Anda di halaman 1dari 23

EVIDENCE BASED NURSING

Nutrisi Untuk Mempelancar ASI Pada Ibu Post Partum

Tugas

Diajukan unuk memenuhi salah satu tugas keperawatan maternitas yang diampu oleh
Ibu Nyayu Nina Putri Calisanie, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:

Brenon : 317072 Sani Sri Wulandari : 317092

Cucun Cunenti : 317073 Siti Mila Fazriyanti : 317094

Dede Diah Sofiah : 317074 Tri Aulia Nofitasari : 317098

Elsie Anggarini : 317140 Vivin Sureni : 317101

Irvan Yuliana : 317084

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA

2017-2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada tim penulis, juga shalawat dan salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang akhirnya tim penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Nutrisi Terhadap Kelancaran ASI
Pada Ibu Post Partum” yang diampu oleh Ibu Nyayu Nina Putri Calisanie, S.Kep.,
Ners., M.Kep.
Penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Keperawatan
Maternitas Program Profesi Ners STIKep PPNI Jawa Barat. Dengan rendah hati tim
penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, tidak
terlepas dari kesulitan dan hambatan yang tidak sedikit, tetapi berkat bimbingan dan
dorongan dari pembimbing dan berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga bantuan dan dorongan yang diberikan kepada penulis menjadi amal
baik dan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata tim penulis
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi tim penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Bandung, Oktober 2017

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) menjadi salah satu program World Health Organization
WHO) dan Pemerintah RI yang gencar dikemukakan di sektor kesehatan untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas anak. ASI adalah sumber nutrisi yang primer
bagi anak sejak dilahirkan sampai ia mampu mencernakan asupan lain setelah usia
enam bulan. Lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, enzim, dan hormon
yang terdapat dalam ASI tidak dapat digantikan oleh susu buatan industri. ASI
mengandung zat-zat kekebalan yang melindungi anak dari infeksi dan penyakit
kronis, serta mengurangi kemungkinan menderita gangguan kesehatan di kemudian
hari seperti obesitas, diabetes, dan asthma (WHO, 2014).
UNICEF (2013) mengatakan bahwa menyusui merupakan penyelamat hidup
anak yang paling murah dan efektif dalam sejarah kesehatan manusia. Yang
diharapkan adalah minimal enam bulan ibu menyusui anaknya, sedapat mungkin
secara eksklusif (enam bulan tanpa ada pemberian cairan/asupan lain selain ASI).
Ironisnya, hanya kurang dari setengah dari anak di dunia menikmati kesempatan
emas ini. Negara-negara Indonesia, Afrika Selatan, Nigeria, dan Tunesia, dilaporkan
mengalami penurunan dalam angka keberhasilannya. Intervensi dari promosi
kesehatan untuk menyusui menunjukkan efektivitasnya di beberapa negara.
Kambodia, yang pada tahun 2000 hanya 11,7% ibu yang berhasil menyusui lebih
dari enam bulan, dengan intervensi promosi kesehatan untuk menyusui
menunjukkan kenaikan sampai 74% pada tahun 2010. Negara Zambia pun ada
kenaikan dari hanya 20% pada tahun 1990 menjadi 60% pada tahun 2000.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat
ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak ditemukan bayi dan
anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang artinya terdorong lagi
oleh kepala adiknya yang telah muncul dilahirkan. Keadaan ini karena anak dan bayi
merupakan golongan rentan. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan
karena selain makanan yang kurnag juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti
dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini
pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah
ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam
ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan
pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi
sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
makanan tambahan yang tertumpu pada beras. ASI sebagai makanan yang terbaik
bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan
banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini
dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya
sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal
yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius
terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultasi Anak di Rumah Sakit UGM
Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu
tahun 50,6%. Sedangkan data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI)
tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47%
diperkotaan dan 55% dipedesaan (Depkes 1992) dari laporan SKDI tahun 1994
menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya
mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80%.
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan
ASI secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang,
kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang,
ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti
ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki
pengetahuan tentang manfaat ASI.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang akan dibahas
adalah nutrisi seperti apa yang dapat memperlancar ASI?

C. Tujuan Makalah
Unutk mengetahui macam-macam nutrisi untuk memperlancar ASI.

D. Manfaat Makalah
Untuk menambah pengetahuan tentang nutrisi untuk memperlancar ASI
khususnya bagi tim penyusun umumnya bagi pembaca
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Nutrisi Untuk Memperlancar Pengeluaran ASI

1. Pengertian ASI
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan
pertama kehidupan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi,
karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas
maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4-6 bulan (Khairuniyah,
2004).
Menurut Azrul Anwar (2004), ASI eksklusif sangat penting untuk
peningkatan SDM kita di masa yang akan datang, terutarna dari segi kecukupan
gizi sejak dini. Asi ekslusif adalah pemberian ASI selama enam bulan pertama
(A. August Burns). Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6
bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak
secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal dengan
komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi.

2. Produksi dan Pengeluaran ASI


Produksi dan pengeluaran ASI di pengaruhi oleh dua hormon, yaitu
prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI.
Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka
produksi yang di hasilkan juga banyak. Namun demikian, untuk pengeluaran
ASI diperlukan hormon oksitosin yang kerjanya di pengaruhi oleh proses
hisapan bayi. Semakin sering puting susu di hisap oleh bayi maka semakin
banyak pula pengeluaran ASI. Hormon oksitosin sering disebut hormon kasih
sayang. Sebab kadarnya sangat di pengaruhi oleh suasana hati, rasa bahagia,
rasa di cintai, rasa aman, ketenangan, rileks.
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi
dan non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir
menyusui kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada
awal menyusui. Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi.
Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan.
Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir
dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaitu trimester II payudara mengalami
pembesaran karena pertumbuhan dan difrensiasi dari lobuloalveolar dan sel
epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan
laktogen placenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI
(Suharyono).
Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin
menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjanya prolaktin ini dipengaruhi
oleh lama dan frekuensi pengisapan ( suckling). Hormon oksitosin disekresi
oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi
sel-sel mioepitel untuk mengeluarkan ( ejection) ASI. Hal ini dikenal dengan
milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan
alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu.
Terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi berbeda yaitu
kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang (mature). Kolostrum adalah cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan (4-7 hari) yang
berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan
volume 150 – 300 ml/hari. ASI transisi adalah ASI yang dihasilkan setelah
kolostrum (8-20 hari) dimana kadar lemak dan laktosa lebih tinggi dan kadar
protein, mineral lebih rendah. ASI matang adalah ASI yang dihasilkan 21 hari
setelah melahirkan dengan volume bervariasi yaitu 300 – 850 ml/hari
tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI pada tahun
pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan
sesudahnya 200 ml/24 jam. Dinegara industri rata-rata volume ASI pada bayi
dibawah usia 6 bulan adalah 750 gr/hari dengan kisaran 450 – 1200 gr/hari.

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI


a) Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola
makan teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
b) Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk produksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus
tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan
menurunkan volume ASI.
c) Penggunaan Alat Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar
tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa di
gunakan adalah kondom, IUD, pil khusus menyusui ataupun suntik
hormonal 3 bulanan.
d) Perawatan Payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi
hipofise untuk pengeluaran hormon prolaktin dan oksitoksin.
e) Anatomis Payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi jumlah produksi ASI.
Selain itu, perlu di perhatikan juga bentuk anatomis papila atau puting susu
ibu
f) Pola Istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila
kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga akan berkurang.
g) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan
pada pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan
bahwa pada produksi bayi prematur akan oktimal pada pemompaan ASI
lebih dari 5 kali perhari selama bulan pertama setelah melahirkan.
Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum dapat menyusu.
Sedangkan pada bayi cukup bulan frekuensi penyusuan 10 kurang lebih 3
kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan berhubungan
dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga direkomendasikan penyusuan
paling sedikit 8 kali perhari pada priode awal setelah melahirkan. Frekuensi
penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam
kelenjar payudara.
h) Berat lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI
yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal(> 2500gr).
Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan
lama penyusuan yang lebih rendah di bandingkan berat lahir normal yang
akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
i) Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif.
j) Mengkonsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon
prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi
pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan
oksitosin. Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi membuat ibu
merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun
disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin

4. Upaya Memperbanyak ASI


a) Penuhi kebutuhan nutrisi. Sebaiknya pada masa menyusui, ibu
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gizi yang baik dan
seimbang. Sebab hal ini bisa memperlancar dan memperbanyak produksi
ASI.
b) Hilangkan gangguan psikologis yang sedang dialami, misalnya stres karena
beban kerja yang terlalu berat di kantor atau masalah lain. Semakin stres,
semakin berkurang produksi ASI. Faktor kejiwaan ini tidak hanya akan
berpengaruh terhadap si ibu tapi juga bayinya karena konsumsi ASI menjadi
berkurang.
c) Produksi ASI juga ditentukan oleh frekuensi bayi meminumnya. Semakin
sering bayi menghisap ASI, produksi air susu makin banyak. Jika ibu
bekerja, sebaiknya mereka memerah ASI sebelum pergi ke tempat kerja.
d) Lakukanlah perawatan payudara secara teratur dengan pemijatan sendiri.
e) Dukungan dari ayah juga sangat menentukan, terutama untuk menenangkan
dan memberi dukungan kepada ibu. Karena itu, peran ayah sangat
diperlukan guna mendukung ibu untuk terus memberikan ASI kepada
bayinya. Dukungan semacam ini akan membuat ibu menjadi lebih tenang
secara psikologis sehingga produksi ASI-nya juga melimpah.
BAB III

ANALISIS JURNAL

No Judul Tujuan Jenis Sampel dan Instrument atau Hasil Kekurangan/kelema


Penelitian penelitian Metode Penelitian alat ukur penel han
itian

1 Perbedaa Untuk kuantitatif Sampel: ibu Alat ukur yang Hasil 1. Tidak dijelaskan
n mengetahui bersalin dengan digunakan uji mengenai
Penyemb apakah ada secti caesarea adalah ceklis statis perbedaan
uhan perbedaan dengan jumlah observasi tik frekuesni
Luka Post penyembuh sampel 15 penyembuhan menu lamanya
Section an luka post kelompok luka yang terdiri njuka penyembuhan
Caesarea secti perlakuan dan 15 dari empat n antara
Yang caesarea kelompok control pernyataan yaitu bahw perawatan luka
Dilakuka yang adanya tumor, a post sc
metode: Static
n dilakukan rubor, dehisens Aym menggunakan
group
Perawata perawatan dan pus dengan p.sig NaCl 0,9% dan
comparison/
n Dengan dengan skor 0-4. (2- povidon ionide
posttest only
Nacl NaCl 0,9% taile 10%
control design
0,9% Dan dan povidon d) 2. Tidak
Povidon iodine 10% sebes disebutkan
Iodine di ruang ar tingkat
10% Di bougenville 0.317 keberhasilan
RSUD RSUD > (α) dalam massing-
Tugurejo Tugurejo 0.05 masing
Semarang Semarang yang kelompok
Tahun 2013 berar
ti
Tahun tidak
2013 ada
perbe
daan
yang
signi
fikan
antar
a
peny
embu
han
luka
post
secti
on
caesa
rea
yang
dilak
ukan
pera
wata
n
luka
deng
an
NaCl
0,9%
dan
povi
don
ionid
e
10%.

2 Hubunga Untuk Kuantitatif Sampel: jumlah Alat ukur yang Hasil 1. Sample kurang
n mengetahui sampel sebanyak digunakan penel banyak/besar
Mobilisas hubungan 44 orang adalah ceklis itian 2. Menggunakan
i Dini pengaruh observasi menu lembar
Metode: cross
Terhadap mobilisasi njuka observasi yang
sectional dengan
Penyemb dini n dibuat sendiri
analitik
uhan terhadap bahw
obsrevasional
Luka Post penyembuh a 33
Section an luka post respo
Caesaera section nden
Di Ruang caesarea (78,6
Rawat %)
Gabung mela
Kebidana kuka
n RSUD n
H. Abdul mobi
Manap lisasi
Kota dini
Jambi deng
an
baik
Tahun dan 9
2012 respo
nden
(21,4
%)
yang
mela
kuka
n
mobi
lisasi
tidak
baik .

Peny
embu
han
luka
didap
atkan
35
respo
nden
(83,3
%)
luka
opera
si sc
semb
uh
deng
an
norm
al
dan 7
respo
nden
(16,7
%)
tidak
semb
uh
deng
an
norm
al.

p-
value
=
0,028
yang
berar
ti
secar
a
statis
tic
menu
njuka
n ada
hubu
ngan
yang
berm
akna
antar
mobi
lisasi
dini
deng
an
peny
embu
han
luka
SC.

3 Pengaruh Untuk Kuantitaif Sampel: sebanyak Instrumen Hasil 1. Sampel tidak


Kecukupa mengetahui 40 orang yang dengan penel mencakup
n Nutrisi pengaruh dilakukan dengan wawancara itian semua ibu post
Dan nutrisi dan random sampling terstruktur dan menu section
Cairan cairan ibu kriteria eksklusi untuk kecukupan njuka caesarea
Ibu Post post secti ibu yang tidak nutrisi dan cairan n
Section caesarea mempuyai riwarat diobservasi bahw 2. Tidak
Caearea terhadap DM dan tidak terstruktur untuk a disebutkan
Terhadap penyembuh merokok. veriabel peny indicator
Penyemb an luka secti penyembuhan embu nutrisi dan
uhan caesarea luka jahitan secto han cairan yang
Luka Metode: cross caesarea. luka baik
Jahitan sectional post
Section SC
Caesarea dari
Di Poli 40
Kandung respo
an RSUD nden
Dr. R. didap
Koesma atkan
Tuban 23
(57,5
%)
peny
embu
han
lukan
ya
cepat
dan
17
(42,5
%)
peny
embu
han
lukan
ya
lama.

4 Postpartu Tujuan Kuantitatif Menggunakan Dengan Wani 1. Peneliti masih


m dalam teknik purposive menggunakan ta belum selektif
Exercise penelitian sampling, sampel pertanyaan yang dalam pemilihan
among ini untik akhirnya dengan yang ikut responden
Nigerian mengetahui dimasukkan mau menjalani dala
Women: hubungan dalam studi cross- latiham fisik dan m 2. Peneliti tidak
Issues antara sectional ini tidak mau progr dapat
Relating latihan self- mewakili jumlah menjalankan am membedakan
to efficacy dan total orang-orang latihan fisik. penel usia pada
Exercise setiap yang setuju dan itian reponden.
Performa partisipasi yang memenuhi seba
nce and dalam kriteria bility nyak
Self- exercise eligi- dalam 89
Efficacy (latihan jangka waktu oran
fisik) dan pengumpulan data g dan
karakteristik 12 minggu. 139
sosiodemog tidak
rafi meng
ikuti
nya
progr
am.
Dan
hasil
yang
didap
at
lahita
n
fisik
atau
exerc
ise
pada
post
partu
m
mem
bantu
meng
emba
likan
orga
n-
orga
n
kemb
ali
seper
ti
sedia
kala
sebel
um
hami
l.
BAB IV

KESIMPULAN

Setelah tim penulis menganalisis mengenai jurnal perawatan luka post sc,

didapatkan hasil bahwa perawatan luka post sc yang paling efektif dari beberapa jurnal

tersebut yaitu perawatan luka post sc dengan Nacl 0,9% dan mobilisasi dini karena

dilihat berdasarkan jurnal tersebut pearawatn post sc dengan NaCl 0,9% dapat

mengurangi resiko infeksi dan merupakan suatu cairan fisiologi sedangkan dengan

adanya mobilisasi klien tersebut dapat merawat lukanya secara mandiri dengan proses

yang alami dan dengan cara mobilisasi tersebut klien bisa melakukannya sendiri

sehingga akan lebih efektif untuk melakukan tanpa didampingi orang lain
DAFTAR PUSTAKA

Netty, Indarmien.( 2013). Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka


Post Section Caesaera Di Ruang Rawat Gabung Kebidanan RSUD H. Abdul
Manap Kota Jambi Tahun 2012.

Setyawati, Lesia. (2013). Perbedaan Penyembuhan Luka Post Section Caesarea Yang
Dilakukan Perawatan Dengan Nacl 0,9% Dan Povidon Iodine 10% Di RSUD
Tugurejo Semarang Tahun 2013.

Widiasari, Yoana. (2). Pengaruh Kecukupan Nutrisi Dan Cairan Ibu Post Section
Caearea Terhadap Penyembuhan Luka Jahitan Section Caesarea Di Poli
Kandungan RSUD Dr. R. Koesma Tuban.

Anda mungkin juga menyukai