Anda di halaman 1dari 52

51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah

dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan

ke putting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan

pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan

terpenuhi kebutuhannya hingga usia 2 tahun, dan mencegah anak kurang gizi.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan permulaan menyusu dini yang

dilakukan dengan usaha bayi sendiri segera setelah ia lahir. IMD dapat dilakukan dengan

meletakkan bayi dalam posisi tengkurap pada dada atau perut ibu tanpa terhalang oleh

kain, selama minimal satu jam dimulai segera setelah bayi lahir. Dengan demikian

terjadi kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu (skin-to-skin contact), sehingga

secara alami sang bayi akan mulai aktif merangkak untuk mencari payudara ibu (breast

crawl) dan akan menemukan puting susu lalu segera menyusu. Peristiwa menakjubkan

ini tentu saja memerlukan dukungan dari seluruh anggota keluarga maupun tim

kesehatan yang membantu proses persalinan dengan menciptakan suasana yang tenang,

nyaman bagi ibu serta bayi, dan juga kesabaran bagi keberhasilan bayi menemukan

puting payudara sang ibu.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan suatu kesempatan yang diberikan

kepada bayi segera setelah lahir, dengan cara meletakkan bayi di perut ibu, kemudian

diberikan bayi untuk menemukan puting susu ibu dan menyusui hingga puas, proses ini

di lakukan paling kurang 1 jam (60 menit) pertama segera bayi lahir (Syafrudin dkk,

2011). Manfaat dari IMD yaitu apabila terjadi kontak kulit dan hendakan kepala bayi ke

dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu ibu dan sekitarnya, emutan, jilatan bayi,

pada puting ibu, merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin ini
52
sangat membuat rahim ibu untuk berkontraksi sehingga merangsang pengeluaran

plasenta dan mengurangi pendarahan setelah melahirkan (Roesli, 2012).

WHO melaporkan bahwa pada tahun 2017, 51% dari setiap 1.000 kelahiran

disusui dalam satu jam pertama kehidupan. Pada tahun 2018, angka pemberian IMD per

1000 kelahiran meningkat 60% dibandingkan capaian 100%. Semoga bisa mencapai

100% atau minimal mendekati target di tahun 2019(Alim et al., 2019).

Pada tahap awal menyusui, bidan tidak menunggu sampai bayi benar-benar

menyusui, tetapi sebatas membantu persalinan. Setelah bayi lahir, bidan meletakkan bayi

di dada ibu, dan ketika bayi menangis, bayi langsung dibawa keluar untuk dimandikan

dan dikeringkan.(Mahardika, 2010).

Organisasi United Nations Children’s Fun (UNICEF) dan Word Healt

Organitation (WHO), memperkirakan 78 juta bayi atau 3 dari 5 tidak disusui dalam 1

jam pertama kehidupan dapat meningkatkan resiko terkena penyakit dan kematian. Data

dari 76 Negara menunjukkan alasan penundaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

diantaranya yaitu pemberian makanan atau minuman bukan Air Susu Ibu (ASI) dan

membuang Kolostrum, tindakan persalinan section caesar, dan adanya kesenjangan

dalam kualitas perawatan kepada ibu dan Bayi Baru Lahir. Penelitian sebelumnya

mengatakan bahwa Bayi Baru Lahir yang menyusui antara 2 dan 23 jam memiliki resiko

kematian 33% lebih besar dibandingkan dengan Bayi yang menyusu dalam waktu 1 jam

setelah lahir (WHO, 2018).

Berdasarkan Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2018, cakupan IMD tahun

2017 untuk Bayi Baru Lahir <1 jam sebesar 51,32% dan untuk Bayi ≥ 1 jam sebesar

3,4% dan ASI Eksklusif sampai 6 bulan sebesar 35,37% dan ASI Eksklusif 0-5 bulan

sebesar 46,74%. Sumatera Utara berada pada urutan nomor 7 paling rendah cakupan

IMDnya. Cakupan IMD pada Bayi Baru Lahir <1 jam Di Sumatera Utara sebesar 38,37

% dan pada BayI Lahir ≥ 1 jam Di Sumatera Utara 3,47% ASI Eksklusif sampai 6 bulan.

Di Sumatera Utara tahun 2017 sebesar 10,37% dan ASI Eksklusif 0-5 bulan 25,71%.

(Kementrian Kesehatan RI tahun 2018).


53
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra utara melaporkan bahwa pada tahun 2020

bayi dengan usia 0-6 bulan, bayi yang mendapatkan IMD adalah (53,39%), pada tahun

2021 bayi yang mendapatkan IMD naik sebanyak (57,83%). Sedangkan pada tahun 2022

bayi yang usia 0-6 bulan ,mendapatkan IMD yaitu (57,17%) (Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatra utara, 2022).

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu program World Health

Organization (WHO) dan Pemerintah Republik Indonesia yang sedang gencar

digalakkan oleh bidang kesehatan untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

anak (Graziose et al., 2018). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi dan

makanan yang paling sempurna, mengandung hampir semua nutrisi dengan komposisi

yang memenuhi kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan secara optimal

(Pollard, 2016). Pemberian ASI diatur dalam PP Nomor 33 Tahun 2012 yang mengatur

bahwa pemberian ASI eksklusif dilakukan sejak lahir sampai batas usia 6 bulan dengan

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan (Lestari, 2018). UNICEF

mengemukakan bahwa menyusui adalah cara termurah dan paling efektif sebagai

penyelamat hidup anak dalam sejarah kesehatan manusia. Diharapkan ibu dapat

menyusui anaknya secara eksklusif minimal 6 bulan tanpa ada pemberian cairan/asupan

selain ASI. Ironisnya kurang dari setengah anak di dunia menikmati kesempatan emas

ini (Unicef, 2016).

ASI tentu saja sangat bermanfaat yaitu bayi dapat memperoleh kekebalan,

perlindungan dan kehangatan melalui kontak kulit dengan ibu, mengurangi perdarahan,

mempertahankan zat besi, protein dan zat lainnya, ASI ekslusif juga dapat mengurangi

risiko alergi, penyakit pernapasan, diare dan obesitas pada anak (Salamah & Prasetya,

2019).

ASI mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi anak dari infeksi dan

penyakit kronis, serta mengurangi kemungkinan menderita masalah kesehatan di

kemudian hari (Zahara, 2021). Apabila bayi tidak diberi ASI eksklusif akan berdampak

buruk bagi bayi. (Muslimah et al., 2020) Dampak yang ditimbulkan jika bayi tidak
54
diberikan ASI eksklusif yaitu akan memberikan kontribusi terhadap kematian bayi dan

3.94 kali lebih besar memiliki risiko kematian karena diare daripada bayi yang diberi

ASI eksklusif, sebab status gizi yang buruk mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan

hidup bayi. (Kemenkes, 2010). Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat daripada bayi

yang diberi susu formula (Salamah & Prasetya, 2019). ASI mengandung banyak nutrisi

penting yang tidak dapat digantikan oleh susu yang di produksi secara industri (Ford et

al., 2020).

Banyak aspek yang mempengaruhi pelaksanaan praktek IMD salah satunya

masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini

disebabkan kemampuan bayi untuk mengisap ASI kurang sempurna sehingga secara

keseluruhan proses menyusui terganggu. Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya

proses alami dari bayi untuk menyusui sejak dilahirkan. Selama ini, penolong persalinan

selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk di bersihkan, untuk

ditimbang, ditandai dan diberikan pakaian. Ternyata, proses ini sangat terganggu proses

alami bayi untuk menyusui dan kebanyakan ibu tidak mengetahui bahwa membiarkan

bayi menyusui sendiri segera setelah lahiran atau yang biasa disebut IMD bermanfaat

(Khasanah,2011).

Menurut penelitian Fransiska Debataraja (2020) di Puskesmas Butar Kecamatan

Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2020. dengan judul Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Praktek Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Butar

Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2020 penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan cross sectional. desain atau

pendekatan. Jumlah populasi yang digunakan adalah 30 orang dengan teknik total

sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Butar kecamatan Butar kabupaten

Tapanuli Utara. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, kemudian data diolah

dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) menunjukkan bahwa tidak ada
55
hubungan antara jenis tenaga kerja dengan hasil Fisher's Exact Test dengan tingkat

kepercayaan 95% dan df = 1 diperoleh x2 hitung (0,597) < x2 tabel. (3,841), ada

hubungan pengetahuan df = 2, diperoleh x2 hitung (10,425) > x2 tabel 5,991, ada

hubungan dukungan suami. Fisher's Exact Test dengan tingkat kepercayaan 95% (α =

0,05) dan df = 1 diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,05), ada hubungan dukungan tenaga

kesehatan dan df = 2 diperoleh x2 hitung (8,450) > n tabel x2 (5,991).

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Asyma pada tahun 2019 dengan judul

Fakto- faktor yang berhubungan terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

pada ibu bersalin di rumah sakit TNI AL jala ammari tahun 2019 Penelitian ini

menggunakan metode penelitian analitik dengan melakukan pendekatan Cross Sectional

Study dengan cara menggunakan data primer yaitu data di ambil langsung dengan

membagikan kuesioner kepada reponden yang telah bersalin di Rumah Sakit TNI AL

Jala Ammari untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan dukungan

keluarga terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu bersalin di Rumah

Sakit TNI AL Jala Ammari dengan jumlah populasi sebanyak 31 orang dan jumlah

sampel sebanyak 31 orang dengan menggunakan teknik total sampling. Dari hasil uji

statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh untuk variabel pengetahuan ibu

nilai p = 0,004 < α = 0,05 artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu bersalin di Rumah Sakit TNI AL Jala

Ammari Tahun 2019 dan untuk variabel dukungan keluarga p = 1,000 > α = 0,05 artinya

tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu

dini (IMD) pada ibu bersalin di Rumah Sakit TNI AL Jala Ammari Tahun 2019.

Kesimpulan yang di dapat dari dua variabel yaitu pengetahuan ibu dan dukungan

keluarga adalah bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan

inisiasi menyusuvdini (IMD) dan ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu bersalin di Rumah Sakit TNI AL Jala

Ammari Tahun 2019.


56
Berdasarkan hasil survey yang di lakukan pada tanggal 03 Juli 2023 pada 5 orang

ibu post partum yang ada di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan, didapatkan 3

orang ibu post partum tidak mengetahui tentang IMD dan tidak mendukung atau

menolak untuk melakukan IMD, sedangkan 2 orang megatakan tidak melakukan IMD

karena tidak adanya dukungan dari keluarga. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang berhubungan

dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Rumah Sakit Imelda Pekerja

Indonesia Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu

Apakah ada hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Pelaksanaan

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan

Tahun 2023.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan Khusus pada penelitian ini sebagai berikut

a. Untuk mengkaji distribusi frekuensi Pelaksanaan IMD, pengetahuan ibu,

sikap ibu dan dukungan keluarga tentang IMD di Rumah Sakit Imelda

Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023.

b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun

2023.

c. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD) di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2023.
57
d. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan Pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia

Medan Tahun 2023.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi semua tenaga

kesehatan khususnya bidan di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia.

1.4.2 Universitas Imelda Medan

Dapat dijadikan sebagai bahan Referensi dan sebagai bahan acuan bagi peneliti

khususnya pada Program Studi S1 Kebidanan Universitas Imelda Medan.

1.4.3 Ibu Postpartum

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk pencegahan dan penanganan

masalah menyusui yang ditimbulkan dari tidak dilakukannya inisiasi menyusui

dini (IMD).

1.4.4 Peneliti Selanjutnya

Sebagai wahana dalam mengaplikasikan ilmu kebidanan dalam penanganan

masalah inisiasi menyusui dini dan merupakan pengalaman berharga serta

menambah wawasan peneliti tentang manfaat Inisiasi menyusu dini.

1.5 Penelitian Terkait Tabel

Tabel Penelitian Terkait

N Nama Judul Metode Variabel Hasil

o Peneliti Penelitian

1. Fransi Faktor- Survey Pengetah Hasil penelitian

ska Faktor yang deskriptif uan dengan menggunakan

Debat Berhubung kuantitatif Dukunga uji chi-square dengan

araja an dengan dengan n suami tingkat kepercayaan

Praktek menggunaka Dukunga 95% (α = 0,05)


58
Inisiasi n cross n tenaga menunjukkan bahwa

Menyusu sectional kesehatan tidak ada hubungan

Dini di Jenis antara jenis tenaga

Puskesmas persalina kerja dengan hasil

Butar n Fisher's Exact Test

Kecamatan dengan tingkat

Pagaran kepercayaan 95% dan

Kabupaten df = 1 diperoleh x2

Tapanuli hitung (0,597) < x2

Utara tabel. (3,841), ada

Tahun 2020 hubungan

pengetahuan df = 2,

diperoleh x2 hitung

(10,425) > x2 tabel

5,991, ada hubungan

dukungan suami.

Fisher's Exact Test

dengan tingkat

kepercayaan 95% (α =

0,05) dan df = 1

diperoleh nilai p =

0,000 (p < 0,05), ada

hubungan dukungan

tenaga kesehatan dan

df = 2 diperoleh x2

hitung (8,450) > n

tabel x2 (5,991).

2 Asym Faktor– Survey Pengetah Dari hasil uji statistik


59
a Faktor Analitik uan ibu dengan menggunakan

Yang dengan Dukunga uji Chi-Square

Berhubung pendekatan n diperoleh untuk

an Cross keluarga variabel pengetahuan

Terhadap section al ibu nilai p = 0,004 < α

Pelaksanaa = 0,05 artinya ada

n Inisiasi hubungan antara

Menyusu pengetahuan ibu

Dini pada terhadap pelaksanaan

ibu inisiasi menyusu dini

bersalin di (IMD) pada ibu

Rumah bersalin di Rumah

Sakit Sakit TNI AL Jala

TNI Ammari Tahun 2019

AL dan untuk variabel

jala dukungan keluarga p =

ammar 1,000 > α = 0,05

i artinya tidak ada

hubungan antara

dukungan keluarga

terhadap pelaksanaan

inisiasi menyusu dini

(IMD) pada ibu

bersalin di Rumah

Sakit TNI AL Jala

Ammari Tahun 2019.

Kesimpulan yang di

dapat dari dua variabel


60
yaitu pengetahuan ibu

dan dukungan

keluarga adalah bahwa

ada hubungan antara

pengetahuan ibu

terhadap pelaksanaan

inisiasi menyusuvdini

(IMD) dan ada

hubungan antara

dukungan keluarga

terhadap pelaksanaan

inisiasi menyusu dini

(IMD) pada ibu

bersalin di Rumah

Sakit TNI AL Jala

Ammari Tahun 2019.

3 Liza Faktor- Penelitian Hasil penelitian

nathal faktor yang ini menunjukkan bahwa

ia berhubunga menggunak pengetahuan ibu tidak

mano n dengan an berhubungan secara

po inisiasi pendekatan bermakna dengan

menyusu kuantitatif Inisiasi Menyusu Dini

dini di metode (IMD) (p=0,283),

wilayah observasion dukungan suami

kerja al analitik berhubungan secara

puskesmas dengan bermakna dengan

kakaskasen rancangan Inisiasi Menyusu Dini


61
kecamatan studi cross- (IMD) (p=0,031),

tomohon sectional dukungan petugas

utara kesehatan

berhubungan secara

bermakna dengan

Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) (p=0,003) dan

sikap ibu berhubungan

secara bermakna

dengan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD)

(p=0,027), di Wilayah

Kerja Puskesmas

Kakaskasen

Kecamatan Tomohon

Utara. Hasil analisis

multivariat

menunjukkan bahwa

sikap merupakan

faktor yang paling

dominan berhubungan

dengan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD)

(nilai Exp B=13.108).

4 Wiend Faktor- Peneliti Pengetah Hasil penelitian yang

ra faktor yang an ini uan ibu menunjukan bahwa

nicode berhubunga mengg Motivasi pengetahuan ibu

mus n dengan unakan dengan IMD Memiliki


62
manon inisiasi pendek ibu nilai p = 0,001 < dari

gga menyusu atan Dukunga nilai α = 0,05,

dini di kuantit n motivasi ibu dengan

wilayah atif keluarga IMD memiliki nilai p

kepulauan metode Dukunga = 0,040 < dari nilai α

Observ n = 0,05, dukungan

asional petugas keluarga dengan IMD

analitik kesehata memiliki nilai p =

dengan n 0,938 > dari nilai α =

rancan 0,05, dukungan

gan petugas kesehatan

studi dengan IMD memiliki

cross nilai p

section = 0,000 < dari nilai α

al. = 0,05. Dari semua

variabel dukungan

petugas kesehatan

yang paling dominan.

5. Afi Faktor- dengan Pendidik Pada analisis bivariat

Lutfiy faktor yang menggunaka an ibu tidak terdapat

ati berhubunga n desain Pekerjaa hubungan yang

n dengan cross n ibu bermakna secara

inisiasi sectional Tempat statistik dan klinis

menyusu dengan melahirk antara pendidikan ibu

dini (IMD) SPSS an dengan inisiasi

di menggunaka Penolon menyusu dini

kabupaten n uji Chi- g p=0,882; ATAU=0,9;

bantul square. persalina 95% CI=0.44 hingga


63
n 2.03, pekerjaan ibu

Dukunga p=0.463 : OR=1.3 :

n 95% CI=0.65 hingga

petugas 2.59 , dan penolong

kesehata persalinan p=0.211 :

n OR=4.8 : 95%

CI=3.69 hingga 6.33.

Faktor lain yang

memiliki hubungan

bermakna secara

statistik dan klinis

dengan inisiasi

menyusu dini adalah

tempat melahirkan

p=0,007 OR=16,4;

95% CI=1.78 hingga

150.96 dan dukungan

tenaga kesehatan

p=0.001 : OR=4.4 :

95% CI=2.03 hingga

9.68. Terdapat

hubungan yang

signifikan secara

statistik dan klinis

antara tempat

persalinan dan

dukungan tenaga

kesehatan dengan
64
inisiasi menyusu dini.

Diharapkan penelitian

selanjutnya

melibatkan variabel

dukungan

suami/keluarga

dengan kohort

prospektif untuk

menguji hubungan

antara inisiasi

menyusu dini dengan

pemberian ASI

eksklusif.
65
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Konsep Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

a. Definisi dan Gambaran IMD

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan permulaan menyusu dini yang

dilakukan dengan usaha bayi sendiri segera setelah ia lahir. IMD dapat dilakukan dengan

meletakkan bayi dalam posisi tengkurap pada dada atau perut ibu tanpa terhalang oleh

kain, selama minimal satu jam dimulai segera setelah bayi lahir. Dengan demikian

terjadi kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu (skin-to-skin contact), sehingga

secara alami sang bayi akan mulai aktif merangkak untuk mencari payudara ibu (breast

crawl) dan akan menemukan puting susu lalu segera menyusu. Peristiwa menakjubkan

ini tentu saja memerlukan dukungan dari seluruh anggota keluarga maupun tim

kesehatan yang membantu proses persalinan dengan menciptakan suasana yang tenang,

nyaman bagi ibu serta bayi, dan juga kesabaran bagi keberhasilan bayi menemukan

puting payudara sang ibu.

Inisiasi menyusu dini merupakan suatu prosedur langkah awal yang harus

dilakukan antara ibu dan bayi. Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan cara membiarkan

kulit ibu melekat pada kulit bayi (skin to skin) segera setelah persalinan (Riksani, 2012).

Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia telah diketahui oleh sebagian

besar masyarakat. Program Inisiasi Menyusu Dini telah diatur dalam perundang

undangan dan dilaksanakan serta diimplementasikan di sebagian pelayanan kesehatan di

Indonesia. Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini belum optimal karena faktor
66
internal ibu dan bayi serta faktor eksternal yaitu dukungan suami dan keluarga serta

peran tenaga kesehatan.(Fitriani, 2020)

b. Manfaat inisiasi Menyusu Dini

IMD sangat penting untuk meningkatkan angka keberhasilan ASI eksklusif yang

nantinya akan menekan angka kematian bayi pada usia kurang dari 28 hari (neonatal).

Manfaat IMD bagi ibu untuk memberikan rasa tenang, memicu produksi hormon

oksitosin, menekan risiko perdarahan, dan sebagai jalinan kasih sayang dengan sang

anak. Sedangkan bagi bayi manfaatnya untuk menekan angka kematian bayi, sebagai

sistem kekebalan tubuh pertama kali, dan sebagai penghangat di awal kelahiran. Angka

persentase IMD di Indonesia masih tergolong rendah, walaupun angka cenderung

meningkat, dan juga angka kematian bayi masih tinggi akibat infeksi yang mengarah

kepada rendahnya angka IMD itu sendiri. (Muhammad Jundi Nasrullah, 2021)

Manfaat Inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi menurut (Aprillia et al., 2010)

antara lain:

1. Manfaat bagi ibu

a) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang Jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi lebih

baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam pertama

b) Sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran

hormon oksitosin

c) Membantu kontraksi rahim, mengurangi resiko perdarahan, dan mempercepat

pelepasan plasenta

2. Manfaat bagi bayi

a) Menurunkan angka kematian bayi karena hipotermia

b) Menghangatkan bayi melalui dada ibu dengan suhu yang tepat

c) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk

pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi


67

c. Proses Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Khasanah (2011), ada 9 proses IMD adalah sebagai berikut:

1) Ibu disarankan untuk mengurangi atau tidak menggunakan obat yang berbahan

kimiawi. Jika ibu menggunakan obat yang berbahan kimiawi terlalu banyak,

dikhawatirkan akan mencemari ASI kepada bayi yang akan menyusu dalam

proses IMD.

2) Para petugas kesehatan yang membantu ibu dalam menjalani proses melahirkan

akan memerlukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya dan

menjelaskan terlebih dahulu kepada ibu dan suami atau keluarga sebelum proses

persalinan tentang apa yang harus dilakukan.

3) Suami atau keluarga harus mendampingi ibu sampai proses IMD selesai, tidak

hanya mendampingi saat proses persalinan saja. Dengan mengajak suami atau

keluanrga membantu ibu secara aktif melakukan IMD dan meningkatkan rasa

percaya diri ibu.

4) Setelah lahir, bayi tidak perlu dimandikan dan ditimbang dahulu. Bayi

secepatnya dikeringkan seperlunya terutama kepala. Kecuali tangannya tanpa

menghilangkan Vernix (kulit putih) pada mulut dan hidung bayi dibersihkan

karena Vernix membuat nyaman kulit bayi serta tali pusat diikat.

5) Bayi ditengkurangkap didada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada

kulitnya, dan mata bayi setinggi puting payudara. Dan jika perlu ibu dan bayinya

diselimuti.

6) Bayi yang ditengkurangkap di dada atau perut ibu untuk mencari sendiri puting

payudara ibunya. Bayi tidak dipaksakan untuk mendapatkan puting payudara

karena pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting

payudara ibunya. Dalam hal ini, sebaiknya ibu menyentuh bayinya untuk

merangsang bayi.
68
7) Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting payudara ibunya, ibu perlu dukungan

dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusui. Posisi ibu yang

berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa saja yang dilakukan

oleh bayi. Sebaiknya dirambahkan bantal yang cukup tinggi dibagian kepala ibu.

8) Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu

setidaknya selama 1 jam, bisa menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, dan tetap

biarkan kulit ibu dan bayi bersentuhan sampai setidak nya 1 jam. Jika dalam 1

jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan bayi ke puting,

tetapi jagan memasukkan puting ke mulut bayi. Beri waktu 30 menit atau 1 jam

lagi kepada bayi untuk mencari puting payudara ibunya. Setelah selesai

menyusu awal, bayi baru di pisahkan untuk dimandikan, ditimbang, diukur,

diberi vitamin K, dan tetes mata.

9) Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat gabung memungkinkan

ibu menyusui bayinya kapan saja bayi menginginkanya karena kegiatan

menyusu tidak boleh dijadwal. Dan rawat gabung juga meningkatkan ikatan

batin antar ibu dan bayinya.

d. Tahapan Inisiasoi Memyusu Dini

Menurut Khasanah (2011), ada 8 tahapan IMD yaitu:

1) Tahap Pertama

30 menit pertama masa IMD merupakan tahap istirahat bayi di perut atau

dada ibunya karena segerah setelah lahir, dia belum siap untuk minum. Setelah

di letakkan di dada ibunya, biasanya bayi haya akan diam selama 20-30 menit,

dan ternyata hal ini terjadi karena bayi sedang menetralisir keadaannya setelah

troma melahirkan.

2) Tahap Kedua

Pada tahap kedua, bayi akan mengeluarkan suara, gerakan mengisap, dan

memasukan tangan ke mulutnya. Gerakan tersebut merupakan upaya bayi untuk

mengenali arah atau sumber puting berdasarkan indera penciumnya. Bayi akan
69
menjilati punggung tangannya karena bau ketuban yang masih terdapat

ditangannya sama dengan bahu pada payudara ibunya sehingga bayi akan

bergerak ke arah bau tersebut.

3) Tahap Ketiga

Ketika bayi dalam tahap ketiga, maka sebelum bayi mulai merangkak ke

arah dada ibu, bayi akan mengeluarkan air liur terlebih dahulu. Hal tersebut

tandanya bahwa bayi sudah mengenali bau puting ibunya, dan artinya makanan

yang diinginkan olehnya sudah dekat.

4) Tahap Keempat

Setelah mengetahui dari mana arah makanannya berasal, bayi pun akan

mulai bergerak merangkak, dan kakinya akan menekan perut ibu untuk bergerak

ke arah payudara. Gerakan ini bukanlah gerakan tanpa makna karena kaki bayi

pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya diatas rahim. Gerakan tersebut

bertujuan menghentikan pendarahan ibu. Dan lama proses ini tergantung pada

bayi.

5) Tahap Kelima

Pada tahap kelima, gerakan bayi adalah menjilat-jilat kulit ibu,

menghentak kepala ke dada ibu, menemukan puting, menyentuh dengan

tangannya, kemudian mengulum puting payudara tersebut. Ketika bayi menjilat

kulit ibu,secara tidak langsung bayi akan memasukkan bakteri-bakteri yang

bermanfaat untuk ususnya, dan ketika bayi menghentakkan kepala ke dada

ibunya bayi akan melakukan pijatan yang akan melancarkan pengeluaran ASI

dari payudara ibunya.

6) Tahap Keenam

Bayi akan barusaha bergerak kepayudara, kakinya akan menendang-

nendang perut ibu sehingga membantu memperlancar pengeluaran plasenta dari

dalam rahim.

7) Tahap Ketujuh
70
Bayi mulai mengecap-ngecap bibir, lalu mengecap, dan menjilati

permukaan kulit ibunya sebelum akhirnya berhasil menghisap puting ibunya

atau Areola. Hal ini adalah cara alami yang dilakukannya dalam mengumpulkan

bakteri-bakteri baik yang bayi perlikan untuk membangun sistem kekebalan

tubuhnya.

8) Tahap Kedelapan

Terakhir, IMD membantu bayi menjaga kemampuan survival (bertahan

hidup) alaminya. Jika kita tidak memberikan kesempatan pada bayi yang baru

lahir untuk melakukan IMD maka kita sebenarnya menghilangkan kemampuan

bayi untuk bisa bertahan hidup alami pada satu generasi.

e. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu

dengan kulit bayi (Roesli, 2012)

1) Bayi Kedinginan

Proses inisiasi menyusu dini wajib segera diterapkan pada saat setelah

kelahiran tanpa didahului dengan proses m enimbang, mengukur dan

membersihkan bayi. Proses harus berlangsung dengan skin to skin antara kulit

ibu dengan bayinya, karena bayi yang baru lahir akan mengalami perubahan

biologis di hari pertama kelahiran akan tetapi kesehatannya tergantung

perawatan yang diberikan dan diterima. Kulit seorang ibu yang melakukan

persalinan digunakan sebagai incubator sebab lebih hangat daripada kulit ibu

yang tidak mengalami persalinan. Dengan begitu dapat otomatis mempengaruhi

suhu bayi yang baru, sebab bayi yang baru lahir rentan kehilangan panas.

Sehingga proses inisiasi menyusu dini wajib segera dilakukan untuk mencegah

bayi yang baru saya lahir mengalami hipotermi. (Sitepu & Simanungkalit, 2019)

Bayi berada dalam suhu aman jika melakukan kontak kulit dengan sang

ibu, suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi

diletakkan di dada ibu.Berdasarkan hasil penelitian Niels Bergman (2005) dalam


71
Roesli 2012, ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1°C

lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang

diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi

kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi.

2) Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah

lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini

membantu menenangkan ibu.

3) Tenaga kesehatan kurang tersedia

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya.

Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu, libatkan ayah atau keluarga

terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

4) Kamar bersalin atau kamar operasi

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau

kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya

mencapai payudara dan menyusu dini.

5) Ibu harus dijahit

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, yang

dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore harus

segera diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy

Breastfeeding Medicine (2007) dalam Roesli (2012), tindakan pencegahan ini

dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa

membahayakan bayi.

7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas pada

bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit
72
bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir, penimbangan dan

pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

8) Bayi kurang siaga

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya bayi sangat siaga (alert), setelah itu

bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup

ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih

untuk bonding.

9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga

diperlukan cairan lain (cairan prelaktal)

Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi

dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

10) Kolostrum tidak baik bahkan berbahaya untuk bayi

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai

imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum

melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. Pelaksanaan

inisiasi menyusi dini berpengaruh terhadap onset pengeluaran kolostrum. Lama

inisiasi menyusui dini berpengaruh terhadap onset pengeluaran kolostrum. Bidan

sebagai ujung tombak kesehatan ibu dan anak meningkatkan sosialisasi

pentingnya inisiasi menyusu dini sejak periode kehamilan. (Masruroh, 2019)

f. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGs

Menurut (Roesli, 2012) Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan

Millenium Development Goals (MDGs). Berikut ini tujuan Millenium Development

Goals (MDGs).

1. Membantu mengurangi kemiskinan

Inisiasi menyusu dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif

enam bulan dan lama menyusui. Jika seluruh bayi yang lahir di indonesia dalam

setahun disusui secara eksklusif enam bulan, berarti:


73
a. Harga rata-rata satu kaleng susu formula Rp 150.000,00 (tahun 2023)

b. Jumlah bayi lahir di Indonesia 4,8 juta per tahun

c. Biaya pembelian susu formula selama enam bulan untuk bayi ini: 4,8 juta x

48 kaleng x Rp 150.000,00 = Rp 34,560 triliun

d. Setiap bayi memerlukan sekitar Rp 5,8 juta dalam enam bulan. Biaya ini

lebih dari 100% pendapatan buruh yang hanya Rp 1.000.000 per bulan.

2. Membantu mengurangi kelaparan

Bagi anak usia dua tahun, sebanyak 500 cc ASI ibunya mampu

memenuhi kebutuhan kalori 31%, protein 38%, vitamin A 45%, dan vitamin C

95%. ASI masih memenuhi kebutuhan kalori 70% untuk bayi 6-8 bulan, 55%

untuk bayi 9- 11 bulan, dan 40% untuk bayi 12-23 bulan. Keadaan ini akan

secara bermakna memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua

tahun.Dengan kata lain, pemberian ASI membantu mengurangi angka kejadian

kurang gizi dan pertumbuhan yang terhenti yang umumnya terjadi pada usia ini.

Bayi yang berkesempatan melakukan inisiasi menyusu dini, persentase

masih menyusunya bayi usia enam bulan adalah 59% dan bayi usia 12 bulan

adalah 38%. pada bayi yang tidak diberi kesempatan inisiasi menyusu dini,

persentase yang masih menyusunya hanya 19% untuk bayi usia enam bulan dan

8% untuk bayi usia 12 bulan. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini akan

delapan kali lebih berhasil dalam menyusu eksklusif. Berarti bayi yang diberi

kesempatan inisiasi menyusu dini akan lebih mungkin disusui sampai usia 2

tahun bahkan lebih

3. Membantu mengurangi Angka Kematian Anak Balita

Sekitar 40% kematian balita terjadi pada usia bayi baru lahir (dibawah

satu bulan).

a. Menurut The world Health Report 2005 dalam Roesli 2012, angka kematian

bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup.


74
b. Jika angka kelahiran hidup di Indonesia sekitar 5 juta per tahun dan angka

kematian bayi adalah 20 per 1.000 kelahiran hidup, berarti sama halnya

dengan:

1) Setiap hari 246 bayi meninggal.

2) Seolah satu pesawat jumbo jet penuh berisi bayi di Indonesia setiap hari

jatuh.

3) Setiap satu jam, 10 bayi Indonesia meninggal.

4) Jadi, setiap enam menit, satu bayi Indonesia meninggal.

5) Menurut The World Health Report 2005 dalam Roesli 2012, angka

kematian balita Indonesia adalah 46 per 1.000 kelahiran hidup. Indonesia

jatuh setiap hari.

Berdasarkan penelitian WHO (2000) dalam Roesli (2012) di enam negara

berkembang risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika

bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka

kematian ini meningkat menjadi 480%.

Berikut ini peran inisiasi menyusu dini:

1. Sekitar 40% kematian balita terjadi pada satu bulan pertama kehidupan bayi.

Inisiasi Menyusu dini dapat mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti

inisiasi menyusu dini mengurangi angka kematian balita 8,8%.

2. Inisiasi menyusu dini meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan

lama menyusu sampai dua tahun. Dengan demikian, dapat menurunkan

kematian anak secara menyeluruh.

Persentase kematian balita dapat dicegah dengan intervensi. Berikut ini

intervensi yang dapat dilakukan.

1. Inisiasi menyusu dini


75
Memberikan kesempatan kepada bayi untuk menyusu sendiri. Dengan

mengadakan kontak kulit dengan ibu setidaknya satu jam akan menurunkan

kematian bayi baru lahir sebanyak 22%. Berarti 8.8% menurunkan angka

kematian balita.

2. Menyusui eksklusif enam bulan

Menyusui eksklusif enam bulan dan tetap diberi ASI sampai 11 bulan saja

dengan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan menurunkan

kematian balita sebanyak 13%.

Tidak ada hubungan antara pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan

kelancaran produksi ASI pada ibu menyusui. Karena faktor kelancaran ASI

bukan hanya inisiasi menyusu dini, tapi frekuensi menyusui, kondisi ibu

harus rileks, nutrisi ibu, pemberian susu formula, dan perawatan payudara

mempengaruhi kelancaran ASI.Semakin sering bayi menghisap payudara ibu

maka makin banyak ASI yang diproduksi Oleh karena itu, peran tenaga

kesehatan dalam membantu suksesnya pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

dan sosialisasi tentang ASI dapat meningkatkan keberhasilan menyusu

eksklusif, produksi ASI selalu lancar dan keberhasilan lamanya menyusu

sampai dua tahun. (Hety & Susanti, 2021)

3. Makanan pendamping ASI ( MP-ASI)

Makanan pendamping ASI dari makanan keluarga dengan gizi seimbang

dapat menurunkan kematian balita sebanyak 6%. Berarti dengan IMD, ASI

eksklusif enam bulan, diteruskan pemberian ASI sampai 11 bulan dan MP-

ASI menyelamatkan setidaknya 2,8% kematian balita Indonesia.

g. Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini

Pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah dan fasilitasi IMD belum

optimal. Analisis kebijakan menunjukkan bahwa kebijakan mengenai ASI eksklusif

belum lengkap dan belum komprehensif. Juga ditemukan bahwa IMD belum secara

eksplisit dimasukkan dalam kebijakan. Analisis kerangka kerja koalisi advokasi


76
mengkonfirmasi lemahnya aspek sistem eksternal dan subsistem kebijakan dalam

penyusunan kebijakan ASI eksklusif. Peraturan-peraturan yang dibahas dalam

analisis ini masih terlepas dari konteksnya baik konteks individu, keluarga,

masyarakat, maupun institusi. Dari segi proses, penyusunan kebijakan terlihat

kurang transparan, lambat dan kurang partisipatoris. Belum ada pemetaan pemeran

(aktor) yang jelas terutama pengaturan kewenangan dan tanggung jawab yang

bersifat lintas sektoral dan lintas level. (Fikawati et al., 2010)

Kegagalan inisiasi menyusu dini dapat berpengaruh pada produksi ASI ibu

karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi ASI akan dilepaskan jika

dirangsang dengan isapan bayi pada puting ibu saat menyusui. Sementara itu bayi

tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga meningkatkan imunitas tubuhnya.

Apabila tidak terjadi keseimbangan antara Produksi ASI dengan kebutuhan ASI

yang diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI eksklusif 6

bulan pada bayi. Jika seorang ibu menemui kesulitan dalam menyusui maka ibu

tersebut dapat meminta bantuan pada seorang wanita yang dia percayai.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

A. Pengetahuan

1. Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Wibowo (2014) pengetahuan timbul karena adanya sifat ingin

tahu yang merupakan salah satu sifat yang pada umumnya dimiliki oleh

semua orang. Tahu akan sesuatu diartikan bahwa memiliki pengetahuan dan

pengetahuan identik dengan keputusan yang dibuat oleh seeorang terhadap

sesuatu. Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri

sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun lingkupan

(Kholid, 2012).

Ibu yang tidak mendapatkan informasi tentang IMD akan berpendapat

bahwa bayi baru lahir tidak mungkin dapat menyusui sendiri. Ibu berfikir

untuk mendapatkan ASI yang pertama kalinya, ibu harus membantu bayi
77
dengan memasukan (Roesli, 2008). Pengetahuan merupakan faktor utama

terlaksananya IMD dengan benar. Dengan memiki pengetahuan yang

adekuat tentang IMD maka ibu akan memiliki tambahan kepercayaan diri

dalam menyusu bayinya sehingga bayi akan mendapatkan perawatan yang

optimal. Apabila pengetahuan yang dimiliki ibu tidak adekuat maka ibu

akan kurang percaya diri dalam menyusu bayinya sehungga bayi tersebut

kehilangan sumber makanan yang vital bagi pertumbuhan dan

perkembangannya. Kebanyakan ibu tidak mengetahui bahwa membiarkan

bayi menyusu sendiri segera setelah kelahiran atau yang biasa disebut

proses IMD sangat bermanfaat (Khasanah, 2011).

Pengetahuan mengenai IMD adalah pengetahuan yang merupakan hasil

dari proses pengumpulan informasi yang di dapat dari pengalaman langsung

maupun orang lain. Informasi ini dapat berupa pengetahuan tentang

pengertian, tujuan, alasan, manfaat, serta tatalaksana IMD. Pengetahuan

mengenali IMD diyakini sebagai salah satu faktor yang penting untuk

meningkatkan kemungkinan pelaksanan IMD. Untuk meningkatkan

pengetahuan ini diperlikan paparan informasi mengenai IMD yang adekuat.

Oleh karena itu, pemberian informasi mengenai IMD pada ibu perlu

dilakukan agar ibu dapat memahami pentingnya IMD dan membantu ibu

dalam melakukan IMD (Hidayat K.A, 2012).

Pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini sangat minim dan

kebanyakan ibu yang melakukan inisiasi menyusu dini tidak mengerti

mengapa seseorang harus melakukan inisiasi menyusu dini. Hal ini

dikarenakan inisiasi menyusu dini sebagai bagian dari manajemen laktasi

belum banyak diketahui masyarakat sehingga keberhasilan praktik inisiasi

Menyusu dini tidak optimal. (Listiana et al., 2020)

Kurangnya pengetahuan ibu tentu akan mempengaruhi tindakan ibu untuk

memberikan Inisiasi Menyusu Dini. Hal ini terjadi karena semakin tinggi
78
pengetahuan akan semakin mudah juga untuk memberikan informasi dan

mengarahkan ibu untuk memberikan IMD. (Adam et al., 2016) Pengetahuan

ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebagian besar dikategorikan

masih kurang khususnya aspek manfaat dan kandungan ASI. Oleh karena

itu,diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman ibu dan keluarga tentang pentingnya IMD melalui penyuluhan

dan konseling laktasi ibu (Kurnia, 2019)

2. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Arikunto (2014), Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam

pengetahuan yang ingin di ukur dan disesuikan dengan tingkatanya.

pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76- 100% dari

seluruh pertanyaan;

b. Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56- 75% dari

seluruh pertanyaan;

Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar 40-50% dari seluruh

pertanyaan

B. Sikap

1. Sikap Ibu Terhadap Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak. Azwar (1995)

menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap

meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari situasi,

benda, orang, kelompok, dak kebijakan sosial (Kholid,2012).


79
Pengetahuan dan sikap ibu terhadap IMD akan membentuk tindakan yang

akan dilakukan ibu tersebut. Jika ibu yang telah memperoleh informasi dan

telah mengetahui manfaat IMD tidak akan menolak jika bayinya jika di

lakukan IMD, namun sebaliknya jika ibu belum pernah memperoleh

informasi sebelumnya baik pada saat ANC maupun pada saat akan

melahirkan kadang-kadang ibu tersebut akan menolak jika bayinya

dilakukan IMD (Hidayat K.A, 2012)

2. Pengukuran Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah juga responden tertutup terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik,

dan sebagainya). Dibuku Notoadmodjo (2014) mendefinisikan bahwa

sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons

stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,

perhatian dan gejala kejiwaan yang lain. (Notoadmodjo, 2014)

b. Tingkatan

Seperti halnya pengetahuan, menurut Notoadmodjo (2005), sikap

juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai

berikut:

1) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa seseorang atau

subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).


80
2) Menanggapi (responding) Menanggapi disini diartikan memberikan

jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi.

3) Menghargai (valuing). Mengahargai diartikan subjek, atau seorang

memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam

arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau mengajukan orang lain meresponden.

4) Bertanggung jawab (responsible). Sikap yang paling tinggi

tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah

diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinannya.

c. Pembentukan

Menurut Mairaty (2011), ada beberapa cara untuk membentuk

atau mengubah sikap individu yaitu:

1) Adopsi Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap

melalui keadilan yang terjadi berulang kali dan terus-menerus

sehingga lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap

oleh individu, dan akan mempengaruhi pembentukan serta

perubahan sikap individu.

2) Differensiasi Adalah suatu cara pembentukan dan penambahan

sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman,

inteligensi dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, hal-hal tadinya

dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari

jenisnya sehingga pembentukan sikap tersendiri.

3) Integrasi Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang

terjadi secara tahap, diawali dari bermacam-macam pengetahuan

dan pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu


81
sehingga pada akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek

tersebut.

4) Trauma Adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap

kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan

kesan mendalam dalam diri individu terhadap kejadian sejenis.

Menurut Mairaty (2011), faktor yang mempengaruhi

pembentukan dan pengubahan sikap diantaranya :

(1) Faktor Internal. Faktor yang berasal dari dalam individu. Dalam

hal ini individu menerima, pengolah, dan memilih segala

sesuatu yang dating dari luar, serta menemukan mana yang

diterima.

(2) Faktor Eksternal Faktor ini berasal dari luar individu, berupa

stimulus untuk membentuk mengubah sikap, stimulus tersebut

dapat bersifat langsung dan dapat juga bersifat tidak langsung.

d. Pengukuran

Pengukuran sikap menggunakan skala Lickert merupakan skala

pengukuran dengan memberikan pendapat tentang pernyataan-

pernyataan dengan memberikan penilaian sebagai berikut:

Tabel 2.1

Nilai Pada Skala Lickert

No Pertanyaan Nilai Pertanyaan

1 Sangat Setujuh 4

2 Setujuh 3

3 Netral 2

4 Tidak Setujuh 1

5 Sangat Tidak setujuh 0


82
Kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

0. Sikap Negatif, Jika meen ≤ 35

1. Sikap Positif, jika mean >35,

(Natoatmodjo, 2014)

C. Dukungan

1. Dukungan Keluarga Terhadap Pelaksanaan IMD

Menurut Ely dkk (2008) dukungan merupakan informasi dari orang lain

bahwa dia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri, serta merupakan

bagian dari komunitas dan kewajiban bersama. Dapat juga di artikan sebagai

informasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tungkah

laku yang di berikan oleh orang-orang yang akrab didalam lingkungan

sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberi

keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya

(Indriyani & Asmuji, 2014).

Keluarga menurut Bailon dan Maglaya yang di kutip oleh Nasrul Efendi

(1998), keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena

hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka

hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama yang lain, dan di

dalam peranya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan (Indriyani & Asmuji, 2014).

Dukungan keluarga yang penting adalah suami atau yang di kenal dengan

Supporting Father. Dukungan suami berperan dalam keberhasilan ibu

menyusudini terutama dengan kehadiran dan memberikan dukungan kepada


83
saat melahirkan dan membangun percaya diri ibu agar mau dan mampu

menyusui(Roesli,2012).

Dukungan keluarga dan suami sangat berperan dalam pelaksanaan IMD

dukungan memberikan sesuatu kesan bahwa dia dicintai dan diperhatikan,

memiliki harga diri dan dihargai sehingga dengan sendirinya akan

mempengaruh terhadap emosional . ibu lebih tenang,nyman dan percaya diri

dalam melakukan proses IMD pada bayi (Roesli,2012)

2. Bentuk Dukungan

Bentuk Dukungan Menurut Taylor membagi dukungan sosial kedalam 5

bagian di antaranya sebagai berikut bentuk, yaitu sebagai berikut:

a) Dukungan Instrumental

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung, seperti pinjaman uang, pemberian

barang, makan, serta pelayanan.betuk dukungan ini dapat mengurangi

stres karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang

berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental sangat diperlukan

terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah.

b) Dukungan Informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau

umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi

seperti ini dapat menolong individu mengenali dan mengatasi masalah

dengan lebih mudah.

c) Dukungan Emosional

Bentuk dukungan seperti ini dapat membuat individu memiliki perasaan

nyaman, yakin, dipedulikan, dan di cintai oleh sumber dukungan sosial

sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.

Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadan yang dianggap

tidak dapat di kontrol.


84
d) Dukungan Pada Harga Diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif dari individu,

pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan

yang positif pada individu lain. Bentuk dukungan ini membantu

individu dalam membangun harga diri dan kopetensi.

e) Dukungan Dari Kelompok Sosial

Bentuk dukungan ini akan membantu individu merasa anggota dari

suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial

denganya. Dengan begitu, individu akan merasa memiliki teman

senasib( Indriyani & Asmuji, 2014)

3. Pengukuran Dukungan Keluarga

Untuk mengukur dukungan Keluarga dengan Pertanyaan sebanyak 5

Pertanyaan dengan ketentuan mendukung Ya dan tidak mendukung tidak.

Kemudian dikateghorika menjadi

0 Tidak Mendukung, jika nilai ≤ 9

1 Mendukung, Jika nilai median >10

(nasir 2011)
85

2.2 Kerangka Konsep

Atas dasar kajian kepustakaan tentang faktor-faktor yang berhubungan pelaksanaan

Inisiasi Menyusu Dini maka ditunjukkan kerangka teori pada skema 2.2 sebagai berikut :

Pengetahuan ibu

Sikap ibu

Dukungan keluarga

Petugas Kesehatan

Motivasi Petugas
86

Ket :

Di Teliti :

Tidak Diteliti :

Sumber : Roesli 2012

Skema2.1 KerangkaTeori

2.3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teori-

teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu, kerangka konsep ini terdiri dari

variabel-variabelserta hubungan variabel yang satu dengan yang lain. Dengan adanya

kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganalisis penelitian

(Notoatmodjo,2014)

Variabel Independent Variabel Dependent


87

Skema 2.2 Kerangka Konsep

2.4 Hipotesis

Ada hubungan faktor – faktor Pengetahuan, Sikap dan Dukunagan Keluarga

tentang IMD dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyus Dini (IMD)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yaitu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
88
subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap suatu

karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2014).

3.2 Tempat Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan jln.

Bilal No.24 Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan bulan Juli 2023 – September 2023

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Machfoedz, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di

Wilayah Kerja Rumah Sakit Imelda Medan dari bulan januari s/d Juni 2023 di

Wilayah Kerja Rumah Sakit Imelda Medan yaitu berjumlah 627 responden.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2014) Kriteria sampel meliputi

kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat

atau tidaknya sampel digunakan.

1) Kreteria Inklusi

Adapun kriteria dari penelitian ini adalah

a. Semua ibu bersalin

b. Ibu bersedia menjadi responden

2) Kreteria Ekslusi

Adapun kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah


89
a. Tidak bersedia menjadi responden

b. Ibu yang memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan

IMD.

3.3.3 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dengan penggunaan rumus Isac & Michael

yaitu:

S = Za2.N.p.q

d2(N-1)+Za2..p.q

Keterangan:

N = Jumlah populasi

Z = Standar deviasi untuk 1,96 dengan tingkat kepercayaan 95%

p = Proporsi target populasi 44,9 % (0,449)

q = 1 – p = 1- 0,49 = 0,551

d = Derajat ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 10%

n = Jumlah sampel

Diketahui populasi (N) = 627 ibu, maka:

n = (1.96)2 . 627 . 0,449 . 0,551

(0,1)2 . (627 -1)+(1.96)2 . 0,449 . 0,551

= 595.6

7.21
90
= 82.6

n = 83 sampel

Berdasarkan perhitungan diatas, dari jumlah populasi sebesar 627 ibu, jumlah

sampel yang diambil sebanyak 83 sampel.

3.4 Teknik Penarikan Sampel

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, maka

menggunakan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah menggunakan puposive sampling. Menurut Sugiyono (2015) Purposive

Sampling adalah sebagai berikut adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah karena tidak semua

sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan yang telah penulis lakukan. Oleh karena

itu, penulis memilih teknik purposive sampling dengan menetapkan pertimbangan-

pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel

yang digunakan dalam penelitian ini

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian

atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok

(Hidayat, 2014). Sumber data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer
91
Pengumpulan data primer pada penelitian ini berasal dari wawancara langsung dan

kuesioner dengan subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur

Data primermeliputi pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan keluarga dan

pelaksanaan IMD.

2. Data Skunder

Data sekunder diperoleh dari dari laporan RSU Imelda Medan digunakan untuk

meliputi gambaran umum lokasi penelitian di wilayah kerja RSU Imelda Medan.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Persiapan Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan

adalah persiapan penelitian agar tidak terdapat kendala dalam melaksanakan

penelitian di lapangan, persiapan penelitian meliputi penyusunan alat ukur,

penentuan skor untuk alat ukur serta persiapan administrasi. Namun sebelum

penelitian dilakukan ada hal lain yang harus dilakukan diantaranya adalah :

1) Merumuskan masalah dan menetapkan tema penelitian serta menentukan

tujuan yang akan dicapai.

2) Mencari literatur yang sesuai dengan penelitian setelah masalah dirumuskan,

langkah selanjutnya adalah mencari teori, konsep, generalisasi yang dapat

dijadikan landasan teori. Hal ini diperlukan untuk memperkokoh dasar

penelitian bukan coba-coba.

3) Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.

4) Membuat alat ukur yang dipakai dalam penelitian, alat ukur penelitian ini

berupa angket dengan menggunakan skala Guttman. Pernyataan angket

disesuaikan dengan indikator variabel pada penelitian ini.

5) Menentukan populasi dan sampel penelitian

6) Mengurus surat izin


92
3.6.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan Juli 2023 – September 2023 Hal-hal yang

dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini diantaranya :

1) Mengajukan surat ijin penelitian menyertakan proposal penelitian

2) Mengkonsultasi angket atau kuesioner kepada dosen pembimbing

3) Pengambilan data yang meliputi Data primer meliputi pengetahuan ibu, sikap

ibu, dukungan keluarga dan pelaksanaan IMD yaitu diperoleh melalui

wawancara dengan alat ukur kuesioner. Untuk mengukur sikap Ibu dan

persepsi digunakan skala likert, Untuk mengukur dukungan Keluarga dengan

ketentuan mendukung Ya dan tidak mendukung tidak. Untuk pelaksanaan

IMD dengan pertanyaan berupa melaksanakan IMD Ya dan Tidak

melaksanakan

3.7 Defenisi Oprasional

Definisi Operasional berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran

tentang ide, kata-kata yang digunakan agar orang lain memahami maksudnya sesuai

keinginan penelitian (Nasir,2011).

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

Variabel

Independent

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner Ordinal 0= Kurang,

diketahui ibu tentang jika Nilai : ≤


93
Inisiasiasi Menyusui 75 %

Dini (IMD) yang 1= Baik, jika

meliputi pengertian, Nilai : > 75%

manfaat, proses dan ((Machfoedz,

penghabat. 2013)

2 Sikap Reaksi atau respon Kuesioner Ordinal 0=Sikap

Ibu terhadap Negatif, jika

pemberian Inisiasi mean ≤ 35

Menyusu Dini (IMD) 1=Sikap

apakah ibu Positif, jika >

mendukung atau 35

menolak (Natoatmodjo,

2010)

3 Dukungan Seberapa besar Kuesioner Ordinal 0=Tidak

Keluarga perhatian atau Mendukung, j

kelekatan yang 1=Mendukung,

diberikan oleh (Nasir 2011)

keluarga dalam

pemberian Inisiasi

Menyusu Dini (IMD)

kepada ibu

Variabel

Dependent

1 Pelaksanaan Ada atau tidaknya Kuesioner Ordinal 0= Tidak

Inisiasi pelaksanaan Inisiasi dilakukan IMD

Menyusu Menyusu Dini (IMD) 1=Dilakukan

Dini (IMD) pada ibu d wilayah IMD (Roesli

kerja Puskesmas 2012)

Lubuk Jambi
94

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Pengolahan

Pengolahan data menurut Notoadmojo (2012) dilakukan secara manual

dengan beberapa tahap, langkah yang pertama yaitu:

a. Editing (pemeriksaan data)

Editing merupakan hasil wawancara yang diperoleh atau dikumpulkan

melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Kalau ternyata masih

ada data atau informasi yang tidak lengkap, dan tidak mungkin dilakukan

wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

b. Coding (pengkodean data)

Coding merupakan instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data

secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan

nomor-nomor pernyataan.

c. Entry

Entry adalah mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau

kartu kode sesuai dengan jawaban masing- masing pertanyaan.

d. Cleaning (membersihkan data)

Data yang telah di Entry diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data

tersebut bersih dari kesalahan. Jika data yang sudah dimasukkan ternyata

tidak lengkap, maka sampel dianggap gugur dan diambil sampel baru
95
e. Processing

Data kemudian di proses dengan mengelompokkan data kedalam variabel

yang sesuai.

3.8.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas instrumen adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2013). Teknik korelasi

yang digunakan dalam uji instrument adalah teknik korelasi “Pearson Product

Moment” dengan rumus:

rxy = N(∑ xy) – (∑ x)(∑y)

√(N∑ x2 – (∑x) 2) (N∑y2 - (∑y) 2)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y

x = skor pertanyaan

y = skor total

N = jumlah responden

Xy= nilai dari pertanyaan dikalikan skor total

Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan

tersebut signifikan, maka perlu dilihat r tabel dan r hitung. Dikatakan

valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel dan dikatakan tidak valid

jika r hitung lebih kecil dari r tabel (0,444) dengan tingkat kemaknaan 5%

(Arikunto, 2013).

Pada penelitian ini uji validitas dilakukan di Puskesmas Lubuak

Ambacang kepada 15 orang responden dengan hasil sebagai berikut:


96
1. Pertanyaan Untuk Pengetahuan ibu tentang Inisasi Menyusui Dini

(IMD) pada pengujian dari 15 pertanyaan didapatkan hasil

pertanyaan valid (nilai r hitung < nilai r tabel). Nilai r tabel untuk 15

responden adalah 0,514. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh

semua pertanyaan tersebut diketahui valid (nilai r hitung < nilai r

tabel)

2. Pertanyaan tentang Sikap ibu dari 15 pertanyaan diperoleh semua

pertanyaan valid (nilai r hitung < nilai r tabel). Nilai r tabel untuk 15

responden adalah 0,514. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh

semua pertanyaan tersebut diketahui valid (nilai r hitung < nilai r

tabel)

3. Pertanyaan tentang dukungan keluarga terhadap pelaksanaan inisiasi

menyusui Dinii (IMD) dari 15 pertanyaan diperoleh semua

pertanyaan valid (nilai r hitung < nilai r tabel). Nilai r tabel untuk 15

responden adalah 0,514. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh

semua pertanyaan tersebut diketahui valid ((nilai r hitung < nilai r

tabel)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau sama bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
97
menggunakan alat ukur yang sama. Pertanyaan yang sudah valid dilakukan

uji reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r

hasil adalah alfa yang terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5%

(0,05) sehingga item kuesioner dikatakan valid jika r alpha lebih besar dari

konstanta (0,6), maka pertanyaan tersebut reliabel. Teknik uji reliabilitas yang

digunakan dengan koefisien Realibitas Alpha Cronbach (Arikunto, 2010).

Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas adalah sebagai

berikut:

1. Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60 maka kuesioner atau angket

dinyatakan reliabel atau konsisten

2. Sementara jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 maka kuesioner atau

angket dinyatakan tidak reliabel atau tidak konsisten.

Pada penelitian ini, setelah semua pertanyaan dinyatakan valid maka

peneliti menilai nilai reliabilitasnya sebagai berikut:

1. Pada pertanyaan Pengetahuan ibu tentang Inisasi Menyusui Dini (IMD)

diperoleh nilai cronbach alpha sebesar 0,871 yang berarti kuesioner

dinyatakan reliabel atau konsisten.

2. Pada pertanyaan tentang Sikap ibu diperoleh nilai cronbach alpha sebesar

0,915 yang berarti kuesioner dinyatakan reliabel atau konsisten

3. Pada Pertanyaan tentang dukungan keluarga terhadap Pelkasanaan

inisiasi menyusui Dinii (IMD) diperoleh nilai cronbach alpha sebesar

0,910 yang berarti kuesioner dinyatakan reliabel atau konsisten

c. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan


98
distribusi dan persentase tiap variable (Notoatmodjo, 2012). Dengan

Rumus :

Keterangan :

P : Persentase

F : Frekuensi tiap kategori

N : Jumlah sampel

Pada penelitian ini setealah di lakukan analisa univariat

didapatkan hasilnya adalah Pada Usia responden sebagin besar 84,9%

berusia 20-35 tahun. Pada Pekerjaan Responden Sebagian besar 69,8%

tidak berkerja. Pada Pengetahuan responden sebagian besar 66%

pengetahun kurang. Pada Inisiasi Menyusui Dini sebagian besar 56.6%

tidak IMD. Pada Sikap responden sebagian besar 60.4% negatif. Pada

dukungan keluarga sebagian besar 60.4% tidak mendukung.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini dilakukan dengan uji chi

square dengan ρ (signifikan) pada α = 0,05. Dari uji akan diperoleh nilai

ρ.

Apabila ρ value < 0,05 maka Ho ditolak, yang artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara kedua variabel. Apabila ρ value ≥ 0,05

maka Ho gagal ditolak, maka artinya tidak ada hubungan yang bermakna
99
antara kedua variabel. Setelah dilakukan analisis bivariat pada penelitian

ini

didapatkan hasil bahwa untuk pengetahuan ρ value = 0.000 , untuk sikap

ρ value = 0.000 dan untuk dukungan keluaraga ρ value 0.006 dari hasil

tersebut semunya terdapat hubungan dimana ρ value < 0,05.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


10
0

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2020– Februari 2021

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) di Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia Medan

jln. Bilal No.24 Pulo Brayan Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota

Medan. Di dapatkan hasil penelitian sebagai berikut:

4.1.1 Gambaran Umum Lokasih Penelitian

Rumah sakit Imelda awal mula pembentukan Yayasan Imelda adalah sebuah

klinik bersalin kecil yang bernama klinik bersalin Imelda, berdiri pada tahun 1979

dijalan Bilal No. 103, Medan. Klinik bersalin ini sedemikian majunya, sehingga

oleh pendirinya dr Rosa Dalima bersama suaminya dr H.R.I. Ritonga, Msc., klinik

bersalin ini di kembangkan menjadi sebuah rumah sakit umum yang bernama

Rumah Sakit Imelda, berdiri pada tahun 1986. Perlu pula dijelaskan pada sejarah ini

bahwa nama IMELDA adalah nama dari anak kedua dari pasangan pendiri yayasan

ini, yang saat pendirian yayasan tersebut menyatakan cita-citanya untuk menjadi

Dokter. Klinik bersalin yang kecil ini pula berubah menjadi sebuah gedung di jalan

Bilal 103 A, sekarang no.24. Saat ini, rumah sakit ini telah pula berkembang pesat.

Pada tahun 2004 Rumah Sakit Imelda mendapat kesempatan dari Departemen

Tenaga Kerja untuk menjadi rumah sakit Imelda Pekerja Indonesia (RS.IPI). Tahun

demi tahun berbagai perkembangan terjadi di rumah sakit ini mulai dari kapasitas

tempat tidur sampai kepada peralatan-peralatan kedokteran dan lainnya yang

diperlukan untuk pemberian pelayanan prima yang sesuai dengan motto rumah

sakit. Perkembangan di RS IPI juga terkait dengan peningkatan jumlah pasien yang

meminta pelayanan di RS IPI ini. Perkembangan setiap insitusi pendidikan Yayasan

Imelda adalah Akademi bertujuan untuk memberikan pendidikan yang berwawasan

IPTEK sesuai dengan Visi Yayasan


10
4.1.2 Analisa Univariat 1

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


dan pekerjaan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Umur dan Pekerjaan tahun 2022

No Variabel/Kategori Frekuensi Persentase


(%)
Umur (tahun)
1 <20 (Remaja) 8 9,6
2 20-35 (Dewasa Awal) 65 78,3
3 >35 (Dewasa Akhir) 10 12,1
Pekerjaan
1 Tidak Bekerja 57 68,7
2 Bekerja 26 31,3
Total 83 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat dari 83 responden,

sebanyak 78,3% berusia 20-35 tahun (dewasa awal) dan

sebanyak 68,7% yang tidak bekerja.

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan


IMD tahun 2020
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pelaksanaan IMD tahun
2020
No IMD Frekuensi Persentase
(%)
1 Tidak 50 60,2
2 Ya 33 39,8
Total 83 100
102

Anda mungkin juga menyukai