Anda di halaman 1dari 82

FAKTOR MASA LALU YANG

MEMPENGARUHI MASA NIFAS DAN


MENYUSUI

Kelompok 1 :
1. Suci wulan dari (206121002)
2. Rizky Ayu Amelia (206121002)
3. Famela Devita Santiani
(206121022)
Faktor Masa Lalu
Melalui pengalaman di masa lalu seseorang dapat
belajar cara merawat diri. Apabila ibu sudah
mengenal manfaat perawatan diri atau teknik yang
akan dilakukan,maka ibu akan lebih mudah dalam
melakukan perawatan diri pascasalin.
Te o r i L a w re n c e G re n d a l a m Priyoto(2014)
menyebutkan bahwa perilaku kesehatan seseorang
d i p e n g a r u h i o l e h 3 f a k t o r, y a i t u :

 Faktor predisposisi(Predisposing Factors) yang meliputi umur,pekerjaan,


pendidikan, pengetahuan dansikap,
 Faktor pemungkin (Enabling Factors)yang terwujud dalam lingkungan fisik
danjarak ke fasilitas kesehatan,
 Faktor penguat (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam dukungan yang
diberikanoleh keluarga maupun tokoh masyarakat
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2012).
2. Pendidikan
 Tingkat pendidikan dan akses ibu terhadap media masa juga mempengaruhi
pengambilan keputusan, dimana semakin tinggi pendidikan semakin besar
peluang untuk memberikan kolostrum kepada bayinya. Tingkat pendidikan
formal yang tinggi memang dapat membentuk nilai-nilai progresif pada diri
seseorang, terutama dalam menerima hal-hal baru, termasuk pentingnya
pemberian kolostrum.
 Tingkat pendidikan inilah yang membantu seorang ibu untuk lebih mudah
menangkap dan memahami suatu informasi, sehingga lebih mudah
mengadopsi pengetahuan baru khususnya mengenai pentingnya kunjungan
masa nifas (Ibrahim,2012).
 Dalam penelitian yang dilakukan Asmijati (2015) menunjukkan bahwa
rendahnya pendidikan dan kurangnya informasi dapat berpengaruh terhadap
kegagalan kunjungan masa nifas.
3. Sikap
 Sikap merupakan reaksi ataurespon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
obyek.

 Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Penelitian yang dilakukan oleh Permana (2016), menunjukan hasil bahwa
faktor kognitif atau keyakinan adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam
kunjungan nifas yaitu sebesar 75,63%.

 Sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Terwujudnya sikap agar menjadi tindakan
nyata diperlukan faktor dukungan dari pihak - pihak tertentu, seperti petugas kesehatan dan orang-
orang terdekat ibu. Menurut Alport (dalam Notoatmodjo, 2012), sikap terdiri dari tiga komponen
yaitu kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek
dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh, dimana pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
4. Paritas
 Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita. Ibu hamil dan suami yang telah
memiliki anak sebelumnya cenderung memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih
dibandingkan dengan yang baru pertama kali memiliki anak (Asmijati,2014).

 Penelitian yang dilakukan Asmijati (2014) dan Frinsevae (2015) menyebutkan bahwa
paritas mempunyai hubungan yang signifikan dengan kunjungan nifas. Menurut
Saifuddin (2012), paritas dapat dibedakan menjadi nullipara (wanitayang belum pernah
melahirkan anak hidup), primipara (wanitayang telah melahirkan satu anak), multipara
(wanita yang telah melahirkan anak kedua sampai keempat), grandemultipara (wanita
yang telah melahirkan anak lebih dari empat).
4. kepercayaan
 Menurut Notoatmodjo (2012), kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-
psikologis. Kepercayaan ini dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan. Hal ini
dimaksudkan bahwa orang percaya kepada sesuatu karena ia mempunyai pengetahuan tentang
itu. Keyakinan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima
kepecayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

 Kepercayaan yang diyakini masyarakat dapat juga berupa kebiasaan yang ada dimasyarakat yang
merupakan pelaziman dari waktu kewaktu. Kebiasaan ini sering dikaitkan dengan adat
dimasyarakat yang turun temurun karena kebiasaan pada umumnya sudah melekat pada diri
seseorang termasuk kebiasaan yang kurang menguntungkan bagi kesehatan. Kepercayaan yang
dimaksud dalam hal ini adalah dengan menganggap bahwa kolostrum merupakan air susu yang
kotor yang pertama kali keluar.
Kesimpulan
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasentasampai pemulihan
kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum hamil yang berlangsung 6
minggu (40 hari). Munyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air
susu dari payudara dengan seefisien mungkindan ibu belajar cara menyusui dengan
senyaman mungkin. Faktor masalalu pun ternyata sangat berpengaruh terhadap ibu nifas
dengan adanya masa transisi. Jadi, perlu dukungan dari keluarga disekitarnya. Di
Indonesia, hal yang mendasar mengenai kebudayaan dan termasuk didalam masa lalu
tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan yang kuat dikarenakan pembuktian
terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan ibu nifas benar adanya. Namun, ada juga yang
sama sekali tidak membawa dampak positif sehingga perlu diperhatikan agar tidak
memberi pengaruh negatif kepada ibu dan bayi.
TERIMA KASIH
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI PASCA
PERSALINAN DAN LAKTASI
 

Kelompok 2
1.Nurul Ekawati (206121007)
2.Lutfiana Ayu Zabela (206121018)
3.Cipta Miftahul Jannah(206121020)
 
A. Konsep Dasar Nifas
Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa persalanian, yang dimulai dari
setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah berakhirnya kala IV dalam persalinan dan berakhir sampai
dengan 6 minggu (42 hari) yang ditandai dengan berhentinya perdarahan. Masa nifas berasal dari bahasa latin
dari kata puer yang artinya bayi, dan paros artinya melahirkan yang berarti masa pulihnya kembali, mulai dari
persalinan sampai organ-organ reproduksi kembali seperti sebelum kehamilan.
Pada masa nifas juga dapat timbul berbagai masalah baik yang berupa komplikasi fisik maupun komplikasi
psikologis, oleh karena itu sangatlah penting perhatian khusus dari tenaga kesehatan terutama bidan. Oleh
karena itu masa ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan
pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah,
bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerpuralis, perdarahan . Pada masa ini
dapat disebut masa kritis bagi ibu setelah melahirkan, skitar 50% kematian ibu dapat terjadi dalam 24 jam
pertama postpartum akibat perdarahan serta penyakit komplikasi yang terjadi pada saat kehamilan, Jika di
tinjau dari penyebab adanya masalah yang dialami oleh ibu dapat berimbas juga terhadap kesejahteraan bayi
yang dilahirkan, karena bayi tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya, dengan demikian,
angka morbiditas dan mortalitas bayipun akan meningkat.
Tujuan Asuhan Masa Nifas

Berdasarkan standart pelayanan kebidanan untuk ibu nifas meliputi perawatan bayi baru lahir ( standard
13), penanganan 2 jam pertama setelah persalinan (standard 14), serta pelayanan bagi ibu dan bayi
Peningkatan program ASI eksklusif merupakan salah satu bentuk usaha pemerintah dalam hal pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2014 mengenai prevalensi gizi kurang dan gizi buruk.
ASI merupakan makanan yang utama dan paling sempurna bagi bayi. Dimana ASI mengandung hampir
semua zat gizi dengan komposisi sesuai dengan kubutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal (Perinasia, 2004). Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa pemberian ASI harus
dilakukan secara eksklusif, yakni pemberian ASI selama 6 bulan pertama kehidupan bayi tanpa disertai
makanan tambahan apapun (Roesli, 2011).
Proses pemberian ASI dilakukan melalui kegiatan laktasi. Proses laktasi merupakan proses produksi dan
sekresi ASI (Johnson & Wendy, 2005). Secara fisiologis, laktasi bergantung pada 4 proses, yaitu proses
pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara, proses yang memicu produksi ASI setelah
melahirkan, proses untuk mempertahankan produksi ASI dan proses sekresi ASI.

 
B. Konsep Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia
termasuk manusia. Masa laktasi bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapat kekebalan tubuh secara alami (Ambarwati, 2012).
2. Fisiologi Laktasi
Menurut Dewi (2011), laktasi atau proses menyusui merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan beberapa jenis hormon. Pengaturan hormon
terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
 Pembentukan kelenjar payudara
a) Masa kehamilan
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktus yang baru, percabangan
dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut
membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen plasenta, karionik gonadotropin,insulin,
kortisol, hormon tiroid, hormon paratoroid, hormon pertumbuhan.

14
b) Pada 3 bulan kehamilan
Prolaktin dari adenohipofise atau hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan
air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan
progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
c) Pada trimester kedua kehamilan
Laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon
terhadap pengeluaran air susu telah didemontrasikan kebenaranya bahwa seorang Ibu yang melahirkan bayi
berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal, tetap keluar kolostrum.
 
Faktor lingkungan yang Mempengaruhi Masa Nifas dan
Menyusui

Faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama ibu pasca


persalinan dan laktasi adalah faktor lingkunganya itu pendidikan disamping
factor-faktor lainnya. Jika masyarakat mengetahui dan mengerti hal-hal yang
mempengaruhi status kesehatan tersebut maka diharapkan masyarakat tidak
melakukan kebiasaan/adat-istiadat yang merugikan kesehatan khususnya
bagi ibu pasca persalinan dan laktasi. Lingkungan akan terus berubah
selamat kita hidup.

16
Lanjutan

Faktor lingkungan dapat berupa pengaruh budaya. Adanya adat istiadat yang dianut oleh
lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati
saat transisi ini. Apalagi jika hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga Kesehatan
dengan budaya yang dianutnya.
Contoh budaya :
• Pemakaian stagen
• Larangan makan makanan seperti daging, ayam dan ikan
Lanjutan…

Budaya pemakaian stagen setelah melahirkan menuut Sebagian masyarakat


dapat membantu meningkatkan produksi Asi .
Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan, yang dilakukan secara turun temurun
dan dapat memberikan stimulasi kemasyarakat dalam memelihara dan menjaga
Kesehatan.

18
Kesimpulan

Masa nifas merupakan periode yang akan dilalui oleh ibu setelah masa persalanian, yang
dimulai dari setelah kelahiran bayi dan plasenta, yakni setelah berakhirnya kala IV dalam
persalinan dan berakhir sampai dengan 6 minggu (42 hari) yang ditandai dengan berhentinya
perdarahan.
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi
menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia
termasuk manusia. Masa laktasi bertujuan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapat
kekebalan tubuh secara alami. Faktor lingkungan dapat berupa pengaruh budaya. Adanya adat
istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi
keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi jika hal yang tidak sinkron antara
arahan dari tenaga Kesehatan dengan budaya yang dianutnya.
Contoh budaya :
• Pemakaian stagen
• Larangan makan makanan seperti daging, ayam dan ikan

19
Faktor internal
yang
mempengaruhi
masa nifas dan
laktasi

Kelompok 3
1.Esabda iqtiara
2.Irti muti azimah
3.Siti rahmawati

20
FAKTOR INTERNAL IBU PASCA PERSALINAN

.
Faktor internal adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri. Aktivitas merawat
diri akan berbeda pada setiap individu. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh;

 Usia
 Pendidikan
 karakter
 keadaan kesehatan,
 Tempat lahir
 budi pekerti,
 Kebudayaan.

21
FAKTOR INTERNAL LAIN

A.Kebersihan diri

hal-hal yang perlu diperhatikan :


1.Putting susu harus diperhatikan kebersihannya dan rhagade (luka pecah) harus segera diobati
2.Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh
3.Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
4.Mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari
5.Mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin
6.Menghindari menyentuh bagian luka (bekas sc/episiotomi)
FAKTOR INTERNAL LAIN

B. Laktasi

Hal – hal yang mempengaruhi susunan air susu ialah :


1. Diet
2.Gerak badan
3.Keadaan jiwa Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan yang
diminum ibu. Beberapa obat yang mempengaruhi banyaknya air susu misalnya belladonna
dan mengurangi air susu misalnya antropin.
FAKTOR INTERNAL LAIN

C. Pengeluaran air susu


adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsang penghisapan puting susu oleh bayi. Permulaan
sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat keluarkah cairan putih dari puting susu. Hal-hal
yang meningkatkan oksitosin antara lain :

a. Ibu dalam keadaan tenang


b. Mencium dan mendengarkan celotehan bayi atau tangisannya
c. Melihat dan memikirkan bayinya dengan perasaan kasih sayang
FAKTOR INTERNAL LAIN

D. Hal-hal yang dapat mengurangi produksi oksitosin :

1) Ibu merasa takut jika menyusi akan merusak bentuk payudara 2.Ibu bekerja
2) Ibu merasa khawatir produksi asi nya tidak cukup
3) Ibu merasa kesakitan saat menyusui
4) Ibu merasa sedih, cemas, dan bingung
5) Ibu merasa malu untuk menyusui
6) Suami atau keluarga kurang mendukung dan mengerti ASI
FAKTOR INTERNAL LAIN

E.Upaya memperbanyak ASI :

a) Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusi 10-15 menit
disetiap payudara
b) Dudulah selama menyusui
c) Pastikan bayi menyusu dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelah
yang aktif
d) Susui bayi di tempat yang tenang serta nyaman dan minumlah setiap kali sehabis menyusui
e) Tidurlah bersebelahan dengan bayi
f) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum 6. Ibu harus yakin dapat memproduksi susu
lebih banyak dengan melakukan Hal-hal tersebut.
FAKTOR INTERNAL LAIN

F. Cara perawatan payudara:

 Mejaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting susu.
 Menggunakan bra yang menyokong payudara ,Apabila putting susu lecet, oleskan
kolostrum atau asi yang keluar disekitar pusing setiap kali selesai menyusui. ,Apabila
lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi dikeluarkan dan diminumkan
menggunakan sendok Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam
LANJUTAN...

 Apabila payudara bengkak akibat pembendungan asi maka ibu dapat melakukan :

1) Pengkompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit
2) Urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara
dengan arah “Z” menuju putting
3) Keluarkan asi sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak bisa mengisap seluruh asi, sisanya
keluarkan dengan tangan
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
FAKTOR INTERNAL LAIN

G. Istirahat Bertujuan untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Akibat Kurang


istirahat :

 Mengurangi jumlah asi yang diproduksi


 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
 Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
FAKTOR INTERNAL LAIN

H. Ambulasi Dini Keuntungan dari ambulansi dini antara lain :

 Penderita merasa lebih sehat dan kuat


 Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik Memungkinkan bidan untuk memberikan
bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya

I.Gizi Antara lain:

 Menkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari , Makan dengan diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral,vitamin
 Minum sedikitnya 3 liter air sehari ( menganjurkan ibu untuk minum setiap kali menyususi )
 Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
FAKTOR INTERNAL LAIN

J. Latihan

 Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal.


 Menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu
seperti : Dengan tidur telentang, lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik
nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada tahan 1 hitungan sampai 5. Relaks
dan ulangi sekali lagi
PERAN AWAL BIDAN DALAM MENDUKUNG PEMBERIAN ASI

1) Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara


ibunya.Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri
2) Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

 Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama
 Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum
yang timbul
 Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI dengan
 Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung) menyarankan ibu
untuk Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin dan Memberikan kolustrum ASI saja
serta Menghindari susu botol dan “dot empeng”.
KESIMPULAN

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan
atau setelah melahirkan .
faktor internal yang mempengaruhi masa nifas seperti
usia,pendidikan,karakter,keadaan kesehatan,tempat lahir,budi pekerti,kebudayaan.
adapun faktor internal lain seperti kebersihan diri,laktasi,pengeluaran air susu,hal-hal
yang dapat mengurangi produksi oksitosin.upaya memperbanyak ASI,cara perawatan
payudara,istirahat,ambulasi,gizi,dan latihan.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya.
Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
TERIMA KASIH
FAKTOR EKONOMI
YANG
MEMPENGARUHI
PASCA PERSALINAN
KELOMPOK 4
• ELIA CATUR ANUGRAH
• KUSUMUA DEWI ARIMBI
PENDAHULUAN
status sosial ekonomi adalah salah satu variabel yang mempunyai
pengaruh terhadap kejadian postpartum blues (depresi pasca persalinan).
Karena status sosial ekonomi tidak hanya berpengaruh pada penghasilan,
tetapi pada pendidikan, pekerjaan dan gaya hidup seseorang (WHO, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Patel (2002) dalam WHO (2008)
menyatakan bahwa pengangguran dan sosial ekonomi yang rendah secara
signifikan terkait dengan depresi postpartum.
APA ITU POST
PARTUM BLUES?
Pasca melahirkan,ibu akan mengalami beberapa
perubahan. Baik perubahan fisik maupun perubahan
psikologis, seorang ibu akan merasakan gejala gejala
psikiatrik setelah melahirkan, beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh ibu.
Sebagian ibu bisa menyesuaikan diri dan sebagian
tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang
tidak bisa menyesuaikan diri, mereka mengalami
gangguan gangguan psikologis dengan berbagai macam
sindrom atau gejala, oleh peneliti hal ini disebut
postpartum blues (Marshall, 2004).
Fenomena terjadinya Postpartum blues pada hari
pertama atau ketiga persalinan kurang mendapat
perhatian dari masyarakat, karena postpartum
blues dianggap sebagai gangguan mental ringan
dan sementara yang hilang dalam beberapa hari
postpartum (Otoluya,2006), postpartum blues bila
tidak ditangani dengan baik dapat berkembang
menjadi psikosis postpartum, dan akan
menimbulkan dampak yang buruk terhadap
hubungan dengan pasangan dan kurang
minatnya ibu dalam melakukan perawatan bayi.
CONTOH KASUS
MASALAH EKONOMI

01 PENGANGGURAN

IBU HARUS BEKERJA UNTUK


02 MEMENUHI KEBUTUHAN
KELUARGA

HIDUP DI
03 LINGKUNGAN
KUMUH
PENGANGGURAN

Jika didalam keluarga tersebut, telah lahir seorang bayi, dan


suami belum bekerja, itu jelas akan mempengaruhi kondisi
si ibu dan si bayi. Dengan kelahiran bayi, tentu nya,
kebutuhan akan bertambah. Jika tidak adanya penghasilan,
bagaimana si bayi dan si ibu bisa mendapatkan gizi yang
cukup? Padahal ibu pasca melahirkan, membutuhkan gizi
yang cukup untuk proses pemulihan. ASI yang diberikan
kepada bayipun akan berkurang kualitasnya, karena si ibu
tidak mendapatkan gizi yang cukup. Pertumbuhan bayi pun
akan terhambat.
IBU HARUS BEKERJA UNTUK
MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA

Ibu pasca melahirkan, harus mendapatkan


istirahat yang cukup, untuk mendukung proses
pemulihan pasca melahirkan. Ibu yang mengalami
kesulitan ekonomi, otomatis, terpaksa harus bekerja
untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini
menyebabkan, ibu pasca melahirkan kurang istirahat,
kelelahan bahkan bisa berakibat post partum blues.
Bayi yang ditinggalkan pun, menjadi kurang
perhatian penuh dari si ibu. Akibatnya hubungan
bayi dengan si ibu menjadi berkurang.
HIDUP DI LINGKUNGAN KUMUH

Lingkungan yang kumuh, dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan ibu


dan bayi. Bayi, rentan terhadap penyakit. Jika lingkungan sekitarnya kumuh,
otomatis disana menjadi sarang bakteri dan virus. Bayi akan mudah terserang
bakteri dan virus dari lingkungan tersebut. Mereka yang kekurangan
ekonomi, terpaksa tinggal di lingkungan yang kumuh. Hal tersebut, justru
akan menambah masalah baru bagi ibu pasca melahirkan dan bagi si bayi.
STATUS EKONOMI
PEKERJAAN
Mereka yang kesulitan ekonomi, biasanya
sebagian besar bekerja di sektor non formal.
Menurut penelitian, mereka yang bekerja di
sektor formal, memiliki akses yang lebih baik
terhadap berbagai informasi kesehatan.
KESIMPULAN

Kami menilai bahwa status ekonomi


seseorang dapat berpengaruh
terhadap kejadian post partum
blues (depresi pasca melahirkan)
pada ibu pasca melahirkan. Dengan
demikian maka tugas seorang bidan
perlu melakukan konseling dengan
tepat kepada ibu nifas yang
berisiko post partum blues untuk
mencegah terjadinya post partum
blues.
terimakasih

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik
FAKTOR SOSIAL BUDAYA YANG
MEMPENGARUHI PASCA
PERSALINAN DAN LAKTASI

KELOMPOK 5
1. HAIZAH SAFITRI (206121009)
2. GINA YULISTIANI (206121015)
3. MELISA JENIARI (206121019)
Pengertian Masa Nifas

Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai pemulihan
kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum hamil yang berlangsung 6
minggu (40 hari) (Nurliana, 2014 ).

Masa nifas adalah masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil
yang normal (Nugroho, 2014).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari pemulihan kembali,
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Sofian,
2011).
Pengertian Menyusui

Menyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari payudara dengan
seefisien mungkin dan ibu belajar cara menyusui dengan senyaman mungkin (Nugroho, 2014).

Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya
tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf sekalipun dapat menyusui
anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal
yang alamiah tidaklah selalu mudah.

Seiring dengan perubahan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sedemikian pesat, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru terkadang terlupakan.
Padahal, kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah
pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kehidupan manusia (Roesli,2002).

 
Faktor Sosial yang Mempengaruhi Masa
Nifas dan Menyusui
Ibu merasa sulit menyesuaikan dengan peran baru sebagai ibu. Apalagi kini gaya hidupnya akan berubah
drastis. Ibu merasa dijauhi oleh lingkungan dan merasa akan terasa terikat terus pada si kecil. Dibutuhkan
pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan ibu post partum blues. Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,emosional, intelektual, sosial dan psikologis
secara bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya, yaitu suami, keluarga dan teman dekatnya. Faktor
sosial di pengaruhi oleh :
1. Faktor usia

Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan
pada usia antara 20-30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi
oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali
dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
LANJUTAN...

2. Faktor pengalaman

Berdasarkan beberapa penelitian Paykel dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pasca
salin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara,mengingat bahwa peran seorang ibu dan semua
yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi baru bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres.
Berdasarkan pendapat Le Masters yang melibatkan suami istri muda dari kelas sosial menengah
mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.

3. Faktor pendidikan

Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran,antara tuntutan sebagai
perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran
mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak-anak mereka (Kartono,2011).
LANJUTAN...

4. Faktor selama proses persalinan

Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan.
Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula
trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi
pascasalin.

5. Faktor dukungan sosial

Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin,beban seorang ibu
karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
Faktor Budaya yang Mempengaruhi
Masa Nifas dan Menyusui
Budaya atau kebiasaan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan maupun
adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan,ada pula yang merugikan. Banyak sekali pengaruh atau yang
menyebabkan berbagai aspek kesehatan di negara kita, bukan hanya karena pelayanan medik yang tidak memadai atau
kurangnya perhatian dari instansi kesehatan, antara lain masih adanya pengaruh adat budaya yang turun temurun masih
dianut sampai saat ini. Contoh budaya pada saat masa nifas:

1. Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong,daun lembayung, buah pare, nenas, gula
merah, dan makanan yang berminyak. Dampak positif: tidak ada. Dampak negative: merugikan karena masa nifas
memerlukan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.

2. Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe tanpa garam, ngayep dilarang banyak
makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar. Dampak positif: tidak ada. Dampak negative: merugikan
karena makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka.
Perawatan masa nifas masyarakat

Pada masyarakat yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan rumah selama 44 hari bagi wanita yang
baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa nifas, perawatan nifas dengan pengurutan, penghangatan
badan, konsumsi minuman berupa jamu- jamuan dan pantangan makan-makanan tertentu (Swasono, 1998). Ada
beberapa tahapan (pidie) terhadap wanita yang telah melahirkan, didasarkan pada fitrah manusiawi:

1. Setelah melahirkan ibu dimandikan. Pada siraman terakhir, disiram dengan ie bohkruet (jeruk purut) guna
menghilangkan bau amis, setelah menganti pakaian diberikan merah telur dengan madu.

2. Selama tiga hari diberikan ramuan daun-daunan yang terdiri dari daun peugaga, daun pacar (gaca), un
seumpung (urang-aring) daun-daunan ini diremas dengan air lalu diminum. Hal tersebut berkhasiat untuk
membersihkan darah kotor.
Lanjutan...

3. Selama tujuh hari kemudian diberikan ramuan, dari gula merah, asam jawa, jeura eungkot, boh cuko (kencur), dan lada.
Semua bahan ini ditumbuk sampai halus lalu dicampur dengan air ditambah madu dan kuning telur. Khasiatnya menambah
darah dan membersihkan darah kotor.

4. Jika kesehatan ibu memungkinkan, mulai hari pertama diletakkan batu panas di perut dan dipeumadeung (disale). Ibu tidur
di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu yang dibawahnya dihidupkan api.

5. Kebiasaan tot batee dan sale ini 30 sampai 40 hari. Hal ini bertujuan untuk membersihkan darah kotor, mengembalikan
otot dan merampingkan tubuh.

6. Sejak hari pertama sampai dengan hari ketiga seluruh tubuh ibu diurut. Dalam upaya membersihkan darah kotor dan
melancarkan ASI.

7. Memasuki bulan kedua tidak boleh memakan sembarangan dan setiap pagi minum segelas saripati kunyit yang berkhasiat
untuk ibu dan anak supaya tidak masuk angin,menguatkan tubuh dan upaya menjarangkan kelahiran.
Lanjutan...
8. Ibu yang menyusui biasanya diminumkan air sari daun-daunan seperti daun kates,daun kacang panjang, daun katuk, dan lain - lain. Tujuannya agar air
susu lebih banyak. Selain itu ibu sebaiknya tidak makan makanan yang pedas karena dikhawatirkan bayi akan sakit perut.
9. Selama dalam masa perawatan, di bagian muka dan badan ibu diberi bedak dingin,sementara diperut diolesi obat-obatan ramuan dengan dipakaikan
bengkung (gurita) selama 3 bulan. Hal ini berguna untuk menghaluskan muka, tubuh dan mengecilkan perut.
10. Pada masa nifas, ibu tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Hal ini tidak diperlukan karena pada masa nifas, ibu dan bayi yang baru lahir harus
periksa kesehatan sang bayi sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0-7 hari dan 8-30 hari guna pemberian imunisasi bagi si bayi
tersebut dan dampak positif akan pelarangan ini tidak ada.
Pendekatan yang dapat dilakukan bidan

1. KIE (komunikasi informasi dan edukasi) perilaku positif dan negatif.

2. Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas dan menyusui sebenarnya tidak
menguntungkan ibu dan bayi karena justru ibu membutuhkan makanan yang kaya akan nutrisi dan sehat.

3. Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi yang baru lahir dengan benar dan tepat meliputi pemotongan
tali pusar, memandikan/membersihkan menyusun dan menjaga kehangatan.

4. Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca persalinan, bayi dan balita dan
keuntungan dan kerugian dari beragam pantangan makan dan diadopsi masyarakat.

5. Memberikan pengertian dengan menggunakan pendekatan logis bahwa budaya budaya yang dilakukan semata
mata tidak ada hubungannya dengan yang berbaumistik. Akan tetapi memiliki alasan lain yang lebih logis
untuk dijadikan dasar yang jelas.
Kons ep Bu da ya Ten t an g Peraw at an Mas a
La k tasi

Masa laktasi adalah keseluruhan proses menyusui dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan asi. Masa
laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian asi ekslusif anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan
kekebalan tubuh secara alami. Setelah persalinan plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta maka produksi hormon esterogen
dan progesteron turun drastis sedangkan kadar prolakte tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI saat bayi mulai menyusu,
rangsangan isapan bayi pada putting susu menyebabkan prolaktin dikeluarkan dari hipofise sehingga sekresi ASI semakin lancar.

A. Pada masa laktasi terdapat reflek pada ibu dan bayi. Reflek yang terjadi pada ibu adalah :

1. Reflek prolaktin

Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu kelenjar hiposife bagian depan untuk mengeluarkan hormon proaktin
kedalam perbedaan darah yang menyebabkan sel kelenjar mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi menghisap semakin banyak
hormon prolaktin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise. Akibatnya makin banyak ASI diproduksi oleh sel kelenjar. Sebaliknya
berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi asi berkurang mekanisme ini di sebut supply and demand.
Lanjutan...

2. Reflek oksitosin (let down reflex)

Rangsangan ispan bayi melalui serabut saraf memacu hipofise bagian belakang untuk mensekresi hormon oksitisin ke
dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel sel myopytel yang mengelilingi alfeoli dan duktuli berkontraksi,
sehingga ASI mengalir dari alveoli keduktuli menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusu baik dan
penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (membengkakan payudara) tetapi sebaliknya
mempelancar pengeluaran ASI.

B. Sedangkan untuk reflek pada bayi adalah :

1. Reflek bayi mencari puting (rooting reflex) Bila pipi bayi disentuh maka bayi akan menoleh kea rah sentuhan,
membuka mulutnya dengan berusaha untuk mencari puting untuk menyusu.
Lanjutan...

2. Reflek menghisap (sucking reflex) Reflek terjadi karena rangsangan putting susu pada palatum durum bayi
bila areola masuk ke dalam mulut bayi. Gusi bayi menekan areola lidah dan langit langit sehingga menekan
sinus laktiferus yang berada di bawah areola. Kemudian terjadi gerakan peristaltic yang mengeluarkan ASI dari
payudara masuk kedalam mulut bayi.

3. Reflek menelan (swallowing reflex) ASI dan mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.
Aspek Sosial Budaya Masa Laktasi Pada
Masyarakat Serta Dampaknya
1. Untuk meningkatkan produksi ASI ibu di berikan sayur bayam dan daun katuk/ kelor. Dampaknya positif karena
hal tersebut sudah benar dilakukan untuk meningkatkan banyaknya ASI yang keluar.

2. Meminum jamu dari campuran rempah rempah dan beberapa tumbuhan. Dampaknya positif karena dapat
meningkatkan nafsu makan ibu. Adapun dampak negtif karena beberapa ibu tidak tahan dengan jamu yang di
berikan sehingga menyebabkan diare.

3. Ibu harus banyak tidur dan memperbanyak minum air putih. Dampaknya positif karena banyak istirahat
membuat ibu lebih segar dan banyak meminum air putih membuat ASI menjadi lebih banyak.

4. Mengolesi daerah payudara ibu kecuali puting dengan tumbukan daun kerayap. Dampaknya negatif karena
beberapa ibu mengalami alergi.
P e n d e k a t a n Ya n g D a p a t D i l a k u k a n B i d a n

1. Membina hubungan/ ikatan yang baik antara ibu dan bayi dengan cara membiarkan bayi bersama ibunya
segera sesudah dilahirkan.

2. Motivasi menyusui dini dalam 30 menit setelah lahir, bayi sudah disusukan ke ibunya.

3. Memberikan bimbingan dalam perawatan payudara.

4. Menganjurkan ibu memberikan ASI sesering mungkin.

5. Hindari penggunaan susu botol / dot.


kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Menyusui adalah proses memberikan
Air Susu Ibu (ASI) melalui payudara ibu secara langsung kepada bayi yang merupakan reflek insting dari ibu
dengan melibatkan hormon-hormon menyusui. Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi masa nifas dan
menyusui salah satunya faktor sosial dan budaya.
TERIMAKASIH
CANTIK
FAKTOR TENAGA KESEHATAN DALAM PROSES
PERSALINAN DAN LAKTASI

KELOMPOK 6
1. Rindiyani
2. Komala
3. Abdila Amalia KP
Alasan mengapa persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan?

Definisi tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan merupakan orang orang yang secara


profesional memberikan pelayanan kesehatan setelah
menempuh pendidikan dan pelatihan formal dalam disiplin
ilmu tertentu. Oleh karena itu proses persalinan dan
keselamatan ibu dan bayinya terjamin.
Tenaga kesehatan yang meliputi dokter,bidan,perawat,dokter
spesialis kandungan, dokter spesialis anak DLL harus
mampu berkomunikasi dengan baik,memiliki empati dan
simpati agar sukses dalam menjalankan tugas dan
kewajbanya sehingga client atau para ibu dan keluarga klient
merasa dianggap keberadaanya dan menjadikan client bukan
sebagai pasien akan tetapi menjadi patner,untuk
mengedukasi,memberikan informasi terkait bagaimana tanda
tanda kontraksi,tips agar bisa persalinan normal dan
persiapan ke tahap proses laktasi dsb.
Tenaga Kesehatan yang
memilikiTugas Dan Kewajiban Dalam
Persalinan Dan Laktasi
Akan dijelaskan mengenai peran bidan beserta tugas
pokoknya dalam menjalankan profesinya bidan
memiliki beberapa peran.
1.Bidan sebagai pelaksana
2.Bidan sebagai pengelola
3.Bidan sebagai pendidik
4.Bidan sebagai peneliti
Proses persalinan dan proses laktasi termasuk kedalam tugas
bidan dalam aspek perannya sebagai pelaksana. Berikut ini
beberapa tugas bidan dalam melaksanakan perannya sebagai
pelaksana.
1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan
kebidanan yang diberikan
2. Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan
melibatkan mereka sebagai klien untuk membuat rencana
tindak lanjut.
3. Memberi asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan
normal,masa persalinan,perawatan BBL,masa
nifas,wanita usia subur,pelayanan KB,wanita dgn
gangguan sistem reproduksi,menopouse,pendidikan pada
bayi dan balita dan pelaporan asuhan dengan melibatkan
klien beserta keluarga.
Faktor Tenaga Kesehatan dalam proses laktasi

Peran tenaga kesehatan adalah untuk berkomitmemn untuk mewajibkan


pelaksanaan IMD pada semua metode kelahiran kecuali jka ada indikasi medis
yang kuat yang tidak memungkinkan ibu dan bayi untuk melakukan IMD.
Selanjutnya peran dari konselor laktasi lebih kepada terlaksananya penyuluan
pada ibu hamil,dimana penyuluhan tersebut intinya adalah untuk
menyampaikan informasi mengenai pentingnya pemberian ASI (Air Susu Ibu)
ekslusif,serta faktor faktor yang mendorong keberhasilan menyusui yaitu
1. Pelaksanaan IMD sesaat setelah bayi dilahirkan,selain itu
informasi yang diberikana antara lain manfaat IMD manfaat
rawat gabung,yang intinya adalah peran bidan terkait pemberian
penyuluhan,pelaksanaan,serta pendampingan IMD.
Selanjutnya peran spesialis kebidanan
Perannya adalah memastikan bahwa kondisi ibu cukup bak dan
sehat untuk dilaksanakannya IMD baik pada persalinan normal
maupun sesar.
KESIMPULAN

Pelatihan adalah kegiatan pendidikan yang sangat diperlukan


untuk menungkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam
melaksanakan program IMD dan ASI ekslusif. Pelatihan tidak
hanya berfungsi membentuk keterampilan teknis tenaga
kesehatan namun juga membentuk sikap positif mereka terhadap
pelaksanaan IMD itu sendiri sehingga dapat mendorong dan
memotivasi ibu untuk mampu menyusui dengan benar. Oleh
karena itu keberadaan tenaga kesehatan dan konselor ASI perlu
dipertahankan dan ditingkatkan melalui kegiatan pelatihan dan
adanya umpan balik berupa Reward kepada tenaga kesehatan
yang berhasil melakukan IMD maupun yang menyarankan dan
mengajurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif
TERIMAKASIH
Pengaruh pendidikan
kesehatan pada pasca
persalinan dan laktasi

Kelompok 7 :
1. Siti Sulinda (206121003)
2. Dian Istiatun (206121012)
3. Widya Ayu Hartini (206121023)

76
J u r n a l K e s e h a t a n M e t r o S a i Wa w a i Vo l u m e 9 , N o . 1 , E d i s i J u n i
2016 ISSN: 19779-469X
Berdasarkan analisis bivariat diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan merawat diri ibu post partum (nilai
p=0,025, pada α = 0,05. Hal ini sesuai hasil penelitian terdahulu yang dilakukan
Rahmawati (2005)6, dan Pujiastuti (2005)11, yang menyebutkan bahwa
pendidikan kesehatan tentang perawatan masa nifas berpengaruh terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam merawat diri. Pada dasarnya
pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok,
dan masyarakat di bidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu
yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai,
Suliha (2000)14.
Lanjutan

Berdasarkan jurnal tersebut maka pengaruh pendidikan


kesehatan terhadap post partum atau pasca oprasi yaitu
bagaimana sikap, dan perilaku ibu dalam merawat diri.
Dengan adanya pemahaman pendidikan kesehatan maka
seorang ibu sadar kesehatan merupakan sesuatu yang
bernilai, mampu mencapai tujuan hidup sehat, serta terampil
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan
tepat dan sesuai.
h t t p : / / n e w s . u n a i r. a c . i d / 2 0 2 1 / 0 2 / 2 5 / p e n d i d i k a n - i b u - m e m p e n g a r u h i - p e n c a p a i a n - a s i -
eksklusif-pada-balita/

Hasil survei pada postnatal mother di Nigeria dan China


menemukan bahwa pendidikan yang lebih baik berkontribusi secara
positif dan memainkan peran penting dalam proses menyusui dan
tingkat keberhasilan ASI eksklusif.
Penelitian lain yang dilakukan di Amerika, menambahkan
faktor  skor efikasi diri  sebagai variabel antara korelasi pendidikan ibu
terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Dimana ibu yang
memiliki pendidikan tinggi, memiliki pengalaman dalam menyusui
berkorelasi dengan  self efficacy score  yang memiliki hubungan
positif dengan praktik ASI eksklusif.
Lanjutan

Lebih lanjut, sebuah penelitian Selanjutnya analisis data


lain yang dilakukan pada dari  Indonesian Family Life Survey
multiregional di Eropa menemukan East   tahun ini dilakukan dengan

bahwa ibu balita yang memiliki umur sampel yang lebih kecil (1.138 balita)

lebih muda dan kurang berpendidikan mengatakan bahwa tingkat pendidikan

lebih cenderung mempersembahkan ibu berpengaruh positif terhadap tingkat

ASI sebelum 6 bulan, artinya ASI keberhasilan penyelenggara ASI

eksklusif tidak tercapai. eksklusif.


Kesimpulan

Dapat dikatakan bahwa pendidikan yang


dimiliki ibu memberi pemahaman yang lebih baik pada
segala sesuatu yang dibutuhkan saat pasca persalinan
maupun lataksi.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai