Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS BALAI AGUNG
Jl. Dr. Slamet No.241 Lk I Kel. Balai Agung Kec. Sekayu KodePos. 30711
Email: Puskesmas.balaiagung65@yahoo.com Telp. 082177767542

KERANGKA ACUAN KERJA SOSIALISASI KEGIATAN ANAK KE JEJARING


UPT PUSKESMAS BALAI AGUNG TAHUN 2023

I. Pendahuluan
Sosialisasi adalah usaha memasukkan nilai
nilai kebudayaan terhadap individu sehingga individu tersebut menjadi
bagian masyarakat. Proses sosialisasi merupakan pendidikan sepanjang hayat melalui
pemahaman dan penerimaan individu atas peranannya di dalam suatu kelompok.
Sosialisasi dapat terjadi karena adanya agen primer yaitu keluarga dengan
sifat emosional dan afektif, serta agen sekunder, yaitu teman dan perkumpulan yang
bersifat leluasa. Tujuan dari adanya sosialisasi adalah mengajarkan kebudayaan yang
berlaku dalam suatu kelompok kepada individu dari segi peran dan status sosial.
Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang ( SDIDTK )  merupakan
kegiatan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak mulai dari umur 0
bulan sampai 72 bulan dan umur 0 sampai 24 bulan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.
Sedangkan untuk umur 24 sampai 72 bulan setiap 6 bulan sekali.
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain yaitu pertumbuhan yang dipantau
meliputi lingkar kepala atas berat badan, tinggi badan  hal ini dilakukan mengetahui
status gizi, sedangkan  perkembangannya dipantau melalui motorik halus, motorik
kasar, berbicara dan berbahasa, sosial kemandirian, tes daya lihat, tes daya dengar,
mental emosional, autis dan hiperaktif. Pemeriksaan dilakukan selama 30 menit, jika
pada pemeriksaan ditemukan gangguan atau penyimpangan maka hasil pemeriksaan
akan langsung disampaikan oleh Guru dan  Orang Tua siswa masing- masing. Yang
kemudian ditindak lanjuti dengan pemeriksaan lanjutan oleh dokter atau pihak
Puskesmas.

II. Latar Belakang


Menurut Word Health Organization (WHO) masalah tumbuh kembang anak
merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa
usia 18 tahun(Hidayat, 2009). Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif
dan berkualitas diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan mulai pada “masa kritis”.
Usia Balita disebut sebagai “Masa kritis”, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada
masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak
bayi masih dalam kandungan (Kania, 2010). Untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak secara optimal Pemerintah Indonesia pada tahun 1986 telah
mencanangkan Dasawarsa Anak Indonesia pada tahun 1986 dan telah diselenggarakan
posyandu sebagai wadah masyarakat dari dan untuk masyarakat dalam upaya
meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangan anak (KHPA). Dalam rencana
induk operasi KHPA telah ditetapkan tujuan umum dari KHPA adalah untuk
meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan/ perkembangan anak, melalui
pelayanan dasar kepada anak dan ibu, terutama bagi mereka yang paling membutuhkan
(Totok, 2008).
Sejalan dengan upaya untuk mencapai tujuan KHPA tersebut, pemerintah telah
menyusun program deteksi tumbuh kembang anak sejak tahun 1994 dengan sasaran
anak umur 0-6 tahun. Untuk anak umur 0-4 tahun dideteksi di posyandu atau
Puskesmas, sedangkan untuk anak umur 5-6 tahun dideteksi di Taman Kanak-kanak (TK).
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan pemantauan tumbuh kembang anak,
pemerintah telah melatih tenaga dokter, bidan dan perawat di semua propinsi (Totok,
2008).
Sejak tahun 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaksanakan
program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang
merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang. SDIDTK dapat
diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar atau fasilitas lainnya seperti
posyandu, Bina Keluarga Balita, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK yang
merupakan jalur formal dan non formal SDIDTK (Yazid, 2012).
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), adalah
kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan
berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan
tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Kemenkes RI, 2012).
Indikator keberhasilan SDIDTK pada tahun 2016 diharapkan 90% balita dan anak
prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK (Kemenkes RI, 2012). Indikator
keberhasilan pembinaan tumbuh kembang adalah meningkatnya status kesehatan gizi,
mental, emosional,sosial, dan kemandirian anak berkembang secara optimal (Susanti,
2011).
Melakukan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan
skrining atau melakukan deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh kembang anak
termasuk menindaklanjuti keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang
anaknya. Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang (SDIDTK) yang menyeluruh dan terkoordinasi harus diselenggarakan dalam
bentuk komitmen antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga
swadana masyarakat) dengan tenaga profesional (kesehatan, pendidikan, sosial) serta
kebijakan yang berpihak pada pelaksanaan program deteksi, stimulasi dan intervensi
dini tumbuh kembang anak akan lebih meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
usia dini (Kemenkes RI, 2012).
Kegiatan Sosialisasi kegiatan anak ke jejaring sangat
penting untuk dilaksanakan, karena jejaring merupakan komponen penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan anak untuk masyarakat. maka dengan itu UPT
Puskesmas Balai Agung melalui Program Balpras melakukan Kegiatan SDIDTK Tahun
2023.

III. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


a. Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan bagi Bayi dan Balita Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Balaiu Agung.
b. Tujuan Khusus
1) Tercapainya Pelayanan Balita Sehat dan Sakit
2) Mengertinya jejaring tentang program – program yang ada di puskesmas
3) Melakukan Screening Pada bayi dan balita agar terjaring bayi atau balita yang
memerlukan stimulasi dan rujukan lebih lanjut

c. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan

NO Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan

1 SOSIALISASI KEGIATAN ANAK KE Penyampaian materi dan tanya jawab


JEJARING

d. Cara Melaksanakan Kegiatan


1. Melakukan materi
2. sharing
3. tanya jawab
4. Dokumentasi

e. Sasaran
Seluruh Jejaring (Pustu, Poskeskel/Poskesdes) di Wilayah UPT Puskesmas Balai
Agung

f. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sosialisasi V
Program anak ke
Jejaring

g. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


1. Setiap bulan Koordinator Program Balpras melakukan evaluasi pelaksanaan
kegiatan
2. Evaluasi dilakukan untuk memantau pelaksanaan kegiatan, hasil pencapaian
program dan validasi data di kohor. Hal ini dilaksanakan setiap akhir bulan
3. Hasil evaluasi ini akan dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan dipergunakan
untuk perencanaan kegiatan Bulan berikutnya.

h. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilakukan setiap tanggal 25 tiap bulan


dan dilaporkan kepada kepala UPTPuskesmas Balai Agung untuk di Laporkan ke
Dinas Kesehatan Kab. Musi Banyuasin. Sedangkan evaluasi kegiatan dilakukan tiap
bulan pada waktu lokmin lintas program sekaligus membuat rencana tindak lanjut
dan dilaksanakan pada bulan berikutnya dalam bentuk jadwal kegiatan.

Mengetahui,
Kepala UPT Puskesmas Balai Agung

dr. Zwesty Wisma Devi, M.H


NIP. 19810922 201001 2 004

Anda mungkin juga menyukai