Disusun Oleh:
Ghufran Nur Adli Farizi, S.Ked
Jihadatul Kholilah, S.Ked
Stevany Gracia Dandra, S.Ked
Shella Sharon, S.Ked
Tiara Ayoe Andita, S.Ked
Miftahul Haniyah, S.Ked
Pembimbing:
dr. Anastasia Mulyadi
dr. Riry Ambarsarie
2.2 Program Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ........ 6
4.1 SARAN................................................................................................... 18
LAMPIRAN .......................................................................................................... 22
ii
BAB I. PENDAHULUAN
Proses tumbuh dan kembang anak perlu diperhatikan dengan baik sejak
1000 hari pertama kehidupannya. Masa ini merupakan masa kritis yang harus
terpantau, tercatat, dan bertujuan untuk menemukan adanya gangguan tumbuh
kembang secara dini. Melalui hal tersebut diharapkan dapat dilakukan penanganan
sedini mungkin sebelum anak melewati masa kritisnya sehingga didapatkan
perbaikan1,2.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
disebutkan bahwa angka kejadian anak pendek akibat masalah gizi di Indonesia
sebesar 37,2 %. Angka kejadian gangguan pertumbuhan tersbut secara tidak
langsung juga menggambarkan adanya masalah perkembangan pada anak di
Indonesia3.
Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan tumbuh
kembang anak dibagi menjadi 2 yaitu faktor individu dan faktor lingkungan atau
komunitas. Beberapa contoh faktor individu diantaranya adalah infeksi berulang,
kurang gizi, kelalaian dan kekerasan, rendahnya pendapatan keluarga, berat bayi
lahir rendah, rendahnya edukasi maternal, jumlah keluarga yang banyak,
pendeknya jarak kelahiran antar anak, kurangnya tingkat parenting practices.
Beberapa contoh faktor lingkungan adalah buruknya sanitasi, kelaparan, kejadian
endemic, kurangnya akses pelayanan (sekolah, perpustakan, pelayanan kesehatan),
kurangnya komitmen pada perkembangan anak4. Penelitian di Indonesia sendiri
faktor risiko signifikan yang mempengaruhi terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah rendahnya pendidikan dan rendahnya pendapatan5.
Stimulasi dini merupakan rangsangan yang dilakukan sejak berada didalam
kandungan dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera dari
pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan. Kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh
dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang
tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh
1
masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya)
dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang
pendidikan formal. lndikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak
hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental, emosional,
sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal 6.
Pentingnya pemantauan yang berkala adalah untuk mengetahui apakah
tumbuh kembang seorang anak normal atau tidak. Pada usia bayi sampai usia 1
tahun, diharapkan pemantauan dilakukan satu bulan sekali. Pada anak prasekolah
(usia 3 sampai 6 tahun) dilakukan pemantauan setiap 3 bulan. Sementara pada anak
sekolah dan remaja dilakukan pemantauan setiap 6 bulan sekali. Pemantauan
meliputi aspek pertumbuhan dan perkembangan anak7,8.
Indikator keberhasilan program Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) balita yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun
2017 adalah 90% dari total populasi, terjangkau oleh kegiatan SDIDTK balita 8.
Program SDIDTK khususnya di Kota Bengkulu belum berjalan dengan baik. Hal
ini dapat tergambar dari hasil studi dokumen bahwa persentase cakupan program
SDIDTK pada tahun 2013 hanya mencapai 22,8% dengan total jumlah balita yang
ada sebanyak 17.40510.
Sehubungan dengan tingginya angka kejadian penyimpangan tumbuh
kembang pada anak. Maka diperlukan upaya penanganan sedini mungkin dengan
melakukan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) anak,
dengan harapan anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Upaya tumbuh kembang ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak
termasuk puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
memiliki peran strategis dalam upaya kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan
derajat kesehatan anak dan mendeteksi kejadian penyimpangan tumbuh kembang
pada anak.
2
Oleh karena itu, puskesmas menjamin agar setiap anak mampu mengakses
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas melalui program Pelayanan
Kesehatan SDIDTK Anak yang dilakukan baik di sekolah maupun posyandu.
1.3 Tujuan
Untuk mengevaluasi pelaksanaan program stimulasi, deteksi, dan intervensi
dini tumbuh kembang (SDIDTK) anak di Puskesmas Jalan Gedang dalam upaya
mendeteksi penyimpangan tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas
Jalan Gedang di Kota Bengkulu.
1.4 Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi
program SDIDTK di Puskesmas Jalan Gedang dalam upaya menurunkan
penyimpangan tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas Jalan
Gedang di Kota Bengkulu.
2. Bagi Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Sebagai referensi ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan khususnya
dalam program-program kesehatan di puskesmas.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa
perkuliahan dan melatih kemampuan dalam mengevaluasi program di
puskesmas.
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
4
stimulasi, motivasi belajar, dan penggunaan obat 9. Faktor-faktor ini nantinya dibagi
menjadi faktor kehamilan, faktor persalinan, dan pasca persalinan 9.
5
Gambar 2.1 Bentuk Kegiatan SDIDTK6
6
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak
bahkan gangguan yang menetap6.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan pemeriksaan yang
bertujuan menemukan secara dini ada tidaknya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak pra sekolah sehingga diharapkan intervensi yang dilakukan
nantinya akan lebih mudah dijalankan, tenaga kesehatan juga dapat membuat
rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama jika melibatkan anggota keluarga
lain atau ibu. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya lebih
sulit dan berpengaruh pada tumbuh kembang anak12. Deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan di semua tingkat pelayanan menggunakan alat dan
bahan sebagaimana pada tabel 2.1.
Tabel. 2.1 Tingkat pelayanan, pelaksana, alat, dan bahan yang digunakan dalam
SDIDTK6
7
Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada
anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan
umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih
kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian anak12.
Ketiga kegiatan tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah
mendapat pelatihan mengenai SDIDTK di tingkat puskesmas. Adapun jadwal
kegiatan dan jenis skrining atau deteksi dini penyimbangan tumbuh kembang pada
balita dan anak pra sekolah dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:
8
Tabel 2.2 Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining Deteksi Dini Penyimpangan
Tumbuh Kembang Pada Balita dan Anak Prasekolah
2.3 Puskesmas
2.3.1 Definisi
9
sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban kerja
Puskesmas dan lain-lain14.
10
BAB III. PEMBAHASAN
3.1.1 Input
Input dalam pelaksanaan program SDIDTK di Puskesmas Jalan Gedang
Kota Bengkulu terdiri dari sumber daya manusia (SDM), pendanaan, sarana dan
prasarana yang disusun dalam tabel berikut:
11
satuan PAUD sejenis), lembaga wilayah kerja Puskesmas Jalan
sosial anak dan kader yang terlatih Gedang.
Pendanaan Sumber dana atau pendanaan dapat Pendanaan SDIDTK berasal dari
berasal dari Dana BOK dan Dana dana BOK
Kapitasi JKN
Sarana dan Sarana dan prasarana yang Sarana dan prasarana untuk
Prasarana diperlukan untuk melaksanakan melakanakan SDIDTK adalah:
SDIDTK adalah: 1. Ruangan KIA
1. Ruangan SDIDTK 2. Buku Pedoman Pelaksanaan
2. Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK.
SDIDTK. 3. SDIDTK kit
3. SDIDTK kit (kuesioner pra 4. Buku KIA.
skrining perkembangan 5. Formulir Deteksi Dini
(KPSP), instrumen tes daya Tumbuh Kembang, Register
dengar, tes daya lihat, DDTK, Formulir
kuesioner masalah perilaku Rekapitulasi DDTK dan
emosional (KMPE), timbangan formulir Rujukan.
dacin, timbangan digital (untuk 6. Register Kohort Bayi dan
anak > 5 thn) , alat ukur tinggi Register Kohort Anak Balita
badan/panjang badan., pita dan Pra sekolah.
pengukur lingkar kepala,
tabel/grafik BB/TB,
Tabel/grafik TB/U, grafik
lingkar kepala, dll)
4. Buku KIA.
5. Formulir Deteksi Dini Tumbuh
Kembang, Register DDTK,
Formulir Rekapitulasi DDTK
dan formulir Rujukan.
12
6. Register Kohort Bayi dan
Register Kohort Anak Balita
dan Pra sekolah.
3.1.2 Proses
Proses dalam pelaksanaan program SDIDTK di Puskesmas Jalan Gedang Kota
Bengkulu yaitu sebagai berikut:
Persiapan
Tim pelaksana program SDIDTK akan mengidentifikasi atau
mendaftar semua balita dan anak pra sekolah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu. Identifikasi ini dimaksudkan
untuk mengetahui jumlah balita dan anak pra sekolah sehingga dapat
menentukan jumlah sasaran program SDIDTK. Selain itu, dilakukan
identifikasi jumlah sarana pelayanan (posyandu, PAUD/TPA/RA setingkat,
BKB, Panti Sosial Anak, Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes), jumlah
tenaga kesehatan terlatih dan tidak terlatih, kader, guru PAUD/TPA/RA,
jumlah logistik serta persiapan tempat dan sarana pelaksanaan SDIDTK.
Jadwal dan tempat pelaksanaan kegiatan SDIDTK sudah dirundingkan
sebelumnya antara tim pelaksana program, guru PAUD/TPA/RA, dan
kader.
Pelaksanaan
Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu memiliki 2 daerah binaan
yaitu Kelurahan Jalan Gedang dan Kelurahan Padang Harapan yang terletak
di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu. Jumlah peserta SDIDTK
saat ini adalah balita dan anak pra sekolah yang berjumlah 1197 orang.
Pelaksanaannya program SDIDTK di PAUD dilaksanakan dua kali dalam
setahun dan sebanyak 4 kali dalam 1 tahun dilaksanakan di Posyandu.
Waktu pelaksanaa program dilakukan pada pagi hari dengan waktu 90-120
menit. Kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.1.
13
Tabel 3.2. Kegiatan SDIDTK
14
Melakukan pemeriksaan
perkembangan anak dengan
KPSP
Mengisi Kuesioner Tes Daya
Dengar (TDD)
Melakukan Tes Daya Lihat
Pelaksaan SDIDTK di Posyandu
Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan serta
menuliskannya di formulir deteksi dini tumbuh kembang anak
Melakukan pengamatan kemampuan perkembangan anak
Memberikan penyuluhan kepada ibu / keluarga mengenai pentingnya
stimulasi pada anak agar tumbuh kembang optimal
Menentukan status gizi anak berdasarkan pengukuran tinggi badan,
berat badan yang telah dilakukan oleh kader
Melakukan pengukuran lingkar kepala anak
Melakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP pada
anak yang kemampuan perkembangannya tidak sesuai usia
Melakukan Tes Daya Dengar (TDD)
Melakukan Tes Daya Lihat (TDL)
Mengisi Kuesioner KMPE
Melakukan pemeriksaan Autis jika ada keluhan
Melakukan pemeriksaan GPPH jika ada keluhan
Menuliskan hasil pemeriksaan tersebut di formulir Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak
Melakukan intervensi kelainan gizi dan tumbuh kembang
Merujuk bila diperlukan
15
Pencatatan
Semua kegiatan pemantauan pertumbuhan dan pemantauan
perkembangan dicatat pada formulir hasil deteksi dini tumbuh kembang
anak, formulir hasil laporan kesehatan bayi/anak balita, rekapitulasi deteksi
dini tumbuh kembang, kohort bayi atau kohort anak balita dan prasekolah,
serta buku KIA. Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan mekanisme yang
berlaku. Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan kegiatan SDIDTK
dilaporkan ke penanggung jawab BOK dan dilaporkan secara berjenjang.
3.1.3 Output
Program Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Anak dalam pelaksanaanya terdapat indikator yang harus dicapai.
Indikator ini dibuat untuk mengetahui keluaran program tersebut telah mencapai
target atau tidak. Adapun indikator dan output dari program SDIDTK adalah
sebagai berikut:
Indikator: Cakupan kunjungan SDIDTK di posyandu terlaksana
sebanyak 4 kali dalam 1 tahun dan kunjungan di PAUD terlaksana
sebanyak 2 kali dalam 1 tahun.
Output: Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu telah
melaksanakan SDIDTK di posyandu sebanyak 4 kali dalam 1 tahun
dan kunjungan di PAUD belum terlaksana.
16
Belum terlaksananya kegiatan SDIDTK di lembaga pendidikan diakibatkan
karena adanya pembatasan kegiatan akibat pademi COVID-19. Keadaan ini
mengakibatkan program-program di UPTD Puskesmas Jalan Gedang berjalan
kurang maksimal, terutama program SDIDTK yang melibatkan fasilitas lain seperti
PAUD. Meskipun kegiatan posyandu berjalan pada tahun 2020, tetapi tidak
maksimal karena adanya pembatasan jumlah peserta yang boleh berkumpul
sehingga penyuluhan maupun konsultasi tumbuh kembang anak tidak berjalan.
Pelaksanaan program SDIDTK juga mensosialisasikan dan menargetkan
agar setiap anak yang mengalami penyimpangan tumbuh kembang dapat dideteksi
dan dilakukan penanganan atau intervensi sedini mungkin oleh tenaga kesehatan,
tenaga pendidik, tenaga sosial, dan pihak-pihak lain yang berperan dalam tumbuh
kembang anak. Kegiatan ini dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas atau posyandu) maupun di PAUD sebagai salah satu upaya untuk
menurunkan kejadian penyimpangan tumbuh kembang anak. Jumlah balita di
UPTD Puskesmas Jalan Gedang dengan status gizi kurang sebanyak 2,9% pada
tahun 2019 dan tidak terdapat balita dengan gizi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan program SDIDTK terbukti berkontribusi terhadap cukup baiknya
tumbuh kembang anak. Adapun target dan output dari persentase anak yang tingkat
perkembangannya sesuai di fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:
17
BAB IV. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Program Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Anak merupakan suatu salah satu program puskesmas sebagai upaya dalam
mendeteksi penyimpangan tumbuh kembang anak. Kegiatan ini berupa stimulasi
dan pemantauan tumbuh kembang, deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
ditingkat petugas (tenaga kesehatan, pendidik, masyarakat), melakukan intervensi
dini jika ditemukan penyimpangan, serta melakukan rujukan apabila tidak ada
perbaikan. Pelaksanaan program SDIDTK di wilayah kerja Puskesmas Jalan
Gedang Kota Bengkulu telah terlaksana dengan cukup baik.
Meskipun telah terlaksana cukup baik namun masih terdapat kendala terkait
pelaksanaan program SDIDTK seperti, kurang berjalannya evaluasi setelah
pelaksanaan SDIDTK oleh petugas sehingga program yang dijalankan kurang
maksimal, belum terlaksananya kunjungan SDIDTK di PAUD pada tahun 2020
akibat dampak dari pandemi COVID-19, serta mengingat pelaksanaan program
SDIDTK di posyandu dilaksanakan pada masa pandemic COVID-19, masih banyak
tim pelaksana program, kader, serta masyarakat yang terlibat di dalam program
tersebut belum menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan seperti
mengenakan masker dan tetap menjaga jarak, sehingga pelaksanaan program
berjalan kurang kondusif.
4.1 SARAN
1. Untuk meningkatkan pelaksanaan program SDIDTK di masa pandemi
COVID-19 sangat diharapkan adanya kerja sama yang baik antara tim
pelaksana program, kader, guru PAUD, serta masyarakat yang terlibat di
dalam program tersebut.
2. Dalam pelaksanaan SDIDTK semua pihak yang terlibat diwajibkan untuk
tetap menjalankan protokol kesehatan demi mencegah dan menghindari
penyebaran penyakit terutama bagi kelompok yang rentan yaitu balita.
18
3. Setelah pelaksanaan SDIDTK diharapkan untuk melakukan evaluasi dan
membuat laporan dalam bentuk arsip yang disimpan oleh petugas sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk pelaksanaan SDIDTK yang
kontinyu dan berkesinambungan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
13. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No.44
tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta Peraturan
Menteri Kesehatan RI.
14. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan No.43
tahun 2019 tentang Puskesmas. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan RI.
21
LAMPIRAN
22
23
24