal terlepasnya tali pusat untuk di laporkan
3.9.1 Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Seperti penjumlahan, yaitu menghitung banyaknya lembar observasi yang telah
di isi untuk mengetahui apakah sesuai dengan jumlah yang ditrntukan dan koreksi.
Data coding adalah pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori.
40
3.9.3 Data entry (pemindahan data kekomputer)
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master
Data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam
Data analyzing adalah suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk
melihat bagaimana menginter-pretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yag
Untuk menganalisis Perbandingan perawatan tali pusat menggunakan ASI dan Kassa
Kering digunakan uji statistik dengan Indepedent samples test (Uji T untuk sampel bebas)
atau dengan uji statistic Mann Whitney dengan tingkat signifikansi p ≤0.05 dan tingkat
kepercayaan yaitu 95%. Uji statistik tersebut dilakukan dengan bantuan SPSS 20. Analisa
masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis datanya. Untuk data
numerik digunakan nilai mean (rata-rata), median, standard deviasi dan inter kuartil range,
minimal maksimal.
41
Dalam penelitian ini, analisa univariat digunakan untuk mengetahui proporsi dari
masing-masing variabel penelitian, yaitu variabel bebas terdiri atas perawatan tali pusat
Topikal Asi dan Kassa Steril dan variabel terikatnya adalah lama pelepasan tali pusat.
deskritif untuk disajikan dalam bentuk tabulating dengan menampilkan nilai minimun (nilai
terendah), maksimun (nilai tertinggi), mean (rata-rat), median (nilai tengah) dan modus (nilai
sering muncul) dengan menggunakan SPSS., secara manual rumus mencari rata-rata sebagai
berikut:
Keterangan :
x : Rata-rata hitung
xi : Nilai sampel ke - i
n : Jumlah sampel
lanjut. Apabila diinginkan analisis hubungan antar dua variabel, maka analisis dilanjutkan
pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut biasanya digunakan
pengujian statistik. Jenis uji statistik yang digunakan sangat tergantung jenis data/variabel
yang dihubungkan.
Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara dua
variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian, analisa bivariat
digunakan untuk mengetahui hubungan/perbedaan variabel bebas yang terdiri atas perawatan
42
tali pusat dengan Topikal Asi dan perawatan tali pusat dengan Kassa Kering dan variabel
terikat lama pelepasan tali pusat. Dalam analisa bivariat dengan uji statistik Indepedent
Untuk sampel kecil dimana n1 atau n2 ≤20, maka digunakan rumus umum dari uji
mann whiney. Berikut statistic uji yang digunakan untuk sampel kecil.
U1= n1. n2 - U2
U2 = n1.n2 - U1
Bisa menggunakan salah satu rumus di atas, untuk mencari nilai U1 dan U2 sebagai
berikut:
U1 = Statistik uji U1
U2 = Statistik uji U2
43
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Alimul Aziz, 2011, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Penerbit
Salemba Medika JNPK-KR, 2008. Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal.
Iis Sinsin, 2008, Masa Kehamilan Dan Persalinan, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
infants by human milk. Interfaces and interactions. An Goldman AS. Modulation of the
gastrointestinal tract ofevolutionary perspective. J Nutr 2000; 130: 426S-31S.
Kvistgaard AS, Pallesen LT, Arias CF. Inhibitory effects of human and bovine milk
constituents on rotavirus infections. J Dairy Sci 2004;87:4088-96.
Saifuddin, A.B, Winkjosastro, G.H, Affand. B. & Waspodo, D. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan Bidan Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Sarwono Prawiharhardjo, 2010, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta, PT. Bina Pustaka
44
Sarwono Prawiharhardjo, 2010, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka
Siti Saleha, 2009, Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Jakarta, Salemba Medika
Suradi R. Peran air susu ibu dalam mencegah infeksi pada neonatus. Dalam: Hegar B,
Trihono PP, Ifran EB, penyunting. Update in neonatal infection. PKB-FKUI Jakarta;
2005.h.59-73.
Ermy Sruyani, dkk Metode Perawatan Tali Pusat Dengan Menggunakan Alkohol
70% Dan Perawatan Kasa Kering Kering Steril (Puskesmas Dalangu) dalam
http://isjd.pdii.lipi.go.id diakses tanggal 24 Maret 2012
WHO.http://jurnalkesmasuiacid/.2013
SDKI.http://nasionalsindonews.com/.2012
Eprilia, Dkk. Lama lepasnya tali pusat berdasarkan Metode perawatan tali pusat bayi baru
lahir di BPM ellna dan RD budi Palembang tahun 2013 dalam http://isjd.pdii.lipi.go.id
diakses tanggal 20 januari 2013
Eni subiastuti. Efektifitas pemberian topical ASI disbanding perawatan kering terhadap
waktu pelepasan tali pusat bayi baru lahir di puskesmas jembersari Jember tahun 2012.
Dalam http://jurnalpenelitiankebidanan.com/.2013. Diakses tanggal 10 maret 2013
Husin, dkk. Perbedaan lama puput tali pusat dalam hal perawatan tali pusat antara
penggunaan kassa steril dengan kassa alcohol 70% di BPS Hj. Maria tahun 2012.
Dalam http://jurnalpenelitiankebidanan.com/.2013 diakses 3 juli 2013.
siti juniati,dkk. rerata waktu pelepasan tali pusat berdasarkan jenis perawatan tali pusat bayi
baru lahir di Kecamatan Patik raja Banyumas tahun 2009, dalam
http://jurnalpenelitiankebidanan.com/.2013 diakses 15 maret 2013.
Embtsam S Mahrous, Dkk. topical application of human milk reduced umbilical cord
separation time and bacterial colonization compared to ethanol in newborn,dalam
http://www.Imedpub.com/ . diakses tahun 2012
Takikawa sachiko, Dkk. Human umbilical cord-desived mesenchymal stromal cells promote
sensory recovery in a spinal cord injury rat model, dalam http://.dx.doi.org/ .di akses
tahun2013
Hartono aris, Dkk. Comparison effectivieness breast milk and dry sterile gauze to treatment
umbilical cord, dalam http://.dx.doi.org/ .di akses tahun 2016
45
Allam A Nehal, Dkk. The effect of topical applicationof mother milk on separation of
umbilical cord for new born babies, dalam http://www.sciencepublishinggroup.com/.
Di akses tahun 2015.
Mohammadi azar, Dkk.comparing the effect of topical application of human milk and dry
cord care on umbilical cord separation time in healthy newborn infant, dalam
http://ijp.tums.ac.id/ . di akses tahun 2012.
Hamid azza A. Abd el. Dkk.effect of two different cord care regimens on umbilical cord
stump separation time among neonates at cairo univercity hospitals, dalam
http://www.americanscience.org/ . di akses tahun 2011.
46