Anda di halaman 1dari 26

Laporan Diskusi Topik Khusus

EVALUASI PROGRAM STIMULASI, DETEKSI, DAN


INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK
DI PUSKESMAS JALAN GEDANG

Disusun Oleh:
Ghufran Nur Adli Farizi, S.Ked
Jihadatul Kholilah, S.Ked
Stevany Gracia Dandra, S.Ked
Shella Sharon, S.Ked
Tiara Ayoe Andita, S.Ked
Miftahul Haniyah, S.Ked

Pembimbing:
dr. Anastasia Mulyadi
dr. Riry Ambarsarie

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 3

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1.Tumbuh Kembang Anak ............................................................................... 4

2.2 Program Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak ........ 6

2.3 Puskesmas ..................................................................................................... 9

BAB III. PEMBAHASAN .................................................................................... 11

3.1 Program Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang


(SDIDTK) Anak di Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu ......................... 11

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................. 18

4.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 18

4.1 SARAN................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

LAMPIRAN .......................................................................................................... 22

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses tumbuh dan kembang anak perlu diperhatikan dengan baik sejak
1000 hari pertama kehidupannya. Masa ini merupakan masa kritis yang harus
terpantau, tercatat, dan bertujuan untuk menemukan adanya gangguan tumbuh
kembang secara dini. Melalui hal tersebut diharapkan dapat dilakukan penanganan
sedini mungkin sebelum anak melewati masa kritisnya sehingga didapatkan
perbaikan1,2.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013,
disebutkan bahwa angka kejadian anak pendek akibat masalah gizi di Indonesia
sebesar 37,2 %. Angka kejadian gangguan pertumbuhan tersbut secara tidak
langsung juga menggambarkan adanya masalah perkembangan pada anak di
Indonesia3.
Faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan tumbuh
kembang anak dibagi menjadi 2 yaitu faktor individu dan faktor lingkungan atau
komunitas. Beberapa contoh faktor individu diantaranya adalah infeksi berulang,
kurang gizi, kelalaian dan kekerasan, rendahnya pendapatan keluarga, berat bayi
lahir rendah, rendahnya edukasi maternal, jumlah keluarga yang banyak,
pendeknya jarak kelahiran antar anak, kurangnya tingkat parenting practices.
Beberapa contoh faktor lingkungan adalah buruknya sanitasi, kelaparan, kejadian
endemic, kurangnya akses pelayanan (sekolah, perpustakan, pelayanan kesehatan),
kurangnya komitmen pada perkembangan anak4. Penelitian di Indonesia sendiri
faktor risiko signifikan yang mempengaruhi terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah rendahnya pendidikan dan rendahnya pendapatan5.
Stimulasi dini merupakan rangsangan yang dilakukan sejak berada didalam
kandungan dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera dari
pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan. Kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh
dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang
tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh

1
masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya)
dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang
pendidikan formal. lndikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang anak tidak
hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental, emosional,
sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal 6.
Pentingnya pemantauan yang berkala adalah untuk mengetahui apakah
tumbuh kembang seorang anak normal atau tidak. Pada usia bayi sampai usia 1
tahun, diharapkan pemantauan dilakukan satu bulan sekali. Pada anak prasekolah
(usia 3 sampai 6 tahun) dilakukan pemantauan setiap 3 bulan. Sementara pada anak
sekolah dan remaja dilakukan pemantauan setiap 6 bulan sekali. Pemantauan
meliputi aspek pertumbuhan dan perkembangan anak7,8.
Indikator keberhasilan program Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) balita yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan RI tahun
2017 adalah 90% dari total populasi, terjangkau oleh kegiatan SDIDTK balita 8.
Program SDIDTK khususnya di Kota Bengkulu belum berjalan dengan baik. Hal
ini dapat tergambar dari hasil studi dokumen bahwa persentase cakupan program
SDIDTK pada tahun 2013 hanya mencapai 22,8% dengan total jumlah balita yang
ada sebanyak 17.40510.
Sehubungan dengan tingginya angka kejadian penyimpangan tumbuh
kembang pada anak. Maka diperlukan upaya penanganan sedini mungkin dengan
melakukan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) anak,
dengan harapan anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.
Upaya tumbuh kembang ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak
termasuk puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas
memiliki peran strategis dalam upaya kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan
derajat kesehatan anak dan mendeteksi kejadian penyimpangan tumbuh kembang
pada anak.

2
Oleh karena itu, puskesmas menjamin agar setiap anak mampu mengakses
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas melalui program Pelayanan
Kesehatan SDIDTK Anak yang dilakukan baik di sekolah maupun posyandu.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana pelaksanaan program stimulasi, deteksi, dan intervensi dini
tumbuh kembang (SDIDTK) anak di Puskesmas Jalan Gedang dalam upaya
mendeteksi penyimpangan tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas
Jalan Gedang di Kota Bengkulu?

1.3 Tujuan
Untuk mengevaluasi pelaksanaan program stimulasi, deteksi, dan intervensi
dini tumbuh kembang (SDIDTK) anak di Puskesmas Jalan Gedang dalam upaya
mendeteksi penyimpangan tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas
Jalan Gedang di Kota Bengkulu.

1.4 Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Hasil makalah ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi
program SDIDTK di Puskesmas Jalan Gedang dalam upaya menurunkan
penyimpangan tumbuh kembang anak di wilayah kerja Puskesmas Jalan
Gedang di Kota Bengkulu.
2. Bagi Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Sebagai referensi ilmiah untuk meningkatkan pengetahuan khususnya
dalam program-program kesehatan di puskesmas.
3. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa
perkuliahan dan melatih kemampuan dalam mengevaluasi program di
puskesmas.

3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuh Kembang Anak


2.1.1 Definisi
Menurut IDAI, pengertian tumbuh atau pertumbuhan adalah bertambahnya
ukuran fisik, misalnya anak menjadi bertambah berat dan tinggi. Sedangkan
pengertian kembang atau perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks, contohnya kemampuan bayi
bertambah dari berguling menjadi duduk, berdiri, dan berjalan 1. Tumbuh dan
kembang sebenarnya merupakan hal yang berbeda, yang mana dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan memiliki dampak fisik, sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ/individu1,11.
2.1.2 Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak
Terdapat beberapa penyimpangan atau gangguan tumbuh kembang pada
anak, seperti : gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy, down syndrome,
perawakan penek (short stature), gangguan autism, retardasi mental, gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)6.
2.1.3 Penyebab Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial,
emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Ini telah banyak
dibuktikan dalam berbagai penelitian, diantaranya penelitian longitudinal oleh
Bloom mengenai kecerdasan yang menunjukkan bahwa kurun waktu 4 tahun
pertama usia anak, perkembangan kognitifnya mencapai sekitar 50%, kurun waktu
8 tahun mencapai 80%, dan mencapai 100% setelah anak berusia 18 tahun11.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang dibagi menjadi 2
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi
tumbuh kembang adalah sebagai berikut: ras/etnik/bangsa, keluarga, umur, jenis
kelamin, genetik, dan kelainan kromosom. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi adalah, sebagai berikut: gizi, mekanis, toksin atau zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, stress, psikologi ibu,
faktor persalinan, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, pendidikan orag tua,

4
stimulasi, motivasi belajar, dan penggunaan obat 9. Faktor-faktor ini nantinya dibagi
menjadi faktor kehamilan, faktor persalinan, dan pasca persalinan 9.

2.1.3 Upaya Mengatasi Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak


Upaya mengatasi penyimpangan tumbuh kembang anak dilakukan dengan
menjamin agar setiap anak mampu mengakses pelayanan kesehatan yang
berkualitas, seperti pelayanan di posyandu maupun di sekolah. Melalui kegiatan
SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk
dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan
pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK6,12.
Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK sangat diperlukan untuk
menemukan secara dini penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan
perkembangan dan penyimpangan mental emosional pada anak sehingga dapat
dilakukan intervensi dan stimulasi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya
penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan
mental emosional yang menetap. Kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada
anak yang dicurigai mempunyai masalah saja tetapi harus dilakukan pada semua
balita dan anak pra sekolah secara rutin setahun 2 kali 6. Bentuk kegiatan SDIDTK
secara umum dapat dilihat pada gambar 2.1.

5
Gambar 2.1 Bentuk Kegiatan SDIDTK6

2.2 Program Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak


Program Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
(SDIDTK) merupakan program puskesmas yag bertujuan dalam pembinaan
tumbuh kembang anak secara menyeluruh dan berkualitas. Bentuk-bentuk
kegiatannya adalah stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada bayi dan anak pra sekolah. Penyelenggaraannya membutuhkan
keterkaitan antara beberapa pihak seperti keluarga, masyarakat, dan tenaga
professional (kesehatan, pendidik, sosial)6.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun
agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.

6
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak
bahkan gangguan yang menetap6.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan pemeriksaan yang
bertujuan menemukan secara dini ada tidaknya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak pra sekolah sehingga diharapkan intervensi yang dilakukan
nantinya akan lebih mudah dijalankan, tenaga kesehatan juga dapat membuat
rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama jika melibatkan anggota keluarga
lain atau ibu. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya lebih
sulit dan berpengaruh pada tumbuh kembang anak12. Deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan di semua tingkat pelayanan menggunakan alat dan
bahan sebagaimana pada tabel 2.1.

Tabel. 2.1 Tingkat pelayanan, pelaksana, alat, dan bahan yang digunakan dalam
SDIDTK6

7
Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan tertentu pada
anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena tidak sesuai dengan
umurnya. Penyimpangan perkembangan bisa terjadi pada salah satu atau lebih
kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
serta sosialisasi dan kemandirian anak12.
Ketiga kegiatan tersebut dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang telah
mendapat pelatihan mengenai SDIDTK di tingkat puskesmas. Adapun jadwal
kegiatan dan jenis skrining atau deteksi dini penyimbangan tumbuh kembang pada
balita dan anak pra sekolah dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:

8
Tabel 2.2 Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining Deteksi Dini Penyimpangan
Tumbuh Kembang Pada Balita dan Anak Prasekolah

2.3 Puskesmas
2.3.1 Definisi

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarkat) adalah unit pelaksana teknis dinas


kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sedangkan Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) adalah unit organisasi di lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang melaksanakan tugas teknis operasional. Pembangunan
kesehatan sebagai mana yang dimaksu dalam definisi puskesmas meliputi
pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan
keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu13,14.
Dalam menjalankan tugasnya puskesmas memiliki wilayah kerja masing-
masing. Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi,

9
sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban kerja
Puskesmas dan lain-lain14.

2.3.2 Fungsi dan Peran Puskesmas

Fungsi puskesmas dalam kesehatan masyarakat dibagi menjadi tiga fungsi,


yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pusat pelayanan tingkat pertama.
Dalam hal ini, puskesmas mampu menggerakkan, memantau, dan ikut dalam
pembangunan yang berorientasi kesehatan. Puskesmas juga diharapkan mampu
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dan keluarga agar mampu
mengidentifikasi, merencanakan, melakukan pemecahan masalah, serta mengambil
keputusan tanpa atau dengan bantuan pihak lain. Pelayanan puskesmas sebagai
pelayanan tingkat pertama yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan
berkesinambungan14.
Peran puskesmas dalam konteks otonomi daerah adalah sebagai institusi
pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial, dan wawasan luas ke
depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan13,14.

10
BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Program Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang


(SDIDTK) Anak di Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu
Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak
merupakan kegiatan komprehensif untuk memantau aspek tumbuh kembang anak.
Kegiatan stimulasi ini bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh
(fisik, mental, emosional, dan sosial) dan memiliki intelegensi majemuk sesuai
dengan potensi genetiknya. Kegitan deteksi dini bertujuan mengetahui
penyimpangan tumbuh kembang yang tidak sesuai dengan keadaan normal sedini
mungkin dan kegiatan intervensi adalah kegiatn untuk mengoreksi, memperbaiki,
dan mengatasi masalah atau penyimpangan tumbuh kembang anak. Sasaran
Program SDIDTK anak ini adalah balita dan anak pra sekolah (usia 0-6 tahun) yang
ada di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan pos pelayanan terpadu
(posyandu) di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu.

3.1.1 Input
Input dalam pelaksanaan program SDIDTK di Puskesmas Jalan Gedang
Kota Bengkulu terdiri dari sumber daya manusia (SDM), pendanaan, sarana dan
prasarana yang disusun dalam tabel berikut:

Tabel 3.1. Input Program SDIDTK

INPUT PEDOMAN KEMENKES PUSKESMAS

Sumber Daya SDIDTK dilakukan oleh tenaga SDIDTK di puskesmas jalan


Manusia kesehatan terlatih (dokter, bidan, gedang dilakukan oleh tim
perawat dan petugas gizi) dan pelaksana program yang
dapat bekerjasama dengan tenaga berisikan 3 orang tenaga
pendidik PAUD (seperti TK/RA, kesehatan. Tim pelaksana
Kelompok Bermain, Taman program tersebut bekerja sama
Pengasuhan Anak (TPA) dan dengan tenaga pendidik di

11
satuan PAUD sejenis), lembaga wilayah kerja Puskesmas Jalan
sosial anak dan kader yang terlatih Gedang.
Pendanaan Sumber dana atau pendanaan dapat Pendanaan SDIDTK berasal dari
berasal dari Dana BOK dan Dana dana BOK
Kapitasi JKN

Sarana dan Sarana dan prasarana yang Sarana dan prasarana untuk
Prasarana diperlukan untuk melaksanakan melakanakan SDIDTK adalah:
SDIDTK adalah: 1. Ruangan KIA
1. Ruangan SDIDTK 2. Buku Pedoman Pelaksanaan
2. Buku Pedoman Pelaksanaan SDIDTK.
SDIDTK. 3. SDIDTK kit
3. SDIDTK kit (kuesioner pra 4. Buku KIA.
skrining perkembangan 5. Formulir Deteksi Dini
(KPSP), instrumen tes daya Tumbuh Kembang, Register
dengar, tes daya lihat, DDTK, Formulir
kuesioner masalah perilaku Rekapitulasi DDTK dan
emosional (KMPE), timbangan formulir Rujukan.
dacin, timbangan digital (untuk 6. Register Kohort Bayi dan
anak > 5 thn) , alat ukur tinggi Register Kohort Anak Balita
badan/panjang badan., pita dan Pra sekolah.
pengukur lingkar kepala,
tabel/grafik BB/TB,
Tabel/grafik TB/U, grafik
lingkar kepala, dll)
4. Buku KIA.
5. Formulir Deteksi Dini Tumbuh
Kembang, Register DDTK,
Formulir Rekapitulasi DDTK
dan formulir Rujukan.

12
6. Register Kohort Bayi dan
Register Kohort Anak Balita
dan Pra sekolah.

3.1.2 Proses
Proses dalam pelaksanaan program SDIDTK di Puskesmas Jalan Gedang Kota
Bengkulu yaitu sebagai berikut:

 Persiapan
Tim pelaksana program SDIDTK akan mengidentifikasi atau
mendaftar semua balita dan anak pra sekolah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu. Identifikasi ini dimaksudkan
untuk mengetahui jumlah balita dan anak pra sekolah sehingga dapat
menentukan jumlah sasaran program SDIDTK. Selain itu, dilakukan
identifikasi jumlah sarana pelayanan (posyandu, PAUD/TPA/RA setingkat,
BKB, Panti Sosial Anak, Puskesmas, Pustu, Polindes, Poskesdes), jumlah
tenaga kesehatan terlatih dan tidak terlatih, kader, guru PAUD/TPA/RA,
jumlah logistik serta persiapan tempat dan sarana pelaksanaan SDIDTK.
Jadwal dan tempat pelaksanaan kegiatan SDIDTK sudah dirundingkan
sebelumnya antara tim pelaksana program, guru PAUD/TPA/RA, dan
kader.

 Pelaksanaan
Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu memiliki 2 daerah binaan
yaitu Kelurahan Jalan Gedang dan Kelurahan Padang Harapan yang terletak
di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu. Jumlah peserta SDIDTK
saat ini adalah balita dan anak pra sekolah yang berjumlah 1197 orang.
Pelaksanaannya program SDIDTK di PAUD dilaksanakan dua kali dalam
setahun dan sebanyak 4 kali dalam 1 tahun dilaksanakan di Posyandu.
Waktu pelaksanaa program dilakukan pada pagi hari dengan waktu 90-120
menit. Kegiatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.1.

13
Tabel 3.2. Kegiatan SDIDTK

Pelaksanaan SDIDTK di Pelaksanaan SDIDTK di PAUD


Puskesmas  Menentukan status gizi anak
 Pemeriksaaan kesehatan, berdasarkan pengukuran tinggi
pemantauan berat badan dan badan, berat badan yang telah
deteksi dini tumbuh kembang. dilakukan oleh tenaga pendidik
 Menentukan klasifikasi PAUD
penyakit, keadaan gizi dan  Melakukan pengukuran
penyimpangan tumbuh lingkar kepala anak
kembang.  Melakukan pemeriksaan Autis
 Melakukan intervensi/tindakan jika ada keluhan
spesifik, gangguan gizi dan  Melakukan pemeriksaan
penyimpangan tumbuh GPPH jika ada keluhan
kembang sesuai standar.  Menuliskan hasil pemeriksaan
 Konseling kepada ibu/ tersebut di formulir Deteksi
pengasuh/keluarga. Dini Tumbuh Kembang Anak
 Pembinaan ke kader posyadu,  Melakukan intervensi kelainan
pendidik PAUD dan satuan gizi dan tumbuh kembang
PAUD sejenis  Merujuk bila diperlukan
 Mengisi identitas anak di
formulir Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak
 Melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan
 Menuliskan hasil pengukuran
dan pemeriksaan di formulir
Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak

14
 Melakukan pemeriksaan
perkembangan anak dengan
KPSP
 Mengisi Kuesioner Tes Daya
Dengar (TDD)
 Melakukan Tes Daya Lihat
Pelaksaan SDIDTK di Posyandu
 Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan serta
menuliskannya di formulir deteksi dini tumbuh kembang anak
 Melakukan pengamatan kemampuan perkembangan anak
 Memberikan penyuluhan kepada ibu / keluarga mengenai pentingnya
stimulasi pada anak agar tumbuh kembang optimal
 Menentukan status gizi anak berdasarkan pengukuran tinggi badan,
berat badan yang telah dilakukan oleh kader
 Melakukan pengukuran lingkar kepala anak
 Melakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP pada
anak yang kemampuan perkembangannya tidak sesuai usia
 Melakukan Tes Daya Dengar (TDD)
 Melakukan Tes Daya Lihat (TDL)
 Mengisi Kuesioner KMPE
 Melakukan pemeriksaan Autis jika ada keluhan
 Melakukan pemeriksaan GPPH jika ada keluhan
 Menuliskan hasil pemeriksaan tersebut di formulir Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak
 Melakukan intervensi kelainan gizi dan tumbuh kembang
 Merujuk bila diperlukan

15
 Pencatatan
Semua kegiatan pemantauan pertumbuhan dan pemantauan
perkembangan dicatat pada formulir hasil deteksi dini tumbuh kembang
anak, formulir hasil laporan kesehatan bayi/anak balita, rekapitulasi deteksi
dini tumbuh kembang, kohort bayi atau kohort anak balita dan prasekolah,
serta buku KIA. Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan mekanisme yang
berlaku. Seluruh rangkaian hasil proses pelaksanaan kegiatan SDIDTK
dilaporkan ke penanggung jawab BOK dan dilaporkan secara berjenjang.

 Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan
pencapaian, serta masalah dalam pelaksanaan program SDIDTK dan
evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran. Kegiatan evaluasi kegiatan
dilakukan hanya pada saat kegiatan masih berjalan untuk melihat
kekurangan yang ada agar dapat segera diatasi. Dinas Kesehatan Kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi melakukan evaluasi program SDIDTK sebanyak
1 kali dalam setahun.

3.1.3 Output
Program Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) Anak dalam pelaksanaanya terdapat indikator yang harus dicapai.
Indikator ini dibuat untuk mengetahui keluaran program tersebut telah mencapai
target atau tidak. Adapun indikator dan output dari program SDIDTK adalah
sebagai berikut:
 Indikator: Cakupan kunjungan SDIDTK di posyandu terlaksana
sebanyak 4 kali dalam 1 tahun dan kunjungan di PAUD terlaksana
sebanyak 2 kali dalam 1 tahun.
 Output: Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu telah
melaksanakan SDIDTK di posyandu sebanyak 4 kali dalam 1 tahun
dan kunjungan di PAUD belum terlaksana.

16
Belum terlaksananya kegiatan SDIDTK di lembaga pendidikan diakibatkan
karena adanya pembatasan kegiatan akibat pademi COVID-19. Keadaan ini
mengakibatkan program-program di UPTD Puskesmas Jalan Gedang berjalan
kurang maksimal, terutama program SDIDTK yang melibatkan fasilitas lain seperti
PAUD. Meskipun kegiatan posyandu berjalan pada tahun 2020, tetapi tidak
maksimal karena adanya pembatasan jumlah peserta yang boleh berkumpul
sehingga penyuluhan maupun konsultasi tumbuh kembang anak tidak berjalan.
Pelaksanaan program SDIDTK juga mensosialisasikan dan menargetkan
agar setiap anak yang mengalami penyimpangan tumbuh kembang dapat dideteksi
dan dilakukan penanganan atau intervensi sedini mungkin oleh tenaga kesehatan,
tenaga pendidik, tenaga sosial, dan pihak-pihak lain yang berperan dalam tumbuh
kembang anak. Kegiatan ini dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
(puskesmas atau posyandu) maupun di PAUD sebagai salah satu upaya untuk
menurunkan kejadian penyimpangan tumbuh kembang anak. Jumlah balita di
UPTD Puskesmas Jalan Gedang dengan status gizi kurang sebanyak 2,9% pada
tahun 2019 dan tidak terdapat balita dengan gizi buruk. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan program SDIDTK terbukti berkontribusi terhadap cukup baiknya
tumbuh kembang anak. Adapun target dan output dari persentase anak yang tingkat
perkembangannya sesuai di fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Ikan Kota Bengkulu pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

 Target: Target anak yang tingkat perkembangannya sesuai di


wilayah kerja Puskesmas yang ditetapkan adalah 90%.
 Output: output dari anak yang tingkat perkembangannya sesuai di
wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang adalah 95,8%.

Berdasarkan hasil tersebut, anak dengan tingkat perkembangan yang sesuai


di wilayah kerja Puskesmas Jalan Gedang sudah berada diatas target.

17
BAB IV. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Program Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Anak merupakan suatu salah satu program puskesmas sebagai upaya dalam
mendeteksi penyimpangan tumbuh kembang anak. Kegiatan ini berupa stimulasi
dan pemantauan tumbuh kembang, deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
ditingkat petugas (tenaga kesehatan, pendidik, masyarakat), melakukan intervensi
dini jika ditemukan penyimpangan, serta melakukan rujukan apabila tidak ada
perbaikan. Pelaksanaan program SDIDTK di wilayah kerja Puskesmas Jalan
Gedang Kota Bengkulu telah terlaksana dengan cukup baik.
Meskipun telah terlaksana cukup baik namun masih terdapat kendala terkait
pelaksanaan program SDIDTK seperti, kurang berjalannya evaluasi setelah
pelaksanaan SDIDTK oleh petugas sehingga program yang dijalankan kurang
maksimal, belum terlaksananya kunjungan SDIDTK di PAUD pada tahun 2020
akibat dampak dari pandemi COVID-19, serta mengingat pelaksanaan program
SDIDTK di posyandu dilaksanakan pada masa pandemic COVID-19, masih banyak
tim pelaksana program, kader, serta masyarakat yang terlibat di dalam program
tersebut belum menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan seperti
mengenakan masker dan tetap menjaga jarak, sehingga pelaksanaan program
berjalan kurang kondusif.

4.1 SARAN
1. Untuk meningkatkan pelaksanaan program SDIDTK di masa pandemi
COVID-19 sangat diharapkan adanya kerja sama yang baik antara tim
pelaksana program, kader, guru PAUD, serta masyarakat yang terlibat di
dalam program tersebut.
2. Dalam pelaksanaan SDIDTK semua pihak yang terlibat diwajibkan untuk
tetap menjalankan protokol kesehatan demi mencegah dan menghindari
penyebaran penyakit terutama bagi kelompok yang rentan yaitu balita.

18
3. Setelah pelaksanaan SDIDTK diharapkan untuk melakukan evaluasi dan
membuat laporan dalam bentuk arsip yang disimpan oleh petugas sehingga
dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan untuk pelaksanaan SDIDTK yang
kontinyu dan berkesinambungan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Pentingnya Pemantauan Tumbuh


Kembang 1000 Hari Pertama Kehidupan Anak. Diakses pada 30 Mei 2021
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya
pemantauan-tumbuh-kembang-1000-hari-pertama-kehidupan-anak
2. McCharty J, Maine DA. 1992. Framework for Analysis the Determinants of
Maternal Mortality. Studies in Family Planing; 23 (1): 23-33.
3. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
4. Ali S. S. 2013. A brief review of risk-factors for growth and developmental
delay among preschool children in developing countries. Advanced
biomedical research, 2, 91.
5. Gunardi H, Nugraheni R, Yulman A, Soedjatmiko S, Sekartini R, Medise
B, Wirahmadi A, Melina E. 2012. Growth and developmental delay risk
factors among under-five children in an inner-city slum area.
6. Kemenkes RI, 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
7. Indiarti.2008. A to Z the golden age. Yogyakarta: CV. Andi
8. Maryunani A. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Info Media; 2015.hlm.12-4.
9. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman pelayanan stimulasi, deteksi,
dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan
dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
10. Yuniarti, Eva. 2015. Analisis Implementasi Program SDIDTK Anak Di
Kota Bengkulu.
11. Saidah, E.S. 2003. Pentingnya Stimulasi Mental Dini. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Anak Usia Dini. No.01.hlm. 50-55.
12. Maritalia, Dewi. 2009. Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi
Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita Dan Anak Pra
Sekolah Di Puskesmas Kota Semarang.

20
13. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan No.44
tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta Peraturan
Menteri Kesehatan RI.
14. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan No.43
tahun 2019 tentang Puskesmas. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan RI.

21
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi pelaksanaan SDIDTK

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai