DISUSUN OLEH:
SASIH KIRANA SYAHRANI
NIM. 2215471079
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak “Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Puskesmas Umur 9 Bulan”.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat kelak.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu Septi Widiyanti S.Pd., M.Kes selaku dosen
pengampu mata kuliah Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini.
Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi saya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………..2
DAFTAR ISI ...……………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………....4
B. Tujuan…………………………………………………………….....5
C. Rumusan Masalah…………………………………………………...5
BAB III PEMBAHASAN
A. Definisi DDTK…………………………..........................................6
B. Jenis DDTK…………………………...............................................6
C. Penerapan DDTK Pada Usia 9 Bulan…………………....................7
D. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan SDIDTK.........11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………….....13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa depan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tahun-tahun pertama kehidupan, terutama
periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berumur 2 tahun merupakan periode yang
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika hal-hal di atas tidak terpenuhi
dengan semestinya, maka anak akan rentan mengalami gangguan pertumbuhan maupun
perkembangan. Pencegahan malnutrisi di 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) merupakan
usaha untuk menjamin tumbuh kembang yang optimal. Petugas kesehatan di layanan primer
wajib memiliki kompetensi melakukan pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Kemenkes RI,
2022).
Stimulasi yang tepat dan adekuat akan merangsang otak anak sehingga perkembangan
kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian, serta perilaku dan emosi pada
anak berlangsung optimal sesuai dengan umurnya. Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
perlu dilakukan guna mengetahui adanya kemungkinan penyimpangan termasuk menindaklanjuti
setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Apabila ditemukan adanya
kemungkinan penyimpangan, maka dilakukan intervensi dini sebagai tindakan koreksi dengan
memanfaatkan plastisitas otak anak sehingga tumbuh kembangnya diharapkan akan kembali
normal (Kemenkes RI, 2022)
Kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita
yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga
(orang tua, pengasuh anak, dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat,
organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga profesional
(kesehatan, pendidikan, dan sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak umur
dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. lndikator keberhasilan pembinaan
tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga
mental, emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal (Kemenkes RI,
2022)
4
B.TUJUAN
Semua balita umur 9 bulan mendapatkan pelayanan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini
tumbuh kembang agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi yang
dimilikinya.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi deteksi dini tumbuh kembang anak?
2. Bagaimana deteksi dini tumbuh kembang anak di puskesmas umur 9 bulan ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
skrining perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP). Tujuan skrining untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.Perkembangan yng dideteksi adalah motorik/gerak kasar,motorik/gerak
halus,bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Kemenkes, 2012). Jadwal
skrining KPSP rutin adalah pada umur 3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan
72 bulan. Jika anak belum mencapai umur tersebut, minta ibu datang kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Skrining dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK dan petugas PADU terlatih. Instrumen yang digunakan adalah
formulir KPSP menurut umur. Formulir berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan. Alat
bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan, kubus
berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil
berukuran 0,5-1 cm (Kemenkes, 2012).
7
Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan primer bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan di wilayahnya, termasuk pelayanan SDIDTK.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab dalam penerapan pelayanan SDIDTK di wilayah
kerjanya. Tugas dan tanggung jawab kepala Puskesmas dalam penerapan pelayanan
SDIDTK adalah sebagai berikut:
a. Memfasilitasi tenaga kesehatan dalam menerapkan SDIDTK sesuai standar serta
kegiatan peningkatan kemampuan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam pemantauan
dan stimulasi tumbuh kembang anak dengan menggunakan buku KIA
b. Memfasilitasi kesiapan sumber daya pendukung pelaksanaan SDIDTK (sarana dan
peralatan yang dipakai untuk melakukan SDIDTK), alur pelayanan, dan biaya
operasional
c. Memperkuat jejaring pelayanan guna meningkatkan cakupan pelaksanaan SDIDTK
termasuk jejaring dengan fasilitas rujukan tumbuh kembang.
d. Memastikan kesinambungan penerapan SDIDTK di wilayah kerjanya.
8
3.Kiat-Kiat dalam Mengefisiensikan Waktu Pelaksanaan Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Puskesmas
Untuk mengefisiensikan waktu pelayanan SDIDTK perlu dibuat pengelompokan umur dan
jadwal pemeriksaan yang terstruktur. Setiap bulan anak mendapatkan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan menggunakan buku KIA. Bila pertumbuhan dan
perkembangan tidak sesuai umur menurut buku KIA, maka harus dilakukan pemeriksaan
deteksi dini tumbuh kembang anak dengan menggunakan buku SDIDTK. Pada setiap anak
yang berumur 6, 9, 18, 24, 36, 48, 60, dan 72 bulan harus dilakukan deteksi dini
pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan buku SDIDTK.
5.Jadwal dan Jenis Kegiatan SDIDTK pada Balita dan Anak Prasekolah
Setiap bulan anak mendapatkan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
menggunakan buku KIA. Bila pertumbuhan atau perkembangan tidak sesuai umur menurut
buku KIA, maka anak harus mendapatkan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang
dengan menggunakan buku SDIDTK. Meskipun hasil pertumbuhan dan perkembangan
sesuai umur menurut buku KIA, setiap anak berumur 6, 9, 18, 24, 36, 48, 60, dan 72 bulan
harus dilakukan deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan buku
SDIDTK.
9
Tabel: Jadwal dan jenis deteksi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas
Ta
10
D.LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN DALAM PENERAPAN
SDIDTK DI WILAYAH PUSKESMAS
11
2,Diseminasi informasi berkala kepada seluruh petugas kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya terkait dengan SDIDTK.
3.Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) SDIDTK dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
(dokter, bidan, perawat, dan petugas gizi) dan dapat bekerjasama dengan tenaga pendidik
PAUD seperti TK/RA, Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak (TPA) dan satuan
PAUD sejenis, lembaga sosial anak, dan kader yang terlatih untuk persiapan dan
Membantu kelancaran pelaksanaan SDIDTK.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak adalah kegiatan pemeriksaan untuk menemukan
secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
Langkah-Langkah Yang Harus Dilakukan Dalam Penerapan SDIDTK Di Wilayah Puskesmas:
1. Inventarisasi sarana dan prasarana
2. Diseminasi informasi berkala kepada seluruh petugas kesehatan di Puskesmas dan
jaringannya terkait dengan SDIDTK.
3. Persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) SDIDTK dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih
(dokter, bidan, perawat, dan petugas gizi) dan dapat bekerjasama dengan tenaga pendidik
PAUD (seperti TK/RA, Kelompok Bermain, Taman Pengasuhan Anak (TPA) dan satuan
PAUD sejenis), lembaga sosial anak, dan kader yang terlatih untuk persiapan dan membantu
kelancaran pelaksanaan SDIDTK.
4. Persiapan Sumber Daya Pendukung
Kepala Puskesmas bertanggungjawab memastikan bahwa faktor pendukung pelayanan
SDIDTK selalu tersedia, siap pakai, dan aman digunakan,
5. Membuat jejaring pelayanan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14