Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH IMD DAN ASI

Nama- Nama Kelompok


Fransina anggela kasihiuw (19110001)
Rosanti. (16110046)
Kosmas Periyu (20110074)
Hadija suat (20110004 )

UNIVERISTAS RESPATI YOGYAKARTA (UNRIYO)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena anugerah dan
rahmatNya, salah satu dari sekian banyaknya karunia-Nya yang berupa Makalah dan masih
banyak kekurangan dalam Tugas ini dapat terselesaikan. Semoga nikmat ini dapat mendorong
menuntut ilmu yang lebih tinggi serta semangat pengabdian yang tulus karena Ridho-Nya,
amin.

tugas Makalah ini dibuat bukan semata-mata untuk memenuhi salah satu persyaratan
akademik tetapi juga sebagai bentuk apresiasi penulis dalam ilmu pengetahuan, terutama ilmu
tentang nformasi dan teknologi khususnya didaerah asal penulis.
LATAR BELAKANG

Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan terbaik dan termurah yang dapat diberikan ibu
kepada bayinya, didalamnya terkandung zat-zat yang dibutuhkan bayi sejak lahir sampai usia
24 bulan atau lebih. ASI sebagai makanan alami pertama untuk bayi menyediakan energi dan
nutrisi dalam umlah tepat yang dibutuhkan sesuai dengan umur bayi. Pemberian ASI
merupakan salah satu upaya membentuk generasi sehat, cerdas, serta berkualitas demi masa
depan dirinya, keluarga, masyarakat dan negara (Iis,

2010).

Hasil Riskesdas (2013) menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu
maupun bayinya. Bagi bayi, menyusu mempunyai peran penting untuk menunjang
pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat gizi dan
antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena
proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca
melahirkan (postpartum) (Riskesdas, 2013)

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hasil survival analysis dengan uji Log Rank, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan ketahanan pemberian ASI dari ibu yang melahirkan ditangani petugas
medis dan bukan petugas medis. Dengan taraf uji 5 persen dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat

perbedaan yang signifikan antara bayi yang lahir ditangani petugas medis dan bukan petugas
medis untuk kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.Hasil pengujian terhadap data durasi
kelangsungan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia adalah sebaran yang tidak linier,
sehingga dapat disimpulan bahwa model yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah
model semi parametrik menggunakan Cox PH. berpengaruh signifikan terhadap
kelangsungan pemberian asi Ekslusif.Jumlah anak yang dilahirkan berpengaruh signifikan
dalam kelangsungan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Rasio hazard antara
ibu yang
memiliki lebih dari satu orang anak (multipara) dengan ibu yang memiliki satu orang anak
(primipara) sebesar 0,829. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki satu orang anak
memiliki risiko 1,206 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang telah melahirkan lebih
dari satu orang anak untuk mulai memberikan makanan selain ASI. Ibu dengan jumlah anak
yang lebih dari satu orang tentu memiliki pengalaman yang lebih dalam mengasuh anak
termasuk juga dalam hal pemberian ASI.Mereka cenderung untuk menyusui lebih baik
karena telah mengetahui pentingnya pemberian ASI kepada bayinya.

1.Apa itu inisiasi menyusui dini?

2.Pemberdayaan sertaa penangan idm dan asi ekslusif?

3.Kelangsungan pemberian asi eksklusif dan inisiasi menyusui dini?

1. inisiasi menyusui dini berpengaruh signifikan dalam kelangsungan pemberian ASI


Eksklusif untuk bayi 0-6 bulan. Rasio hazard antara waktu iniasiasi lebih dari satu jam
pertama setelah kelahiran dengan waktu inisiasi dalam satu jam pertama adalah sebesar
1,661. Hal ini menunjukkan bahwa waktu inisiasi menyusu lebih dari satu jam setelah
kelahiran memiliki risiko 1,661 kali lebih besar dibandingkan dengan waktu inisiasi menyusu
dalam satu jam pertama untuk mulai memberikan makanan lain selain ASI. Hal ini sesuai
dengan salah satu dari sepuluh langkah yang menentukan keberhasilan pemberian ASI

Eksklusif yang dikeluarkan oleh UNICEF pada tahun 1994. Inisiasi Menyusu Dini dapat
menciptakan ikatan kasih antara ibu dan bayi sehingga dengan begitu akan meningkatkan
waktu kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.

2.Pemberdayaan penanganan asi eksklusif (inisiasi menyusui dini)Waktu inisiasi menyusui


berpengaruh signifikan dalam kelangsungan pemberian ASI Eksklusif untuk bayi iniasiasi
lebih dari satu jam pertama setelah kelahiran dengan waktu inisiasi dalam satu jam pertama
adalah sebesar 1,661. Hal ini menunjukkan bahwa waktu inisiasi menyusu lebih dari satu jam
setelah kelahiran memiliki risiko 1,661 kali lebih besar dibandingkan dengan waktu inisiasi
menyusu dalam satu jam pertama untuk mulai memberikan makanan lain selain ASI. Hal ini
sesuai dengan salah satu dari sepuluh langkah yang menentukan keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif yang dikeluarkan oleh UNICEF pada tahun 1994. Inisiasi Menyusu Dini dapat
menciptakan ikatan kasih antara ibu dan bayi sehingga dengan begitu akan meningkatkan
waktu kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.
terdapat perbedaan ketahanan dalam pemberian ASI dari ibu yang tinggal di wilayah
perdesaan dan perkotaan.Dengan taraf uji 5 persen dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara bayi yang tinggal di wilayah perdesaan dan perkotaan untuk
kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.Dari ibu yang bekerja, sebesar 68,1 persen sudah
tidak menyusui secara eksklusif dan hanya 31,9 persen yang masih meyusui secara eksklusif.
Sementara itu ada sebanyak 38,9 persen dari ibu tidak bekerja yang masih menyusui ASI
Eksklusif dan 61,1 persen sudah tidak menyusui secara eksklusif. Ibu yang bekerja harus
membagi waktunya untuk karier dan juga keluarga termasuk bayinya, sehingga ibu tidak bisa
mengurus anak secara full time dan hal ini yang menyebabkan

3. Kelangsungan pemberian asi eksklusif dan inisiasi menyusui dini dan Pelaksanaan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) memberikan pengaruh yang besar terhadap kelangsungan pemberian
asi ekslusif. Bayi yang mendapatkan IMD dalam waktu lebih dari satu jam setelah kelahiran
memiliki risiko 1,661 kali lebih besar untuk tidak menyusu secara eksklusif dibandingkan
dengan bayi yang diberi ASI pertama dalam waktu satu jam setelah kelahiran.Faktor sosial
demografi yang signifikan dalam mempengaruhi ketahanan pemberian ASI Eksklusif selain
IMD adalah status pekerjaan ibu dan paritas. Dimana ibu yang bekerja memiliki risiko yang
lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja untuk tidak menyusui secara
eksklusif dan ibu yang memiliki satu orang anak memiliki risiko yang lebih besar
dibandingkan ibu yang memiliki anak lebih dari satu untuk tidak menyusui secara eksklusif.

C .Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan ibu, motivasi ibu, dan dukungan bidan dengan inisiasi
menyusui dini di Wilayah Kerja Puskesmas.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan

pekerjaan.

b. Mengambarkan pengetahuan ibu, motivasi ibu, dan dukungan bidan


dalam kesediaan ibu melakukan inisiasi menyusui dini di Wilayah

Kerja Puskesmas .

c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan kesediaan

melakukan IMD.

d. Menganalisis hubungan antara motivasi ibu dengan kesediaan

melakukan IMD.

e. Menganalisis hubungan antara dukungan bidan dengan kesediaan ibu

melakukan IMD.

D . Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik ibu nifas, meliputi umur dan tingkat

pendidikan ibu nifas yang melakukan persalinan di wilayah Puskesmas

b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu nifas tentang Inisiasi

Menyusu Dini di wilayah Puskesmas Tahun 2021

c. Untuk mengidentifikasi sikap ibu nifas tentang Inisiasi Menyusu Dini di

wilayah Puskesmas Tahun 2021.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu

a) Mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

b) Diharapkan Ibu yang baru saja melahirkan memberikan ASI kepada

bayinya secara eksklusif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Air Susu Ibu (ASI)

Selama dalam kandungan ASI telah disiapkan oleh Sang Pencipta sesuai dengan umur
kehamilan. ASI mengandung bahan-bahan yang mudah dicerna dan diserap oleh bayi bahkan
bayi prematur sekalipun. Zat-zat yang terkandung dalam ASI sangat diperlukan untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan teruama dalam masa emas 2 tahun pertama
kehidupan seorang bayi. Adanya zat antibodi (zat kekebalan) juga tidak dapat ditemukan
pada makanan manapun selain ASI, sehingga bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif lebih
kebal terhadap penyakit menular.Pengertian ASI adalah cairan yang dikeluarkan oleh
kelenjar payudara seorang ibu. ASI diciptakan Tuhan khusus untuk bayi yang tidak dapat
dibbuat tiruanya. ASI adalah makanan alami pertama untuk bayi yang memberikan semua
vitamin, mineral dan sangat diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembanganya. ASI
memenuhi setengah atau lebih kebutuhan gizi bayi pada tahun pertama kehidupanya.
Menurut Worth Health Organisation (WHO), 2012 menyatakan bahwa disamping kandungan
nutrisi yang lengkap dalam ASI juga memberikan zat kekebalan yang melindungi bayi dari
berbagai infeksi.

Menurut WHO, (2011) menyatakan bahwa ASI Ekslusif adalah

pemberian makanan pada bayi hanya ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan dan diteruskan
pemberian ASI sampai usia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan setelah bayi usia 6
bulan.Lebih dari 136 juta bayi lahir setiap tahunya didunia dan sekitar 92 juta diantaranya
tidak mendapat ASI Ekslusif sampai 6 bulan pertama kehidupannya (Gupta,
2013).Berdasarkan data Riset Survei ksehatan Dasar (Riskesdas), 2013 pemberian ASI
Ekslusif pada bayi umur 0-1 bulan sebesar 48,7%, pada bayi usia 2-3 bulan menurun menjadi
42,5% dan semakin turun seiring dengan meningkatnya usia yaitu 36,6% pada bayi usia 4-5
bulan, dan 30,2 % pada bayi usia 6 bulan.

Pada tahun 2009 pencapaian ASI Ekslusif sebesar 34,3% dan menurun pada tahun 2010
menjadi 333,6% (BPS, Susenas, 2010).Kodisi menyusui di 51 negara berdasarkan
pengukuran yang telah ditetapkan Indonesia berada pada urutan 49 dari 51 negara dengan
angka menyusui sebesar 27,5% (LBFAN, BPNI, 2012).

2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Rusli,2010 menyatakan bahwa Inisiasi Menyusu Dini adalah proses menyusu
sendiri, minimal satu jam setelah bayi baru lahir. Setelah lahir bayi harus segera didekatkan
pada ibu dengan cara ditengkurepkan didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit
ibu, dan bayi akanmenunjukan kemampuan yang menakjubkan.dalam usia beberapa menit
bayi akan merangkak ke arah payudara dan menemukan puting susu ibunya dan menyusu
sendiri cara bayi menyusu sendiri disebut The brast Cawl atau merangkah mencari payudara.

IMD tidak boleh terlambat karena reflek menghisap bayi akan mencapai puncaknya pada usia
20 - 30 menit dan reflek ini akan berkurang dan melemah. Kekuatan reflek ini telah
dibuktikan oleh Righard,1999 dalam Roesli 2010, pada penelitianya terhadap 72 bayi baru
lahir. Hasil penelitianya menyatakan: 1) Jika bayi baru lahir segera diletakkan di dada atau
perut ibu, kontak kulit bayi kekulit ibudengan baik dapat menyusu pada 50 menit pertama. 2)
Jika bayi baru lahir ditimbang, diukur dan dibersihkan, maka 50% bayi tidak dapat menyusu
sendiri.

Bayi yang dilakukan IMD akan mendapat lebih banyak mendapatkan kholstrum dibanding
bayi yang tidak dilakukan IMD. Kolustrum merupakan cairan pertama kali disekresi oleh
kelenjar payudara yang dinamakan The Gif of Live. Kolustrum cairan dengan visositas kental
berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning bila dibandingkan dengan susu matur. Kolustrum
merupakan sel darah putih dan yang mengandung Imunoglobin A (IgA) yang membantu
melapisi usus bayi yang masih rentan dan dan mencegah kuman memasuki bayi.

3. Proses laktasi

Proses laktasi sudah disiapkan selama kehamilan oleh hormon prolaktin, namun karena
hormon estrogen dalam jumlah banyak untuk melindungi kehamilan, maka hormon prolaktin
terhambat. Segera setelah persalinan berakhir hormon prolakti naik untuk memproses laktasi,
dan pada hari ke 2-3 post partum ASI baru keluar banyak, yang didahului keluarnya
kolustrum.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Mayoritas subjek penelitian berada pada umur reproduksi sehat. Cakpan

ASI Eksklusif pada pada umur reproduksi sehat lebih tinggi dibanding

dengan cakupan ASI tidak eksklusif. Pada umur reproduksi tidak sehat,

cakupan ASI eksklusif lebih tinggi dibanding dengan cakupan ASI tidak

eksklusif

2. Cakupan ASI eksklusif pada subjek penelitian yang berpengalaman

menyusi lebih tinggi dibanding cakupan ASI tidak eksklusif

3. Cakupan ASI eksklusif pada subjek penelitian yang berada pada tingkat

pendidikan dasar lebih tinggi dibanding dengan cakupan ASI tidak

eksklusif, sedangkan cakupan ASI eksklusif pada subjek penelitian yang

berada pada tingkat pendidikan lanjut lebih tinggi dibanding dengan

cakupan ASI tidak eksklusif.

4. Cakupan ASI eksklusif pada subjek penelitian yang bekerja lebih tinggi

dibanding dengan cakupan ASI tidak eksklusif, sedamgkan cakupan ASI

eksklusif pada subjek penelitian yang tidak bekerja lebih tinggi dibanding

dengan cakupan ASI tidak eksklusif,


LANJUTAN KESIMPULAN

1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) memberikan pengaruh yang besar terhadap
kelangsungan pemberian ASI ekslusif. Bayi yang mendapatkan IMD dalam waktu lebih dari
satu jam setelah kelahiran memiliki risiko 1,661kali lebih besar untuk tidak menyusu secara
eksklusif dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI pertama dalam waktu satu jam setelah
kelahiran.

2. Faktor sosial demografi yang signifikan dalam mempengaruhi ketahanan pemberian ASI
Eksklusif selain IMD adalah status pekerjaan ibu dan paritas. Dimana ibu yang bekerja
memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja untuk tidak
menyusui secara eksklusif dan ibu yang memiliki satu orang anak memiliki risiko yang lebih
besar dibandingkan ibu yang memiliki anak lebih dari satu untuk tidak menyusui secara
eksklusif.

Saran

1. Bagi pemerintah: (a) Diharapkan untuk lebih mengkampanyekan inisiasi menyusu


dini kurang dari 1jam pertama setelah kelahiran sehingga penerapan pelaksanaannya
bisa dilakukan baik di Rumah Sakit maupun praktik bidan untuk menjaga ketahanan
pemberian ASI Eksklusif
2. Bagi Petugas Kesehatan; perlu dilakukan pelatihan kepada penolong persalinan baik
petugas medis maupun bukan petugas medis mengenai inisiasi menyusu dini segera
setelah kelahiran, sehingga dapat memberikan informasi kepada ibu dengan baik serta
memberi dorongan kepada ibu agar memberikan ASI dengan benar.Bagi Masyarakat;
perlu meningkatkan kesadaran ibu akan pentingnya inisiasi menyusu dini setelah
kelahiran.Bagi Penelitian Selanjutnya; perlu menambahkan variabel kontrol lain yang
mungkin berpengaruh pada kelangsungan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif,
tidak hanya faktor dari ibu namun juga faktor dari bayi dan juga suami/ayah yang
dapat mendukung terlaksananya pemberian ASI secara eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.co.id/scholar?q=JURNAL+PENGARUH+INISIASI+MENYUSUI+DINI+
(IMD)DAN+FAKTOR+SOSIAL+DEMOGRAFI+TERHADAP+KETAHANAN+PEMBERIAN+AS
I+EKSKLUSIF&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qabs&t=1653123951954&u=%23p
%3DZfaHfbPHIqYJ

Anda mungkin juga menyukai