Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANA

ASUHAN KEBIDANAN BAYI/BALITA DENGAN IMUNISASI


PADA BY.A USIA 2 BULAN IMUNISASI DPT
DI PMB SARIANI KRAKITAN BAYAT KLATEN

Disusun Oleh:
Nama: Sariani
NIM: P27224021136
Kelas: Alih Jenjang IBI Klaten

PROGAM STUDI SARJANA KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI/BALITA DENGAN IMUNISASI


Pada By. A Usia 2 Bulan Imunisasi DPT
Di PMB Sariani Krakitan Kec.Bayat
Kab. Klaten Jawa Tengah

Disusun Oleh :
Nama : Sariani
NIM : P27224021 136
Kelas : Alih Jentang IBI Klaten

Tanggal Pengkajian/Pemberian Asuhan 11 November 2021, pukul 10.20 WIB

Disetujui:

Pembimbing Lapangan
Tanggal: November 2021
Di Puskesmas Bayat (Ningsih Widyastuti,S,ST.)
NIP. 19700212 199103 2 011

Dosen Pembimbing,
Tanggal : November 2021
Di KLATEN (Rohmi Handayani,S.ST.,M.Keb)
NIP.19810608 201503 2 001
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai derajat

kesehatan suatu bangsa. Menurut laporan WHO(World Health Organization)

tahun 2014 angka kematian ibu di dunia mencapai 289.000 jiwa. Hasil SDKI

(Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012 angka kematian ibu

mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi mencapai

32 per 1.000 kelahiran hidup. Target MDG’s(Millenium Development Goal’s)

ke-5 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran

hidup dan angka kematian bayi menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

2015(WHO, 2014. Kemenkes, 2012). Mengacu pada kondisi saat ini, potensi

untuk tercapainya target tersebut membutuhkan kerja keras yang sungguh-

sungguh. Oleh karena itu, pemerintah sangat menekankan untuk menurunkan

angka kematian ibu dan bayi melalui program-program kesehatan.

Pencegahan penyakit tergantung pada pengendalian atau pemusnahan rantai

penularan dan peningkatan daya tahan perorangan terhadap infeksi dengan cara-

cara umum yaitu imunisasi. Dalam mendukung Indonesia Sehat 2015 kegiatan

pencegahan penyakit termasuk imunisasi merupakan upaya penting.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang

sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.

Anak-anak adalah usia yang paling rentang karena dengan mudah dapat

terjangkit suatu penyakit, karena itu perlu diberikan perlingdungan sejak dini.

Salah satunya adalah dengan diberikan imunisasi agar anak tersebut dapat

terhindar dari suatu penyakit seperti Polio, Hepatitis, Campak, TBC dan lain-

lain.

Lebih dari 1,5 juta anak meninggal setiap tahun karena penyakit yang

sebenarnya sudah ada vaksinnya. Penyebabnya antara lain karena orang tua lalai
terhadap kewajibannya membawa anak ke dokter atau petygas kesehatan untuk

memberi imunisasi pada anaknya.

Asuhan kebidanan ini di tulis dalam rangka turut menunjang tercapainya

tujuan imunisasi. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan lebih mengenal

dan menyadari manfaat imunisasi bagi kesehatan dan kesejahteraan umum.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan bayi sehat dengan imunisasi

berdasarkan metode manajemen kebidanan menggunkan SOAP.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data

objektif.

b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa

c. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan bayi sehat dengan imunisasi

yang menyeluruh.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan.

e. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan bayi

sehat dengan imunisasi, sebagai penerapan ilmu yang didapat selama

perkuliahan. dan mengaplikasikan asuhan pada bayi sehat dengan imunisasi.

2. Bagi Klien

Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi

pada bayi serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien

untuk memperhatikan bayinya.

3. Bagi Rumah Bersalin atau Bidan Praktik Mandiri

Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk

lebih meningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga

mutu pelayanan.
4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai tambahan sumber perpustakaan dan perbandingan pada asuhan

kebidanan neonatus fisiologis.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori

1. Pengertian dan Batasan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap  37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat

badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa

cacat bawaan. (Rukiyah, 2010)

b. Neonatus adalah bayi berumur 0 hari (baru lahir) sampai dengan usia 1

bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari.

Neonatus lanjut adalah bayi dengan usia 7-28 hari. Masa neonatal

adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah

kelahiran (Wafi Nur Muslihatun, 2010).

c. Menurut DepKes RI (2007), bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat

badan 2500 gram sampai 4000 gram.

d. Bayi merupakan individu yang berusia 0-12 bulan yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perkembangan yang cepat diseratai dengan perubahan

dalam kebutuhan gizi (Wong, 2003).

e. Anak balita adalah anak yag telah menginjak usia di atas satu tahun

lebih poluler dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun

(Muaris.H, 2006).

f. Balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang

paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun.

Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan

kepandaian dan pertumbuhan intelektual. (Mitayani, 2010)

g. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh
kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi,

buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah

bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. (Sutomo,

2010)

h. Anak pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam

usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3Tahun 5tahun) dan

kelompok bermain (Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun

biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak

(Patmonedowo, 2008:19). 

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

a. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada

tiap makhluk. Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh

kembang ini terjadi dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu.

(Depkes RI : 2004)

b. Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran – ukuran tubuh yang meliputi

BB, TB, LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran

sel – sel pada semua sistem organ tubuh. (Vivian nanny, 2010 : 48)

c. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang

mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang

menyangkut ukuran dan struktur biologis. (Mansur, 2009 : 25) 

d. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil proses pematangan. (Soetjiingsih, 2005 : 1)

e. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua

system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-

fungsi system organ tubuh. (Vivian nanny, 2010 : 49)

f. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa

serta sosialisasi dan kemandirian. (Pemkot Malang Dinkes, 2007:4)


3. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak

a) Ciri – ciri tumbuh kembang anak

1) Perkembangan menimbulkan perubahan.

Perkembangan terjadi bersama dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai perubahan fungsi.

2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan

sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.

3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

sebagaimana pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan

yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun

perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing

anak.

4) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Anak sehat, bertambah umur, bertambah besar dan tinggi badannya

serta bertambah kepandaiannya.

5) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap-tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.

6) Perkembanagn mempunyai pola yang tetap.

Perkembangan fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola

sefalokaudal dan pola proksimodistal.

b) Prinsip – prinsip tumbuh kembang

1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan

sendirinya sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar

merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha melalui

belajar. Anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang

diwariskan dan pola potensi yang dimiliki anak.

2) Pola perkembanagn dapat diramalkan.


Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan

demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.

Perkembangan berlangsung dari tahapan spesifik dan terjadi

berkesinambungan. (Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 4)

4. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar – dasar

kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, ketrampilan,

berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dll. Ada 2 faktor yang

mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak yaitu :

a) Faktor dalam

1) Ras / etnik dan bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak

memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk atau kurus.

3) Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

pertama kehidupannya.

4) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5) Genetik

Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak

akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang

bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.


6) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan

seperti ada sindrom downs dan sindrom turner (Pemkot Dinkes

Malang, 2007 : 5)

b) Faktor luar (eksternal)

1) Faktor prenatal

(a) Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin.

(b) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital

seperti club foot.

(c) Toksin / zat kimia

Beberapa obat – obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat

menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.

(d) Endokrin

Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,

hyperplasia adrenal.

(e) Radiasi

Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan

pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan

deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan

jantung.

(f) Infeksi

Infeksi pada trimester I dan II oleh TORCH (Toxoplasam, Rubella,

Citomegalo virus, dan Herpes simpleks) dapat menyebabkan

kelainan pada janin : katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi

mental, dan kelainan jantung congenital.


(g) Kelainan imunologi

Eritroblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan golongan darah

antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel

darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam

peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang

selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus

yang menyebabkan kerusakan jaringan otak.

(h) Anoksia embrio

Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu

(i) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan

mental pada ibu hamil dan lain-lain.

2) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan otak.

3) Faktor pasca salin 

(a) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang

adekuat.

(b) Penyakit kronis / kelainan congenital

Tuberculosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan

retardasi pertumbuhan jasmani.

(c) Lingkungan fisis dan kimia

Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi

sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider) sanitasi

lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan

sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll).


(d) Psikologis

Hubungan anak dengan orang di sekitarnya, seorang anak yang

tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa

tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

(e) Endokrin

Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

(f) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,

kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan, akan

menghambat pertumbuhan anak.

(g) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat

mempengaruhi tumbuh kembang anak.

(h) Perkembangan memerlukan rangsang / stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat main, sosialisasi anak,

keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap anak.

(i) Obat – obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

hormone pertumbuhan (Pemkot Dinkes Malang, 2007 : 6)

5. Periode Perkembangan

Perkembangan anak secara umum terdiri dari :

a) Periode prenatal

Terjadi pertumbuhan yang cepat dan sangat penting karena terjadi

pembentukan organ dan system organ anak. Selain itu hubungan antara

kondisi itu memberi dampak pada pertumbuhannya.


b) Periode bayi

Periode ini terdiri dari neonatus (0-28 hari) dan bayi (28-12 bulan). Pada

periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada

aspek kognitif, motorik dan social.

c) Periode kanak-kanak awal

Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut toddler dan pra sekolah 3-6

tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut

pada usia pra sekolah. Perkembangan fisik lebih lambat dan relative

menetap.

d) Periode kanak-kanak pertengahan

Periode ini dimulai pada usia 6-11 tahun dan pertumbuhan anak laki-laki

sedikit lebih meningkat daripada perempuan dan perkembangan motorik

lebih sempurna.

e) Periode kanak-kanak akhir

Merupakan fase transisi yaitu anak mulai masuk usia remaja pada usia 11-

18 tahun. Perkembangannya yang mencolok pada periode ini adalah

kematangan identitas seksual dengan perkembangannya organ reproduksi

(Donna L. Wong, 2000)

6. Kebutuhan Dasar Anak

a) Kebutuhan fisik biomedis (ASUH) meliputi :

1) Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting yang harus dipenuhi

sejak anak didalam rahim. Ibu perlu memberikan nutrisi seimbang

melalui konsumsi makanan yang bergizi dan menu seimbang.

2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,

penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit dll. Anak

perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terhindar dari penyakit

yang dapat dicegah dari imunisasi dan perlu dipantau / diperiksa

kesehatannya secara teratur.

3) Papan/ pemukinan yang layak.

4) Higiene perorangan, sanitasi (lingkungan).


5) Sandang.

6) Kesegaran jasmani, rekreasi. Anak perlu bermain, melakuakn aktifitas

fisik dan tidur karena hal in dapatt merangsang hormon pertumbuhan,

nafsu makan, merangsang metabolisme karbohidrat, merangsang

pertumbuhan dan perkembangan.

b) Kebutuhan emosi / kasih sayang (ASIH)

1) Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.

2) Kasih sayang orang tua dapat memberikan rasa aman.

3) Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong dan dihargai, bukan dipaksa.

4) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan

5) Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini

bergantung pada pola asuh, terutama pola asuh, terutama pada asuh

demokrasi dan kecerdasan emosional.

6) Kemandirian

7) Dorongan dari orang disekelilingnya

8) Mendapat kesempatan dan pengalaman.

9) Menumbuhkan rasa memiliki

10) Kepemimpinan dan kerja sama

11) Pola pengasuhan keluarga yang terjadi atas :

(a) Demokrasi (autoritatif)

(b) Dictator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya

anaknya (child abuse).

(c) Permisif (serba boleh).

(d) Tidak diperbolehkan.

12) Pemberian kasih sayang juga dapat membentuk temperamen anak,

seperti penurut (easy), sulit diatur (difficult), dan pemalu (slow to

warm up).

c) Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak, stimulasi

ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan.


2) Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan anak,

seperti bermain, berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga bisa

berasal dari orang tua.

3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps).

4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat

itu belum ada hubungan antar sel otak.

Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk rangsangan yang semakin

kompleks. Dengan demikian dapat merangsang otak kiri dan kanan,

sehingga terbentuklah multiple intelligent dan juga kecerdasan yang

lebih luas dan tinggi

5) Stimulasi melalui bermain

Cara mrngembangkan kemampuan tersebut bisa melalui rangsangan

suara, music, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain,

memecahkan masalah, mencorat-coret atau menggambar.

6) Kapan stimulasi dilakukan ?

(a) Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada

masa-masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenesis. Stimulasi

dilanjutkan sampai anak berusia 3 tahun ketika sinaptogenesis

berakhir dan berakhir dan usia 14 tahun yang merupakan akhir

pruning.

(b) Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka akan

semakin besar dan lama manfaatnya.

7) Kebutuhan akan stimulasi.

(a) Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial

(agama, etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas,

ketrampilan, dsb).

(b) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal, formal

dan non formal.


7. Anamnesis Tumbuh Kembang Anak

a) Anamnesis factor prenatal dan perinatal

Merupakan factor yang terpenting untuk mengetahui perkembangan

anak.Anamnesis harus menyangkut factor resiko untuk terjadinya

gangguan perkembangan fisik dan mental anak termasuk factor resiko

untuk buta, tuli, palsi serebralis, dll.Anamnesis juga menyangkut penyakit

keturunan dan apakah ada perkawinan antar keluarga.

b) Kelahiran premature

Harus dibedakan antara bayi premature (SMK : Sesuai Masa Kehamilan)

dan bayi dismatur (KMK : Kecil Masa Kehamilan) dimana telah terjadi

retardasi pertumbuhan intrauterine.

Pada bayi premature, karena dia lahir lebih cepat dari kelahiran normal,

maka harus diperhitungkan periode pertumbuhan intrauterine yang tidak

sempat dilalui tersebut.

c) Anamnesis harus menyangkut factor lingkungan yang mempengaruhi

perkembangan anak. Misalnya untuk meneliti perkembangan motorik

pada anak, harus ditanyakan berat badannya. Karena erat hubungannya

dengan perkembangan motorik tersebut.

d) Penyakit – penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan

malnutrisi.

e) Anamnesis kecepatan pertumbuhan anak

Merupakan informasi yang sangat penting yang harus ditanyakan pada

ibunya pada saat pertama kali datang.

f) Pola perkembangan anak dalam keluarga

Anamnesis tentang perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada

kalanya perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat.

(Soetjiningsih, 2005 : 16)

8. Perkembangan Anak Balita

Periode penting dalam tumbang anak adalah masa balita. Perkembangan

kemampuan berbahasa, kreativitas, dan keadaan social emosional dan


intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan

berikutnya. Perkem-bangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga

dibentuk pada masa-masa ini sehingga setiap kelainan/penyimpangan seksual

apapun. Apabila tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik maka akan

mengurangi kualitas perkembangan.

Melalui DDST (Denver Development Screening Test) terdapat 4

parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembanagn anak

balita yaitu :

a) Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungan.

b) Fine motor adaptif (gerakan motorik halus)

Aspek yang b/d kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang

melibatkan bagian tubuh dan dilakukan otot-otot kecil memerlukan

koordinasi yang cermat missal: ketrampilan menggambar.

c) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberi respon terhadap suara, mengikuti perintah

berbicara spontan.

d) Gross motor (motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Beberapa

“Milestone” pokok yang harus diketahui dalam mengikuti taraf

perkembangan secara awal. Milestone adalah tingkat perkembangan yang

harus dicapai anak umur tertentu misalnya:

1) 4-6 minggu :tersenyum spontan, dapat mengeluarkan suara 1-2

minggu kemuadian.

2) 10-16 minggu : menegakkan kepala, tengkurap sendiri, menoleh ke

arah suara.

3) 20 minggu : meraih benda yang didekatkan kepadanya.

4) 26 minggu : dapat memindahkan benda dari satu tangan ke tangan

yang lain.
5) 9-10 bulan : menunjuk dengan jari telunjuk, memegang benda

dengan jari telunjuk dan ibu jari.

6) 13 bulan : berjalan tanpa bantuan, mengucapkan kata-kata tunggal

(Kratenburg dkk., 1981)

9. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur

Umur Perkembangan Anak


1 bulan -          Tangan dan kaki bergerak aktif

-          Kepala menoleh kesamping kanan kiri

-          Bereaksi terhadap bunyi lonceng

-          Menatap wajah ibu atau pengasuh


2 bulan -          Mengangkat kepala ketika tengkurap

-          Bersuara ooooooo........oooooo

-          Tersenyum spontan
3  bulan -          Kepala tegak ketika didudukan

-          Memegang makanan

-          Tertawa dan berteriak

-          Memandang tangan
4  bulan -          Tengkurap

-          Terlentang sendiri
5  bulan -          Meraih, menggapai sesuatu yang diberikan

-          Menoleh kesuara

-          Merah mainan
6  bulan -          Duduk tanpa berpegangan

-          Memasukan benda ke mulut


7 bulan -          Mengambil dengan tangan kanan ataupun kiri

-          Bersuara ma.ma atau pa.pa


8 bulan -          Berdiri berpegangan
9 bulan -          Menjimpit, menmbalik tangan
10 bulan -          Memukul mainan dengan kedua tangan

-          Bertepuk tangan
11 bulan -          Memanggil papa dan mama

-          Menunjuk dan meminta


12 bulan -          Berdiri tanpa berpegangan

-          Memasukan mainan ke cangkir

-          Bermain dengan orang lain


14 bulan -          Berjalan jalan
-          Mulai berbicara satu atau dua kata

-          Gigi mulai tumbuh

-          Dapat minum menggunakan gelas


15 bulan -          Berjalan

-          Mencoret-coret sekeliling

-          Berbicara dua kata

-          Dapat minum menggunakan gelas


1,5 tahun -          Lari

-          Menumpuk mainan

-          Berbicara

-          Makan mengunakan sendok

-          Menyuapi boneka
2 tahun -          Menendang bola

-          Menumpuk empat mainan

-          Menumpuk gambar

-          Melepaskan pakaian

-          Memakai pakaian

-          Menyikat gigi dengan sendirinya


2,5 tahun -          Melompat

-          Menunjuk bagian tubuh

-          Mencuci tangan

-          Mengeringkan tangan
3 tahun -          Menggambar garis tegak

-          Menyebut warna benda

-          Menyebut nama teman


3,5 tahun -          Naik sepeda roda tiga

-          Menggambar lingkaran

-          Bercerita singkat

-          Menyebutkan penggunaan benda

-          Memakai baju kaos


4 tahun -          Menggambat tanda tambah

-          Mengenakan baju tanpa bantuan

10. Pemeriksaan Fisiologis Anak


a. Pemeriksaan klinik

1) Pertumbuhan Berat Badan

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai

hasil peningkatan atau penurunan sema jaringan yang ada

pada tubuh , misalnya otot, tulang, lemak, organ tubuh

dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan

gizi atau tumbuh kembang bayi dan balita. Selain itu,

berat baan juga digunakan sebaga dasar penghitungan

dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan

pengobatan.

Pada usia beberapa hari, berat badan bayi mengalami

penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari

berat badan waktu lahir. Hal ini disebabkan karena

keluarnya mekonim dan air seni yang belum diimbangi

dengan asupan yang mencukupi, misalnya produksi ASI

yang belum lancar dan berat badan akan kembali pada

hari kesepuluh.

Tahap pertumbuhan berat badan pada bayi dan balita

Berat (gram)
Umur
Standar 80% standar
Lahir 3.400 2700

1 bulan 4.300 3400

2 bulan 5000 4000

3 bulan 5700 4500

4 bulan 6300 5000

5 bulan 6900 5500

6 bulan 7400 5900

7 bulan 8000 6300

8 bulan 8400 6000


9 bulan 8900 7100

10 bulan 9300 7400

11 bulan 9600 7700

12 bulan 9900 7900


1 tahun 3 bulan 10600 8500

1 tahun 6 bulan 11300 9000

1 tahun 9 bulan 11900 9600


2 tahun 0 bulan 12400 9900

2 tahun 3 bulan 12900 10500

2 tahun 6 bulan 13500 10800

2 tahun 9 bulan 16000 11200


3 tahun 0 bulan 14500 11600

3 tahun 3 bulan 15000 12000

3 tahun 6 bulan 13500 12400

3 tahun 9 bulan 16000 12900


4 tahun 0 bulan 16500 13200

4 tahun 3 bulan 17000 13600

4 tahun 6 bulan 17400 14000

4 tahun 9 bulan 17900 14400


5 tahun 0 bulan 18400 14700
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI

2) Pertumbuhan Tinggi Badan

Pengukran tinggi badan dapat dilakukan dengan

sangat mudah untuk menilai ganguan pertumbuhan da

perkembangan bayi dan balita. Tinggi badan bayi baru

lahir normalnya adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva

pertumbuhan yang diterbitkan oleh National Center for

health statistics (NCHS), bayi akan mengala,I

penambahan panjang badan sekitar lebih kurang 2,5 cm

setiap bulannya. Tujuan pemantauan pengukuran tinggi

badan adalah untuk menilai status perbaikan gizi

disamping factor genetic dan merupakan indicator yang

baik untuk pertumbhan fisik.


Tinggi badan rata rata umur 0-5 tahun :

Tinggi Badan (cm)


Umur
Standar 80% standar
Lahir 50,5 40.5

0-1 Bulan 55.0 43.5

2 bulan 58.0 46.0

3 bulan 60.0 48.0

4 bulan 62.0 49.5

5 bulan 64.0 51.0

6 bulan 66.0 52.5

7 bulan 67.0 54.0

8 bulan 69.0 55.5

9 bulan 70.5 56.5

10 bulan 72.0 57.5

11 bulan 73.0 58.5

12 bulan 74.5 60.0


1 tahun 3 bulan 78.0 62.5

1 tahun 6 bulan 81.5 65.0

1 tahun 9 bulan 84.5 67.5


2 tahun 0 bulan 87.0 69.5

2 tahun 3 bulan 89.5 71.5

2 tahun 6 bulan 92.0 73.5

2 tahun 9 bulan 94.0 75.0


3 tahun 0 bulan 96.0 77.0

3 tahun 3 bulan 98.0 78.5

3 tahun 6 bulan 99.5 79.5

3 tahun 9 bulan 101.5 81.5


4 tahun 0 bulan 103.5 82.5

4 tahun 3 bulan 105.0 86.0

4 tahun 6 bulan 107.0

4 tahun 9 bulan 108.0


5 tahun 0 bulan 109.0 87.0
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI
3) Suhu badan diukur melalui mulut, rectum dan aksila

Nilai suhu
Usia Usia Nilai suhu ( 0C )
0
(  C )
3 bulan 37,5 0C 7 tahun 36,8 0C
6 bulan 37,5 0C 9 tahun 36,7 0C
1 tahun 37,7 0C 11 tahun 36,7 0C
3 tahun 37,2 0C 13 tahun 36,6 0C
7 tahun 36,8 0C

4) Nadi dapat diukur pada arteri radialis dan femoralis pada

anak umur > 1 tahun

Usia Waktu bangun Tidur Demam


Bayi baru lahir 100-180 80-160 > 220
1 minggu - 3 bln 100-220 80-200 > 220
3 bln – 2 tahun 80-150 70-120 > 200
2 – 10 tahun 60-90 60-90 > 200
10 tahun - dewasa 55 – 90 50-90 > 200

5) Pernapasan anak dihitung sama dengan orang dewasa

kecuali pada bayi dihitung dari gerakan diafragma, gerakan

abdominal.

Nilai Nilai
Umur Umur
pernafasan pernafasan
BBL 35 8 tahun 20
1 – 11 bulan 30 10-12 tahun 19
2 tahun 25 14 tahun 18
4 tahun 23 16 tahun 17
6 tahun 21 18 tahun 16-18

11. Kebutuhan imunisasi


A. Pengertian

Imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan

aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

ke dalam tubuh bayi atau anak. Imunisasi dasar adalah pemberian

imunisasi untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang

perlindungan (Depkes, 2010). Yang dimaksud dengan imunisasi dasar

lengkap menurut Ranuh dkk (2006), adalah pemberian imunisasi BCG

1x, hepatitis B 3x DPT 3x, polio 4x, dan campak 1x sebelum bayi

berusia 1 tahun.

Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati / zat

yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap

penyakit tertentu.

B. Tujuan Pemberian Imunisasi

Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan

menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat

(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia

seperti pada imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2006). Memberikan

kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

yaitu polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan hepatitis B

(Depkes, 2006).

C. Syarat Imunisasi

Menurut Depkes RI (2010), dalam pemberian imunisasi ada

syarat yang harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak

yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan pada lemari es

dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik

yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan

jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang

diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor

batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed

concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan imunisasi


yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang

manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

(KIPI) yang timbul setelah pemberian imunisasi.

D. Macam Vaksin

1. Vaksin Polio

Vaksin polio memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan

kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau tungkai.

Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot

pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan

kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,III,

dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin

polio diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 ml) langsung ke mulut anak

atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Biasanya

pemberian vaksin polio diberikan bersamaan dengan vaksin DPT

tetapi pemberiannya dengan interval 2 jam. Kontraindikasi

pemberian vaksin polio :

(1) Diare berat

(2) Gangguan kekebalan (defisiensi kekebalan) karena obat

imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid.

(3) Kehamilan

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan

dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan

untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan

dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan

kekuatan antibody sampai tingkat yang tertinggi.

2. Vaksin Campak

Vaksin campak memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis

pada saat anak berumur 9 bulan dan diulang 6 bulan kemudian.


Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu

dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Vaksin yang

telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan

selama 8 jam. Vaksin disuntikkan secara sub kutan sebanyak 0,5

mL di 1/3 bagian lengan atas. jika terjadi wabah campak, dan ada

bayi yang belum berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh

diberikan. Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah

sebagai berikut :

(1) Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38⁰C

(2) Penderita TBC

(3) Gangguan system kekebalan

(4) Defisiensi gizi

(5) Pemakaian obat imunosupresan

(6) Alergi terhadap protein telur

(7) Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

(8) Wanita hamil

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam,

ruam kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala katarak serta

ensefalitis (jarang).

3. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerrin)

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri

atau vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk.

Vaksin BCG harus diberikan pada anak usia 0-2 bulan

guna melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC).

Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan,

ditemukan oleh Calmett Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG,

vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut

(NaCl 0,9%) dan diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05

ml. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu

3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar matahari


langsung. Tempat penyuntikan adalah bagian lengan kanan atas

(insertio muskulus deltoideus). Kontraindikasi untuk vaksinasi

BCG adalah anak sakit kulit, anak yang menunjukan uji

mountouk positif dan anak yang terjangkit penyakit TBC, dan

anak penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita

leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka

panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi :

(1) Reaksi local : 1-2 minggu setelah penyuntikkan, pada

tempat suntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang

teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi

pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan

membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya

sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengam

meningkatkan jaringan parut tengah 3-7 mm yang disebut

scar. Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi,

maka bila tidak jadi akan diulang dan bayi sudah berumur

lebih dari 2 bulan harus dilakukan uji Mantoux

(tuberculin).

(2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak

atau leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang

akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Kemungkinan

yang mungkin timbul :

(a) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat

penyuntikkan karena penyuntikkan terlalu dalam.

Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk

mempercepat penyembuhan, bila abses telah

matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan

abses dengan menggunakan jarum) dan bukan

disayat.
(b) Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikkan

dilakukan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya

terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam

waktu 2-6 bulan.

4. Vaksin Hepatitis B

Vaksin HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.

Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan

kanker hati dan kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan

segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran.

Pada umur 2 bulan, bayi mendapat imunisasi HB 1 dan 4 minggu

kemudian mendapat imunisasi HB II. Imunisasi dasar diberikan

sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. Vaksin

disuntikkan pada otot paha secara sub kutan dalam dengan dosis

0,5 ml. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan

pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan pada

temperatur 2,8°C.

Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat

sebaiknya ditunda samapi anak benar-benar pulih. Efek samping

dari vaksin HB adalah efek local (nyeri di tempat suntikan) dan

sistemik (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran

pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

5. Vaksin DPT, TT, dan DT

Vaksin DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi

terhadap difetri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi

bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan

komplikasi yang serius dan fatal. Pertusis (batuk rejak) adalah

infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk

hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.

Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat

meneyebakan serangan batu hebat sehingga anak tidak dapat


bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan

komplikasi yang serius seperti pneumonia, kejang, dan

kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi yang bisa menyebabkan

kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin DPT dapat diberikan kepada anak yang berumur

kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk

suntikkan, yang disuntikkan pada otot paha secara sub kutan.

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada anak saat

umur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT III),

selang waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.

DPT sering menimbulkan efek samping yang ringan

seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikkan selama

beberapa har. Efek samping tersebut terjadi karena adanya

komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1%

penyuntikkan DPT menyebabkan komplikasi sebagai berikut :

(1) Demam tinggi (> 40,5⁰C)

(2) Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang

sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat

riwayat kejang dalam keluarga)

(3) Syok ( kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)

Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah

jika anak mempunyai riwayat kejang demam, panas tinggi

>380C dan penyakit gangguan kekebalan. Pemberian imunisasi

yang boleh diberikan adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di

Puskemas (kombinasi toksoid difteria dan tetanus (DT)) yang

mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang

memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis)

(Ranuh,dkk, 2010).

1-2 hari setelah mendapat imunisasi ini, mungkin akan

terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan


di tempat penyuntikkan. Untuk mengatasi nyeri dan

menurunkan demam, dapat diberikan asetaminofen atau

ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri ditempat pennyuntikkan

juga dapat dilakukan kompres hangat atau lebih sering

menggerak-gerakan lengan maupun tulang yang bersangkutan.

6. Vaksin toxoid difteri

Vaksin ini merupakan bagian dari DPT atau DT, difteri

disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun, vaksin terbuat

dari toxoid yaitu racun difteri yang telah dilemahkan. Vaksin

difteri akan rusak jika dibekukan dan juga akan rusak oleh panas.

7. Vaksin pertusis

Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit

pertusis adalah bakteri vaksin dibuat dari bakteri yang telah

dimatikan, akan mudah rusak, bila kena panas, sama seperti

vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen pertusis merupakan

vaksin yang paling mudah rusak.

8. Vaksin tetanus

Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT, DT atau

sebagai tetanus toxoid (TT). Tetanus disebabkan oleh bakteri

yang memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang

telah dilemahkan, tetanus toxoid akan rusak bila dibekukan dan

akan rusak bila kena panas.

9. Vaksin Haemophilusinfluenzae tipe b ( Hib)

Hinfluenzae tipe b merupakan bakteri penyebab meningitis

dan berbagai infeksi serius mengancam jiwa, seperti pneumonia,

epiglotitisdan sepsis padabayi dan anak. Vaksin ini diberikan

dengan jadual tiga dosis pada bayi (bersama dengan DPT),

ditambah satu dosis booster pada umur 12-18 bulan. Sekarang

tersedia pula vaksin konjugasi kombinasi DPT-Hib

10. Imunisasi Tifoid


Untuk mencegah penyakit demam tifoid berat yang

mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare atau obstipasi,

radang sampai kebocoran usus, dapat mengakibatkan kematian.

Vaksin demam tifoid disuntikan mulai umur 2 tahun, diulang

setiap 3 tahun.

E. Penyimpanan Vaksin, Masa Simpan dan Suhu

Vaksin Suhu penyimpanan Umur vaksin

HS Hepatitis B 26 bulan
DPT/HB 2 tahun
(Heat Sensitive) DPT +20C s/d +80C 2 tahun
DT 2 tahun
tidak tahan TT 2 tahun
BCG +20C s/d +80C 1 tahun
panas -150C s/d -250C
FS +20C s/d +80C 6 bulan
FOLIO
-150C s/d -250C 2 tahun
(Freeze +20C s/d +80C 2 tahun
-150C s/d -250C
Sensitive) tidak CAMPAK

tahan beku
Pelarut BCG
+20C s/d suhu kamar 4 tahun
Pelarut campak

F. Jadwal imunisasi

Jadwal pemberian imunisasi dasar

Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

Catatan:

1. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik

Swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum

dipulangkan.
2. Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1,

DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3, dinyatakan mempunyai

status imunisasi T2.

Jadwal imunisasi lanjutan pada anak di bawah tiga tahun

Umur Jenis Imunisasi


18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar

Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan


Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November

Dosis dan Cara Pemberian

Jenis Dosis Cara Tempat


HB 0,5 ml IM Paha kanan
BCG 0,05 ml IC Lengan kanan atas
Polio 2 tetes Oral mulut
DPT- 0,5 ml IM Paha untuk bayi

HB-Hib Lengan kanan untuk balita

Campak 0,5 ml SC Lengan kiri atas


DT 0,5 ml IM Lengan kiri atas
TD 0,5 ml IM Lengan kiri atas
TT 0,5 ml IM Lengan kiri atas
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan dan Menejemen Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada

individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara

bertahap dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen

kebidanan (Ayurai, 2009).

2. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan

dalam rangkaian tahapan logis.untuk pengambilan keputusan yang

berfokus pada klien. Manajemen kebidanan menyangkut pemberian

pelayanan yang utuh dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang

merupakan suatu proses manajemen kebidanan yang diselenggarakan

untuk memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-

tahapan dan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk

mendapatkan data, memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan

keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat, efektif dan

efisien.

C. Standar Asuhan Kebidanan Dan Model Dokumentasi

Di dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A

adalah analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi

yang sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data dan langkah

yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis. Prinsip dari metode

SOAP adalah sama dengan metode dokumntasi yang lain seperti yang

telah dijelaskan diatas. Sekarang kita akan membahas satu persatu langkah

metode SOAP.

1. Data Subjektif

Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang

dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan

berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada klien yang

menderita tuna wicara, dibagian data dibagian data dibelakang hruf

“S”, diberi tanda huruf “O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan

bahwa klien adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini

nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang

jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium

Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat

dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data

ini akan memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosis.

3. Analisis

Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini merupakan

pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi ( kesimpulan) dari

data subjektif dan objektif. Karena keadaan klien yang setiap saat

bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru

dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian

data akan menjadi sangat dinamis. Saudara-saudara, di dalam

analisis menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang

dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan klien.

Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien

akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat

terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analisis

data adalah melakukan intrepretasi data yang telah dikumpulkan,

mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan kebutuhan.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif; penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Tujuan

penatalaksanaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien

seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraanya.


Tempat Praktek: PMB Sariani
No Reg: 12022110-1
Tanggal, Jam: 11 November 2019/ 10.20 WIB
Oleh:Sariani
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI / BALITA SEHAT

PADA BAYI. A USIA 2 BULAN DENGAN IMUNISASI DPT 1

DI PMB SARIANI KRAKITAN, BAYAT, KLATEN

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Bayi
a. Nama : By. A
b. Umur : 2 Bulan
c. Jenis Kelamin : Perempuan
Orang Tua
Nama Ibu : Ny. N Nama Bapak : Tn. T
Umur : 26 Tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Alamat : RT 04/RW 11 Pojokan Krakitan Bayat
Klaten

2. Alasan Datang : ibu mengatakan ke PMB mengatakan Ingin


melakukan imunisasi pada Anaknya.

3. Riwayat Kelahiran

a. Tanggal Lahir : 11 September 202021


b. Jenis persalinan : Spontan
c. Penolong : Bidan
d. Berat Badan Lahir : 3200 gr
e. Panjang Badan : 48 cm
f. Lingkar Kepala : 31 cm
g. Lingkar Dada : 32 cm
h. Lingkar Lengan Atas : 11,5 cm
4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan anaknya sehat belum pernah sakit.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki atau
menderita penyakit menular dan menurun.

5. Riwayat Imunisasi

Jenis Pemberian Ke- Tanggal Pemberian Keterangan


Imunisasi 1 2 3 4
Hb 0 11/09/21
BCG 11/10/21
Polio 11/10/21
DPT-HB-HiB

6. Pola Kebutuhan Sehari – hari

a. Nutrisi
Ibu mengatakan bayi A hanya minum ASI tanpa tambahan makanan
apapun.
b. Eliminas
Ibu mengatakan bayi A BAK 4 kali/hari berwarna jernih dan berbau
khas, dan BAB 2 kali/hari dengan konsistensi lembek dan berbau
khas.
c. Istirahat
Ibu mengatakan bayi A tidur siang ±3 jam dan tidur malam ±10 jam.
d. Aktifitas (Perkembangan anak)
Ibu mengatakan bayi A sudah bisa tengkurap

7. Data Sosial Budaya

a. Pandangan keluarga terhadap kesehatan


Keluarga sudah mengetahui pentingnya kesehatan dan bila anak sakit
diperiksakan ke bidan
b. Keadaan lingkungan
Lingkungan mendukung untuk perkembangan anak
c. Pengasuhan anak oleh
Anak diasuh oleh ibu dan anggota keluarga lainnya.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda- tanda vital :
Suhu : 36,4oC
Respirasi : 35x/menit
Nadi : 130 x/menit
c. Berat Badan : 5000 gram
d. PB : 60 cm
2. Pemerikaan Fisik
a. Kepala : ubun – ubun tidak cekung , ada sutura
b. Muka : simetris, tidak ada tanda – tanda sindrom down
c. Mata : simetris, tidak juling, reflek mata baik, tidak ada tanda
– tanda infeksi
d. Telinga : bersih, tidak ada serumen
e. Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada secret
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
g. Dada : simetris, tidak ada tarikan dinding dada
h. Bahu Lengan : simetris, tidak ada fraktur
i. Tangan : simetris jari lengkap
j. Perut : simetris, tidak ada meningokel, tidak ada tanda –
tanda infeksi talipusat
k. Gentalia : baik
l. Anus : terdapat lubang anus
m. Tungkai kaki : simetris tidak O atau X
n. Punggung : datar tidak ada bercak mongol
o. Kulit : kemerahan
C. ANALISA DATA
Bayi A. umur 2 bulan perempuan dengan pertumbuhan dan
perkembangan normal.dengan imunisasi DPT 1
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bayi D pada ibu yaitu nadi
130x/menit,respirasi 35x/menit,suhu 36.5℃.
Hasil: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan anaknya dalam keadaan
normal.
2. Memberitahu nenek tentang prosedur tindakan
Hasil: Ibu mengerti prosedur dan tujuan tindakan.
3. Mempersiapkan alat untuk imunisasi DPT antara lain spuit
disposible 0.5 cc dan jarumnya,vaksin DPT
Hasil: Ibu menegetahui apa saja alat yang digunakan bidan untuk
imunisasi.
4. Memposisikan anak di pangkuan ibu senyaman mungkin sambil
membuka area suntikan.
Hasil: Ibu membantu memposisikan anaknya dengan nyaman
dan membantu membuka celana anak bagian kiri.
5. Menyuntika imunisasi kepada anak
Hasil:Anak menangis setelah di suntik.
6. Melakukan konseling pasca imunisasi
Hasil: bertujuan agar nenek mengetahui efek setelah dilakukan
imunisasi
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang dan
melakukan imunisasi selanjutnya.
Hasil: ibu bersedia melakukan imunisasi selanjutnya.
BAB IV
PEMBAHASAN

Imunisasi adalah suatu pencegahan yang sengaja diberikan untuk memberikan


kekebalan atau imunitas pada bayi dan anak, sehingga bila terjangkit kuman tidak
meninggal atau menderita sakit.
Berdasarkan umur dan jadwal pemberian imunisasi pada bayi A . adalah jadwal
pemberian imunisasi DPT-HB-HiB 1 dan Polio 2 pada pemberian imunisasi tidak ada
masalah yang timbul dari anak.
Sedangkan sebagai antisipasi masalah potensial bisa ditemukan antara lain
ditemukannya masalah-masalah yang mungkin bisa terjadi pada anak tersebut, bidan
akan lebih mudah memberikan asuhan kebidanan dan penilaian pertumbuhan dan
penanganan anak sesuai dengan usia anak.
Bidan dapat memberikan penjelasan tentang perawatan dan penanganan efek
samping pasca pemberian imunisasi dirumah, sehingga dapat diperoleh tujuan yang
optimal.
Dalam intervensi dan implementasi langkah pemberian vaksin baik DPT-HB-
HiB 1 dan Polio 2 tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Dalam teori
disebutkan pemberian pmberian vaksin DPT-HB-HiB dengan dosis 0,5 ml dan
disuntikkan pada bagian paha kiri serta pemberian vaksin polio dengan dosis 2 tetes
dan langkah ini telah dilakukan dalam praktek. Salah satunya yaitu pemberian obat
anti piretik ditujukan untuk mencegah demam karena vaksin pertusis. Dalam
intervensi dan implementasi juga diberikan KIE tentang efek samping sehingga dapat
mengurangi tuntutan ibu pada petugas dan ibu mempunyai gambaran tentang efek
samping.
Pada langkah terakhir evaluasi tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan
praktek.
Bidan dapat memberikan penjelasan tentang perawatan dan penanganan efek
samping pasca pemberian imunisasi dirumah, sehingga dapat diperoleh tujuan yang
optimal.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan Kebidanan pada bayi sehat dengan imunisasi
DPT-HB-HiB 1 dan Polio 2 dalam pengkajian dan analisa data ditemukan
diagnosa yaitu bayi sehat akan diimunisasi DPT-HB-HiB 1 dan Polio 2. Dari
masalah tersebut penulis melakukan tindakan diantaranya yaitu :
Melakukan pendekatan terapeutik
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan tentang manfaat dan efek samping dari imunisasi DPT-HB-
HiB dan Polio
3. Melakukan informed consent
4. Memberitahu tentang perawatan bayi setelah mendapat imunisasi DPT-
HB-HiB dan Polio
5. Melakukan imunisasi DPT-HB-HiB dan Polio dengan teknik yang baik
dan benar
6. Memberikan terapi antipiretik
7. Memberitahu ibu untuk imunisasi bulan berikutnya
Dalam Asuhan Kebidanan ini peran serta dan kerjasama yang baik antara
keluarga (ibu pasien) dengan petugas kesehatan sangat diperlukan supaya tujuan
Asuhan Kebidanan dapat tercapai dengan baik. 

B. Saran
1. Bagi Bidan
Hendaknya pemberian imunisasi sesuai dengan prosedur sehingga
tidak terjadi komplikasi saat dilakukan imunisasi sehingga tidak timbul
masalah yang mungkin terjadi karena pengaruh imunisasi.
Hendaknya perawatan bayi baru lahir sesuai dengan prosedur agar
tidak terjadi komplikasi pada bayi baru lahir.
2. Bagi Mahasiswa
Menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan
dan ketrampilan mahasiswa tentang masalah-masalah dan cara imunisasi pada
bayi, serta perawatan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Behimann, dkk. 2002. Nelson Edin 15. Jakarta : EGC


Depkes. 2005. Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Direktorat Jendral PP
dan PL
Departemen kesehatan RS. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta: YBP-SP.
2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Schwartz, William. 2005. Pedoman klinis Pediatri. Jakarta : EGC
Suryana. 1998. Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Sudarti. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika
Uliyah, Musrifatul. 2006. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Varney, H. Et, all. 2007. Buku Ajar Kebidanan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai