Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI, BALITA DAN APRAS


DENGAN STIMULASI, DETEKSI DINI TUBUH KEMBANG ANAK
DI BLUD PUSKESMAS KALIORANG

Disusun :

DIAH LISTIYORINI
NIM.P07224423026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIKNKESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan anak merupakan salah satu indikator penting dalam


pembangunan nasional (Badan Pusat Statistik, 2020). Prasyarat utama bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak yang sehat berupa pemenuhan kesehatan
gizi pada tahun pertama dalam kehidupan (Kostecka, Jackowska, & Kostecka,
2021). Pemenuhan nutrisi dan kecukupan asupan untuk pertumbuhan dan
perkembangan di awal kehidupan tidak hanya mempengaruhi kesehatan dalam
jangka waktu pendek, namun untuk keberlangsungan pertumbuhan dan
mekanisme tubuh seterusnya, meliputi: perkembangan otak, risiko obesitas dan
penyakit kardiovaskular (Fewtrell, 2019).
Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-
masing dapat memenuhi fungsinya meliptu perkembangan, emosi, intelektual,
dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi terhadap lingkungan (Sulistyawati,
2019).
Kondisi kesehatan gizi anak di Indonesia pada tahun 2019 menunjukkan
bahwa, persentase bayi usia 0-23 bulan yang mengalami gizi buruk sebanyak
3,8% dan gizi kurang sebanyak 11,4%. Lalu, persentase bayi pendek usia 0-23
bulan sebanyak 17,1% dan bayi sangat pendek sebanyak 12,8%, sedangkan
persentase bayi sangat kurus usia 0-23 bulan sebesar 4,5% dan bayi kurus
sebanyak 7,2% (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan data dalam Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2019 menunjukkan, persentase bayi usia 0-23
bulan di Bali dengan gizi buruk sebanyak 1,6%, gizi kurang sebanyak 11,2%,
bayi sangat pendek sebanyak 9,2%, dan bayi pendek sebanyak 15,4%,
sedangkan untuk bayi sangat kurus usia 0-23 bulan sebanyak 2,4% dan bayi
kurus sebanyak 4,6% (Kemenkes RI, 2020). Menurut hasil survei Status Gizi
Balita Terintergrasi (SSGBI) oleh Balitbangkes Kemenkes RI tahun 2019 juga
menunjukkan proporsi kejadian stunting di Indonesia sebanyak 27,67%
sedangkan di Provinsi Bali sebanyak 14,42% (Kemenkes RI, 2020).
Berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2021 dalam peningkatan pembangunan nasional menyatakan
bahwa, salah satu indikator dalam pemenuhan layanan dasar tersebut adalah
penurunan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024 (Badan Pusat
Statistik, 2020). Stunting dan kekurangan gizi lainnya pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) disamping berisiko pada hambatan pertumbuhan fisik dan
kerentanan anak terhadap penyakit, juga menyebabkan hambatan
perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan
produktivitas anak di masa depan (Badan Pusat Statistik, 2020).
Stimulasi atau kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan, stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak, anggota
keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-
masing dandalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang
menetap kemapuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah
adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara
dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemamdirian (Kemenkes RI,
2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan kebidanan pada balita sehat yang menggunakan
pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney
dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori balita sehat
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada balita sehat
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sehat dengan pendekatan
Varney
1) Melakukan pengkajian pada klien
2) Menginterprestasikan data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Merencanakan asuhan kebidanan
6) Melaksanakan asuhan tindakan pada klien
7) Mengevaluasi hasil dari suatu tindakan pada klien
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk dokumentasi SOAP
e. Melakukan pembahasan terkait asuhan kebidanan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi balita
Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang
berada dalam rentan usia tertentu. Adapun menurut WHO, kelompok balita
adalah 0-60 bulan (Adriani dan Bambang, 2019).
Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah suatu sasaran pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh bidan. Anak baru lahir (0-28 hari) dan bayi (umur 1-12
bulan) termasuk anak balita. Masa ini sering juga disebut masa sebagai fase
“Golden Age” merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan
tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapar terdeteksi
apabila ada kelainan (Marmi,2018).
2. Periode Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh
kembang anak terbagi dalam beberapa periode. Berdasarkan beberapa
kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai
berikut :
1) Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
a. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,
terbentuk sistem organ dalam tubuh.
c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu :
 Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna.
Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
 Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-
fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin G (lg G) dari darah ibu melalui
plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial seri Omega 3 (Docosa
Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachldonlc Acid) pada otak dan
retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah trimester
pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak janin sangat
peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil,
infeksi, merokok dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat,
bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti
kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi
pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan
untuk selalu memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang menjadi anak
sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu diharapkan :
 Menjaga kesehatannya dengan baik.
 Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
 Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
 Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
 Memberi stimulasi dini terhadap janin.
 Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya.
 Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
 Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya.
2) Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa
neonatal dibagi menjadi 2 periode:
a. Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.
b. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang
menjadi anak sehat adalah :
 Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana
kesehatan yang memadai.
 Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk
melahirkan.
 Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu.
 Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh
rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan
bayi yang dilahirkannya.
 Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian
ASI.
3) Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem
saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai
unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang
tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak.
Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat
ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan
pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal,
mendapat pola asuh yang sesuai.
4) Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus)
serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa
balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah
lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan
serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk
jaringan syaraf dan otak yang kompleks. Jumlah dan pengaturan
hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat mempengaruhi
segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal
huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan
moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini,
sehingga setiap kelalnan/penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
dideteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia dikemudian hari.
Penelitan yang dilakukan oleh (Jane, Karin, 2018), sangat
menganjurkan ibu atau pengasuh untuk membaca dengan lantang
(nyaring) dan mendongeng/bercerita. sehingga memicu ketertarikan
mampu mengajari anak untuk mendengar, membantu membangun
keterampilan komunikasi oral dan tulisan, dan mengembangkan
pemahaman dari cerita skema, juga membantu mengembangkan
kelancaran, menambah perbendaharaan kata, dan membantu mengingat
kata.
5) Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan)
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya ketrampilan dan proses berfikir.
Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan
keinginannya, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini, selain lingkungan di dalam rumah maka lingkungan
di luar rumah mulai diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar
rumah. Anak mulai berteman, bahkan banyak keluarga yang
menghabiskan sebagian besar waktu anak bermain di luar rumah dengan
cara membawa anak ke taman-taman bermain, taman-taman kota, atau ke
tempat-tempat yang menyediakan fasilitas permainan untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana
bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly environment).
Semakin banyak taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak,
semakin baik untuk menunjang kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca
indra dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus
sudah siap sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan
bahwa proses belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan
dan perkembangan anaknya, agar dapat dllakukan intervensl dini bila
anak mengalami kelainan atau gangguan. (Kemenkes RI, 2020).
3. Pertumbuhan dan perkembangan balita
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbada, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
pertumbuhan dan perkembangan per defenisi adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingakat sel, organ maupun inidividu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter) umur tulang, dan keseimbangan metabolik (refensi kalsium
dan nitrogen tubuh).
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di
sini menyangkut adanya referensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang dengan sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/ individu. walaupun demikian, kedua peristiwa
itu terjadi secara sinkron pada setiap individu. Sedangakan untuk
tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi
biologisnya. Tingkat tercapainya potensi biologik seseorang, merupakan
hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik,
lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan prilaku.
Proses yang unik dan hasil yang berbeda-beda yang memberikan
ciri tersendiri pada setiap anak. Tujuan Ilmu Tumbuh Kembang adalah
mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan segala upaya untuk
menjaga dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik fisik, mental,
sosial. Juga menegakkan diognosis dini setiap kelainan tumbuh kembang
anak baik fisik, mental dan sosial. Juga menegakkan diagnosis dini setiap
kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan yang efektif,
serta mencari penyebab dan mencegah keadaan tersebut (Soetjiningsih,
2019)
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vallotto,
(Mastergeorge, et al, 2017), juga menegaskan pentingnya kepekaan ibu
dan stimulasi kognitif sebagai dukungan untuk keterampilan kosa kata
anak selama tiga tahun pertama kehidupan, dengan kepekaan pada masa
bayi dan stimulasi kognitif pada masa balita selanjutnya memiliki efek
spesifik terbesar pada perkembangan keterampilan kosa kata ekspresif.

4. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang


Menurut Kemenkes, RI (2020), Secara umum terdapat dua faktor utama
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :
a. Faktor genetic
Faktor genetika merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetika yang terkandung
di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan umur
pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Salah satu penyakit
keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom adalah sindrom
down, sindrom turner, dan lain-lain.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidak potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya peotensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
1) Faktor lingkungan pranatal.
a) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat
badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat
bawaan.
b) Mekanik
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan
kelainan bawaaan pada bayi yang dilahirkan.
c) Toksin / zat kimia
Ibu hamil yang perokok berat / peminum alkohol kronis sering
menghasilkan bayi berat lahir rendah, lahir mati, cacat atau refardasi
mental.
d) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan
janin adalah somototropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin,
dan peptida lain dengan aktivitas mirip insulin. Radiasi. Radiasi
pada janin sebelum janin umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefalil atau
cacat bawaan lainnya.
e) Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan
adalah TORCH (toxoplasmasis, rubella, cytomegalouirus, herpes
simplex) sedangkan yang menyebabkan penyakit pada janin adalah :
polio, campak, hepatitis, dan lain-lain.
f) Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa, dan
lain-lain.
g) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus
ikterus atau lahir mati.
h) Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta
atau tali pusat, menyababkan berat badan lahir rendah.
2) Faktor lingkungan post natal
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan
sampai 7 hari setelah dilahirkan merupakan masa rawan dalam proses
tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
a) Lingkungan biologis
Ras / suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
metabolisme, hormon.
b) Faktor fisik
Cuaca, musim, keadaan geografik suatu daerah, sanitasi,
keadaan rumah (ventilasi, cahaya, kepadatan hormon, radiasi)
c) Faktor psikososial
Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan kasih sayang, kuantitas
interaksi anak dengan orang tua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat.
Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga.
5. Kebutuhan dasar anak
kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum di
golongkan menjadi tiga kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisik biomedis,
kebutuhan sosial/. kasih sayang dan kebutuhan stimulasi mental.
(Soetjiningsih, 2019)
a. Kebutuhan fisik Biomedis
Kebutuhan fisik biomedis meliputi pangan/ gizi merupakan
kebutuhan terpenting, perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi,
pemberian ASI, penimbangan bayi/anak secara teratur, pengobatan jika
sakit dan lain-lain, papan/pemukiman yang layak, higiene perorangan ,
sanitasi lingkungan yang baik, sandang, kesegaran jasmani,rekreasi, dan
lain-lain.
b. Kebutuhan Sosial/ Kasih saying
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat dan mesra antara
ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang
yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Peran dan kehadiran
ibu sedini mungkin untuk selama-lamanya akan menjalin rasa aman bagi
bayi. Adanya kontak fisik , mendekap dan memandang pada saat
memberi ASI serta dan pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir akan
berdampak positif dalam tumbuh kembang anak. Sebaliknya jika kurang
kasih sayang pada tahun pertama akan berdampak negatif pada tumbuh
kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi yang di sebut
’’sindrome deprivasi mama”
c. Kebutuhan Stimulasi Mental
Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada
anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental
psikososial, kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kekreatifitasan,
agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas.
6. Ciri-ciri tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa
itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu:
a. Perkembangan berlangsung secara kontinyu (berproses).
b. Mengikuti pola yang sama.
c. Urutan/tahan dapat diramalkan, namun waktu permulaan, lamanya dan
efek tiap tahap berbeda.
d. Sebagai proses belajar.
e. Cephalocaudal; perkembangan dimulai dari area kepala bergerak ke
tengah/tubuh, kaki dan tangan.
f. Proximal-distal; perkembangan bergerak dari arah tengah/pusat ke
pinggir (berguling sebelum menggenggam suatu obyek)
g. Sederhana menuju kompleks; dari kemampuan memegang suatu benda
dengan cara menggenggam, sampai mampu hanya dengan dua jari.
h. Adanya masa-masa kritis; pertama terjadi pada saat konsepsi, kedua
terjadi pada tahun pertama kehidupan, ketiga terjadi pada masa remaja.
7. Aspek-aspek Perkembangan Yang Di Pantau
a) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan perkembangan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar sepeti duduk, berdiri dan sebagainya
b) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis
dan sebagainya
c) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya
d) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak ( makan sendiri, membereskan mainan setelah
bermain ), berpisah dengan ibu / penngasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya.
8. Tahap Perkembangan Menurut Umur Anak
Ada beberapa gangguan tumbu kembang yang sering ditemui seperti
1) Gangguan bicara dan bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keter1ambatan atau
kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif,
motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi
akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap.

Dalam penelitian yang dilakukan Megan Y. Roberts, (2019), Bahwa ada


cara menstimulasi efektif yang dapat diterapkan orang tua yang
menargetkan keterampilan komunikasi pralinguistik pada bayi dan balita
dengan gangguan pendengaran sebelum anak-anak belajar berbicara,
mereka menggunakan keterampilan komunikasi pralinguistik seperti gerak
tubuh dan vokalisasi untuk berpartisipasi dalam interaksi sosial. Melambai,
meraih, dan menunjuk adalah sarana utama untuk berinteraksi dengan
orang lain sebelum bayi mampu mengucapkan kata-kata.
2) Cerebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-
sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya.
3) Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat
dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat
menyebabkan keter1ambatan perkembangan motorik dan keterampilan
untuk menolong diri sendiri.
4) Perawakan Pendek
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada
kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya
dapat karena varisasi normal,gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin.
5) Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan
berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi
sosial, komunikasi dan perilaku.
6) Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang rendah
(IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
7) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
9. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah -
yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak,
anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah
tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya
stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan
gangguan yang menetap.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Britto Pia (2019), bahwa
pengasuhan dan perlindungan didukung oleh serangkaian intervensi yang
diberikan sebelum kehamilan melalui kelahiran dan periode bayi baru lahir,
masa bayi dan anak usia dini, yang banyak di antaranya telah terbukti
bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk kesehatan, pertumbuhan, dan
pembelajaran. Intervensi termasuk pengasuhan dan perlindungan dapat
menargetkan berbagai risiko pada waktu yang tepat untuk perkembangan
dan dapat diintegrasikan dalam paket pencegahan dan promotif.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan
bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam melakukan
stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar yang perlu
diperhatikan, yaitu :

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.

2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi,


bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur


anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar


anak.

7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
Dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka
merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan oleh
orang tua/keluarga sesuai dengan pembaian kelompok umur stimulasi anak
berikut ini :
No Periode Tumbuh Kelompok Umur Stimulasi
Kembang
1. Masa prenatal, janin dalam Masa prenatal
kandungan
2. Masa bayi 0 - 12 bulan Umur 0-3 bulan
Umur 3-6 bulan
Umur 6-9 bulan
Umur 9-12 bulan
3. Masa anak balita 12-60 bulan Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan
Umur 18-24 bulan
Umur 24-36 bulan
Umur 36-48 bulan
Umur 48-60 bulan
4. Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 tahun

10. Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner


Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Menurut Kemenkes, RI (2020), Tujuan KPSP yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
2. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan
petugas PAUD terlatih.
3. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3 bulan pada
anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6,
9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan).
4. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka
pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda
dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan umurnya
a. Alat/instrumen yang digunakan yaitu :
1. Formulir KPSP menurut umur
Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-
72 bulan.
2. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah,
kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.
b. Cara menggunakan KPSP yaitu :
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun
anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila
umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
Menurut Adriana (2019), sangat perlu dikaji anak lahir cukup
bulan atau prematur, apabila anak lahir prematur maka dilakukan
pengurangan umur, misalnya prematur 6 minggu maka dikurangi 1
bulan 2 minggu. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Vandormael, Schoenhals et.al, 2019), juga mengungkapkan
menghitung usia bayi prematur yang sebenarnya penting untuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai usianya,
dimana berbeda dengan bayi normal yang lahir pada hari yang sama.
Namun tidak perlu khawatir karena ini wajar dan mempertimbangkan
usia koreksi pada bayi prematur anak.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
* Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh:
"Dapatkah bayi makan kue sendiri ?"
* Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: "Pada posisi bayi anda
telentang, tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara
perlahan-lahan ke posisi duduk''.
5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti
apa yang ditanyakan kepadanya.
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir.
7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak
menjawab pertanyaan terdahulu.
8. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
c. Interpretasi hasil KPSP:
1. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
a. Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau
pemah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.
b. Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak belum
pernah melakukan atau tidak pemah atau ibu/pengasuh anak
tidak tahu.
2. Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai
dengan tahap perkembangannya (S).
3. Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan
(M)
4. Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penyimpangan (P).
5. Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak'
menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
d. Intervensi:
1. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan
baik
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan
anak
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d) lkutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap
ada kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan
pada kegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap
3 bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6
bulan pada anak umur 24 sampai 72 buIan.
2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
a. Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan
pada anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
b. Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan
anak untuk mengatasi penyimpangan/mengejar
ketertinggalannya.
c. Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan
adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan
perkembangannya dan lakukan pengobatan.
d. Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e. Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P).
3. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan
tindakan berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis
dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus,
bicara & bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
11. Pelaksanaan Dan Instrumen Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak atau pelayanan SDIDTK adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara
dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan
lebih mudah dilakukan, bila terlambat diketahui, maka intervensinya akan
lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
a. Deteksi dini gangguan pertumbuhan, yaitu menentukan status gizi anak
apakah gemuk, normal, kurus dan sangat kurus, pendek, atau sangat
pendek, makrosefali atau mikrosefali.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang dapat berubah sewaktu-
waktu yaitu pada :
1. Kasus rujukan.
2. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh.
3. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.
Adapun Jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh
tenaga kesehatan adalah sebagai berikut :
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Umur Anak
Deteksi Dini Deteksi Dini Deteksi Dini Penyimpangan Mental
Penyimpangan Penyimpangan Emosional
Pertumbuhan Perkembangan
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMM CHAT * GPPH *
E
0 bulan  
3 bulan    
6 bulan    
9 bulan    
12 bulan    
15 bulan  
18 bulan     
21 bulan   
24 bulan     
30 bulan    
36 bulan       
42 bulan     
48 bulan      
54 bulan     
60 bulan      
66 bulan     
72 bulan      
Keterangan:
BB/TB : Berat Badan terhadap Tinggi Badan TDL : Tes Daya Lihat
LK : Lingkaran Kepala KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan CHAT : Checklist for Autism in
TDD : Tes Daya Dengar Toddlers
GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas
Tanda * : Deteksi dilakukan atas indikasi

1. Tes Daya Dengar (TDD)


o Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan
kemampuan daya dengar dan bicara anak.
o Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan
setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PADU dan petugas terlatih lainnya.
o Alat/sarana yang diperlukan adalah :
 Instrumen TDD menurut umur anak. (Terlampir)
 Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia.
 Mainan (boneka, kubus, sendsok, cangkir, bola)
 Cara melakukan TDD :
 Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
bulan.
 Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
 Interpretasi:
 Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak
mengalami gangguan pendengaran.
 Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan
medik anak, jenis kelainan.
 Intervensi:
 Tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman yang ada.
 Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi.
2. Tes Daya Lihat (TDL)
o Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan
untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
o Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah
umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru
TK, tenaga PADU dan petugas terlatih lainnya.
o Alat/sarana yang diperlukan adalah:
 Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
 Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
 Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
 Alat penunjuk.
o Cara melakukan tes daya lihat :
 Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang
baik.
 Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
 Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E”, menghadap ke
poster “E”.
 Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
 Pemeriksa memberikan kartu ”E” pada anak.. Latih anak dalam
mengarahkan kartu ”E” menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai

yang ditunjuk pada poster ”E” oleh pemeriksa.


 Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai
anak dapat mengarahkan kartu ”E” dengan benar.
 Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan
buku/kertas.
 Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf ”E pada poster, satu persatu, mulai
baris pertama sampai baris keempat atau baris ”E” terkecil yang masih
dapat dilihat.
 Puji anak setiap kali dapat mencocokkan posisi kartu ”E” yang
dipegangnya dengan huruf ”E” pada poster.
 Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
 Tulis baris ”E” terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah
disediakan :
Mata kanan : …………. Mata kiri : …………
o Interpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster ”E”. Bila kedua matan anak tidak dapat melihat
baris ketiga poster ”E”, artinya tidak dapat mencocokkan arah kartu “E”
yang dipegangnya dengan arah “E” pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
o Intervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa berikutnya, anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris
yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
3. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
o Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
o Jadwal pengukuran BB/TB disesuai dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih.
o Pengukuran Berat Badan/BB:

 Menggunakan timbangan bayi.


 Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
 Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
 Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
 Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
 Menggunakan timbangan injak.
 Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
 Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB):
Cara mengukur dengan posisi berbaring:
 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
 Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
 Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
 Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
 Petugas 2 membaca angka di tepi di luar pengukur.

 Cara mengukur dengan posisi berdiri:


 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap kedepan.
 Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
 Baca angka pada batas tersebut.

Batas atas kepala

Pita ukur
tinggi dlm
centimeter

Skala 0 pita ukur pada


ujung lantai

 Penggunaan Tabel BB/TB (Direktorat Gizi Masyarakat 2002):


 Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di
atas.
 Lihat kolom Tinggi/Panjang Badan anak yang sesuai dengan
hasil pengukuran.
 Pilih kolom Berat Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan
(kanan) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang
terdekat dengan berat badan anak.
 Dari angka berat badan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk
mengetahui angka Standar Deviasi (SD).

o Interpretasi:
Normal: - 2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik
Kurus :  - 2 SD s/d – 3 SD atau Gizi kurang
Kurus sekali:  – 3 SD atau Gizi buruk
Gemuk:  2 SD atau Gizi lebih
o Intervensi:
Lihat Buku Pedoman Tatalaksana Gizi Buruk, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

Contoh:
Seorang anak laki-laki dengan panjang badan 71 Cm dan berat badan 6,8 Kg. Pada kolom
4. Pengukuran
panjang badan Lingkaran
anak laki-laki Kepala
71 Cm, apabila Anak
ditarik (LKA).
garis lurus ke kiri ternyata berat badan
6.8 Kg terletak pada kolom 6.0-6.9 Kg; kolom  - 2 SD s/d – 3 SD; Interpretasinya anak
kurus.
o Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal.
o Jadwal, disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan,
pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian
lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
 Cara mengukur lingkaran kepala :
 Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi,
menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala
yang menonjol, tarik agak kencang,
 Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
 Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak
 Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak
 Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang
12. Era Vuca
VUCA merupakan dunia yang kita hadapi saat ini, begitu sangat cepat,
tidak dapat diprediksi, dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat
dikendalikan, dimana kebenaran dan kenyataan sangat subjektif. Saat ini,
segala informasi dapat diakses dengan cepat dan mudah sesuai dengan
kebutuhan dan harapan pengguna. pasti, mudahnya membuat dampak
kehidupan manusia, khususnya kehidupan anak masa kini. Anak-anak yang
hidup dan dikenal dengan istilah generasi digital atau digital negatif yang
hidup dan dikenal oleh perkembangan teknologi ini. Perkembangan teknologi
yang lebih pesat, Pengawasan anak-anak sangat penting untuk diterapkan
karena anak-anak telah terpapar banyak informasi. Sementara itu, seorang
anak harus mampu memilah dan memilih informasi yang sesuai dengan
tingkat perkembangannya. Kecanggihan teknologi yang semakin meningkat
telah melahirkan fenomena VUCA. Anak Anda akan tumbuh di dunia yang
serba cepat, kompetitif, dan dipengaruhi oleh berbagai peristiwa yang tidak
terduga. Akibatnya, Anda harus mempersiapkan anak Anda dengan keahlian
teknologi serta mentalitas yang pantang menyerah agar dia dapat menghadapi
masa VUCA nanti (Utami, 2022).
Perkembangan teknologi dalam kehidupan ini tidak dapat kita pungkiri,
karena kemajuan teknologi akan berjalan seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Setiap inovasi dihasilkan untuk membawa manfaat bagi
manusia, baik positif maupun negatif, serta cara baru dalam melakukan
aktivitas manusia. Beberapa orang tua sangat gembira dengan munculnya
generasi digital. Mereka menyadari manfaat dari era digital dan peningkatan
produktivitas yang dapat diperoleh. Beberapa orang tua bereaksi dengan
adanya kemajuan teknologi dengan rasa takut, khawatir, dan paranoid. Orang
tua pasangan ini hanya melihat sisi negatif dari kemajuan teknologi. Akan
tetapi banyak dampak negatif yang muncul dalam pemanfaatan geadget bagi
kalangan remaja, anak, bahkan balita. Anak akan lebih terfokus pada
gadgetnya dan mulai meninggalkan dunia bermain mereka. Anak akan lebih
individualis dan tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya. Meskipun
sebagian besar dari masyarakat memanfaatkan gadget untuk komunikasi
(Utami, 2022).
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu bermain game online
merupakan fakta dari perkembangan teknologi, kurang peduli terhadap
lingkungan, kurang menjalin hubungan dengan orang tua, bahkan kurang
termotivasi untuk belajar akibat kemajuan teknologi. Hal ini terjadi karena
ketidakmampuan anak untuk memahami efek menguntungkan dan merugikan
dari penggunaan komputer, serta kurangnya pengawasan orang tua. Fakta
lainnya, teknologi internet berdampak pada perilaku dan kehidupan generasi
saat ini. Anak-anak zaman sekarang sudah tidak asing lagi dengan internet
yang dapat diakses melalui berbagai perangkat antara lain komputer, tablet,
smartphone, laptop, handphone, dan gadget lainnya. Banyak dari anak-anak
saat ini menggunakan kemajuan teknologi semata-mata untuk hiburan dan
berita, bukan sebagai alat belajar (Utami, 2022).
Smart Teknologi Parenting dalam membentuk karakter anak, ada juga
peneliti membahas tentang digital parenting sebagai wahana terapi untuk
menyumbuhkan dunia digital, peran teknologi Pendidikan dalam Internalisasi
Pendidikan Islam, dan juga ada yang mebmbahas tentang tantangan
Pendidikan tinggi menghadapi perkembangan teknologi digital dalam Era
VUCA dari beberapa penelitian terdahulu di atas terdapat beberapa persamaan
dari segi smart teknologi parenting bagaimana mendidik anak pada era digital
saat ini dengan berbagai perkembangan teknologi informasi yang ada dan ada
juga peneliti membahas dari segi pendidikan. Anak di era teknologi informasi,
perbedaan dari penelitian ini yaitu dari segi smart techno parenting dari segi
pendidikan teknologi anak di era VUCA. Konsep parenting yang menjadi
bagian dari Smart teknologi parenting merupakan sesuatu yang unik dan baru
untuk melatih anak-anak di era teknologi ini, apalagi dengan banyaknya anak
muda yang kecanduan produk teknologi seperti gadget, laptop, dan bentuk
media teknologi lainnya. Ada banyak penelitian tentang pengasuhan anak;
namun, focus pada studi ini pada upaya untuk mendidik dan membantu anak-
anak secara cerdas di era VUCA dengan kecanggihan dan kemajuan teknologi
untuk menjadikan teknologi sebagai alat pendidikan yang baik untuk anak-
anak (Utami, 2022).
Penelitian Universitas Phoenix menguraikan enam pendorong perubahan
dan mendeskripsikan pendorong ini sebagai “pergeseran yang mungkin
mengganggu membentuk kembali lanskap masa depan "(Davies, et al., p. 3).
Enam pendorong perubahan sebagai berikut:
1. Umur panjang yang ekstrim meningkatkan rentang hidup global
2. Bangkitnya mesin dan sistem pintar otomatisasi terintegrasi yang
ditingkatkan
3. Dunia komputasi peningkatan besar-besaran dalam sensor dan daya
pemrosesan
4. Ekologi media baru pengembangan bahasa baru untuk komunikasi
5. Organisasi superstructed membuat struktur skala ekstrim dengan
memanfaatkan sosial sumber daya koneksi yang sebelumnya tidak dapat
dicapai
6. Dunia yang terhubung secara global integrasi yang lebih besar melintasi
batas geografis (Ivan, 2021).
Dalam pemikiran yang berbeda, salah satu tantangan yang harus dihadapi
di dunia bisnis maupun pemerintah adalah VUCA world. VUCA yang
merupakan singkatan dari Volatility (bergejolak), Uncertainty
(ketidakpastian), Complexity (kompleks), dan Ambiguity (ketidakjelasan)
merupakan gambaran situasi di dunia bisnis di masa kini. Istilah ini awalnya
diciptakan oleh militer Amerika untuk menggambarkan situasi geo-politik saat
itu. Namun karena kesamaan makna, maka istilah VUCA kini diadopsi oleh
dunia bisnis dan sektor publik (Firman Syah dan Fahrani, 2019). Keterampilan
baru yang dibutuhkan untuk memimpin secara efektif di Dunia VUCA,
sebagaimana didefinisikan:
1. Naluri pembuat : Kemampuan untuk memanfaatkan dorongan batin untuk
membangun dan menumbuhkan sesuatu, juga terhubung dengan orang lain
dalam pembuatan.
2. Kejelasan : kemampuan untuk memahami kekacauan, untuk melihat
melalui kekacauan dan kontradiksi ke masa depan yang belum bisa dilihat
orang lain.
3. Dilema Membalik : Kemampuan untuk mengubah dilema menjadi
keuntungan dan peluang.
4. Pembelajaran imersif : Kemampuan untuk belajar dari lingkungan asing
dengan cara orang pertama.
5. Bio-empati : Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang alam;
untuk mengerti, menghormati dan belajar dari Pola alam.
6. Depolarisasi konstruktif : Kemampuan untuk menenangkan situasi tegang
di mana komunikasi telah rusak, dan membawa orang-orang dari budaya
yang berbeda menuju keterlibatan yang konstruktif.
7. Transparansi yang tenang : Kemampuan untuk terbuka dan otentik tentang
apa yang penting tanpa mengiklankan diri sendiri.
8. Pembuatan prototipe cepat : Kemampuan untuk membuat inovasi versi
awal yang cepat dengan harapan bahwa kesuksesan di kemudian hari akan
membutuhkan kegagalan awal.
9. Pengorganisasian massa yang cerdas : Kemampuan untuk membuat, terlibat
dengan, dan memelihara jaringan perubahan yang bertujuan melalui
penggunaan media saat ini secara cerdas.
10. Berkreasi bersama : Kemampuan untuk menanam,
memelihara dan menumbuhkan aset bersama yang menguntungkan orang
lain dan mempertinggi persaingan (Ivan, 2021).

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Tumbuh Kembang Balita


Sehat
I. PENGKAJIAN
Pengkajian data subyektif dan data obyektif menggunakan konsep
refocusing atau menggunakan data fokus yang disesuaikan dengan kebutuhan
klien, berdasarkan teori yang ada, untuk menegakan diagnosis.
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Anak balita (umur 0-5 tahun) adalah suatu
sasaran pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan. Anak baru
lahir (0-28 hari) dan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk anak balita.
Masa ini sering juga disebut masa sebagai fase “Golden Age”
merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapar terdeteksi
apabila ada kelainan (Marmi,2018).
Apabila anak lahir prematur maka dilakukan pengurangan umur,
misalnya prematur 6 minggu maka dikurangi 1 bulan 2 minggu
(Adriana, 2019).
Jenis kelamin :
Keluhan datang :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah /ibu :
Pendidikan ayah/ibu :
Pekerjaan ayah/ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Riwayat Kesehatan klien


a. Riwayat kesehatan sekarang
 Alasan kunjungan :
 Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat kehamilan dan kelahiran :
- Periode prenatal
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah
trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak
janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang
pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman
beralkohol, obat-obatan, bahan-bahan tosik, pola asuh, depresi
berat, faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil dapat
menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan
kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu
memperhatian gerakkan janin. (Soetjiningsih, 2019).
- Periode postnatal
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan
sampai 7 hari setelah dilahirkan merupakan masa rawan dalam
proses tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang otak.
(Soetjiningsih, 2019).
c. Riwayat imunisasi : Pemberian imunisasi pada anak adalah
penting untuk mengurangi morbditas dan mortalitas penyakit-
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisas (Soetjiningsih, 2019).
 Riwayat Alergi :
 Riwayat penyakit yang pernah diderita :
 Riwayat operasi/pembedahan :
 riwayat tumbuh kembang : Pertumbuhan dasar yang
berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. (Soetjiningsih,
2019).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Riwayat penyakit menular :
b. Riwayat penyakit menurun :
Salah satu penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan
kromosom adalah sindrom down, sindrom turner, dan lain-lain.
(Soetjiningsih, 2019)
c. Riwayat penyakit menahun :

4. Pola Fungsional Kesehatan


Kebutuhan dasar Keterangan
Pola nutrisi Nutrisi yang baik pada masa bayi memungkinkan
kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal selanjutnya.
(Shannon E Perry, 2019).
Asi dapat menurunkan morbilitas dan mortalitas
anak,karena Asi disamping nilai gizinya tinggi juga
mengandung berbagai macam infeksi (Soetjiningsih,
2019)
Berbagai faktor mempengaruhi perolehan kompetensi,
termasuk kesehatan, gizi, keamanan dan keselamatan,
pengasuhan yang tanggap, dan pembelajaran dini;
domain ini berinteraksi satu sama lain dan dapat saling
memperkuat melalui proses pembangunan. Semua
diperlukan untuk memelihara pengasuhan dan terjadi
melalui interaksi dua arah, diprakarsai oleh anak-anak
dan pengasuh, dan didukung oleh lingkungan mereka
(Black et al., 2019).
Pola eleminasi Kelebihan kalsium, toilet training yang terlalu kaku,
masukkan makanan rendah serat dan cairan yang tidak
adekuat akan dapat mengalami konstipasi dan
defisiensi niasin, kelebihan vitamin C, konsumsi tinggi
buah segar dapat menyebabkan diare (Wong, Donna L,
2019)
Pola istirahat Anak yang mulai besar akan mulai berkurang waktu
tidurnya karena kegiatan fisiknya meningkat terutama
saat bermain pada anak umur 6-12tahun (Soetjiningsih,
2019)
Pola persoal hygiene Menjaga kulit anak dari kelembapan yang berlebihan
(Wong, Donna L, 2019)

Pola aktifitas Tampat aktif, gesit dan gembira


(Soetjiningsih, 2019)

5. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (genogram)
 Stimulasi, motivasi belajar, ganjaran / hukuman yang wajar,
kelompok sebaya, stress, tekanan, cinta dan kasih sayang, kuantitas
interaksi anak dengan orang tua mempengaruhi perkembangan
anak (Soetjiningsih, 2019 )
 Pekerjaan / pendapatan keluarga, pendidikan ayah / ibu, jumlah
saudara, jenis kelamin, stabilitas rumah tangga mempengaruhi
tumbuh kembang (Soetjiningsih, 2019)
 Faktor genetika merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak, melalui instruksi genetika
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan
tulang (Soetjiningsih, 2019)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
 Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai
atau tidak potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya peotensi bawaan, sedangkan yang
kurang baik akan menghambatnya (Soetjiningsih, 2019)
Anak-anak mencapai potensi perkembangan ketika mereka
memperoleh kompetensi perkembangan untuk prestasi akademik,
perilaku, sosio-emosional, dan ekonomi (Black et al., 2019).
c. kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
 Asuhan dan kebiasaan dari suatu masyarakat dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2019)
 Adat istiadat yang berlaku di tiap daerah akan berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2019)

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda Vital :
Tekanan darah: Tekanan darah normal yaitu tekanan sistolik dan
diastolik kurang dari presentil ke-90 untuk usia dan jenis kelamin.

Presentil Presentil
Kelompok Usia n Rerata
ke-90 ke- 95

BBL 1 – 3 hari 219 65/41 (50) 75/49 (59) 78/52 (62)


1 bulan sampai 2
660 106/68 (83) 106/68 (83) 110/72(86)
tahun
2 sampai tahun 631 112/66 (82) 112/66 (82) 115/68 (85)
(Wong, Donna L. 2017)
Nadi : Apikal 80-90 denyut/menit( Wong, Donna L.2019)
Pernafasan : 20 – 30 kali/menit (Wong Donna L, 2019)
Suhu : 36 – 37,50C kali/menit (Wong Donna L, 20179)
c. Antropometri
Tinggi badan : Pada anak umur lebih dari 2 tahun pengukuran
pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan posisi
tidur telentang dan pada umur lebih dari 2 tahun
dengan posisi berdiri (Soetjiningsih, 2019).
Tinggi dan berat badan anak masing-masing diukur
dua kali dengan stadiometer dan timbangan digital.
Berat badan anak diukur dengan ketelitian 0,1 kg
dan tinggi badan diukur dengan ketelitian 0,1 cm.
Jika selisih 0,3 unit dinilai antara dua pengukuran,
pengukuran ketiga dilakukan dan rata-rata dari dua
pengukuran terdekat digunakan. Z-skor indeks
massa tubuh (BMI) dihitung menurut standar
pertumbuhan Organisasi Kesehatan Dunia (Kuzik et
al., 2020).
Berat badan : Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik
pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan
tumbuh kembang anak (Meadow roy, 2019)
USIA RATA-RATA
BERAT
3 hari 3.0
10 hari 3.2
3 bulan 5,4
6 bulan 7.3
9 bulan 8.6
(wong donna L.2017)

Lila : Laju tumbuh lambat dari 11cm pada saat lahir


menjadi 16cm pada umur 1 tahun selanjutnya tidak
banyak berubah 1 sampai 3 tahun (Soetjiningsih,
2019)
Lingkar Kepala : Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat
adalah pada 6 bulan peratama, yaitu dari 34 pada
waktu lahir menjadi 44cm pada umur 6 bulan
sedangkan pada umur 1 tahun 47cm, 2 tahun
49cm,dewasa 54cm (Soetjiningsih, 2019)

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.
Inspeksi :
Kulit : Tidak ada oedema, tidak ada kelainan.
Kepala : Kulit kepala bersih, kontruksi rambut kuat, distribusi
rambut merata.
Wajah : Mata segaris denga telinga; hidung digaris tengah (Marmi,
2018)
Mata : Sklera jenih, konjungtiva jernih, iris berwarna merata dan
blateral, pupil bilateral dan reaktif terhadap cahaya, kornea
jernih, retina transparan.klopak mata tanpa ptosis dan
edeme (Marmi, 2018)
Telinga : Posisi telinga garis lurus terhadap mata (Marmi, 2018)
Hidung :Tidak ada sumbatan jalan nafas Posisinya garis tengah;
nares ada di kedua sisi (Marmi, 2018)
Mulut : lembab, simteris, mukosa mulut basah, tidak ada labio
schizis.
Leher :
- Tonsil : Tidak ada peradangan
- Faring : Tidak ada peradangan
- Vena Jugularis : Tidak ada bendungan
- Kel.Tiroid : Tidak ada pembesaran
- Kel.Getah Bening: Tidak ada pembesaran
Dada dan payudara : Elips, tidak ada retraksi dinding dada
Ekskursi dikedua sisi sama, tulang iga simetris
puting payudara jaraknya sejajar tanpa ada puting
tambahan, areola tegag dan tidak ada rabas (Marmi,
2018)
Abdomen : Tidak ada kembung
Genetalia eksterna: Pada perempuan: Labia mayora menutupi labia
minora, labia minora terbentuk sempurna, terdapat klitoris,
meatus uretra ada di depan vagina, genetalia dapat
dibedakan antara pria dan wanita, perineum halus (Marmi,
2018)
Pada laki-laki : penis lurus, meatus urnarius ditengah dan
diujung glans, testis dan skrotum penuh dan banyak ruage,
pigmentasi gelap (Marmi, 2018)
Anus : Tidak ada hemoroid, ada lubang anus di tengah
Ekstermitas : panjang proporsional terhadap satu sama lain,
ekstermitas bawah dan tubuh simetris, jari 10 dengan jarak
yang sama satu sama yang lain (Marmi, 2018).

3. Pemeriksaan Perkembangan
- Pemeriksaan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
- Tes Daya Dengar (TDD)
- Tes Daya Lihat (TDL)
Jika terjadi penyimpanagan mental emosional (Deteksi dilakukan
atas indikasi) sebagai berikut :
- KMME : Kuesioner Masalah Mental Emosional
- CHAT : Checklist for Autism in Toddlers
- GPPH : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
Untuk perkembangan kognitif, waktu diam, relatif terhadap perilaku
gerakan lainnya, dikaitkan dengan dua dari tiga indikator
perkembangan kognitif dalam model regresi linier. Namun, sebagian
besar temuan nol diamati untuk perilaku gerakan lainnya dalam model
regresi linier (Kuzik et al., 2020).

II. INTERPRESTASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulakan diinterprestasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : Balita sehat usia…..
Masalah :
Kebutuhan :

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosis Potensial : tidak ada

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi / darurat yang harus
dilakukan. Rumusan ini mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan
secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.
kebutuhan tindakan segera : tidak ada

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasikan.
1. Berikan KIE ibu dan/atau keluarga agar tetap memberikan stimulasi
mental kepada anak untuk tumbuh kembang anak.
Rasional : Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
(pendidikan dan latihan pada anak balita, mengembangkan perkembangan
mental psikososial : kecerdasan, ketrampilan, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya (Soetjiningsih,
2019)
2. Berikan KIE ibu dan/atau keluarga tetap memberikan kebutuhan fisik
secara biomedis.
Rasional : Kebutuhan fisik biomedis merupakan kebutuhan dasar ;
imunisasi, pemberian ASI, penimbangan berat badan secara teratur,
pengobatan jika sakit, sandang, kesegaran jasmani, rekreasi, yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih, 2019)
Gizi ibu yang seimbang sebelum dan selama masa menyusui dapat
mempengaruhi status gizi ibu dan berat badan yang sehat, serta suplai bayi
dari beberapa nutrisi dengan ASI. Menyusui dikaitkan dengan banyak
manfaat dan secara universal direkomendasikan sebagai metode pemberian
makan bayi yang disukai. Dibandingkan dengan menyusui, pemberian
susu formula bayi konvensional menginduksi kenaikan berat badan rata-
rata yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan dan seterusnya
(Koletzko et al., 2019).
3. Berikan KIE ibu dan/atau keluarga untuk memberikan kebutuhan
sosial/kasih sayang.
Rasional : Kebutuhan sosial/kasih sayang atau hubungan yang erat dan
mesra antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin
tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, maupun psikososial.
(Soetjiningsih, 2019)
4. Berikan KIE kepada ibu dan/keluarga untuk selalu antisipasi keamanan &
keselamatan atau risiko cidera pada balita.
Rasional: Antisipasi keamanan dan keselamatan demi menghindari balita
dari hal-hal yang tidak diinginkan, orangtua harus memperhatikan hal-hal
seperti mengunci pintu, letak benda-benda tajam di tempat aman dll.
5. Beri KIE kepada ibu dan/atau untuk memberi kesempatan balita bermain
dan mencoba sesuatu yang baru, mengenali hobinya yang positif dan
selalu awasi balita.
Rasional : mengenali hobi anak sejak dini merupakan langkah yang bagus
untuk mengetahui potensi balita. hal ini juga merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan para orang tua, sehingga bisa segera memberikan
berbagai fasilitas yang berfungsi untuk mendukung apa yang menjadi hobi
balita. (Soetjiningsih, 2019).
6. Pemberian Suplemen zat besi dan asam folat pada usai 12-35 bulan
Rasional : Di Nepal, suplemen zat besi dan asam folat prenatal efektif
dalam menghasilkan efek hilir positif pada kinerja fungsi kognitif dan
eksekutif anak usia sekolah,63 tetapi suplemen zat besi dan asam folat
pada anak usia 12-35 bulan tidak efek.64 Studi adopsi menunjukkan
bahwa setelah usia 2 tahun, anak-anak yang sangat tidak beruntung kurang
sensitif terhadap perbaikan kontekstual dibandingkan anak-anak yang
lebih muda.59 Singkatnya, periode antara konsepsi dan usia 2 tahun.
(1.000 hari) sensitif terhadap efek nutrisi pada pertumbuhan anak, kognisi,
dan pencapaian sekolah selanjutnya.65 Kemiskinan dikaitkan dengan
keterlambatan perkembangan sebelum 12 bulan, dengan peningkatan
defisit hingga 5 tahun,41 menggambarkan bahwa periode sensitif untuk
kesulitan ekonomi berlangsung setidaknya hingga usia 5 tahun. Ilmu saraf
tambahan dan penelitian perkembangan anak diperlukan untuk memahami
waktu intervensi yang optimal (Black et al., 2019).
7. Menilai pengetahuan tentang tingkat perkembangan dan kompetensi
sosial-emosional menggunakan P-SECI
Rasional : P-SECI memiliki sejumlah kegunaan potensial dalam situasi
praktis. Itu tidak dirancang sebagai instrumen diagnostik dalam arti
menyesuaikan pengaturan medis tetapi dapat memberikan informasi
bahwa banyak praktisi di pengaturan anak usia dini, sekolah dan rumah
atau lingkungan klinis mungkin berguna karena mudah dan cepat untuk
dikelola. Pengetahuan tentang tingkat perkembangan dan kompetensi
sosial-emosional anak dapat membantu orang tua, guru, dan petugas
penitipan anak dalam memahami perilaku anak dengan anak lain atau
orang dewasa dan juga menemukan cara untuk membantu mereka melalui
pembentukan dan intervensi awal. Ini juga membantu orang tua dan guru
dalam memahami anak-anak yang berisiko mengalami masalah adaptif
dan akademik di masa depan dan merencanakan program intervensi untuk
mencegah masalah perilaku di masa depan di sekolah atau di kemudian
hari (Im et al., 2019).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani M, Bambang W 2019. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Mikro Zinc
pada pertumbuhan balita).Jakarta : Kencana

Britto Pia, 2016. Science and Effective Interventions to Promote Early Childhood
Development. International Jurnal : diakses pada tanggal 01 Desember 2022

Brodin Jane, Renblad Karin, 2018. Improvement of preschool children’s speech


and language skills. International Jurnal : diakses pada tanggal 01 Desember
2022

Fazrin, I., Widiana, D., Trianti, I., Baba, K., Amalia, M., & Smaut, M. (2018).
Pendidikan Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Anak di Paud
Lab School UNPGRI Kediri. Journal of Community Engagement in Health,
1(2), 267967. https://doi.org/10.30994/jceh.v1i2.8

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pelaksana Stimulasi Deteksi dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI

Kusuma, R. M., & Hasanah, R. A. (2018). Antropometri Pengukuran Status Gizi


Anak Usia 24-60 Bulan Di Kelurahan Bener Kota Yogyakarta Reni Merta
Kusuma , Rizki Awalunisa Hasanah. Jurnal Medika Respati, 13(November),
1970–3887.

Marmi. 2018. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita.
Yogyakarta : Nuha Medika
Megan Y. Roberts, 2019. Parent-Implemented Communication Treatment for
Infants and Toddlers With Hearing Loss: A Randomized Pilot Trial.
International Jurnal : diakses pada tanggal 01 Desember 2022

Mustafiqon, H. M., & Nurdyansyah, P. P. S. (2015). Nizamia Learning Center.

Parwati, N. W. M., Wulandari, I. A., & Budarsana, J. P. R. (2020). Hubungan


Pemanfaatan Buku KIA dengan Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi Dini
Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Adaptasi Tatanan Kehidupan
Baru. Jurnal Kesehatan Midwinerslion, 5(2).
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion/article/
download/189/95

Soetjiningsih. 2019. Perkembangan Anak dan Permasalahannya Dalam Buku


Ajar Ilmu Perkebangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Sagungseto.

Suryandari, A. E., & Purwanti, S. (2018). Analisis Pengetahuan Guru PAUD/TK


tentang SDIDTK dengan Pelaksanaan Deteksi Penyimpangan Perkembangan
Balita. Jurnal Publikasi Kebidanan, 9(1), 11–20.

Supartini. 2017. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Tristanti, I., Indanah, I., & Prasetyo, T. I. (2020). Kejadian Gangguan Pemusatan
Perhatian Dan Hiperaktivitas (Gpph) Pada Anak Pra Sekolah Di Rsud Dr
Loekmonohadi Kudus. Indonesia Jurnal Kebidanan, 4(1), 23.
https://doi.org/10.26751/ijb.v4i1.1001

Vallotton Claire, Mastergeorge Ann, et al, 2017. Parenting Supports for Early
Vocabulary Development: Specific Effects of Sensitivity and Stimulation
through Infancy. International Jurnal : diakses pada tanggal 01 Desember 2022

Vandormael Charlotte, Schoenhals Lucie, et.al, 2019. Language in Preterm Born


Children: Atypical Development and Effects of Early Interventions on
Neuroplasticity. International Jurnal : diakses pada tanggal 01 Desember 2022

Wong, D.L. 2017. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Alih Bahasa Monica
Ester Editor Sari Kurnianingsih edisi 4. Jakarta : EGC.

Black, M. M., Walker, S. P., Fernald, L. C. H., Andersen, C. T., DiGirolamo, A.


M., Lu, C., McCoy, D. C., Fink, G., Shawar, Y. R., Shiffman, J., Devercelli,
A. E., Wodon, Q. T., Vargas-Barón, E., & Grantham-McGregor, S. (2017).
Early childhood development coming of age: science through the life course.
The Lancet, 389(10064), 77–90. https://doi.org/10.1016/S0140-
6736(16)31389-7

Fazrin, I., Widiana, D., Trianti, I., Baba, K., Amalia, M., & Smaut, M. (2018).
Pendidikan Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Anak di Paud
Lab School UNPGRI Kediri. Journal of Community Engagement in Health,
1(2), 267967. https://doi.org/10.30994/jceh.v1i2.8

Im, G. W., Jiar, Y. K., & Talib, R. B. (2019). Development of preschool social
emotional inventory for preschoolers: A preliminary study. International
Journal of Evaluation and Research in Education, 8(1), 158–164.
https://doi.org/10.11591/ijere.v8i1.17798

Ivan, M. (2021). Paradigma Baru Program Studi Pendidikan Non


Formal/Pendidikan Luar Sekolah (Pnf/Pls) Di Era Vuca. PAKAR Pendidikan,
19(2), 87–100. https://doi.org/10.24036/pakar.v19i2.210

Koletzko, B., Godfrey, K. M., Poston, L., Szajewska, H., Van Goudoever, J. B.,
De Waard, M., Brands, B., Grivell, R. M., Deussen, A. R., Dodd, J. M.,
Patro-Golab, B., & Zalewski, B. M. (2019). Nutrition during pregnancy,
lactation and early childhood and its implications for maternal and long-term
child health: The early nutrition project recommendations. Annals of
Nutrition and Metabolism, 74(2), 93–106. https://doi.org/10.1159/000496471

Kusuma, R. M., & Hasanah, R. A. (2018). Antropometri Pengukuran Status Gizi


Anak Usia 24-60 Bulan Di Kelurahan Bener Kota Yogyakarta Reni Merta
Kusuma , Rizki Awalunisa Hasanah. Jurnal Medika Respati, 13(November),
1970–3887.

Kuzik, N., Naylor, P. J., Spence, J. C., & Carson, V. (2020). Movement
behaviours and physical, cognitive, and social-emotional development in
preschool-aged children: Cross-sectional associations using compositional
analyses. PLoS ONE, 15(8 August), 1–16.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0237945

Mustafiqon, H. M., & Nurdyansyah, P. P. S. (2015). Nizamia Learning Center.

Parwati, N. W. M., Wulandari, I. A., & Budarsana, J. P. R. (2020). Hubungan


Pemanfaatan Buku KIA dengan Pengetahuan Ibu Tentang Deteksi Dini
Pertumbuhan dan Perkembangan Balita di Adaptasi Tatanan Kehidupan
Baru. Jurnal Kesehatan Midwinerslion, 5(2).
http://ejournal.stikesbuleleng.ac.id/index.php/Midwinerslion/article/
download/189/95

Suryandari, A. E., & Purwanti, S. (2018). Analisis Pengetahuan Guru PAUD/TK


tentang SDIDTK dengan Pelaksanaan Deteksi Penyimpangan Perkembangan
Balita. Jurnal Publikasi Kebidanan, 9(1), 11–20.

Tristanti, I., Indanah, I., & Prasetyo, T. I. (2020). Kejadian Gangguan Pemusatan
Perhatian Dan Hiperaktivitas (Gpph) Pada Anak Pra Sekolah Di Rsud Dr
Loekmonohadi Kudus. Indonesia Jurnal Kebidanan, 4(1), 23.
https://doi.org/10.26751/ijb.v4i1.1001

Utami, S. (2022). Smart Techno Parenting : Pendidikan Teknologi pada Anak di


Era VUCA. An-Nisa, 15(2), 97–113.
https://jurnal.iain-bone.ac.id/index.php/annisa/article/view/3714/1463

Anda mungkin juga menyukai