Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian Air Susu Ibu (ASI) merupakan intervensi kesehatan yang paling
aman, efisien, dan efektif untuk meningkatkan kesehatan anak. Hal tersebut
sejalan dengan tujuan keempat The Millennium Development Goal (MDG4) tahun
2015 yaitu menurunkan kematian anak.1 ASI merupakan sumber nutrisi terbaik
dan terlengkap bagi bayi serta berperan dalam pertumbuhan yang cepat dan sehat
dari otak, sistem persarafan, sistem pencernaan, dan perkembangan sistem
kekebalan bayi.2
World Health Organization (WHO) merekomendasikan ibu untuk
memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, setelah enam bulan diberikan
makanan pendamping ASI secara benar dan tepat, dan ASI tetap diberikan sampai
anak usia dua tahun atau lebih serta melakukan penyapihan setelah anak berusia
dua tahun. Penyapihan berasal dari kata menyapih. Menyapih adalah
menghentikan pemberian ASI kepada anak. Masa penyapihan merupakan masa
yang paling kritis dalam kehidupan anak.3 Usia penyapihan didefinisikan sebagai
usia anak saat berhenti menyusu secara sempurna.4
WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK
Menkes No.450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan
rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Dalam rekomendasi
tersebut, dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan
kesehatan yang optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama.
Selanjutnya, demi tercukupinya nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan
makanan pendamping ASI dan ASI hingga bayi berusia 2 tahun atau lebih.5
ASI diberikan pada bayi usia 0-2 tahun. Hal ini sesuai dengan penjelasan
pada Al-Quran Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
2

warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum


dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa
atas keduanya..... (Al-Baqarah [2] : 233).6
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang
memengaruhi usia penyapihan, yaitu faktor sosiodemografi (usia, tempat tinggal,
tingkat pendidikan, status pernikahan, paritas, pekerjaan, dan pendapatan) dan
faktor psikososial (niat menyusui, keyakinan pada kemampuan menyusui, dan
dukungan sosial).1 Faktor sosio-demografi lebih memengaruhi keputusan ibu
untuk berhenti menyusui dibandingkan dengan faktor psikososial yang justru
lebih berpengaruh pada peran ayah terhadap keputusan ibu untuk berhenti
menyusui.7 Faktor sosio-demografi (sosial ekonomi dan demografi) seperti
paritas, tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan pekerjaan ibu merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap usia penyapihan.4
Sehubung dengan fenomena di atas permasalahan yang juga ditemui pada
masyarakat desa cingcin kecamatan soreang adalah adanya beberapa status gizi
anak yang tidak baik (gizi kurang), penyapihan yang terlalu dini (di bawah usia 2
tahun), pemberian makan terlalu dini.
Beberapa laporan penelitian di indonesia menunjukan bahwa bayi di
indonesia umumnya lahir dengan berat badan yang mendekati berat badan anak-
anak Eropa. Akan tetapi setelah berumur lebih dari 6 bulan terlihat pertambahan
berat badan yang sangat menurun dan selanjutnya menunjukan kurva yang
mendatar. Dengan menurunnya produksi ASI. Peranan makanan tambahan pada
bayi semakin besar. Terutama dalam masa peralihan dari air susu ibu ke makanan
orang dewasa. Sering terlihat gangguan-gangguan gizi pada anak kecil.8
Masalah makanan sapihan dan penyapihan belum banyak dipelajari di
Indonesia. Dalam tahun 1953-1954 mempelajari makanan anak kecil di Jakarta.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa makanan tambahan bagi bayi dan
makanan anak kecil sangat kurang memenuhu gizi anak. Peneliti tersebut
berkesimpulan, bahwa pemberian air susu ibu selama mungkin merupakan salah
satu faktor yang turut membantu timbulnya gangguan gizi pada anak kecil. Dalam
tahun 1053 Freedman mempelajari masalah gizi pada anak kecil dari sudut
anthropologi. Penelitiannya menunjukan banyak terdapat kebiasaan-kebiasaan
3

memberikan makanan pada bayi dan anak kecil yang dapat merugikan anak dari
sudut gizi.8
Mengacu pada permasalahan tersebut diatas penulis ingin meneliti lebih
tentang apa yang sudah mempengaruhi ibu memberikan ASI kurang dari usia 2
tahun di Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti
Bagaimana faktor yang mepengaruhi ibu memberikan ASI kurang dari 2 tahun di
Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi ibu memberikan ASI kurang dari 2 tahun di Desa Cingcin
Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang ditemukan di antaranya adalah:
1) Manfaat teoritis
Sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan dasar bagi penelitian
selanjutnya.
2) Manfaat praktis
(1) Sebagai informasi dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan ibu-
ibu khususnya yang menyusui mengenai pemberian ASI sampai dengan
2 tahun.
(2) Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya
4

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI kurang
dari 2 tahun di desa cingcin kecamatan soreang, yang ditinjau dari hasil
penelusuran studi pustaka antara lain:
1) Hasil penelitian (Taufan tahun 2011), tentang ASI merupakan suatu emulsi
lemak dalam larutan protein, lactose dan garam-garam organik yang disekresi
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi air susu ibu adalah Stadium
Laktasi, Ras, Keadaan Nutrisi dan Diit Ibu. Air susu ibu menurut stadium
laktasi adalah kolostrum, air susu transisi / peralihan dan air susu matur
(nature).9
2) Hasil penelitian (Kodrat tahun 2010), tentang menyusui merupakan cara
mensyukuri anugerah dengan berusaha sekuat tenaga agar mampu
memberikan ASI setidaknya selama 6 bulan secara eksklusif. Menyusui
adalah cara yang paling gampang membuat bayi tidak rewel. Proses
menyusui dapat merangsang ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Dengan
begitu maka kasih sayang ibu akan mengalir pada sang bayi sehingga sang
bayi merasa aman dan tenang.10
3) Hasil penelitian (Wong, donnal L tahun 2008), tentang menyapih merupakan
proses penghentian pemberian ASI. Tidak ada waktu terbaik untuk
melakukan penyapihan biasanya sebagian anak mulai menunjukan
kesiapannya ketika anak mulai berumur 2 tahun. Sebaiknya penyapihan
dilakukan secara bertahap.11
4) Hasil penelitian (Dewi tahun 2012), tentang hal yang mempengaruhi
pengetahuan adalah tingkat pendidikan seseorang, dimana sebagian besar ibu
yang menyusui anaknya lebih dari 18 bulan adalah ibu yang terpelajar. Pada
ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang manfaat ASI selama 2
tahun bagi anak maka dimungkinkan akan mempengaruhi waktu penyapihan
pada anaknya.12
5) Hasil penelitian (Bestfy Anitasari tahun 2012), tentang adanya kehamilan
dalam masa menyusui menimbulkan berbagai perasaan dalam hati ibu.
Perasaan bahagia karena akan mendapat anak lagi, bingung dengan pilihan
5

untuk tetap menyusui bayinya atau menyapihnya, dan takut keadaan ini akan
mempengaruhi kondisi kesehatannya, janin yang di kandung dan bayi yang
disusui. Berikut ini adalah dampak negatif menyusui dalam masa kehamilan
bagi ibu yaitu: Resiko keguguran, Stimulasi terhadap puting susu oleh isapan
bayi menyebabkan pelepasan hormon oksitosin ke dalam saluran darah oleh
kelenjar pituitari posterior. Oksitosin merupakan hormon yang penting dalam
proses menyusui karena menyebabkan kontraksi tisu payudara untuk
mengalirkan air susu. Oksitosin juga berperan dalam kontraksi tisu-tisu uterus
setelah melahirkan sehingga ukurannya kembali ke ukuran seperti sebelum
hamil.13
Semua wanita akan mengalami kontraksi uterus selama proses menyusui
mulai dari kontraksi dengan itensitas yang ringan hingga berat. Walaupun
mulai dari kontraksi yang dirasakan akan menghilang saat proses menyusui
dihentikan. Hal ini didukung oleh Flower(2003) yang melaporkan adanya
kontraksi yang dirasakan oleh wanita hamil yang menyusui, akan tetapi
kontraksi tersebut menghilang setelah proses menyusui dihentikan. Bahkan
pada penelitian Moscona & Moore (1993) didapatkan sebanyak 93% ibu
hamil tidak mengalami kontraksi selama menyusui. Sama seperti kontraksi
Braxton-Hicks, kontraksi yang dirasakan pada saat menyusui umumnya tidak
akan mengganggu kehamilan.13
6) Hasi penelitian (Retnayu Pradanie tahun 2015) Secara teori, memang tidak
ada yang menyebutkan bahwa breastfeeding self efficacy merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi tindakan menyusui. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, self efficacy merupakan keyakinan seseorang
terhadap suatu hal yang belum dilakukan (Bandura, 1997) sedangkan
tindakan menyusui efektif merupakan proses interaktif antara ibu dan bayi
dalam rangka pemberian ASI secara langsung dari payudara ibu dengan cara
yang benar dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi (Mulder, 2006). Berdasarkan konsep, setiap tindakan seseorang selalu
dipengaruhi oleh self efficacy, namun self effi cacy yang tinggi belum tentu
mengindikasikan keberhasilan tindakan menyusui yang efektif karena
tindakan menyusui sangat dipengaruhi oleh perlekatan, posisi dan milk
6

transfer, di mana hal tersebut sangat berkaitan erat dengan anatomi dan
fisiologi payudara.14
Anatomi payudara yang sangat mempengaruhi tindakan menyusui adalah
bentuk puting susu sedangkan fisiologi payudara yang sangat mempengaruhi
adalah laktogenesis (proses produksi ASI) dan galaktopoiesis (pemeliharaan
produksi dan pengeluaran ASI). Bentuk puting yang tidak sempurna (datar
atau tenggelam) akan menjadi penyulit bagi bayi untuk melakukan perlekatan
secara sempurna, sehingga bayi sulit untuk menghisap ASI. Gangguan pada
proses laktogenesis dan galaktopoiesis akan menyebabkan produksi dan
pengeluaran ASI yang tidak lancar, sehingga dapat menganggu milk transfer
(Machfuddin, 2004 dan Riordan, 2005). Lebih lanjut Dennis (2010)
menyebutkan bahwa konsekuensi dari breastfeeding selfe fficacy adalah
apakah seorang ibu akan menyusui (choice of behavior), seberapa besar usaha
yang akan dilakukan untuk menyusui (effort and persistence), apakah
mempunyai pola pikir yang mambangun (thought patterns) dan bagaimana
secara emosional merespon berbagai kesulitan yang ditemui selama menyusui
(emotional reactions). Berbagai konsekuensi tersebut akan berdampak pada
tindakan menyusui seseorang yang meliputi breastfeeding initiation,
performance, maintenance.14
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERTANYAAN
PENELITIAN

2.1 Air Susu Ibu (ASI)


2.1.1 Pengertian ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu. Sebagai
makanan utama bagi bayi.15
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 50-100 ml seharian dari jumlah ini akan terus bertambah
sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu
kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan
pertama.15
ASI merupakan sumber nutrisi yang terbaik bagi bayi karena kandungan
gizinya lengkap dan seimbang, temperaturnya sesuai dengan yang dibutuhkan
bayi. Komposisi nutrien dalam ASI sangat ideal untuk tumbuh kembang anak.
Selain itu, ASI mudah diperoleh, tersedia 24 jam penuh dan tidak perlu biaya. ASI
juga melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti diare dan muntah,
infeksi telinga dan melindungi bayi dari alergi.16
ASI merupakan makanan utama yang pertama bagi bayi baru lahir. ASI dapat
memenuhi kebutuhan bayi hingga usia 4-6 bulan pertama kehidupan. Selain
sebagai sumber gizi dan zat gizi untuk pertumbuhan bayi yang optimal, pemberian
ASI juga sebagai sarana komunikasi interpersonal ibu dengan bayinya. Perasaan
terlindungi dan disayangi yang diperoleh bayi saat berada dalam dekapan ibu
karena menyusu ini yang menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan
membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.16
Berpendapat bahwa proses menyusui mempererat hubungan psikologis ibu
dan bayi yang sebelumnya telah terbentuk sejak bayi masih di dalam kandungan.16
8

2.1.2 Kandungan Gizi ASI


ASI selalu merupakan bahan makanan terbaik untuk bayi walaupun ibu
sedang sakit, hamil, haid atau kurang gizi kandungan ASI. ASI mengandung
semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4-6 bulan I kehidupan, dianjurkan agar
kepada masa ini hanya diberikan ASI.15
1. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu)
daripada susu lainnya dan laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi
manusia.15
2. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan tidak
memerlukan vitamin tambahan.15
3. ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi
yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.15
4. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.15
5. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat.15

2.1.3 Cara memulai menyusui


Saat terpenting waktu menyusui adalah pada beberapa hari pertama setelah
melahirkan. Bila seorang ibu ditolong dengan baik pada saat ia mulai menyusui,
mungkin ibu tersebut akan terus menyusui.17
1) Pemberian ASI pertama
Di rumah sakit, pemberian ASI harus dimulai di meja persalinan. Ibu dari
bayi harus diselimuti agar tetap hangat. Biarkan ibu mendekap bayinya dan bayi
mengisap payudara. Pada saat ini akan terjadi hal-hat sebagai berikut :18
a) Saat terbaik bagi bayi untuk belajar mengisap. Bayi mungkin sangat engah
(tahu) dan secara refleks mengisapnya kuat.
b) lsapan meransang produksi oksitosin yang membantu menghentikan
pendarahan.
c) Bayi mendapatkan susu jolong yang berharga.
9

d) Jam-jam pertama setelah melahirkan merupakan saat terpenting terjalin


ikatan antara ibu din anak. Menyusui segera setelah melahirkan membuat ibu
mencintai dan merawat bayinya. Ibu akan lebih mudah untuk menyusui.
2) Menyusui atas permintaan
Ibu harus dibiarkan menyusui bayinya hila bayi menangis dan bila ibu merasa
perlu menyusui bayinya. Ini disebut menyusui atas permintaan. Pada mulanya,
dapat terjadi bayi menyusu secara tidak teratur. Mungkin sering menyusu sehari
atau dua hari dan kemudian menyusu selama beberapa hari. Setiap bayi berbeda,
umumnya akan mempunyai pola kegiatan yang pasti setelah satu atau dua
minggu. Menyusui bayi hanya pada saat khusus akan mengganggu kegiatan
menyusui, karena :18
a) Isapan yang kerap merangsang produksi prolaktin yang membantu
mempercepat keluarnya ASI
b) Menyusukan atas permintaan mencegah banyak persoalan, seperti
bendungan, misalnya.

2.1.4 Keuntuangan Pemberian ASI


Sejak bayi lahir ASI sangat diperlukan sebagai makanan utama, karena
mempunyai nilai biologis tinggi dan merupakan makanan terbaik bagi bayi karena
ada bahan-bahan dalam ASI yang dapat memacu tumbuhnya beberapa bakteri
tertentu dalam saluran pencernaan bayi. Ini penting untuk menahan tumbuh dan
berkembangnya bakteri dan virus lain yang tidak dikehendaki. ASI dengan
komponen-komponen tertentu secara aktif dapat menyerang bakteri dan virus
penyebab penyakit.19
Pemberian ASI pada bayi memberikan perlindungan dan kekebalan terhadap
penularan berbagai penyakit pada bulan-bulan awal kehidupannya. Ditinjau dari
kematangan fisiologis dan kebutuhan akan nutrisi, pemberian makanan selain ASI
kepada bayi sebelum usia empat bulan biasanya tidak perlu bahkan menimbulkan
resiko. Ketika bayi masih menyusu maka ASI adalah makanan sekaligus
minuman baginya.19
Penyusuan memberikan beberapa manfaat timbal balik bagi ibu maupun anak
dari berbagai aspek, seperti aspek psikologis, fisiologis dan aspek ekonomis,
10

disamping aspek lainnya yaitu: membantu merangsang kontraksi uterus pada ibu,
sehingga cepat membantu menghentikan pendarahan. Disamping itu proses
ovulasi akan diperpanjang dan tidak terjadi menstruasi selama kurun waktu 8-12
bulan dan kemungkinan terjadi konsepsi sangat kecil.19
Beberapa keuntungan dari menyusui dengan ASI:20
a. ASI mengandung enzim khusus (lipase) yang mencerna lemak. ASI lebih
cepat dan mudah dicerna dan bayi yang diberi ASI mungkin ingin makan lagi
lebih cepat daripada bayi yang diberi makanan buatan.
b. ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan.
c. ASI tidak pemah basi atau menjadi jelek dalam payudara, walau ibu tidak
menyusui bayinya selama beberapa hari. Beberapa hari ibu percaya bahwa
ASI dalam payudara bisa basi, padahal hal ini tidak akan terjadi.
d. Menyusui akan membantu menghentikan pendarahan setelah melahirkan.
e. Menyusui berdasarkan permintaan membantu mencegah kehamilan
berikutnya.
f. Menyusui baik secara kejiwaan bagi ibu dan bayi. Hal ini membantu
terjadinya ikatan diantara keduanya, sehingga menjadi tak terpisahkan dan
mencintai satu sarna lain. Dekat secara emosional dengan ibunya pada saat
dini mungkin meningkatkan penampilan pendidikan anak kelak dikemudian
hari.
g. ASI murah, tidak perlu dibeli.
h. Semua ASI khusus untuk bayi, sedangkan susu buatan lainnya dapat
digunakan untuk keluarga lain dan tamu.
i. ASI akan melindungi bayi terhadap penyakit dan mempercepat penyembuhan
anak sampai tahun kedua kehidupan.

2.1.5 Akibat bila bayi tidak diberi ASI


Adapun akibat dari bayi yang tidak di beri ASI, antara lain:
1) Probabilitas ketahanan hidup bayi yang pernah mendapatkan ASI mencapai
0,984 artinya, dari 1000 bayi yang mendapat ASI sebanyak 984 bayi berhasil
merayakan ulang tahun pertamanya. Dengan kata lain, kematian pada bayi
yang mendapatkan ASI adalah 0,016 atau 16 per 1000. Angka ini jauh lebih
11

kecil daripada AKB di Indonesia yang mencapai 35 per 1000. Selisih yang
cukup tinggi tersebut menunjukkan bahwa memang pemberian ASI dapat
menurunkan AKB.21
2) Bayi tidak memperoleh zat kekebalan tubuh, sehingga mudah mengalami
sakit.22
3) Bayi tidak mendapat makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi sehingga
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kecerdasannya.22
4) Hubungan kasih sayang bayi dan ibu tidak terjalin secara dini.22

2.1.6 Mengenal ASI Eksklusif


Menurut Waryana (2010) ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi
yang berupa ASI saja, tanpa diberi cairan lain baik dalam bentuk apapun kecuali
sirup obat. ASI eksklusif diberikan minimal dalam jangka waktu enam bulan.ASI
saja dapat mencukupi kebutuhan bayi pada enam bulan pertama kehidupannya.
Makanan dan minuman lain justru dapat membahayakan kesehatannya.23
Yang dimaksud dengan ASI ekslusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu)
sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.24 Selama
kondisi bayi sehat, bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula.
Pemberian minuman tambahan (susu formula, air, dsb) hanya akan mengurangi
nafsu minum bayi, sehingga payudara tidak cukup terangsang untuk
mengeluarkan ASI, dan berakibat berkurangnya suplai ASI.25 WHO dan UNICEF
merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai dan mencapai ASI
ekslusif :25
1) Menyusui dalam 1 jam setelah kelahiran
2) Menyusui secara ekslusif : hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau
minuman lain bahkan air putih sekalipun
3) Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau
siang dan malam
Langkah-langkah penting untuk keberhasilan ASI eksklusif, yaitu :26
1) Mempersiapkan payudara (dengan massage misalnya)
2) Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui
12

3) Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya


4) Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi atau mendukung program ASI
eksklusif dan tidak sembarangan memberikan susu formula
5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI eksklusif
6) Konsultasi ke klinik laktasi dan konsultan laktasi bila menemukan masalah
dalam menyusui
7) Menciptakan sifat positif tentang ASI dan menyusui

2.1.7 Anjuran Pemberian ASI hingga 2 tahun


Berdasarkan ketahanan hidup yang semakin tinggi seiring dengan semakin
lamanya durasi pemberian ASI, diharapkan durasi pemberian ASI tidak cukup
hanya sampai 4 bulan saja, tetapi harus ditingkatkan paling tidak sampai 6 bulan,
malahan bisa diteruskan sampai dengan usia 24 bulan. Program ASI eksklusif
yang dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI yang menganjurkan
memberikan hanya ASI sampai 4 bulan jangan sampai disalah artikan oleh
masyarakat, di mana pemberian ASI hanya dilakukan sampai bayi berusia 4
bulan, setelah itu tidak lagi memberikan ASI. Padahal studi ini telah membuktikan
bahwa bayi yang diberi ASI dengan durasi 6 bulan lebih memiliki ketahanan
hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI dengan durasi
4-5 bulan saja.21
Anjuran untuk memberikan ASI sampai usia 2 tahun dilatar belakangi oleh
alasan ekonomi dan kesehatan. Secara ekonomi, keluarga tidak perlu
mengeluarkan dana untuk membeli susu formula. Secara kesehatan ASI
merupakan cairan hidup yang memiliki karakteristik yang unik sehingga mampu
meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan membuat bayi sehat. Bila bayi diberi
cairan lain seperti susu formula maka bayi akan memerlukan tambahan energi
untuk bisa mencerna susu formula tersebut. Padahal sistem pencernaan bayi
belum sempurna, sehingga bila mendapatkan makanan lain dapat menyebabkan
kerusakan pada saluran cernanya. Bila bayi diberi ASI, maka ASI tersebut dapat
langsung digunakan oleh tubuhnya tanpa memerlukan pengolahan, selain itu
komposisi ASI juga mengandung zat yang menyebabkan ASI dapat langsung
digunakan tanpa harus melalui proses pencernaan makanan seperti biasa. Hal ini
13

diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan bayi. Dengan


kesehatan yang adekuat maka bayi dapat terus melangsungkan kehidupannya.21
Pentingnya pemberian ASI telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan RI
dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 1990an. Mulai dengan kampanye
pemberian ASI eksklusif 4 bulan, kemudian dilanjurkan dengan kampanye
pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. Menurut petunjuk Bina Gizi Masyarakat,
pengertian ASI eksklusif adalah hanya memberikan ASI saja sampai bayi berumur
6 bulan. Bahkan pemberian ASI harus dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun
yang tentunya disertai dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.21
Setelah ASI ekslusif 6 bulan bukan berarti pemberian ASI dihentikan.
Seiringan dengan pengenalan makanan kepada bayi, pemberian ASI tetap
dilakukan, sebaiknya menyusui 2 tahun menurut rekomendasi WHO.25 Menyusui
dengan ASI sampai dengan usia anak mencapai 2 tahun masih mampu memenuhi
1/3 kebutuhan kalori, 1/3 kebutuhan protein, 45% kebutuhan akan vitamin A dan
90% kebutuhan akan vitamin C.25 Pemberian ASI hingga 2 tahun di dasarkan
pada :25
1) Al Quran surat Al Baqarah ayat 233 yang artinya :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan...
2) Kepmenkes RI No. 450/Menkes/IV/2004 Tentang pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia.
3) Rekomendasi badan kesehatan dunia (WHO) Pemberian ASI ekslusif sampai
bayi berusia 6 bulan. Selanjutnya, ASI diberikan selama mungkin sampai
anak berusia 2 tahun atau lebih.

2.2 Konsep Penyapihan


Penyapihan adalah suatu proses berhentinya masa menyusui secara
berangsur-angsur atau sekaligus. Proses tersebut dapat disebabkan oleh
berhentinya sang anak dari menyusu pada ibunya atau bisa juga berhentinya sang
ibu untuk menyusui anaknya atau bisa juga keduanya dengan berbagai alasan.
Masa menyapih merupakan pengalaman emosional bagi sang ibu, anak juga sang
14

ayah, dimana dari 3 pihak tadi (Ibu-Ayah-Anak) merupakan ikatan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.27
Penyapihan atau menyapih bayi adalah menghentikan pemberian ASI kepada
bayi yang dilakukan secara sekaligus maupun bertahap, hingga akhirnya ibu
berhenti menyusui bayinya.28
Menyapih merupakan proses penghentian pemberian ASI kepada anak balita,
biasanya sebagian anak balita mulai menunjukan kesiapan ketika menginjak umur
2 tahun, semakin awal balita diberikan susu formula dari botol, dua kali lebih
besar terkena kerusakan gigi dan karies gigi.29
Penyapihan yang dilakukan terlalu dini dapat menyebabkan hubungan anak
dan ibu berkurang keeratannya karena proses bounding attachment terganggu,
insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat, pengaruh gizi yang
mengakibatkan malnutrisi pada anak, dan mengalami reaksi alergi yang
menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal-gatal karena reaksi dari sistem
imun.30
Seorang ayah juga berperan dan memberikan pengaruh tersendiri dalam
proses menyusui. Sebetulnya tidak ada ketentuan khusus atau batasan khusus
kapan dan waktu yang tepat untuk menyapih seorang anak, artinya tidak ada
aturan bahwa pada umur sekian anak harus disapih dari ibunya.31 Penyapihan
adalah istilah yang digunakan untuk menyebut priode transisi dimana bayi masih
diberi makanan cair berupa ASI, tetapi juga secara bertahap diperkenalkan pada
makanan padat.30

2.2.1 Waktu Penyapihan


Berdasarkan lamanya waktu pelaksanaannya, penyapihan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu penyapihan jangka pendek dan penyapihan jangka panjang.32
1) Penyapihan Jangka Panjang
Penyapihan jenis pertama hanya membutuhkan waktu percobaan singkat,
yaitu sekitar 20 menit sebelum ektubasi.32
Langkah-langkah standar proses penyapihan adalah sebagai berikut:32
a) Menjelaskan prosedur penyapihan kepada pasien
b) Lakukan penghisapan
15

c) Mendapatkan parameter spontan


d) Berikan bronkodilator jika perlu
e) Istirahatkan pasien selama 15-20 menit
f) Tinggikan kepala tempat tidur

2) Penyapihan Jangka Pendek Waktu yang dibutuhkan untuk penyapihan lebih


lama, yakni 3-4 minggu karena berbagai permasalahan yang dihadapi.
Prinsip pelaksanaannya pada dasarnya sama dengan proses jangka pendek.
Setelah keputusan penyapihan dibuat, maka diperlukan pendekatan tim.
Anggota tim meliputi dokter, perawat, terapis pernapasan, fisioterapis, terapi
nutrisi, dan psikologis.32
Tidak pernah ada waktu yang pasti kapan sebaiknya anak disapih dari ibunya.
Menurut WHO, masa pemberian ASI diberikan secara eksklusif 6 bulan pertama,
kemudian dianjurkan tetap diberikan setelah 6 bulan berdampingan dengan
makanan tambahan hingga umur 2 tahun atau lebih. Ada juga ibu-ibu yang
menyapih anaknya ketika usia 1-2 tahun, bahkan ada yang diusia 4 tahun.27
Penyapihan lebih baik dilakukan hingga anak berusia 24 bulan karena zat gizi
dan antibodi dalam ASI diproduksi sampai anak usia 2 tahun.19

2.2.2 Cara Penyapihan yang baik.


Penyapihan alami atau natural adalah cara yang terbaik karena tidak
memaksa dan mengikuti tahap tumbuh kembangan anak tiap anak sebetulnya
memiliki tahapan perkembangan alami yang menandai dia siap disapih. Yang di
anjurkan oleh dinas kesehatan sampai batas usia 2 tahun. Cara penyapihan yang
alami antara lain :27
a) Memberi makan dan minum agar anak selalu kenyang dan lupa pada ASI.
Cara yang boleh dilakukan untuk menyapih, tetapi harus secara perlahan.
Selain itu efek yang terjalin ketika ibu menyusui juga harus digantikan
dengan sentuhan lain. Agar tetap terjaga hubungan kelekatan antara ibu dan
anak. Pada anak yang sudah mengerti jika diajak bicara, ibu bisa memberi
penjelasan pada anak.
16

b) Memberi empeng atau dot sebagai pengganti puting ibu.


Tapi dengan cara ini dapat menyebabkan ketergantungan pada anak, sehingga
mempengaruhi struktur gigi anak. Jadi jika ada cara yang lebih baik cara ini
tidak perlu digunakan.
c) Menjarangkan pemberian ASI.
Pemberian ASI 3 kali dalam sehari. Lalu dalam beberapa minggu kemudian
menjadi 2 kali dalam sehari sehingga berhenti tidak minum ASI sama sekali.
Contoh anak disapih pada waktu malam atau siang hari saja.
d) Memberi penjelasan pada anak, setelah itu tidak memberikan ASI sekalipun
pada anak.
Cara ini dilakukan pada anak sudah berusia 2 tahun atau ketika anak sudah
mengerti jika diajak bicara. Tetapi dengan cara tidak memberi ASI sama
sekali, itu sama saja menyapih dengan cara mendadak. Dampak tetap negatif
jika penjelasan ibu tidak bisa diterima anak, dia merasa ditolak oleh ibunya.
e) Menyapih secara perlahan dan bertahap yaitu jangan menyapih dengan cara
meninggalkan-meninggalkan bayi untuk pergi berlibur. Pelepasan kedekatan
emosional dari payudara ibu dan keseluruhan peran ibu secara mendadak
akan menghasilkan stres yang berlebihan bagi seorang bayi. Kunci untuk
penyapihan yang sehat adalah bahwa hal ini harus dilakukan secara sengaja
tidak memberikan air susunya pada jam-jam yang tidak terlalu di sukai bayi,
misalnya jadwal pagi hari saat ibu dan bayi lebih senang berjalan-jalan di
taman, atau saat ibu membaca buku. Ibu yang lain mengatakan bahwa mereka
melakukan ini tanpa rencana. Itu terjadi begitu saja. Bila bayi anda tidak mau
disapih, cobalah untuk membayangkan hal yang terjadi dalam benaknya.33

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan kurang dari 2 tahun


Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan kurang dari 2 tahun antara
lain:27

1) Anak sudah siap di sapih ( tidak tergantung pada ASI lagi)


Melihat pertumbuhannya, pada saat itu hampir semua bayi telah siap
menerima makanan padat. Selain itu, bayi juga sudah bisa duduk, menegakkan
17

kepalanya, serta melakukan koordinasi mengunyah dan menelan. Beberapa bayi


terlihat sudah siap mulai disapih sebelum usia tersebut, konsultasikan dengan
dokter atau ahli kesehatan anda untuk mengetahui waktu yang tepat untuk mulai
proses menyapih buat bayi anda. Proses menyapih tidak bisa dimulai sebelum usia
4 bulan. Bayi anda akan memberikan tanda tanda jika ia siap untuk disapih! Tanda
tanda yang bisa dilihat antara lain :27
a) Bayi terlihat tidak puas setelah disusui, menangis atau minta disusui lagi.
b) Bayi mulai minta disusui lebih sering
c) Mulai sering terbangun malam dan minta diberikan susu
d) Bayi mungkin mulai menghisap dan mengunyah tangan dan mainannya.
e) Bayi mulai tertarik pada makanan, terkadang mulai berusaha meraihnya
2) Konsumsi makan dan susu sudah banyak
Pada usia 2 tahun bayi mulai disapih. Agar tidak menyakiti bayi, seminggu
sebelum disapih sebaiknya bayi menyusui satu kali saja, misalnya hanya waktu
malam hari menetek, sedang paginya hanya diberi susu sapi satu gelas.Untuk
mengetahui bayi cukup makan atau tidak, sebaiknya bayi ditimbang dalam waktu
tertentu. Bila kenaikan berat badan bayi sesuai dengan bertambahnya umur,
berarti makanan bayi sudah cukup. Setelah itu bayi disapih makananya yang
terdiri dari makanan balita.27
Selama masa bayi, pemberian makanan perlu diatur sesuai dengan tingkat
kebutuhan makanan bagi bayi dan tahap pertumbuhan / kemampuan bayi untuk
mencernakan makanan. Pengaturan makanan bayi yang baik akan menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang memuaskan.
Tanda tanda bayi mendapat cukup makanan yang baik :27
a) Berat lahir telah kembali setelah bayi berumur 2 minggu
b) Bayi banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
c) Tiap menyusu, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan tertidur.
d) Payudara ibu terasa lunak setelah menyusui di banding sebelumnya
e) Kurva pertumbuhan / berat badan dalam KMS sesuai dengan seharusnya.
3) ASI yang tidak deras lagi
Tanda ASI kurang adalah tidur tidak nyenyak, rewel, sering menangis, BB
tidak meningkat, ngompol > 6x/ hari. Produksi ASI kurang / tidak deras lagi
18

disebabkan karena reflek menghisap bayi kurang dan keadaan emosi ibu. Menurut
Mochji, 2003 produksi ASI kurang bisa disebabkan karena keadaan gizi ibu
semasa hamil. Keadaan emosi ibu, cara menyusui yang kurang benar. Selain itu
juga karena sekresi ASI diatur melalui system hormonal. Hormon yang dihasilkan
kelenjar endokrin yaitu prolaktin, oksitosin dan pituitrin yang berperan dalam
produksi dan sekresi ASI dan juga karena hisapan bayi pada payudara. Semakin
bayi sering disusui maka semakin banyak ASI yang akan dikeluarkan, karena
payudara yang kosong oleh karena ASI terhisap habis merupakan rangsangan
produksi ASI yang paling baik.27
4) Ibu bekerja
Ibu bekerja adalah orang tua anak yang melakukan pekerjaan untuk mencari
nafkah. Jenis pekerjaan wanita banyak mendominasi pada sektor sektor
pekerjaan professional, juru latih, dan pelayanan. Seringkali alasan pekerjaan
membuat seorang ibu berhenti menyusui. Semakin meningkatnya jumlah
angkatan kerja wanita diberbagai sector, sehingga semakin banyak ibu
meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan, setelah habis cuti bersalin. Para
ibu yang setelah melahirkan menerima pekerjaan sehingga mereka harus
meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore, terpaksa mengganti ASI dengan
makanan lain lebih awal.27
Para ibu dapat merasa bahwa pemberian ASI dapat membatasi aktivitas sosial
atau membuat para ibu menjadi repot.34
5) Ibu sakit / penyakit
Menyusui menjadi kontra indikasi pada ibu dengan kasus berat, seperti
kegagalan jantung atau penyakit ginjal, hati atau paru-paru yang serius.
Berhubung dengan penyakitnya tersebut ibu dilarang oleh dokter untuk menyusui,
baik untuk kepentingan ibu maupun bayinya (seperti penyakit menular yang
sedang diderita ibu) walaupun produksi ASI cukup.27
6) Pengetahuan
Hal yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan seseorang,
dimana sebagian besar ibu yang menyusui anaknya lebih dari 18 bulan adalah ibu
yang terpelajar. Pada ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang
19

manfaat ASI selama 2 tahun bagi anak maka dimungkinkan akan mempengaruhi
waktu penyapihan pada anaknya.12
7) Kepercayaan
Adanya kepercayaan bahwa menyusui dapat menyebabkan kesukaran
menurunkan berat badan ibu. Pendapat tersebut sebenarnya tidak benar, ibu yang
menyusui bayinya dapat menurunkan berat badannya lebih cepat dibandingkan
yang tidak menyusui karena timbunan lemak saat hamil digunakan saat proses
menyusui.12

2.2.4 Dampak Penyapihan


Kurangnya pemberian ASI atau tidak diberikannya ASI sampai anak berusia
24 bulan banyak menimbulkan dampak, antara lain meningkatnya insiden
penyakit diare karena tidak higienisnya makanan yang diberikan, kurangnya
cakupan nutrisi yang mengakibatkan malnutrisi pada anak usia dibawah dua tahun
dan timbulnya alergi akibat makanan tambahan yang tidak sesuai dengan kondisi
anak yang menyebabkan muntah dan gatal-gatal karena reaksi dari sistem imun,
selain itu juga dapat menyebabkan hubungan anak dan ibu yang kurang
keeratannya.9
Adapun dampak dari penyapihan itu sendiri, antara lain:27
1) Hubungan anak dan ibu berkurang keeratannya karena proses bounding
attachment terganggu.
2) Insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat.
3) Pengaruh gizi yang mengakibarkan malnutrisi pada anak.
4) Mengalami reaksi alergi yang menyebabkan diare, muntah, ruam dan gatal.

2.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah
yang penting. Penyapihan atau menyapih bayi adalah menghentikan pemberian
ASI kepada bayi yang dilakukan secara sekaligus maupun bertahap, hingga
akhirnya ibu berhenti menyusui bayinya.
20

Menyapih merupakan proses penghentian pemberian ASI kepada anak balita,


biasanya sebagian anak balita mulai menunjukan kesiapan ketika menginjak umur
2 tahun, semakin awal balita diberikan susu formula dari botol, dua kali lebih
besar terkena kerusakan gigi dan karies gigi.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi penyapihan kurang dari 2 tahun
yaitu anak sudah siap di sapih ( tidak tergantung pada ASI lagi), konsumsi makan
dan susu sudah banyak, ASI yang tidak deras lagi, ibu yang bekerja, ibu yang
sakit/penyakit, pengetahuan, kepercayaan.

IBU Proses Menyusui Faktor- faktor yang


0-2 tahun mempengaruhi ibu
memberikan ASI < 2 tahun

1) Anak sudah siap di sapih ( tidak tergantung pada ASI lagi)


2) Konsumsi makan dan susu sudah banyak
3) ASI yang tidak deras lagi
4) Ibu bekerja
5) Ibu sakit / penyakit
6) Pengetahuan
7) Kepercayaan

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

2.4 Pertanyaan Penelitian


Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah apa saja yang
menjadi faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI kurang dari 2 tahun di
Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung?
21

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang
menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul berupa ucapan atau tulisan dan prilaku orang-orang yang diamati
pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat dan organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu
yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Peneliti ini
menggunakan metode wawancara untuk hasil yang lebih pasti dan benar dan
melakukan pendekatan fenomenologis, yaitu kebenaran sesuatu itu diperoleh
dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari obyek yang
diteliti. Metode penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah
mengenai Faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI kurang dari 2 tahun di
Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

3.2 Prosedur Penelitian


Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini
adalah sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan
(1) Identifikasi masalah penelitian.
Identifikasi masalah yaitu menemukan masalah yang akan di teliti
berdasarkan hasil riset teori yang di temukan.
(2) Penentuan topik penelitian.
Penentuan topik penelitian yaitu menentukan judul untuk penelitian
seorang peneliti yang berhubungan dengan masalah-masalah dalam suatu
tempat yang akan diteliti yang sudah teridentifikasi.
22

(3) Pembuatan proposal dan panduan wawancara.


Pembuatan proposal yaitu usulan proposal yang dilakukan kepada dinas
pengetahuan dan digunakan untuk karya tulis ilmiah.
(4) Perizinan
Meminta izin kepada DINKES dan Bidan yang bekerja di wilayah kerja
desa cingcin kecamatan soreang untuk melakukan penelitian ke
masyarakat yang mempunyai anak kurang dari 2 tahun dan sudah tidak
menyusui di wilayah Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten
Bandung.
2) Tahap Pelaksanaan
(1) Peneliti mendatangi ibu yang memiliki anak di bawah usia 2 tahun untuk
proses wawancara.
(2) Sebelum melakukan wawancara peneliti akan menjelaskan tujuan dari
penelitian dan meminta persetujuan untuk bisa di wawancarai dan di
rekam menggunakan alat perekam suara (Informed consent).
(3) Jika responden telah menyetujui dan mengisi lembar persetujuan
(4) Melakukan wawancara mendalam
(5) Peneliti akan memberikan cidera mata ketika wawancara telah selesai
untuk tanda terimakasih atas waktu yang di luangkan untuk peneliti

3) Tahap Akhir
(1) Peneliti melakukan pengumpulan seluruh wawancara yang telah di
rekam
(2) Peneliti melakukan transkrip hasil wawancara yang telah di rekaman
(3) Melakukan penandaan hal-hal yang penting yang peneliti tanyakan
(4) Peneliti melakukan reduksi hasil data yang telah di kumpulkan
(5) Peneliti mengkoding hasil wawancara yang telah di tandai dan
mengkategorikan
23

(6) Laporan Penelitian

Penetapan Masalah

Penentuan topik penelitian

Proposal Penelitian

perizinan

Penetapan Informan

Wawancara

Transkripsi

Pengolahan Data

Verifikasi

Laporan Penelitian

Gambar 2.2 Bagan Laporan Penelitian


24

3.3 Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten
Bandung dengan wilayah tempat tinggal dimana ibu-ibu yang memiliki anak usia
4 tahun ke bawah yang sudah tidak menyusui bayinya.

3.4 Defenisi Oprasional


Definisi operasional adalah batasan untuk variabel-variabel yang diteliti.
Definisi operasional sangat bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran
atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan dalam peneliti ini,
yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi yaitu segala faktor yang mempengaruhi ibu tidak
menyusui kurang dari 2 tahun.
2. Penyapihan kurang dari 2 tahun adalah suatu proses berhentinya masa
menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus dalam kurun waktu kurang
dari 2 tahun.

3.5 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu
peneliti memilih informan berdasarkan pertimbangan peneliti yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan tujuan peneliti. Sampel yang diambil oleh peneliti yaitu
beberapa ibu-ibu yang memiliki anak kurang dari 2 tahun dan sudah tidak
menyusui bayinya di Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

3.6 Kriteria Insklusi dan Eksklusi


1) Kriteria insklusi
Ibu yang tinggal di wilayah kerja di Desa Cingcin Kecamatan Soreang yang
memiliki anak yang lahir periode tahun 2012- tahun 2016 dan bersedia jadi
informan.
2) Kriteria eksklusi
a. Ibu yang masih menyusui kurang dari 2 tahun.
b. Ibu yang memiliki kontra indikasi terhadap proses menyusui.
25

3.7 Instrumen Penelitian


Instrumen peneliti adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data
peneliti ini menggunakan pedoman peneliti dengan pertanyaan yang berkaitan
dengan alasan ibu-ibu yang memiliki anak di bawah usia 2 tahun dan menyapih
bayinya di Desa Cingcin Kecamatan Soreang. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Lembar pertanyaan menyetujui menjadi responden
2) Lembar panduan wawancara yang berisi tentang daftar pertanyaan yang akan
di tanyakan kepada ibu-ibu yang memiliki anak di bawah 2 tahun.
3) Alat perekam untuk merekam hasil dari wawancara mendalam yang
dilakukan peneliti.

3.8 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara seperti
interview atau wawancara mendalam adalah suatu metode yang dipergunakan
untuk mengumpulkan data, di mana peneliti harus mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau
bercakap-cakap dengan cara bertatap muka dengan orang tersebut.
Langkah-langkah pengumpulan data:
1) Mengumpulkan data dari para ibu-ibu yang memiliki anak di bawah 2 tahun
2) Peneliti meminta perizinan untuk melakukan penelitian
3) Menentukan informan yang memenuhi kriteria insklusi dan eksklusi
4) Meminta informan untuk mengisi lembar persetujuan
5) Membangun kenyamanan dan hak menjawab untuk responden
6) Melakukan wawancara pada informan sambil merekam menggunakan alat
perekam suara.

3.9 Pengolahan Data


Dalam pengelolaan data harus melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1) Transkripsi
Transkripsi adalah melakukan pencatatan hasil wawancara yang telah
dilakukan terhadap informan menjadi bentuk narasi dan mengetik data yang
26

didapat di lapangan menunjang hasil dari penelitian dan menyusun data


tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung dari sumber data.
2) Koding dan Kategorisasi
Koding adalah pengelompokkan data-data yang penting setelah dilakukan
transkripsi menjadi lebih terfokus. Pada tahap ini, peneliti akan membuat
kode berbentuk contoh-contoh kata untuk memaknai dari hasil wawancara.
Setelah itu, mengkategorikan data dengan memilah-milah informan, situasi
dan kondisi pada saat melaksanakan wawancara.

3.10 Keabsahan Data


Adapun cara untuk meneliti keabsahan data dalam penelitian ini peneliti
melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data yaitu dengan cara melakukan
wawancara kepada ibu-ibu yang memiliki anak kurang dari 2 tahun yang
menyapih bayinya kurang dari 2 tahun di Desa Cingcin Kecamatan Soreang, dan
keluarga yang bersangkutan, serta yang memberikan informasi adalah bidan yang
bekerja di wilayah Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.
Teknik yang peneliti gunakan adalah dengan cara memverifikasi data lalu
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data, maka dari itu peneliti akan membandingkan dan memeriksa ulang data yang
didapatkan dari beberapa ibu-ibu yang memiliki anak kurang dari 2 tahun dan
sudah tidak menyusui.

3.11 Aspek Etik Penelitian


Etik penelitian adalah suatu pedoman yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian melibatkan antara pihak peneliti dan pihak yang diteliti. Peneliti harus
berusaha untuk mematuhi etika dalam penelitian mengingat penelitian ini
berhubungan dengan manusia. Adapun etika penelitian ini meliputi:
1) Respect For Persons
Peneliti meminta persetujuan kepada ibu yang memiliki anak kurang dari 2
tahun dan sudah tidak menyusui lagi dan bidan yang bekerja di wilayah Desa
Cingcin Kecamatan Soreang, apabila informan bersedia maka peneliti akan
27

memberikan penjelasan tentang maksud, tujuan, manfaat dan dampak dari


tindakan serta keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela, informan
berhak keluar dari penelitian sesuai dengan keinginannya.
2) Beneficience, Non-maleficience dan Do No Harm
Penelitian ini bermanfaat bagi informan, karena penelitian ini akan
memberikan masukan bagi bidan serta bagi ibu-ibu yang menyapih kurang
dari 2 tahun. Penelitian ini tidak akan merugikan dari segi fisik, namun dalam
penelitian yang dilakukan ini akan menyita waktu dan pekerjaan dari
informan dan peneliti ini tidak akan membahayakan bagi informan, namun
mungkin ada beberapa dari pertanyaan yang diajukan membuat informan
merasa tidak nyaman. Sebanyak 5 (lima) informan yang bersedia dilakukan
penelitian dan diberi kenang-kenangan bahan pokok.
3) Confidentiality dan Justice
penelitian ini akan menjaga kerahasiaan tentang privasi informan yang
menyapih bayinya kurang dari 2 tahun saat dilakukan pengumpulan data saat
dilakukan pengumpulan data ataupun pengolahan data, dikarenakan peneliti
hanya mencantumkan inisial dari informan tersebut, dan data informan tidak
akan dipublikasikan kepada umum namun hanya kepada pembimbing.
Penelitian ini tidak membedakan antara informan satu dengan informan yang
lain sehingga tidak akan menimbulkan masalah kecemburuan antar informan.
28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian


Wilayah Desa Cingcin berdasarkan Letak Geografis merupakan daerah
dengan kondisi wilayah daratan yang mendatar. Visi Desa Cingcin yaitu
terwujudnya Desa mandiri dalam memperjuangkan hak-hak rakyat melalui peran
wanita sedangkan Misi Desa Cingcin meningkatkan kemampuan, keterampilan
aparat/ perangkat desa, agar berjiwa pamong & wirausaha ( pelayanan & berjiwa
wirausaha), memanfaatkan potensi: agama, ekonomi, sosial seni budaya, olahraga,
pemuda, perempuan& politik), bumdes, koperasi, soko guru usaha, gotong
royong, sabilulungan dan kompak, terbuka, silih asah, silih asih, dan silih asuh.
Luas Desa Cingcin adalah 197,870 Ha sebagian di antaranya terdiri dari
110,271 Ha Sebagai lahan bangunan dan halaman, 86 Ha dipergunakan lahan
sawah Irigasi setengah teknis, 0,1 Ha dipergunakan untuk lahan perkantoran dan
1,5 Ha lainya. Disamping itu Desa Cingcin memiliki tanah kas Desa seluas 2,5 Ha
yang terletak di Desa Bojong Kunci Kec. Pameungpeuk Kab. Bandung. Desa
Cingcin memiliki Curah hujan rata-rata 2.200 mm/tahun dengan jumlah bulan
hujan 6 bulan, suhu rata-rata harian 22 C dengan ketinggian 710 m DPL, dengan
kondisi wilayah daratan yang mendatar. Batas wilayah Desa Cingcin, Sebelah
Utara Desa sekarwangi, Sebelah timur Desa Gandasari, Sebelah Selatan Desa
Soreang Kec. Soreang dan Sebelah Barat Desa Pamekaran, Desa Sekarwangi
Jarak Desa Cingcin ke Kantor Pemerintahan. Ke Kantor Kecamatan 1 km, Ke
Kantor Kabupaten 1 km, Ke Kantor Propinsi 25 km, Ke Kantor Ibu Kota
Negara 180 km. Desa Cingcin terdiri dari 20 Rukun Warga, 94 Rukun Tetangga
dan 4 Dusun. Pada tahun 2016 jumlah penduduk di Desa Cingcin sebanyak
20.646 jiwa yang terdiri atas 10.747 jiwa penduduk laki-laki, dan 9.872 jiwa
penduduk perempuan, jumlah ibu-ibu yang memiliki balita 0-3 tahun berjumlah 6
orang dari 1 Rukun Warga dan 2 Rukun Tetangga.
29

4.2 Karakteristik Informan


Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini diantaranya sebanyak 6
karakteristik informan yang terdapat dalam tabel karakteristik informan di bawah
ini:
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Informan

No Karakteristik Informan Jumlah


1 Umur
<20 tahun 1
20-30 tahun 3
30-40 tahun 2
2 Pendidikan
SD 0
SMP 2
SMA 4
PT 0
3 Pekerjaan
IRT 2
Petani 0
Buruh 0
Karyawan Swasta 4
Wiraswasta 0
PNS 0
4 Jumlah Anak
2 4
2 2
5 Usia Anak
0-6 Bulan 0
6-1 tahun 0
1-3 tahun 6
6 Usia Penyapihan Anak
0-6 Bulan 1
6-1 tahun 0
1-3 tahun 5

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, ibu yang memberikan ASI pada anak kurang
dari 2 tahun rentan usia <20 tahun ada 1 orang, 20-30 tahun sebanyak 3 orang,
dan 30-40 tahun sebanyak 2 orang. Latar Belakang pendidikannya ada 2 lulusan
dari SMP dan 4 dari SMA, pekerjaan ibu rumah tangga ada 2 orang dan karyawan
swasta 4 orang, jumlah anak yang dimiliki <2 ada 4 orang dan 2 ada 2 orang,
usia anak ibu 1-3 tahun 6 orang, dan usia penyapihan anak 0-6 bulan ada 1 orang
dan 1-3 tahun ada 5 orang.
30

4.2.1 Karakteristik Informan Lainnya


Adapun karakteristik informan lainnya dalam penelitian ini di antaranya
sebanyak 8 orang karakteristik informan sebagai verifikasi data yang terdapat
pada tabel karakteristik informan di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Lainnya

No Karakteristik Informan Jumlah


1 Umur
<20 tahun 0
20-30 tahun 5
30-40 tahun 3
2 Pendidikan
SD 0
SMP 3
SMA 4
Perguruan Tinggi 1
3 Pekerjaan
IRT 1
Petani 0
Buruh 0
Karyawan Swasta 6
Wiraswasta 0
PNS 1
4 Status
Suami 6
Orang Tua 1
Tenaga kesehatan 1

Berdasarkan tabel 4.2 di atas informan lain yang di jadikan sebagai verifikasi
meliputi suami, orang tua, dan tenaga kesehatan. Informan berumur 22 tahun, 25
tahun, 28 tahun, 28 tahun, 30 tahun, 31 tahun, 34 tahun, dan 40 tahun. Latar
belakang SMP ada 3 orang, SMA ada 4 orang, dan perguruan tinggi ada 1 orang.
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga ada 1 orang, karyawan swasta 6 orang dan PNS ada
1 orang.
31

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada enam orang ibu yang
sudah memberhentikan pemberian ASI kurang dari 2 tahun pada anaknya di Desa
Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung adapun beberapa pembahasan
akan ditemui diantaranya pengetahun mengenai penyapihan, faktor yang
mempengaruhi penyapihan, dan proses atau tahapan penyapihan yang di lakukan.

4.3.1 Pengetahuan mengenai penyapihan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada beberapa informan adapun
permasalah dalam pemberian ASI yang di lakukan ibu di usia anak kurang dari 2
tahun diantaranya pengetahun ibu mengenai penyapihan, seperti diantaranya : ibu
yang mengatakan penyapihan dilakukan 1 tahun setengah dan paling telat 2 tahun
dan ada yang menyebutkan sebaiknya 2 tahun di lakukannya penyapihan.
1) Penyapihan di lakukan 1 tahun setengah paling telat 2 tahun
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa informan ibu
yang memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada anaknya. Informan mengatakan
bahwa penyapihan sebaiknya di lakukan 1 tahun setengah paling telat 2 tahun.
Adapun ungkapan informan sebagai berikut:

kalo bagusnya mah se tau teteh 1 tahun setengah paling telatnya 2


tahun(Wawancara mendalam dengan ibu yang menyapih kurang
dari 2 tahun pada informan 05)

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan dengan bidan di dapat data yang
tidak sesuai dengan hasil verifikasi. Untuk penyapihan yang dilakukan sebaiknya
di lakukan pada saat anak 2 tahun.

emmm euhh se tau ibu mah neng yang udah ibu pelajari nyapih tuh
baiknya 2 tahun neng mungkin eta mah neng versi ibunya neng yang
menganggapnya 1 tahun setengah da dari dulu juga kan 2 tahun
nyapih mah(Wawancara mendalam dengan bidan desa)
32

Berdasarkan hasil penelitian mengenai informasi yang di katakan informan


pemberian ASI sebaiknya 1 tahun setengah paling telat 2 tahun sehingga
mengakibatkan informan menyapih bayinya kurang dari usia 2 tahun.
Menyapih merupakan proses penghentian pemberian ASI. Tidak ada waktu
terbaik untuk melakukan penyapihan biasanya sebagian anak mulai menunjukan
kesiapannya ketika anak mulai berumur 2 tahun. Sebaiknya penyapihan dilakukan
secara bertahap.11

2) Penyapihan dilakukan 2 tahun


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa informan ibu
yang memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada anaknya. Informan mengatakan
bahwa penyapihan sebaiknya 2 tahun. Adapun ungkapan informan sebagai
berikut:

kalo baiknya mah teh kata bidan juga 2 tahun seharusnya anak di
sapih tuh(Wawancara mendalam dengan ibu yang menyapih kurang
dari 2 tahun pada informan 01)

Berdasarkan hasil verifikasi yang di lakukan dengan bidan di dapat data yang
sesuai dengan hasil verifikasi. Untuk penyapihan dilakukan sebaiknya pada saat
usia anak 2 tahun.

iya neng setau ibu dari dulu emang 2 tahun penyapihan tuh kenapa 2 tahun
karna apabila anak udah usia 2 tahun anak itu sudah mengerti dengan di berikan
penjelasan sama kita kepada anak tersebut jadi anak itu ga ngerasa bahwa
dirinya di sapih karna kepaksa seperti itu neng kata ibu mah neng(Wawancara
mendalam dengan bidan desa)

Berdasarkan hasil penelitian mengenai informasi tentang pengetahuan


informan mengenai penyapihan yang di lakukan sebaiknya usia 2 tahun di
lakukanya penyapihan.
Anjuran untuk memberikan ASI sampai usia 2 tahun dilatar belakangi oleh
alasan ekonomi dan kesehatan. Secara ekonomi, keluarga tidak perlu
33

mengeluarkan dana untuk membeli susu formula. Secara kesehatan ASI


merupakan cairan hidup yang memiliki karakteristik yang unik sehingga mampu
meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan membuat bayi sehat. Bila bayi diberi
cairan lain seperti susu formula maka bayi akan memerlukan tambahan energi
untuk bisa mencerna susu formula tersebut. Padahal sistem pencernaan bayi
belum sempurna, sehingga bila mendapatkan makanan lain dapat menyebabkan
kerusakan pada saluran cernanya. Bila bayi diberi ASI, maka ASI tersebut dapat
langsung digunakan oleh tubuhnya tanpa memerlukan pengolahan, selain itu
komposisi ASI juga mengandung zat yang menyebabkan ASI dapat langsung
digunakan tanpa harus melalui proses pencernaan makanan seperti biasa. Hal ini
diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan bayi. Dengan
kesehatan yang adekuat maka bayi dapat terus melangsungkan kehidupannya.21
Memberi penjelasan pada anak, setelah itu tidak memberikan ASI sekalipun
pada anak. Cara ini dilakukan pada anak sudah berusia 2 tahun atau ketika anak
sudah mengerti jika diajak bicara. Tetapi dengan cara tidak memberi ASI sama
sekali, itu sama saja menyapih dengan cara mendadak. Dampak tetap negatif jika
penjelasan ibu tidak bisa diterima anak, dia merasa ditolak oleh ibunya.27

4.3.2 Faktor yang mempengaruhi penyapihan


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa informan
terdapat informan yang memberikan ASI pada anaknya kurang dari 2 tahun di
latar belakangi dengan faktor ibu bekerja, kehamilan dan keadaan puting serta
ASI sudah tidak deras lagi.
1) Faktor ibu bekerja
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ada beberapa alasan ibu
memberikan ASI kurang dari 2 tahun di dasari dengan ibu bekerja di antaranya:

eummm kan sayanya kerja teh jadi ga bisa nenenin si dede da kerja
saya kan di pabrik jadi perginya pagi pulangnya sore jadi ga ada
waktu untuk ngasih nenen si dede teh(Wawancara mendalam pada
ibu yang memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada informan 01)
34

alasannya mah teteh nyapih si dede teh kan mau kerja dulu teh
tetehnya(Wawancara mendalam pada ibu yang memberikan ASI
kurang dari 2 tahun pada informan 02)
iya da kan tetehnya kerja jadi seles jadi de agni ku teteh di sapih, da
kalo masih nyusuin mah tetehnya susah kerja atuh neng(Wawancara
mendalam pada ibu yang memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada
informan 04)
alasannya mah sayanya kerja neng jadi ga bisa ngasih nenen ke
dede da gimana yah kalo kerja mah susah kalo sambil ngenenin mah
neng(Wawancara mendalam pada ibu yang memberikan ASI kurang
dari 2 tahun pada informan 05)
Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan dengan suami informan yang
didapat sesuai dengan hasil verifikasi yaitu faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan ASI kurang dari 2 tahun karna faktor ibu bekerja.

kan istri sayanya kerja teh jadi ga ngenenenin teh da kerja jadi
mungkin kalo sambil ngenenin istri sayanya susah teh(Wawancara
mendalam pada suami informan 01)
iya da mau kerja dulu teh istri saya nyapih teh(Wawancara
mendalam pada suami informan 02)
euhh karna istri saya kerja neng pulangnya malem berangkat pagi-
pagi jadi mungkin ga bisa ngasih ASI ke si dede kalo misalkan sambil
kerja mah susah neng istri sayanya juga(Wawancara mendalam
pada suami informan 04)
euhhh kerja istri sayanya teh susah mau ngenenin juga ari kerja mah
teh cape mereun teh sambil nganenan mah teh(Wawancara
mendalam pada suami informan 05)
Ibu bekerja adalah orang tua anak yang melakukan pekerjaan untuk mencari
nafkah. Jenis pekerjaan wanita banyak mendominasi pada sektor- sektor pekerjaan
professional, juru latih, dan pelayanan. Seringkali alasan pekerjaan membuat
seorang ibu berhenti menyusui. Semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja
wanita diberbagai sector, sehingga semakin banyak ibu meninggalkan bayinya
sebelum berusia 6 bulan, setelah habis cuti bersalin. Para ibu yang setelah
melahirkan menerima pekerjaan sehingga mereka harus meninggalkan bayinya
dari pagi sampai sore, terpaksa mengganti ASI dengan makanan lain lebih awal.27
35

Para ibu dapat merasa bahwa pemberian ASI dapat membatasi aktivitas sosial
atau membuat para ibu menjadi repot.34

2) Kehamilan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ada ibu mengatakan
memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada anaknya beralasan di karnakan ibu
mengalami kehamil di antaranya:
kan neng tetehnya hamil lagi jadi si dedenya ga di kasih ASI ku teteh
da atuh masa ari si eneng teteh lagi hamil nyusuin si dede juga kan ga
boleh ku bidannya hehehe (sambil tertawa)(Wawancara mendalam
pada ibu yang memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada informan
03)

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan dengan suami informan yang


didapat sesuai dengan hasil verifikasi yaitu faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan ASI kurang dari 2 tahun karna kehamilan.

iya kan neng istri sayanya lagi hamil jadi kan ga bisa ngenenin neng
takutnya kalo netekin si dede takut ada apa-apa ke anak yang di
dalam kandungannya neng lagian da ASInya juga ga keluar
neng(Wawancara mendalam pada suami informan 03)

Hasil penelitian (Bestfy Anitasari tahun 2012), tentang adanya kehamilan


dalam masa menyusui menimbulkan berbagai perasaan dalam hati ibu. Perasaan
bahagia karena akan mendapat anak lagi, bingung dengan pilihan untuk tetap
menyusui bayinya atau menyapihnya, dan takut keadaan ini akan mempengaruhi
kondisi kesehatannya, janin yang di kandung dan bayi yang disusui. Berikut ini
adalah dampak negatif menyusui dalam masa kehamilan bagi ibu yaitu: Resiko
keguguran, Stimulasi terhadap puting susu oleh isapan bayi menyebabkan
pelepasan hormon oksitosin ke dalam saluran darah oleh kelenjar pituitari
posterior. Oksitosin merupakan hormon yang penting dalam proses menyusui
karena menyebabkan kontraksi tisu payudara untuk mengalirkan air susu.
36

Oksitosin juga berperan dalam kontraksi tisu-tisu uterus setelah melahirkan


sehingga ukurannya kembali ke ukuran seperti sebelum hamil.13
Semua wanita akan mengalami kontraksi uterus selama proses menyusui
mulai dari kontraksi dengan itensitas yang ringan hingga berat. Walaupun mulai
dari kontraksi yang dirasakan akan menghilang saat proses menyusui dihentikan.
Hal ini didukung oleh Flower(2003) yang melaporkan adanya kontraksi yang
dirasakan oleh wanita hamil yang menyusui, akan tetapi kontraksi tersebut
menghilang setelah proses menyusui dihentikan. Bahkan pada penelitian Moscona
& Moore (1993) didapatkan sebanyak 93% ibu hamil tidak mengalami kontraksi
selama menyusui. Sama seperti kontraksi Braxton-Hicks, kontraksi yang
dirasakan pada saat menyusui umumnya tidak akan mengganggu kehamilan.13

3) Keadaan puting tidak ada/kecil


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ada ibu mengatakan
memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada anaknya beralasan di karnakan ibu
dengan keadaan puting tidak ada atau kecil, antara lain:

da atuh neng teteh mah putingnya juga ga adaan jadi susah si dede
ngenyot juga susah dari pada nangis terus rewel pingin susu lebih
baik di kasih susu formula(Wawancara mendalam pada ibu yang
memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada informan 06)

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan dengan suami informan yang


didapat sesuai dengan hasil verifikasi yaitu faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan ASI kurang dari 2 tahun karna keadaan puting tidak ada atau kecil.

dulu teh istri saya putingnya juga ga adaan jadi susah mungkin pas
si dede haus nangis terus da susah ngenyot juga dari pada kasian kan
dedenya rewel ya udah pake susu botol aja jadi ga di kasih
ASI(Wawancara mendalam pada suami informan 06)

Hasi penelitian (Retnayu Pradanie tahun 2015) Secara teori, memang tidak
ada yang menyebutkan bahwa breastfeeding self efficacy merupakan salah satu
37

faktor yang mempengaruhi tindakan menyusui. Seperti yang telah disebutkan


sebelumnya, self efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap suatu hal
yang belum dilakukan (Bandura, 1997) sedangkan tindakan menyusui efektif
merupakan proses interaktif antara ibu dan bayi dalam rangka pemberian ASI
secara langsung dari payudara ibu dengan cara yang benar dan kuantitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Mulder, 2006). Berdasarkan
konsep, setiap tindakan seseorang selalu dipengaruhi oleh self efficacy, namun
self effi cacy yang tinggi belum tentu mengindikasikan keberhasilan tindakan
menyusui yang efektif karena tindakan menyusui sangat dipengaruhi oleh
perlekatan, posisi dan milk transfer, di mana hal tersebut sangat berkaitan erat
dengan anatomi dan fisiologi payudara.14
Anatomi payudara yang sangat mempengaruhi tindakan menyusui adalah
bentuk puting susu sedangkan fisiologi payudara yang sangat mempengaruhi
adalah laktogenesis (proses produksi ASI) dan galaktopoiesis (pemeliharaan
produksi dan pengeluaran ASI). Bentuk puting yang tidak sempurna (datar atau
tenggelam) akan menjadi penyulit bagi bayi untuk melakukan perlekatan secara
sempurna, sehingga bayi sulit untuk menghisap ASI. Gangguan pada proses
laktogenesis dan galaktopoiesis akan menyebabkan produksi dan pengeluaran ASI
yang tidak lancar, sehingga dapat menganggu milk transfer (Machfuddin, 2004
dan Riordan, 2005). Lebih lanjut Dennis (2010) menyebutkan bahwa konsekuensi
dari breastfeeding selfe fficacy adalah apakah seorang ibu akan menyusui (choice
of behavior), seberapa besar usaha yang akan dilakukan untuk menyusui (effort
and persistence), apakah mempunyai pola pikir yang mambangun (thought
patterns) dan bagaimana secara emosional merespon berbagai kesulitan yang
ditemui selama menyusui (emotional reactions). Berbagai konsekuensi tersebut
akan berdampak pada tindakan menyusui seseorang yang meliputi breastfeeding
initiation, performance, maintenance.14

4) ASI sudah tidak deras lagi


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ada ibu mengatakan
memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada anaknya beralasan di karnakan ibu ASI
sudah tidak deras lagi, antara lain:
38

iya da dulu teh neng ASI tetehnya juga sama sekali ga keluar neng terus
putingnya juga ga adaan teteh mah putingnya kecil neng jadi
susah(Wawancara mendalam pada ibu yang memberikan ASI kurang dari 2
tahun pada informan 06)

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan dengan suami informan yang


didapat sesuai dengan hasil verifikasi yaitu faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan ASI kurang dari 2 tahun karna keadaan puting tidak ada atau kecil.

iya ASInya juga ga keluar neng padahal teh si teteh mah suka makan
sayuran tapi ga keluar weh tetep ASInya katanya teh harus di
banyakin minum udah minum banyak juga masih weh ASInya ga
keluar juga jadi ku susu formula aja(Wawancara mendalam pada
suami informan 06)

Tanda ASI kurang adalah tidur tidak nyenyak, rewel, sering menangis, BB
tidak meningkat, ngompol > 6x/ hari. Produksi ASI kurang / tidak deras lagi
disebabkan karena reflek menghisap bayi kurang dan keadaan emosi ibu. Menurut
Mochji, 2003 produksi ASI kurang bisa disebabkan karena keadaan gizi ibu
semasa hamil. Keadaan emosi ibu, cara menyusui yang kurang benar. Selain itu
juga karena sekresi ASI diatur melalui system hormonal. Hormon yang dihasilkan
kelenjar endokrin yaitu prolaktin, oksitosin dan pituitrin yang berperan dalam
produksi dan sekresi ASI dan juga karena hisapan bayi pada payudara. Semakin
bayi sering disusui maka semakin banyak ASI yang akan dikeluarkan, karena
payudara yang kosong oleh karena ASI terhisap habis merupakan rangsangan
produksi ASI yang paling baik.27

4.3.3 Proses atau tahapan penyapihan yang di lakukan


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa informan
melakukan proses atau tahap penyapihan dengan menggunakan getah batrawali
dan memberikan makanan dan minuman yang banyak.
39

1) Proses/tahapan penyapihan dengan diolesi batrawali


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ada beberapa ibu menggunakan
proses/tahap penyapihan dengan cara puting ibu di olesi dengan getah batrawali
diantaranya:

yah awalnya mah neng teteh teh ngasih getah batrawali yang pait itu
ke puting teteh nah pas de agni mau nyusu mungkin pait puting
tetehnya jadi ga mau lagi nenen kan kata mamah teteh kaya gitu pake
getah batrawali biar pait jadi anaknya ga mau nyusu lagi karna
pait(Wawancara mendalam pada ibu yang memberikan ASI kurang
dari 2 tahun pada informan 04)

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan dengan ibu dari informan yang
didapat sesuai dengan hasil verifikasi yaitu faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan ASI kurang dari 2 tahun dan tahapan/cara penyapihan menggunakan
batrawali.

kan ibunya kerja kata mamah tuh neng pake ieu geura pake samiloto
atau batrawali biar pait jadi di tetein ga mau da kasian, terus tuh
sama mamah tuh di kasih susu formula kitu(Wawancara mendalam
pada orang tua ibu yang memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada
informan 04)

Menyapih secara perlahan dan bertahap yaitu jangan menyapih dengan cara
meninggalkan-meninggalkan bayi untuk pergi berlibur. Pelepasan kedekatan
emosional dari payudara ibu dan keseluruhan peran ibu secara mendadak akan
menghasilkan stres yang berlebihan bagi seorang bayi. Kunci untuk penyapihan
yang sehat adalah bahwa hal ini harus dilakukan secara sengaja tidak memberikan
air susunya pada jam-jam yang tidak terlalu di sukai bayi, misalnya jadwal pagi
hari saat ibu dan bayi lebih senang berjalan-jalan di taman, atau saat ibu membaca
buku. Ibu yang lain mengatakan bahwa mereka melakukan ini tanpa rencana. Itu
40

terjadi begitu saja. Bila bayi anda tidak mau disapih, cobalah untuk
membayangkan hal yang terjadi dalam benaknya.33

2) Memberikan makanan dan minuman yang banyak


Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ada beberapa ibu menggunakan
proses/tahap penyapihan dengan cara memberi makanan dan minuman yang
banyak diantaranya:

iya teh dulu saya teh nyapih si dede teh karna saya kerja teh di pabrik kan
lagian ASI sayanya tuh ga banyak teh nah si dede teh sama saya di cobain
pake susu formula, ga pake ASI saya lagi terus saya kasih makan-makanan
yang banyak weh teh biar ga inget sama ASInya nah itu teh pas siangnya,
kalo pas malemnya mungkin anak saya teh pingin ASI sama saya ga di kasih
di kasihnya susu formula ehhh da itu mah ga mau pingin ASI aja weh terus
ya udah weh saya kasih yang pait-paitan batrawali da kata tetangga pake
batrawali biar ga mau nenen lagi eh ternyata pake cara itu teh berhasil si
dede ga mau nyusu lagi teh gitu teh(Wawancara mendalam pada ibu yang
memberikan ASI kurang dari 2 tahun pada informan 01)

Berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan dengan ibu dari informan yang
didapat sesuai dengan hasil verifikasi yaitu faktor yang mempengaruhi ibu
memberikan ASI kurang dari 2 tahun dan tahapan/cara penyapihan ibu
memberikan makanan dan minuman yang banyak.

iya kan istri saya nyapih teh gara-gara kerja jadi weh di sapih terus
istri saya ngasih anak saya susu formula aja teh sama makanan weh
teh euhh yang banyak terus da pas di sapihnya juga dulu teh saya
cariin batrawali teh yang pait itu gening teh(Wawancara mendalam
pada suami informan 01)

Pada usia 2 tahun bayi mulai disapih. Agar tidak menyakiti bayi, seminggu
sebelum disapih sebaiknya bayi menyusui satu kali saja, misalnya hanya waktu
malam hari menetek, sedang paginya hanya diberi susu sapi satu gelas.Untuk
mengetahui bayi cukup makan atau tidak, sebaiknya bayi ditimbang dalam waktu
tertentu. Bila kenaikan berat badan bayi sesuai dengan bertambahnya umur,
41

berarti makanan bayi sudah cukup. Setelah itu bayi disapih makananya yang
terdiri dari makanan balita.27
Selama masa bayi, pemberian makanan perlu diatur sesuai dengan tingkat
kebutuhan makanan bagi bayi dan tahap pertumbuhan / kemampuan bayi untuk
mencernakan makanan. Pengaturan makanan bayi yang baik akan menghasilkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang memuaskan.
Tanda tanda bayi mendapat cukup makanan yang baik :27
a) Berat lahir telah kembali setelah bayi berumur 2 minggu
b) Bayi banyak ngompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari
c) Tiap menyusu, bayi menyusu dengan rakus, kemudian melemah dan tertidur.
d) Payudara ibu terasa lunak setelah menyusui di banding sebelumnya
e) Kurva pertumbuhan / berat badan dalam KMS sesuai dengan seharusnya.

4.4 Keterbatasan Penelitian


Peneliti menemukan beberapa keterbatasan dalam melakukan penelitian ini,
keterbatasan penelitian tersebut di antaranya peneliti harus menyesuaikan waktu
dengan informan karena kesibukan informan sehingga dalam melakukan
wawancara mendalam jadi terhambat.
42

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Faktor yang mempengaruhi ibu memberikan ASI kurang dari 2 tahun mengarah
kepada pengetahun ibu dan faktor dengan ibu yang bekerja, anak di berikan susu
formula dan makanan pendamping, dan beberapa mengatakan ASI sudah tidak
deras lagi serta sikap ibu yang menginginkan dan memotivasi untuk tidak lagi
menyusui anaknya.

5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka di dapat beberapa saran yang
di harapkan dapat berguna sebagai tambahan informasi bagi beberapa pihak.
1) Bagi peneliti lain
Diharapkan dapat melakukan penelitian kualitatif tentang ke efektifan
konseling mengenai penyapihan yang informasikan oleh bidan kepada ibu-
ibu yang memiliki bayi dan balita.
2) Bagi Kepala Puskesmas
(1) Memberikan pengetahuan melalui penyuluhan mengenai penyapihan
pada anak sebaiknya dilakukan usia berapa tahun d berikan
penyuluhannya kepada ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita di bawah
usia 2 tahun
(2) Melatih tenaga kesehatan untuk memberikan konseling mengenai
Informasi penyapihan apabila setiap melakukan pelayanan KIA
(3) Melakukan pemantauan kepada petugas kesehatan apakah petugas
kesehatan sudah melakukan semua yang telah dilatih memberikan
informasi penyapihan sebaiknya dilakukan usia berapa tahun sesuai
dengan prosedur dan sesuai dengan perkembangan informasi yang
terbaru, dan memberitahukan kepada ibu yang memiliki bayi dan balita
kurang dari 2 tahun bahwa pentingnya ASI untuk bayi dan balita ibu
43

(4) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya


pemberian ASI pada anak
(5) Melakukan pemantauan kepada masyarakat apakah masyarakat sudah
melaksanakan dengan baik dalam pemberian ASI kepada bayi meskipun
ibu dengan segala faktor yang mempengaruhinya terkecuali ibu yang
memiliki kontra indikasi penyakit sehingga mengtidak haruskan untuk
menyusui bayinya
44

DAFTAR PUSTAKA

1. Yusria. Pengaruh dukungan keluarga pada ibu dalam meningkatkan durasi


menyusui sampai dengan usia 6 bulan di kota Langsa. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Fakultas Kedokteran UGM; 2011.

2. Simkin P, Whalley J, Keppler. Panduan lengkap kehamilan, melahirkan, dan


bayi. Jakarta: Arcan; 2007.

3. Depkes RI. Tuntutan praktis bagi tenaga gizi puskesmas bekalku membina
keluarga sadar gizi. Jakarta: Bina Kesehatan; 1998.

4. Singh NS. Determinants of breastfeeding amongst women in Manipur.


Bangladesh Journal of Medical Science. 2011;10(4).

5. Prasetyo, Sunar. Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogyakarta: Diva Press; 2009.

6. Departemen, Agama RI. Al-Quran & terjemahan. Bandung: Diponegoro;


2007.

7. Marcil L. Psychosocial factors and duration of breastfeeding among women


in Denmark. CIS. 2005;11(495).

8. Djumadias Abu Nain, Maspaitella FJ. Pola pemberian makanan pada bayi di
beberapa daerah indonesia. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI jakarta.
1973:42-8.

9. Nugroho, Taufan. ASi dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika;


2011.

10. Kodrat, Laksono. Dahsyatnya ASI dan Laktasi untuk Kecerdasan Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Media Baca; 2010.

11. Wong, Donnal L. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong edisi 6. Jakarta:
EGC; 2008.

12. Maritalita, Dewi. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar; 2012.

13. Anitasari B. Praktek menyusui selama masa kehamilan dalam perspektif


wanita di kota makassar. Depok: Universitas Indonesia; 2012.

14. Pradanie R. Paket dukungan terhadap breastfeeding self efficacy dan


keberhasilan menyusui pada ibu postpartum. Jurnal Ners. 2015;10(1):20-9.

15. Soetjiningsih. ASI. Jakarta: Penerbit buku kedokteran; 1997.


45

16. Christina Pernatun K, Eny Retna A, D ER. Dukungan tempat bekerja


terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif. Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan. 2014;10(1):27-36.

17. Brinch J, MPH. Menyusui Bayi dengan Baik dan Berhasil. Jakarta: Gaya
Favorit Press; 1986.

18. King F, Savage. Menolong Ibu menyusui. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
1993.

19. Aliyatun S. Analisa faktor yang mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian
makanan bagi anak balita berstatus gizi kurang di Wilayah Puskesmas
Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2002. Semarang: Universitas
diponegoro; 2003.

20. Ebraim GJ. ASI. Jogyakarta: Yayasan Essentia Media; 1986.

21. Nurmiati B. Pengaruh durasi pemberian ASI terhadap ketahanan hidup bayi
di Indonesia. Makara,

Kesehatan. 2008;12(2):47-52.

22. Departemen, Kesehatan RI. Rencana Strategi Departemen Kesehatan.


Jakarta: Depkes Ri; 2005.

23. Sagung W. Gizi Reproduksi. Yogjakarta: Pustaka Rihama; 2010.

24. Sri Purwanti, Hubertini. Konsep penerapan ASI eklusif. Monika Ester ed.
Jakarta: EGC; 2004.

25. Fitria a. Panduan lengkap kesehatan wanita. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta;
2007.

26. Roesli, Utami. Mengenal ASI eklusif. Cetakan pertama. Jakarta: Trubus
Agriwidya; 2000.

27. Eliya Rohmah, Sina JM. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian


penyapihan kurang dari 2 tahun di posyandu sawahan Desa Sidodadi
Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun. Jurnal Delima Harapan.
2014;2(1):33-40.

28. Tirtawinata. Makanan Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2006.

29. Permatasari D. Hubungan usia penyapihan dan pola konsumsi susu formula
dengan kejadian karies gigi pada anak balita di Desa Mranggen Sukoharjo.
Surakarta: Universitas muhammadiyah surakarta; 2015.
46

30. Manalu, Ade. Pola Makan dan Penyapihan serta Hubungannya dengan Status
Gizi Balita di Desa Polip Kec.Silima Pungga-pungga Kab.Dairi Sumatera
Utara Medan 2008.

31. Bunda, Ayah. Kiat Sukses Menyususi. Jakarta: PT. Pirasi Pemuda; 2002.

32. Iwan P, Saryono. Mengelola Pasien dengan Ventilator Mekanik. Jakarta:


Rekatama; 2010.

33. William Sears MD, Martha Sears RN. The Baby Book segala hal yang perlu
anda ketahui tentang bayi anda sejak lahir hingga usia dua tahun. Jakarta: PT
Serambi ilmu semesta; 2003.

34. Meadow, Joy S, Simon J, Newell. Lecture Notes. Pediatrika, editor. Jakarta:
Erlangga; 2007.

Anda mungkin juga menyukai