Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

BAYI BARU LAHIR DAN ASI


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
pendidikan agama islam

Dosen Pembimbing
Riki Muhammad Mufti Alawi, M.Pd.I

Disusun oleh :
Aldy Rifaldy Pratama 191FK03020
Ellysa Amanda Indriani 191FK03019
Farah Nabila Nofitriani 191FK03023
Mutia Kansha 191FK03021
Regi Bayu Anggara 191FK03018
Sinta Anggraeni 191FK03022
Tyan Lassanova Fazrin Nugraha 191FK03017

Kelompok 3
Kelas 1A

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kesempatan


kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad
SAW.
Makalah ini memuat mengenai bayi baru lahir dan ASI. Walaupun
makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya
mohon untuk saran dan kritik nya. Terimakasih.

Bandung, 19 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi baru lahir merupakan salah satu
upaya untuk mencegah kematian dan masalah kekurangan gizi pada bayi dan
balita. World Health Organization (WHO) (2010) merekomendasikan agar
bayi baru lahir diberikan ASI hingga usia 6 bulan tanpa memberikan makanan
atau cairan lain, kecuali vitamin, mineral, dan obat yang telah diijinkan karena
adanya alasan medis. Menurut United Nations Childrens Fund (UNICEF)
(2012), sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian
balita di dunia pada tiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian AS secara
eksklusif.
Pemberian ASI memberikan manfaat bagi bayi maupun ibu. Bayi yang
diberikan ASI eksklusif akan terhindar dari risiko kematian akibat diare
sebesar 3,9 kali dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebesar 2,4 kali
(Arifeen dkk, 2011). Menurut Edmond (2006), bayi yang diberi ASI memilik
peluang 25 kali lebih rendah untuk meninggal dunia pada bulan pertama
kelahirannya dibandingkan dengan bayi yang diberi selain ASI. Penelitian lain
menunjukkan bahwa bayi juga akan terhindar dari risiko infeksi telinga, alergi
makanan, anemia, dan obesitas di masa yang akan datang (Haryono, 2014).
Manfaat pemberian ASI eksklusif juga dirasakan oleh ibu-ibu yang
menyusui bayinya, yaitu dapat mencegah terjadinya perdarahan postpartum,
anemia, dan karsinoma mammae (Nugroho, 2011). Penelitian lain
menunjukkan bahwa manfaat ASI eksklusif bagi ibu dapat menunda
kehamilan dan mengecilkan rahim (Haryono, 2014). Besarnya manfaat dari
pemberian ASI ini mendorong pemerintah di seluruh dunia agar mendukung
praktik pemberian ASI eksklusif.
Dukungan pemberian ASI ini sangat dibutuhkan karena cakupan
pemberian ASI yang masih rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI
eksklusif di dunia yaitu 38%. Menurut WHO, cakupan ASI Eksklusif di

3
beberapa Negara ASEAN juga masih cukup rendah antara lain India (46%),
Philipina (34%), Vietnam (27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%)
(Kemenkes, 2014). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia tersebut
masih di bawah target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%.
Rendahnya cakupan ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain usia
ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, urutan kelahiran bayi, pengetahuan
ibu, dukungan suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan. Menurut
penelitian Rahmawati (2010), faktor yang paling dominan mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif pada ibu di kelurahan Pedalangan kecamatan
Banyumanik yakni status pekerjaan (p=0,008; OR=4,137). Menurut Sartono
dan Hanik (2010) pendidikan ibu, pengetahuan ibu, dan dukungan suami tidak
berhubungan dengan praktik pemberian ASI eksklusif. Praktik pemberian ASI
eksklusif lebih ditentukan oleh keinginan pribadi ibu dan keberhasilan
manajemen laktasi pada saat pertolongan persalinan di institusi pelayanan
kesehatan.
Praktik pemberian ASI harus dilakukan oleh semua ibu pada semua
kelompok umur, termasuk pada ibu muda. Banyaknya ibu muda sangat
dipengaruhi oleh tingginya angka pernikahan dini. Angka pernikahan dini di
Indonesia akan berdampak pada tingginya jumlah calon ibu-ibu muda yang
akan melakukan praktik menyusui. Penelitian Maryatun (2010), konsekuensi
dari pernikahan usia muda dan melahirkan di usia remaja berisiko untuk
melahirkan prematur, berat badan lahir rendah dan berakibat pada gizi kurang.
Perkawinan usia remaja juga berdampak pada rendahnya kualitas keluarga,
baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi
persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga, risiko tidak siap mental
untuk membina perkawinan dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab,
dan kegagalan perkawinan. Kehamilan usia dini juga berisiko terhadap
kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung dan
melahirkan bayinya sehingga tidak memberikan ASI.
Dampak ibu muda yang tidak memberikan ASI pada bayi akan
menyebabkan bayi berisiko terkena berbagai penyakit infeksi seperti infeksi

4
saluran pernapasan, infeksi telinga, daya imunitas rendah, berakibat pada
generasi penerus yang kurang cerdas, meningkatnya angka kesakitan,
meningkatnya kematian anak, menambah subsidi rumah sakit dan menambah
devisa untuk membeli susu formula (Nugroho, 2011). Berdasarkan Survei
pendahuluan tanggal 25 maret 2016 diperoleh informasi sebanyak 40% bayi
yang mendapatkan ASI Eksklusif, 40% ibu menyusui berusia di bawah 20
tahun, 60% pendidikan terakhir ibu SMA, 60% ibu bekerja, 60%
persalinannya saesar, dan 40% memperoleh dukungan dari suami.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses kelahiran secara biologis?
2. Bagaimana persalinan dan kelahiran menurut islam?
3. Bagaimana adab menyambut kelahiran bayi menurut islam?
4. Bagaimana urgensi air susu ibu (ASI) dan ibu menyusui?
5. Bagaimana menyapih anak menurut islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses kelahiran secara biologis.
2. Untuk mengetahui persalinan dan kelahiran menurut islam.
3. Untuk mengetahui adab menyambut kelahiran bayi menurut islam.
4. Untuk mengetahui urgensi air susu ibu (ASI) dan ibu menyusui.
5. Untuk mengetahui menyapih anak menurut islam.

1.4 Manfaat
1. Dapat memahami proses kelahiran secara biologis.
2. Dapat memahami persalinan dan kelahiran menurut islam.
3. Dapat memahami adab menyambut kelahiran bayi menurut islam.
4. Dapat memahami urgensi air susu ibu (ASI) dan ibu menyusui.
5. Dapat memahami menyapih anak menurut islam.

5
6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Proses Kelahiran Secara Biologis


Melahirkan adalah ujung dari proses penantian yang panjang selama
kehamilan. Pada manusia usia kehamilan hingga melahirkan, rata-rata 280
hari. Ada perbedaan penyebutan untuk menggambarkan usia kehamilan,
dokter kandungan menyebut 40 minggu, di hitung dari hari pertama
menstruasi terakhir, dan berpedoman bahwa 1 bulan adalah 28 hari. Orang
awam sering menyebut 9 bulan 10 hari, dengan anggapan 1 bulan 30 hari.
Semuanya tepat, tergantung dari mana pedoman atau patokan yang di anut.
1. Persalinan
Persalinan adalah proses keluarnya janin dari dalam rahim ke dunia
luar. Proses persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir atau vagina
(persalinan pervaginam), atau persalinan melalui sayatan pada dinding
perut dan dinding rahim (persalinan perabdominam), atau di kenal dengan
bedah sesar (seksio sesarea).
Pada manusia 90%, persalinan dapat dilakukan melalui jalan lahir,
hanya sebagian kecil yang membutuhkan persalinan melalui operasi atau
bedah sesar. Persalinan melalui vagina, seringkali awam menyebutnya
persalinan normal. Memang benar, namun ada perbedaan antar persalinan
normal dengan persalinan spontan. Pada persalinan pervaginam, dapat
dilakukan secara spontan (menggunakan tenaga dan usaha ibu sendiri),
atau menggunakan bantuan alat khusus. Sedangkan pada persalinan
normal adalah persalinan spontan pada presentasi kepala (kepala keluar
terlebih dahulu).
A. Persalinan Normal
Persalinan normal adalah persalinan pada presentasi belakang
kepala (kepala janin lahir terlebih dahulu), melalui jalan lahir vagina.
Janin cukup bulan (38-42 minggu), lahir spontan atau tanpa memakai

7
alat. Tidak menimbulkan komplikasi pada ibu maupun bayi, dan
berlangsung dalam waktu 18-24 jam.
B. Persalinan Spontan
Persalinan spontan merupakan persalinan yang lahir melalui
vagina, tanpa bantuan peralatan khusus. Sepenuhnya mengandalkan
tenaga dan usaha ibu. Persalinan dapat terjadi pada presentasi kepala
atau persalinan normal, atau presentasi bokong (sungsang). Walaupun
risiko persalinan sungsang 3 kali lebih berbahaya di banding dengan
persalinan kepala, namun tetap dapat dilakukan.
C. Persalinan Patologis atau dengan Bantuan
Selain itu persalinan melalui vagina (pervaginam), dapat pula
dilakukan dengan bantuan dokter menggunakan alat khusus.
Penggunaan bantuan alat hanya dapat dilakukan pada presentasi
kepala. Peralatan yang digunakan, misalnya “vakum” yang menyedot
kepala janin (ekstraksi vakum) atau menggunakan forsep, sejenis alat
yang mirip tang, yang menjepit dan menarik kepala janin (ekstraksi
forseps).
Pada persalinan sungsang, dapat pula dokter berperan secara aktif
untuk membantu ibu melahirkan, sampai kepala dengan ekstrasi atau
menggunakan manuver tertentu, untuk melahirkan bokong, bahu, dan
kepala janin.
Apabila setelah melalui pemeriksaan teliti, proses persalinan tidak
dapat dilakukan melalui jalan lahir, maka persalinan dilakukan
melalui jalan operasi atau pembedahan pengeluaran janin melalui
pembedahan. Di mana janin dilahirkan melalui irisan pada dinding
perut dan dinding rahim. Tindakan ini dinamakan pembedahan Seksio
Sesarea, atau di kenal juga dalam bahasa inggris dengan nama
Cesarean section yang di singkat menjadi Csection.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan
A. Jalan Lahir (Passage)

8
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introuitus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang kelahiran bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan
dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya
terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu, ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan.
B. Janin dan Plasenta (Passenger)
Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, letak, sikap, dan posisi
janin. Karena placenta juga harus melewati jalan lahir, maka di
anggap pasenger yang menyertai janin. Namun placenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
C. Kekuatan (Power)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu untuk mengejan, saat terjadi
kontraksi dalam proses persalinan untuk segera melahirkan bayinya.
D. Psikologis (Ibu dan Penolong)
Wanita normal tentu memiliki ketakutan dalam menghadapi masa
persalinan. Namun ketakutan yang berlebihan, harus dihindari agar
psikologis ibu tidak terganggu. Selain keluarga, bidan juga berperan
dalam memberikan dukungan, semangat, serta rasa aman. Dan bidan
harus bersikap professional dalam menangani persalinan.

E. Penolong (Tenaga Kesehatan Terlatih)


Tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan, harus tenaga
kesehatan yang terlatih. Karena peran dari penolong persalinan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin.

9
2.2 Persalinan dan Kelahiran Menurut Islam
1. Perhatian Islam Terhadap Wanita Hamil
A. Memberikan Perhatin Sepenuhnya Saat Istri Hamil
Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-A’raf (7) : 189 ”Dialah Yang
menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka
setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang
ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian
tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada
Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau
memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang
yang bersyukur".”

B. Wanita Hamil Berhak Mendapat Perlindungan dari Suami


Wanita berhak mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan,
yang berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Hak ini mutlak, mengigat
risiko yang sangat besar bagi kaum ibu, dalam menjalankan fungsi
reproduksinya. Mulai dari menstruasi, berhubungan seks, mengandung,
melahirkan maupun menyusui.
Seorang wanita ketika sedang mengandung atau hamil, berhak
mendapatkan berbagai perlindungan dari suami. Islam telah menempatkan
laki-laki (suami) sebagai pemimpin dan pelindung dalam rumah tangga.
Allah SWT. berfirman dalam QS. An-Nisa [4]:34
Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan
hartanya. Maka perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat (kepada
Allaah SWT) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah
telah menjaga (mereka)
Sebagai pemimpin, tentu saja seorang suami harus bertanggung jawab
atas keselamatan istrinya. Terutama ketika wanita dalam masa kehamilan

10
yang menyebabkan dirinya lemah, dan semakin lemah secara fisik. Allah
SWT. berfirman dalam QS. Luqman [31]:14
َ‫عا َمي ِْن أ َ ِن ا ْش ُك ْر لِي َول َِوا ِلدَيْك‬
َ ‫صالُهُ فِي‬ َ ‫سانَ بِ َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا‬
َ ِ‫علَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ َّ ‫َو َو‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ ‫ي ْال َم‬
َّ َ‫إِل‬
“...Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun...”
Perlindungan yang diberikan suami kepada istrinya meliputi berbagai
aspek. Perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga, dengan tidak
memperlakukan istri dengan cara kasar. Perlindungan dari kelaparan,
perlindungan dari penyakit, dan lain lain.

C. Wanita Hamil Berhak Mendapat Nafkah


Masa kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membutuhkan
makanan dengan gizi yang cukup. Bahkan dianjurkan seorang ibu hamil,
untuk makan dua kali lebih banyak dari biasanya. Dalam hal ini, Islam telah
mewajibkan sang suami untuk memberikan nafkah yang layak dan
memenuhi standar gizi, sesuai dengan kemampuan suami. Allah SWT.
berfirman, Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah
menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah
memberi dari harta yang diberikan Allah kepadanya...(QS. Ath-Thalaaq
[65]:7). Bagi suami yang memiliki kemampuan secara ekonomi, tidak boleh
berlaku pelit atas istrinya. Allah SWT. telah menegaskan supaya mereka
memberikan nafkah sesuai dengan kemampuannya.

2. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda persalinan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu tanda kemungkinan
persalinan, tanda awal bersalin, dan tanda positif persalinan. Ibu hamil dapat saja
mengalami semua persalinan itu atau hanya sebagian.
Berikut ini beberapa tanda kemungkinan akan melakukan persalinan:
a. Sakit pinggang.
b. Nyeri yang samar, ringan, mengganggu, dan hilang timbul tiba-tiba.
c. Kram pada perut bagian bawah.

11
d. Seperti kram menstruasi, dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman
dipaha.
e. Tinja yang lunak.
f. Buang air beberapa kali dan beberapa jam, dapat disertai dengan kram
perut dan gangguan pencernaan.
g. Desakan untuk berbenah.
h. Lonjakan energi yang mendadak menyebabkan ibu hamil melakukan
banyak aktivitas dan keinginan unyuk menuntaskan persiapan bagi bayi.

3. Pandangan Islam tentang Kehamilan dan Persalinan


Allah SWT. telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki,
ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut, manusia dapat
berketurunan dan berkembang dari masa ke masa. Proses alami dari
perkembangan manusia, dalam berketurunan adalah dengan cara berhubungan
suami istri, antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan
suci, yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut, akan membuahkan janin
dalam rahim sang istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan
paling mudah dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri, semua makhluk
hidup juga mengetahui hal tersebut. Allah SWT. berfirman, Dialah yang telah
menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu dijadikan darinya pasangannya, lalu
melahirkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan...(QS. Ar-Ruum
[30]:30).
Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan, juga faktor yang dapat
meningkatkan rasa kasih sayang orang tua, terutama ibu kepada anaknya.
Kelahiran anak melewati proses yang panjang lebih kurang 9 bulan. Sang ibu
menunggu keahiran buah hatinya dengan penuh harap dan bahagia. Proses
keibuan pun tumbuh secara alami, di samping harus aktivitas sehari-hari. Secara
tidak langsung memapah calon anak yang ada dalam kandungannya, selama
proses kehamilan berlangsung.
Kasih sayang orang tua, terutama ibu kepada anaknya, tonggak awal dari
keharmonisan rumah tangga. Anak tumbuh sehat dan penuh perhatian dari kedua
orang tuanya. Kasih sayang itulah kunci dari keharmonisan rumah tangga.

12
Menjadikan sebuah keluarga kokoh dan bahagia. Selain itu, kasih sayang itu
sendiri merupakan anugerah Sang Pencipta.
Kasih sayang itu pulalah yang membuat anak tidak dapat melupakan kedua
orang tuanya. Bahkan ketika mereka meniggal dunia sekalipun. Sebagai rasa
bakti anak kepada orang tua, Islam menganjurkan mereka untuk selalu berdoa:
“Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, sebagaimana mereka
telah mendidikku di waktu kecil.”
Setiap wanita yang hendak melahirkan, akan mengalami cobaan yang begitu
besar. Apalagi ketika mengalai kesulitan ketika melahirkan, sebagaimana dalam
Al-Qur’an surah luqman ayat 14, bahwasannya Allah SWT. mengabadikan
perjuangan ibu selama kehamilan dan persalinannya. Dan kami perintahkan
kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada-Ku kembalimu.
Sementara ayat yang menceritakan tentang rasa sakit dalam
persalinan, seperti firman Allah SWT. Dalam QS. Maryam{19}: 22-
23yang menjelaskan tentang peroses kehamilan Nabi Isa as. maka dia
(Maryam) mengandung, mengasingkan diri dengan kandunggannyaitu
ketempat yang jauh. Kemudian rasa sakitakan melahirkan memaksannya
(bersandar) pada pangkal pohon kurma,dia Maryam berkata, :Wahai,
betapah (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang
tidak di perhatikan dan dilupakan.

Ayat tersebut menunjukan bahwa Maryam mengandung dan


melahirkan Nabi Isa as., sebagaimana seorang ibu bisa mengandung dan
melahirkan anaknya. Hal ini jelas membuktikan bahwa Nabi Isa as,
hanyalah manusia biasa. Akan tetapi, Allah SWT. menunjukan
kebesaran-Nya dengan peroses kehamilan dan kelahirannya. Dimana
Maryam mengandung, tanpa terlebih dahulu ada pembuahannya.
Tentunya ini adalah mujizat yang begitu luar biasa.

Firman Allah dalam QS-Al-Ahqaf [46]: 15

13
ُ‫ض َعتْهُ ُك ْر ًها ۖ َو َح ْملُه‬َ ‫سانًا ۖ َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ ُك ْر ًها َو َو‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬
َ ْ‫سانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه ِإح‬ َّ ‫َو َو‬
‫ب أ َ ْو ِز ْعنِي أ َ ْن‬ِ ‫سنَةً َقا َل َر‬ َ َ‫شدَّهُ َوبَ َل َغ أ َ ْربَعِين‬
ُ َ ‫ش ْه ًرا ۚ َحت َّ ٰى ِإذَا بَ َل َغ أ‬ َ َ‫صالُهُ ث َ ََلثُون‬َ ِ‫َوف‬
ْ َ ‫ضاهُ َوأ‬
‫صلِحْ ِلي‬ َ ‫ي َوأ َ ْن أ َ ْع َم َل‬
َ ‫صا ِل ًحا ت َْر‬ َّ َ‫علَ ٰى َوا ِلد‬ َ َ‫أ َ ْش ُك َر نِ ْع َمتَكَ الَّتِي أ َ ْن َع ْمت‬
َّ َ‫عل‬
َ ‫ي َو‬
‫فِي ذُ ِريَّتِي ۖ ِإنِي تُبْتُ ِإلَيْكَ َوإِنِي ِمنَ ْال ُم ْس ِل ِمين‬

”Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada


orang tuanya. Ibnya telah mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengam susah payah (pula). Masa mengandung sampai
menyapihnya tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah
dewasa dan umurnya telah mencapai empat puluh tahun, dia berdoa : “Ya
Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku bisa mengsukuri nikmat-Mu
yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku,
dan agar aku berubah kebajukan yang Engkau ridhoi; dan berilah aku
kebajikan yang akna mengalir sampai anak cucuku. Sungguh, aku
berobat kepada Engkau, dan sesungguhnya aku termasuk orang muslim.”

Ayat di atas menegaskan betapah besar jasa seorang ibu terhadap


anaknya, yaitu mulai dari beban mengandung dalam keadaan lemah,
bahkan beban tersebut senantiasa bertambah dari waktu ke waktu. Lalu
beliau melahirkan anaknya dengan susah payah, kemudian
menyusukannya selama 2 tahun, bahkan di tengah malam, ketika
maunusia lainnya sedang tertidur pulas.

Islam memandang bahwa dalam Rahim seorang ibu, akan lahir


generasi penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam
mebangun peradaban. Mengiggat persalinan dan masa nifas sangatlah
penting, maka terkesediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat, merupakan kebutuhan mendasar yang harus
dipenui. Pelayanan dasar dan lanjutan, merupakan cukupan dari
pelayanan kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Pelayanan dasar yang
ditunjukkan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan
lanjut atau rujukan, diberikan kepada kasus-kasus yang berresiko, gawat

14
darurat, dan komplikasi yang memerlukan sarana dan prasaranan yang
lebih lengkap, seperti dirumah sakit. Kedua pelayanan tersebut harus
tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakant, baik dari aspek
finansial au pun teknis, terkait dengan jarak dan sarana terasportasi.

Islam membebannkan terpenuhnya kebutuhan tersebut pada


khalifah sebagai pemimpin umat. Negara wajib menyelanggarakan
pelayanan bersalin (atenatal, bersalin, dan nifas) berkualitas semuah ibu
bersalin secara geratis.

Jika keuangan Negara tidak cukup, maka khalifah akan menarik


sejumlah uang dari orang-orang kaya seuai kebutuhan. Strategi
penyelagaraan layanan bersalin mengacu pada tiga perinsifp dasar, yaitu:

a. Kesederhanaan aturan.

b. Kecepatan pelayanan.

c. Strategi layanan bersalin berkualitas sesuai syariat.

Negara wajib menediakan semuah sarana dan perasarana yang


berkualitas, termasuk tenaga medis, baik dokter sepesialis kebidanan dan
kandungan, maupun bidan secara merata di seluruh wilayah nrgara. Baik
pada pelayanan dasar (puskesmas), maupun lanjutan (rumah sakit).

Dalam ranah fiqih, menjadi tenaga medis (dokter kandungan,


bidan, dan perawat) adalah fardu kifayah. Sehingga harus ada sebagiaan
muslimin yang memiliki profesi tersebut. Karena itu, negara akan
memudahkan penyedian fasilitas pendidikan untuk meng hasilkan
tenanga medis yang berkualitas, dan memiliki intergeritas yang kuat.

Dalam sejarah masa keemasan Islam, layanan bersalin yang


memadai dari banyaknya rumah sakit. Hamper semuah kota besar
memiliki rumasakit yang di setai dengan lembaga pendidikan dokter.
Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan kandungan dan

15
ruangan untuk bersalin. Belum lagi adanya rumah sakit keliling, yang di
sediakan oleh negar yang menelusuri pelosok negri, sehingga layanan
bersalin bagi semua itu benar- benar direalisasikan secara nyata.

Salah satu fakta di Baghdad, masa khalifah Harun Al Rasyid (170-


193 H), di samping didirikan rumah sakit terbesar di Kota Baghdad , dan
beberapa rumah sakit kecil , juga didirikan rumah sakit bersalin terbesar
yang di sampingnya didirikan sekolah pendididikan kebidanan. Kedua
sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid kepada Al
Musawih, yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhalifahan.

Begitulah cara islam dalam masanya keemasannya ketika


menjawab permasalahan persalinan. Oleh karena itu, untuk
menyelesaikan problem ini, dibutuhkan solusi yang komprehensif dari
segala aspek terkait, baik medis maupun nonmedis, dan termasuk
ketersediaan SDM berkualitas secara merata.

2.3 Adab Menyambut Kelahiran Bayi Menurut Islam

Anak adalah karunia Allah SWT. Yang tiada terhingga bagi semua
keluarga. Keberadaannya sangat dinantikan, karena akan menjadi penerus
sejarah manusia, dan menjadi salah satu penguat ikatan berumah tangga.
Banyak pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak, sangat berharap
agar segera mendapatkannya. Ini menunjukan , demikian penting kehadiran
anak bagi semua umat manusia.

Agama Islam telah memberikan perhatian yang sangat detail tentang


anak. Sejak proses konsepsi, kehamilan, kelahiran, sampai pendidikan ketika
anak lahir dan masa tumbuh kembang hingga dewasa. Semua mendapat
perhatian dan tuntutan yang teliti. Ini menunjukan demikian pentingnya
menjaga, merawat, serta mendidik anka sejak awal.

16
Dalam agama Islam, ada beberapa adab atau tuntunan dalam menyambut
kelahiran bayi. Hendaknya orangtua mendoakan untuk kebaikan bagi bayi
yang baru lahir. Bukan hanya orang tua, bahkan orang lain turut mendoakan
ketika mendengar berita kelahiran bayi.

Peratama, doa memohon keberkahan bagi si anak.

Dari Abu Musa r.a, beliau mengatakan, “ketika anakku lahir, aku
membawanya kehadapan Nabi Saw. Beliau memberikan nama bayiku,
Ibrahim dam mentahnik dengan kurma lalu mendoakannya dengan
keberkahan. Kemudian beliau kembalikan kepadaku”

(HR. Bukhari 5467 dan Muslim 2145).

Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasulullah Saw kepada putra Asma
binti Abu Bakar, yang bernama Abdulallah bin Zubair. Sesampainya Asma
hijrah di Madinah, beliau melahirkan putranya, Abdullah bin Zubair. Bayi ini
di bawa kehadapan Nabi Muhammad Saw. Asma mengatakan, “….Kemudian
Nabi Saw minta kurma, lalu beliau mengunyahnya dan meletakannya ke
mulut si bayi. Makanan pertama yang masuk ke mulut si bayi adalah ludah
Rasulullah Saw, kemudian beliau mendoakannya, dan memohon keberkahan
untuknya”(HR. Bukhari 3909).

Tidak ada teks khusus yang isinya permohonan berkah untuk si anak.
Dalam Fatawa Syabakah Islam dinyatakan, “Tidak terdapat dalil –
sepengetahuan kami – yang menunjukan di anjurkannya membaca ayat Al-
Qur’an atau doa tertentu ketika seorang anak dilahirka. Baik doa dari ibunya,
bapaknya, atau doa dari orang lain”. Karena itu, kita bisa berdoa dengan kata
apapun yang kita pahami. Misalnya dengan membaca, “Barakallahu fik”
(semoga Allah memberkahi kamu) atau semacamnya.

Kedua, doa memohon perlindungan dari godaan setan.

Salah satu contohmya adalah doa yang di praktekkan oleh istri Imran,
ibunya Maryam. Allah SWT. Menceritakan kejadian ketika istri Imran

17
melahirkan Maryam: Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun
berkata: “ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak
perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan
anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah
menamai Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk.”
(QS. Ali-Imran [3] : 36)

Satu hal yang istimewa, karena doa ibu Maryam inilah ketika Maryam
lahir., dia tidak di ganggu setan, kemudian pula ketika Nabi Isa dulahirkan.
Allah SWT, mrngabulkan doa ibunya Maryam. Dari Abu Hurairah ra,
Rasulullah Saw bersabda, “Setiap bayi dari anak keturunan Adam akan
ditusuk dengan tangan setan ketika dia melahirkan, sehingga dia berteriak
menangis, karena disentuh setan. Selain Maryam dan putranya” (HR.
Bukhari). Kemudian Abu Hurairah membaca surat Ali Imran ayat 36 di atas.

Kita bisa meniru doa istri Imran ini. Hanya perlu disesuaikan dengan
jenis kelamin bayi yang dilhirkan. Karena perbedaan kata ganti dalam bahasa
Arab antara laki-laki dan perempuan.

Jika bayi yang dilahirkan perempuan, bisa membaca doa ini:

‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫اَللَّ ُه َّم ِإنِي أ ُ ِعيذُهَا ِبكَ َوذُ ِريَّت َ َها ِمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬

Jika bayi yang dilahirkan laki-laki, bisa membaca doa ini:

‫الر ِج ِيم‬
َّ ‫ان‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫اللَّ ُه َّم ِإ ِني أ ُ ِعيذُهُ ِبكَ َوذُ ِريَّتَهُ ِمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu untuknya dan untuk


keturunannyadari setan yang terkutuk.”

Kita juga bisa memohon perlindungan untuk anak dari gangguan setan,
dengan doa seperti yang telah di praktekkan Nabi Muhammad Saw, ketika
mendoakan cucunya Hasan dan Husain.

18
Ibnu Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah Saw, membacakan doa
perlindungan untuk kedua cucunya,

َ ‫ َو ِم ْن ُك ِِّل‬،ٍ‫ان َوهَا همة‬


‫عي ٍْن ََل هم ٍة‬ ٍ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َ ‫ ِم ْن ُك ِِّل‬،‫َّللاِ التها هم ِة‬
‫ت ه‬ ِ ‫أ ُ ِعيذُ ُك َما بِ َك ِل َما‬

“Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang


sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari
pAndangan mata buruk.” (HR. Abu Daud 3371, dan dishahihkan al-Albani).

Kita bisa meniru doa beliau ini, dengan penyesuaian jenis kelamin bayi.

Jika bayi yang dilahirkan laki-laki, bisa dibaca doa:

Dengan lafazh : u’ldzuka.....

2.4 Urgensi Air Susu Ibu (ASI) dan Ibu Menyusui


A. Pengertian
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung berbagi
zat gizi dan antibodi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif terbukti lebih cerdas, dan
tidak mudah terserang penyakit.
Menurut para ahli, saat lahir ke dunia, seorang bayi telah memiliki
otak yang berkapasitas 100 miliar sel otak (neuron) dengan koneksi-
koneksi awal. Artinya, jumlah neuron di dalam otak si kecil 16kali
lebih banyak, daripada jumlah penduduk bumi. Bahkan, lebih banyak
daripada jumlah bintang di Galaksi Bima Sakti.
Akan tetapi, otak bayi dengan potensi sedahsyat ini, bukanlah
“barang jadi”. Ia “belum matang”, karena belum terhubung dalam
jaringan, antarsatu dengan yang lainnya. Ia membutuhkan sentuhan
agar bisa berkembang secara optimal. Otak bayi masih berupa produk
mentah yang belum selesai. Otak neonatal (otak pada usia empat

19
minggu pertama), hanyalah sebuah lukisan berbentuk sketsa, cetak biru
yang sama sekali belum sempurna. Tangan-tangan lingkunganlah yang
akan menyelesaikan atau membengkalaikannya.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa struktur otak, termasuk
pula kualitas daya ingat, konsentrasi, perasan, dan emosi anak, sangat
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas supan zat makanan yang
dikonsumsinnya. Dengan kata lain, terdapat hubungan antara konsumsi
makanan, dan fungsi kognifitif pada bayi.
Pada anak yang baru lahir, nutrisi atau zat gizi sebagai sumber
energi untuk menjalankan berbagai metobolisme. Asupan gizi
seimbang pada balita berasal dari ASI.
ASI kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan
sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Terdapat 1000 jenis
nutrien. Artinya, jumlah protein, karbohidrat, dan lemak berkisar 10-15
persen, 60-70 persen, dan 20-25 persen dari kalori yang dibutuhkan per
kilogram berat badan dapat terpenuhi.
ASI mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit dengan
menyediakan lingkungsn yang ramah bagi flora normal (bakteri baik).

B. Dalil-dalil Pendukung Penting ASI


Dalam al-Qur’an dinyatakan tentang pentingnya peran seorang ibu
untuk menyusui anaknya:

ُ‫علَى ْال َم ْولُو ِد لَه‬


َ ‫عةَ ۚ َو‬ َ ‫ضا‬ َ ‫الر‬َّ ‫املَي ِْن ۖ ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُتِ َّم‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَ ُه َّن َح ْولَي ِْن َك‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر‬
ُ‫ار َوا ِلدَة ٌ بِ َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولُودٌ لَه‬
َّ ‫ض‬ َ ُ ‫س ِإ ََّل ُو ْس َع َها ۚ ََل ت‬ ٌ ‫ف نَ ْف‬ ِ ‫ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن ِب ْال َم ْع ُر‬
ُ َّ‫وف ۚ ََل ت ُ َكل‬
ۗ ‫علَ ْي ِه َما‬ ُ ‫اض ِم ْن ُه َما َوتَش‬
َ ‫َاو ٍر فَ ََل ُجنَا َح‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ‫ص ًاَل‬ َ ‫ث ِمثْ ُل ٰذَلِكَ ۗ فَإ ِ ْن أ َ َرادَا ِف‬ِ ‫علَى ْال َو ِار‬ َ ‫ِب َولَ ِد ِه ۚ َو‬
ِ ‫سلَّ ْمت ُ ْم َما آت َ ْيت ُ ْم بِ ْال َم ْع ُر‬
َّ ‫وف ۗ َواتَّقُوا‬
َ‫َّللا‬ َ ‫ضعُوا أ َ ْو ََلدَ ُك ْم فَ ََل ُجنَا َح‬
َ ‫علَ ْي ُك ْم إِذَا‬ ِ ‫َوإِ ْن أ َ َر ْدت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْست َْر‬
‫ير‬
ٌ ‫ص‬ َّ ‫َوا ْعلَ ُموا أ َ َّن‬
ِ َ‫َّللاَ بِ َما ت َ ْع َملُونَ ب‬

20
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.(QS. Al-Baqarah [2]:233)
Hikmah ayat yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an tersebut,
menekankan bahwa ASI sangat penting. Walaupun masih banyak
perbedaan pendapat, tetapi seorang muslim harus menghormati ayat-
ayat Allah SWT.
Inspirasi utama dari pengambilan keputusan ini, harus didasarkan
pada penghormatan kepada perintah Allah SWT. dan pelaksanaan
hukum-Nya, dan tidak bertujuan meremehkan perintah-Nya.
Demikian pula jika seorang ibu tidak bisa menyusui, dan diputuskan
untuk menyusukan bayinya pada wanita lain., sehingga haknya untuk
mendaptkan ASI tetap tertunaikan.

ASI jaminan rizki untuk setiap bayi, Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan
Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu, dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh) (QS. Hud [11]: 6).

ASI dalam Al-Qur’an dalam keadaan darurathak bayi t etap


dilindungi, Dan jika mereka (isteru-isteri yang sudah ditalaq) itu

21
sedang hamil, maka berikanlan kepada mereka nafkahnya hingga
mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu, maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
musyawarahkanlan diantara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan
jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan
(anak itu) untuknya. (QS. Ath Thalaaq [65]: 6).

ASI dalam Al-Qur’an merupakan investasi dunia akhirat, Dan


Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnyadalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah , dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepadaKulah kembalimu (QS. Luqman [31]:14).

Ayat diatas mengandung dua pengertian, yaitu: pertama, adalah


perintah bagi seorang ibu untuk menyusui anaknya selama 2 tahun
penuh. Kedua, perintah bagi anak untuk berbuat baik kepada kedua
orang tuanya. Karena ibunya telah merawatnya siang dan malam.
Terdapat kewajiban anak untuk berbuat baik kepada orangtuanya.
Sementara terdapat hak anak untuk diberi ASI selama 2 tahun penuh.
Terdapat kewajiban ibu untuk menyusukan anaknya selama dua tahun
penuh, sementara terdapat hak ibu agar anaknya berbakti kepadanya.

C. Komentar Ulama
Imam Amirul Mu’minin Ali ra. berkata, “Tidak ada air susu yang
lebih barokah bagi anak bayi dari air susu ibunya sendiri.” “Dengan
menyusui, hubungan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak, anak
semakin erat dan akan membuat anak merasa tenang dan aman”.

ASI merupakan makanan terpenting, dan sumber kehidupan atu-


satunya bagi bayi di bulan-bulan pertama usianya. ASI terbaik untuk
anak adalah Air Susu Ibu. Karena dengan menyusui, terjadilah kontak

22
cintan dan kasih sayang, anatara ibu dan anak. Ibu adalah orang yang
paling mampu memberikan cinta dan kehangatan yang sesungguhnya
kepada anak, dengan naluri keibuannya yang diberikan Allah SWT.
kepadanya.

D. Sikap Tenaga Kesehatan

Sikap seorang tenaga keshatan terhadap pentingnya pemberian ASI


Ekslusif pada bayi, bisa dilakukan dengan memberikan pengarahan
atau penyuluhan kepada ibu, bahwa pentingnya pemberian ASI
Ekslusif pada bayi, selama rentan usia 0-6 bulan atau 0-2 Tahun. Dan
menjelaskan pemberian ASI Ekslusif itu sangat penting bagi tumbuh
kembang bayi. Selain itu ASI Ekslusif berperan juga sebagai
perkembangan otak bayi. Dimana ASI seorang ibu, akan menekan
pertumbuhan sel-sel pada anak, dan system perkembangan pada bayi
tersebut.

2.5 Menyapih Anak Menurut Islam


1. Islam Mengajarkan untuk Menyayangi Anak-Anak
Tidak diragukan lagi bahwa Islam sangat memperhatikan anak-
anak. Itu ditunjukkan dari perilaku Nabi Muhammad Saw. yang
sangat sayang kepada anak-anak. Rasulullah Saw. pernah
memperpendek shalatnya karena mendengar anaknya yang menangis.
Beliau bersabda, “Aku melakukan shalat dan aku ingin
memperpanjang bacaannya, akan tetapi tiba-tiba aku mendengar
suatu tangis bayi sehingga aku memperpendek shalatku karena aku
tahu betapa gelisah ibunya karena tangis bayi itu” (HR. Bukhari
Muslim).

Nabi Muhammad Saw. ketika berkhutbah melihat kedua cucunya,


Hasan dan Husain, menghampiri beliau, maka beliau turun dari

23
mimbar dan menggendong keduanya ke atas mimbar, beliau pun
bersabda, “Sesungguhnya aku melihat kedua anak ini berjalan dan
jatuh, aku tidak sabar hingga turun mengambil keduanya” (HR.Abu
Dawud).

Lihatlah bagaimana anak-anak dapat mempengaruhi pelaksanaan


perkara sebesar shalat dan khutbah. Dan masih banyak lagi kisah
tentang bagaimana Nabi Muhammad Saw. memperlakukan anak-anak
dengan penuh kasih sayang. Sesungguhnya telah ada pada beliau suri
teladan yang baik (QS. Al-Ahzab [33]: 21). Maka demikian pulalah
Islam mengajarkan umatnya melalui Nabi Muhammad Saw. agar
menyayangi ank-anak, bahkan dari sebelum anak itu lahir sampai
setelah dilahirkan.

2. Pemberian ASI Selama Dua Tahun dalam Islam


Salah satu bentuk kasih sayang yang diajarkan Islam adalah
penyusun atau pemberian ASI (Air Susu Ibu), kepada anak yang baru
lahir hingga dua tahun. Allah SWT. berfirman: Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Baqarah [2]:
233).

24
Ayat di atas menjelaskan tentang anjuran kepada para ibu, untuk
menyusui anak-anaknya hingga dua tahun. Dibolehkan bagi mereka
untuk mencarikan ibu susu, bila mereka mau. Ini menunjukkan betapa
perihal pemberian ASI ini, bukanlah hal yang sepele. Sampai-sampai
anjurannya tercantum dalam Kitab Suci umat Islam. Dan rahasia
mengapa Allah SWT. menyebutkan “dua tahun” sebagai masa
menyusui yang sempurna. Manusia kini mengetahui tentang manfaat
yang luar biasa dari pemberian ASI selama dua tahun. Hal itu
diperkuat dengan anjuran dari WHO kepada para ibu di seluruh dunia,
tidak hanya yang muslimah, untuk menyusui anak-anak mereka yang
disebutkan selama dua tahun pula.

Dan Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa risalah ini, tidak


pernah melakukan hal yang bertentangan dengan apa yang telah beliau
bawakan. Dalam sebuah hadist shahih yang panjang, diriwayatkan
oleh Al-Iman Muslim, disebutkan ada seorang perempuan yang telah
berbuat zina. Lalu datanglah ia kepada Rasulullah Saw. untuk
bertobat. Namun Nabi Muhammad Saw. menolak pengakuan
perempuan tersebut. Keesokannya perempuan itu datang lagi, dan
berkata bahwa ia telah hamil akibat perbuatan zina tersebut. Lalu Nabi
Muhammad Saw. menyuruhnya pulang sampai melahirkan. Setelah
melahirkan, perempuan itu datang lagi sambil membawa banyak laki-
lakinya, yang dibungkus dengan secarik kain. Dia mengatakan bahwa
bayi itu adalah bayi yang telah dia lahirkan. Lalu Nabi Muhammad
Saw. bersabda, ”Pulanglah kamu dulu dan susuilah dia sampai kamu
menyapihnya.” Setelah tiba masa menyapih, perempuan itu datang
lagi membawa bayinya, dan di tangan bayi itu ada sepotong roti. Dia
mengatakan bahwa ia telah menyapih anaknya, dan dia sudah bisa
memakan makanan. Akhirnya nabi Muhammad Saw menyerahkan
kembali bayi tersebut kepada salah seorang sahabat. Kemudian beliau
mengeluarkan oerintah supaya dilaksanakan hukuman terhadap
perempuan tersebut. Nabi Muhammad Saw kemudian memerintahan

25
agar jenazah perempuan itu diurus, dan beliau pun menshalati dan
menguburkannya.

Lihatlah betapa pedulinya islam terhadap pemeliharaan seorang


bayi yang masih dalam kandungan, sampai ia dilahirkan, untuk
kemudian disusui sampai disapih. Sungguh hanya orang – orang
bodoh yang berpendapat bahwa Islam telah berbuat zhalim
melaksanakan hukuman tersebut keapada sang Ibu. Padahal justru
sebaliknya, Allah SWT menyayangi hamba-Nya yang bertaubat, dan
Dia tidak menginginkan hamba-Nya hidup lebih lama, karena dia bisa
saja berbuat dosa kembali. Ketahuilah bahwa perempuan itu diampuni
dosa – dosanya yan telah lalu. Dan beruntunglah sang anak karena
telah lahir ke dunia ini dengan selamat, mendapatkan ASI penuh
selama dua tahun, dan disusui sendiri oleh ibunya yang sudah
bertaubat.

Dalam kisah serupa disebutkan, “Sesungguhnya ia telah bertaubat


dengan sungguh – sungguh. Seandainya tobat perempuan ini dibagi –
bagikan kepada tujuh puluh orang penduduk Madinah, maka hal itu
masih cukup. Pernahkah kamu menemukan tobat yang lebih baik
dibandingkan apa yang dilakukan perempuan ini? Dengan jujur a
menyerahkan dirinya supaya dlaksanakan hukuman Allah atasnya”
(HR. Muslim).

3. Berapa Lama Menyapih dalam Islam


Dalam tafsir Ibnu Katsir, ketika menjelaskan surat Al-Baqarah ayat
223 tentang anjuran pemberian ASI, disebutkan, Ini adalah bimbingan
dari Allah Taala bagi para ibu supaya mereka menyusui anak –
anaknya dengan sempurna, yaitu dua tahun penuh. Dan setelah itu
tidak ada lagi penyusuan. Yang dimaksud dengan “Setelah itu tidak
ada lagi penyusuan”, adalah penyusuan yang terjadi setelah anak
mencapai dua tahun, itu tidak dianggap penyusuan. Hal ini berkaitan
dengan hukum mahram yang terjadi antara anak dengan ibu susu,

26
seperti yang dijelaskan dalam tafsir tersebut. Rasulullah Saw
bersabda, “tidak menjadikan mahram akibat penyusuan, kecuali yang
dlakukan kurang dari dua tahun” (HR. Ad-Daruquthni). Dan dalam
hadits lain disebutkan dengan tambahan, “Dan penyusuan setelah dua
tahun itu tidak mempengaruhi apa – apa.”
Kedua hadits tersebut menunjukaan bahwa penyusuan, atau
pemberian ASI yang sebenarnya adalah dalam kurun waktu dua tahun.
Sedangkan yang setelahnya, tidak dianggap memberi ASI. Karena
ASI pada saat itu dibutuhkan mengenyangkan perutnya. Dan memang
sepert yang dijumpai di dalam realita, bahwa anak anak yang telah
mencapai dua tahun atau lebih yang masih menyusui ASI kepada
ibunya, bukan untuk menganyangkan perutnya, melainkan mereka
masih ingin bersama dengan ibunya, dalam pelukan sambil
‘menyusu”.
Tidak diwaiibkan menghentikan penyusuan, atau menyapih setelah
anak mencapai dua tahun, merupakan bukti bahwa islam
memperhatikan anak – anak. Allah SWT telah menakdirkan kesulitan
bagi seorang anak untuk begitu saja lepas dari dekapan ibunya.
Sebaliknya, betapa sulit seorang ibu melepaskan anaknya dari
dekapannya.
Memahami surat Al-Baqarah ayat 233 di atas, sebagai dalil
wajibnya menyapih terhadap anak yang telah mencapai usia dua
tahun, adalah tidak tepat. Karena ayat diatas tidak berbicara tentang
hal itu, melainkan tentang anjuran agar para ibu menyusui anaknya
hingga penyusuan itu sempurna, yaitu hingga dua tahun. Adapun yang
wajib setelah itu tidak dsebutkan. Seandainya yang dimaksud
demikian, maka tentu akan kita dapatkan penjelasan ulama tentang hal
ini. Namun tidak ada satupun penjelasan ulama mengenai hal tersebut.
Yang ada justru apabila penyapiham dilakukan sebelum dua tahun,
yaitu apabila memang ada suatu sebab yang tidak memungkinkan
untuk terus melakukan penyusuan hingga dua tahun, maka penyapihan

27
sebelum itu diperbolehkan, yang berarti perkara penyusuan hingga
dua tahun ini adalah suatu hal yang amat dianjurkan. Dalam literatur
Arab, anjuran tersebut bermakna lebih kepada perintah.
Ada satu kisah yang dapat menjelaskan hal ini, yaitu kisah Ummu
Sulaim yang dikenal sebagai shahabiyyah yang hidup di zaman Nabi
Muhammad Saw, teladan wanita shalihah, Ibu dari Anas bin Malik,
yang merupakan salah seorang sahabat yang banyak meriwayatkan
hadits Nabi Muhammad Saw.
Ketika Islam bersinar dimuka bumi, cahayanya sampai di Ummu
Sulaim, maka yang pertama kali ia dakwahi adalah keluarganya, yaitu
suaminya. Namun, suaminya menolak, hingga ia mati dalam keadaan
kafir. Ketika Ummu Sulaim mengetahui suaminya terbunuh, ia tetap
tabah dan mengatakan, “Aku tidak akan menyapih Anas hingga ia
sendiri yang memutuskannya, dan aku tidak akan menikah sehingga
Anas menyuruhku.”
Dari kisah diatas dapat kita ketahui bahwa kemungkinan ketika itu
Anas bin Malik masih kecil dan masih menyusu, seandainya
penyapihan wajib dilakukan ketika anak berusia dua tahun, maka
tentu Ummu Sulaim tidakk akan mengatakan bahwa ia tidak akan
menyapih Anas, sampai anaknya itu sendiri yang memutuskan.
Karena jika demikian, berarti Ummu Sulaim telah menyelisihi syariat
islam, yang tentunya akan mendapat teguran dari Nabi Muhammad
Saw yang masih hidup di zaman itu. Namun, tidak ada keterangan
darii para ulama mengenai hal ini. Sedangkan kisah ini mahsyur
dikalangan mereka. Wallahua’alam.
Namun demikian tidak disebutkan kewajiban menyapih diusia dua
tahun, bukan berarti anak seterusnya tidak disapih. Tentusaja, bagi
siapa saja yang ingin menyapih anaknya tepat diusia dua tahun itu
yang terbaik, karena telah disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat
233.

28
Namun salah satu faidah yang dapat kita ambil daari ayat tersebut,
tentang penyapihan sebelum dua tahun, adalah hal itu harus di lakukan
dengan kerelaan dan musyawarah antara ayah dan ibu. Karena tidak
jarang, penyapihan ingin di lakukan oleh sang ibu saja, karena sudah
lelah, kerepotan atau alasan lain. Ataupun ayah saja yang
menginginkannya, karena tidak mau ikut – ikutan repot, atau agar
istrinya dapat merawat diri, dan lain – lain. Maka tidak menutup
kemungkinan penyapihana setelah anak mencapai dua tahun pun
seharusnya dengan musyawarah antara ayah dan ibu. Ditambah anak
yang sudah berusia dua tahun pun sudah bisa diajak bermusyawarah,
maka tentu adalah hal yang sangat terpuji bila penyapihan dapat
dilakukan dengan kerelaan sang anak pula.
Islam telah mengajarkan melalui Nabi Muhammad Saw. agar
menyayangi anak – anak. Maka apakah menolak menyusui dan
membiarkan anak menangis adalah kasih sayang, seperti yang
diajarkan Islam, sementara Nabi Muhammad Saw pernah
memperpendek shalatnya karena mendengar seorsng anak yang
menangis.
Allah SWT berfirman : Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang Ibu-Bapaknya ; Ibu telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah – tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada dua orang Ibu – Bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu
(QS. Luqman [31]: 14).
Ayat diatas menunjukkan bahwa pemberian ASI yang sempurna,
hingga penyapihan adalah jasa kedua orang tua. Maka jadikanlah jasa
ini sebagai kenangan indah yang akan dikenang, baik oleh anak – anak
hingga mereka besar nanti. Menyapihlah dengan kasih sayang,
sebagaimana Islam telah mengajarkannya.

29
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Melahirkan adalah ujung dari proses penantian yang panjang selama
kehamilan. Pada manusia usia kehamilan hingga melahirkan, rata-rata 280
hari. Ada perbedaan penyebutan untuk menggambarkan usia kehamilan,
dokter kandungan menyebut 40 minggu, di hitung dari hari pertama
menstruasi terakhir, dan berpedoman bahwa 1 bulan adalah 28 hari. Orang
awam sering menyebut 9 bulan 10 hari, dengan anggapan 1 bulan 30 hari.
Semuanya tepat, tergantung dari mana pedoman atau patokan yang di anut.
Terdapat 3 jenis persalinan yaitu normal, spontan, dan juga patologis atau
dengan bantuan. Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah jalan lahir
(passage), janin dan plasenta (passenger), kekuatan (power), psikologis dan
juga penolong.
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung berbagi zat gizi
dan antibodi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang
mendapatkan ASI secara eksklusif terbukti lebih cerdas, dan tidak mudah
terserang penyakit.

3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat di gunakan pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan Bayi Baru Lahir dan ASI.

30
DAFTAR PUSTAKA

Salsabilah, Iis. 2016. Bekal Menjadi Perawat Profesional Bedasarkan Agama


Islam. Bandung: Yayasan Adhi Guna Kencana.

31

Anda mungkin juga menyukai