Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EFEKTIVITAS TERAPI PANAS DINGIN TERHADAP PENANGANAN


NYERI PADA IBU BERSALIN

DOSEN PENGAMPU:

DEBBY YOLANDA,S.SIT,M.Keb

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. ADHATUL JAYANI ( 2215154011012 )


2. BUNGA ANASKI DESTAVIA ( 2215154011140 )
3. PUTRI FEBRI YANTI ( 2215154011143 )
4. RUFI GHEVIRA SANDORA ( 2215154011145 )
5. SILVIANISA RAIHANI (2215154011148 )
6. SUCI FAJRIANI ( 2215154011434 )

D3 KEBIDANAN

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI


BUKITTINGGI SUMATARA BARAT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat
dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini. Shalawat
beriring salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang selalu
istiqomah dalam mengamalkan sunnahnya hingga akhir zaman.

Penyusunan makalah ini ditujukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah,


Keterampilan Dasar Praktek Kebidanan “Pemeriksaan fisik pada anak ”. Kami
menyadari bahwa dalam penusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif
dan membangun guna penyusunan makalah yang lebih baik lagi pada masa yang akan
datang.

Bukittinggi, 6 November 2022


Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DASTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. ...............................................................................................................................5
B. ...............................................................................................................................6
C. ...............................................................................................................................8
D. .............................................................................................................................11

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan..........................................................................................................14
2. Saran....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan generasi masa depan bangsa. Kesehatan anak sangat penting
menentukan masa depan bangsa. Sehingga diperlukan upaya dari seluruh pihak untuk
menjamin kesehatan anak di Indonesia. Sekolah juga dilibatkan dalam penyelenggaraan
kesehatan pada anak. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan pasal 2 ayat 3 menyebutkan salah satu jenis pelayanan
dasar pada SPM kesehatan daerah kabupaten atau kota adalah pelayanan kesehatan pada
usia pendidikan dasar. Lebih lanjut disebutkan pelayanan yang bersifat peningkatan /
promotif dan pencegahan / preventif sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tersebut
mencakup peningkatan kesehatan, perlindungan spesifik, diagnosis dini dan pengobatan
tepat, pencegahan kecacatan; dan rehabilitasi. Pelayanan dasar pada SPM Kesehatan
dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah pusat, pemerintah
daerah, maupun swasta. Pelayanan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan. Sekolah mempunyai
kewajiban memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat. (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2019) Data
tahun 2017 menunjukkan anak usia 0-17 tahun yang mengalami keluhan kesehatan sebesar
28,56%, sedangkan anak yang sakit 15,86 %. Angka kesakitan anak di perkotaan sebesar
16,66% relative lebih tinggi dibandingkan dibandingkan di pedesaan 15,01%.
Pencapaian Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar (SD) sebesar 97,19%
paling tinggi jika dibandingkan dengan APM SMP maupun SMA. (Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak & Badan Pusat Statistik, 2018)
Pemeriksaan fisik pada anak sekolah telah direkomendasikan sejak berpuluhpuluh tahun
yang lalu untuk dilakukan secara periodic. Watson merekomendasikan untuk melakukan
pemeriksaan fisik pada setiap anak setiap satu sampai dengan dua tahun sekali (Watson,
1948). Deteksi dini (screening test) pada anak sekolah diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan anak. Pada anak usia sekolah direkomendasikan untuk pemerikasan pendengaran
dan penglihatan. Berdasarkan perkembangan motoric anak, anak usia sekolah juga
mempunyai resiko terjadinya cedera. (Marcdante & Kliegman, 2019) Pemeriksaan fisik pada
anak merupakan salah satu metode dalam pengkajian pada anak yang juga merupakan
deteksi dini yang dibutuhkan untuk investigasi lebih lanjut mengenai masalah kesehatan
yang terjadi pada anak. Studi pendahuluan dilakukan pada salah satu SD di pusat Kota
Semarang. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sekolah, siswa yang
bersekolah di SD tersebut, belum pernah dilaksanakan pemeriksaan fisik pada setiap siswa,
pelayanan kesehatan yang pernah dilakukan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
terdekat adalah pemeriksaan umum (pemeriksaan telinga dan gigi dua kali setahun) namun
bukan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki. Kepala sekolah juga menyampaikan tidak
mempunyai gambaran umum mengenai kesehatan anak. Hasil studi pendahuluan ini
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang gambaran hasil pemeriksaan fisik
anak usia sekolah

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan pemeriksaa

C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pemeriksaan pada anak


Adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara, terutama
dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama ypemeriksaan yang lebih
formal, alat-alat untuk perkusi, palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk
menetapkan dan menyaring pengkajian sistem tubuh. (wong 2003).

Angka kesakitan anak diperkotaan relative lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.


Sekolah terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan pada anak. Pencapaian angka
partisipasi murni SD paling tinggi dibanding yang lain. Pemeriksaan fisik pada anak
usia sekolah diperlukan untuk mendeteksi secara dini adanya masalah kesehatan
pada anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran hasil
pemeriksaan fisik anak usia sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain deskriptif observasional. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah
total sampling dengan sampel sejumlah 59 anak usia sekolah. Pengumpulan data
dilakukan dengan pemeriksaan fisik secara lansung kepada responden. Hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar responden kelas 3 SD (22%) dan berjenis
kelamin laki-laki (59,3%). Hasil pemeriksaan antopometri didapatkan rata-rata berat
badan (32,94 vs 28,71), tinggi badan (131, 94 vs 129,79), IMT (32,94 vs 28,71) dan
lingkar lengan atas (20,72 vs 19,02) didapatkan anak laki-laki lebih besar daripada
anak perempuan. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan adanya masalah kesehatan
mata (ketajaman penglihatan (88,1%)), masalah kesehatan gigi dan mulut (gigi kotor
(72,9%); gigi berlubang (62,7%); tonsil membesar (16,9%); masalah kebersihan diri
(kuku kotor (50,8%)) serta cedera (ada bekas luka (39%)). Masalah yang sering
terjadi pada anak usia sekolah adalah masalah kesehatan mata, gigi dan mulut,
kebersihan diri dan cedera. Hasil penelitian ini menyarankan untuk dilakukan
penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan mata gigi
dan mulut, kebersihan diri dan cedera pada anak dan meningkatkan upaya promosi
kesehatan kepada anak usia sekolah oleh tenaga kesehatan.

B. Pengkajian fisik pada anak


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus
memahami bahwa semua asuhan keperawatan anak harus berpusat pada keluarga
(family center care) dan mencegah terjadinya trauma (atraumatik care).
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan kebidanan. Untuk dapat memberikan
pelayanankeperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak
dikelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu :
1. Bayi : 0 - 1 tahun
2. Toddler : 1 - 2,5 tahun
3. Pra sekolah : 2,5 - 5 tahun
4. Sekolah : 5 – 11 tahun
5. Remaja : 11- 18 tahun
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara
orangdewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur Fisik.Keterampilan pengkajian Fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.Urutan pada pengkajian abdomen adalah inspeksi, auskultasi, perkusi,
dan palpasi. Ada beberapa tahap dalam melakukan pengkajian, diantaranya yaitu :

1. Persiapan Lingkungan

a) Makukan pengkajian di tempat lain selain di “area aman” anak, jika


mungkin. Area aman maksudnya disamping tempat tidur atau tempat
bermain anak.
b) Metakkan mainan, poster - poster yang menarik, dan lukisan di ruang
pemeriksaan untuk membuat ruang tersebut terkesan tidak
menakutkan.
c) Batasi jumlah orang di dalam ruangan dan jumlah orang yang keluar
masuk area pemeriksaan.
d) Nyalakan AC dengan suhu rendah karena kipas angin yang berisik dapat
mempengaruhi hasil auskultasi.
e) Kurangi aliran udara dari tempat pemeriksaan karena anak
dapatkedinginan sehingga tampak kebiru-biruan, dapat juga
menandakan penyakit jantung atau pernapasan.
f) Beri privasi untuk anak usia sekolah dan remaja.
2. Persiapan Alat
a) Pastikan semua alat siap untuk digunakan.
b) Metakkan alat yang menakutkan atau asing bagi anak di tempat yang
tidak terlihat sebelum memulai pemeriksaan pada anak kecil.
c) Angatkan tangan dan alat sebelum memulai pemeriksaan.
d) Alat dapat dihangatkan dengan tangan atau dengan air hangat
3. Alat untuk Pengkajian Fisik
a) Lidi kapas
b) Lap/ kertas tisu
c) Bantalan disposibel
d) Tirai /sampiran
e) Gaun untuk anak
f) Sarung tangan
g) Lubrikan
h) Timbangan untuk berat badan
i) Papan ukur / baki ukur
j) Pita ukur / meteran
k) Stetoskop
l) Manset tekanan darah pedriatic
m) Spigmomanometer
n) Termometer rectal dan oral
o) Tounge spatel
p) Senter
q) Otoskop
r) Oftalmoskop
s) Kartu mata
t) Reflex Hammer
u) Jam tangan dengan jarum detik
v) Format pengkajian fisik
w) Denver Developmental
Screening Test (DDST)
Tanda-Tanda Vital Normal Pada Anak, yaitu :

1) Tekanan darah

Usia Sistolik / diastolic Sistolik / diastolic


(mmHg)Anak (mmHg)Anak laki –
perempuan laki
1 bln 84 / 52 86 / 52
6 bln 91 / 53 90 / 53
1 th 91 / 54 90 / 56
2 th 90 / 56 91 / 56
4 th 92 / 56 93 / 56
6 th 96 / 57 96 / 57
8 th 99 / 59 99 / 60
10 th 102 / 62 102 / 62
12 th 107 / 66 107 / 64
14 th 110 / 67 112 / 64
16 th 112 / 67 117 / 67

2) RR

Usia
Frekuensi (nafas / menit )
Bayi premature 40 – 90
Neonatus 30 – 80
1 tahun 20 – 40
2 tahun 20 – 30
3 tahun 20 – 30
5 tahun 20 – 25
10 tahun 17 – 22
15 tahun 15 – 20
20 tahun 15 – 20

3) Nadi

usia Istirahat Istirahat Aktivitas dan


(terjaga) (terjaga) demam
Lahir 100 – 180 80 – 160 Sampai 220
1 – 3 bulan 100 / 220 80 – 180 Sampai 220
3 bln – 2 tahun 80 / 150 70 – 120 Sampai 200
2 – 10 tahun 70 / 110 60 – 100 Sampai 180
10 - dewasa 55 / 90 50 – 90 Sampai 180

4) Suhu

usia Suhu (O C)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,3
5 tahun 37,0
7 tahun 36,8
9 tahun 36,7
13 tahun 36,6

5) Kesadaran
 Kompos mentis : sadar sepenuhnya dan memberikan respon
 Apatis : sadar, tapi acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya,masih
ada respon
 Samnolen : lebih rendah dari apatis, tampak mengantuk, selalu ingin
tidur, tidak ada respons terhadap stimulus ringan, tapi mash ada
respons terhadap stimulus keras
 Sopor: tidak member respons ringan / sedang, sedikit respons
terhadap stimulus kuat, refleks pupil terhadap cahaya (+)
 Delirium: bicara kacau
 Koma: tidak ada respons terhadap stimulus apapun, refleks pupil
terhadap cahaya ( - )
6) Format Pengkaiian Fisik Anak
a. Biodata pasien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Tanggal masuk RS :
Tanggal pengkajian :

b. Biodata penanggung jawab


Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :
Keluhan utama :

d. Riwayat kesehatan sekarang :


Riwayat kesehatan masa lalu :

f. Riwayat kesehatan keluarga :

g. Riwayat kesehatan lingkungan :

Anda mungkin juga menyukai