ABSTRAK
SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan. Hanya 89% balita yang mendapatkan
pelayanan SDIDTK di Kecamatan Sungai Mandau. Hasil survey awal di 20 Posyandu
terdapat 122 orang kader, 40 orang sudah pernah dilatih tumbuh kembang anak balita dengan
memakai modul Skrining SDIDTK, tetapi hanya 21 (17,2%) orang kader yang memiliki
pengetahuan baik dalam menggunakan modul instrumen SDIDTK dan 82% kader melakukan
SDIDTK tidak lengkap, hanya penimbangan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala.
Tujuan penelitian untuk menganalisa hubungan pengetahuan kader tentang modul Instrumen
Stimulasi Deteksi Dini Intervensi Tumbuh kembang dengan Pelaksanaan SDIDTK. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cros sectional. Populasi pada
penelitian ini adalah semua kader yang ada di posyandu. Sampel diambil dengan tehnik
stratified random sampling dan jumlah sampel sebanyak 93 orang. Pengolahan data dengan
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji statistik “uji chi square”. Hasil uji statistik
didapatkan 54.8%, responden berpengetahuan baik dan responden yang kurang melaksanakan
SDIDTK 67.7%. Kesimpulan ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan SDIDTK (p
value = 0.024). Saran kepada Puskesmas Sungai Mandau khususnya tenaga kesehatan agar
dilakukan penyegaran kader secara berkala setiap tahunnya dalam mengenal cara mendeteksi
dini pertumbuhan juga perkembangan bayi dan balita di Posyandu.
opportunity) dan “masa kritis” (critical sekolah secara rutin (Depkes RI,2014;
period) (Depkes RI, 2012).Pada masa IDAI, 2016)
balita ini perkembangan kemampuan Program Stimulasi Deteksi dan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, Intervensi Dini Tumbuh Kembang
emosional dan intelegensia berjalan sangat (SDIDTK) merupakan revisi dari Program
cepat merupakan landasan perkembangan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
berikutnya, sehingga setiap kelainan atau yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan
penyimpangan sekecil apapun apabila termasuk salah satu program pokok
tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan
dengan baik, akan mengurangi kualitas menyeluruh dan terkoordinasi
sumber daya manusia kelak dikemudian diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
hari (Soetjiningsih,2013). Deteksi dini antara keluarga (Orang tua, pengasuh anak
tumbuh kembang penting untuk dilakukan dan anggota keluarga lainnya, masyarakat
terhadap balita, guna memperoleh (Kader, Organisasi profesi, lembaga
pertumbuhan dan perkembangan anak swadaya masyarakat) dengan tenaga
yang optimal. Hal ini sesuai dengan hasil professional (Kesehatan, pendidikan dan
penelitian Guevara JP, dkk (2016) di The social) akan dapat meningkatkan kualitas
Children’s Hospital of Philadelphia, tumbuh kembang anak usia dini dan
menyatakan bahwa anak yang dilakukan kesiapan memasuki jenjang pendidikan
deteksi dini penyimpangan formal (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
perkembangannya dapat diketahui lebih Kader memiliki peranan yang penting
cepat dan dapat ditangani dengan hasil dalam masyarakat karena merupakan
yang lebih baik.(Guevara et al, 2016). pelayanan kesehatan yang berada
Deteksi dini pertumbuhan sangat perlu ditengah-tengah masyarakat (Widagdo dan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Husodo 2009)
normalitas pertumbuhan dan mendeteksi Menurut UNICEF tahun 2017 didapat
penyimpangan pertumbuhan secara dini data masih tingginya angka kejadian
(Sulistyawati, 2014) jaringan otak anak gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang banyak mendapat stimulasi akan pada anak usia balita didapatkan 27,5%
berkembang mencapai 80% pada usia 3 atau 3 juta anak mengalami gangguan.
tahun. Jika anak tidak pernah diberi Berdasarkan penelitian oleh (Suwarba
stimulasi maka jaringan otak akan IGN, 2008) kejadian keterlambatan
menurun. Hal ini dapat mengurangi perkembangan secara umum terjadi sekitar
kualitas sumber daya manusia di masa 10% pada anak-anak di seluruh dunia.
yang akan datang (Soetjiningsih, 2013). Sedangkan angka kejadian keterlambatan
Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK perkembangan global diperkirakan 1-3%
sangat diperlukan untuk menemukan pada anak-anak berumur < 5 tahun.
secara dini penyimpangan pertumbuhan, Berdasarkan data jumlah balita sekitar
penyimpangan perkembangan, dan 23,7% atau 10% dari jumlah penduduk
penyimpangan mental emosional pada Indonesia. Dari jumlah balita tersebut
anak sehingga dapat dilakukan intervensi diperkirakan sekitar 4,5-6,7 juta
dan stimulasi sedini mungkin untuk mengalami masalah tumbuh kembang
mencegah terjadinya penyimpangan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Hal
pertumbuhan, perkembangan dan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian di
penyimpangan mental emosional yang Amerika Serikat ditemukan sekitar 12-
menetap.kegiatan SDIDTK tidak hanya 16% balita mempunyai keterlambatan
dilakukan pada anak yang dicurigai perkembangan, sementara di Indonesia
mempunyai masalah saja tetapi harus ditemukan 20-30% balita mengalami
dilakukan pada semua balita dan anak pra keterlambatan perkembangan
(Fadlyan,2003).
manusia, karena pengetahuan merupakan SDIDTK. Hal ini disebabkan ada faktor
buah dan aktivitas berpikir yang dilakukan lain yang mempengaruhi pelaksanaan
manusia berpikir (Taufik, 2016). Faktor SDIDTK. Menurut hasil wawancara
utama yang menyebabkan kurang terhadap responden, ada beberapa faktor
tercapainya pelaksanaan SDIDTK adalah yang menyebabkan kurangnya pelaksanaan
kurang sampainya pengetahuan yang benar SDIDTK di wilayah kerja Puskesmas
tentang SDIDTK pada para kader. Seorang Sungai Mandau meskipun pengetahuan
kader harus mempunyai pengetahuan baik responden tergolong baik diantaranya
dalam melaksanakan SDIDTK. adalah pengaruh orang lain atau
Pengetahuan petugas pelaksana SDIDTK kebudayaan di lingkungan sekitar dan
yang kurang meningkatkan risiko untuk motivasi.
memiliki kinerja yang rendah. Responden yang memiliki pengetahuan
Pada penelitian ini yang baik namun kurang melaksanakan SDIDTK
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan dikarenakan pengaruh orang lain atau
SDIDTK adalah pengetahuan yang baik. lingkungan sekitar. Pengaruh dari kader
Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo lain yang kurang melaksanakan SDIDTK
(2012) yang menyatakan bahwa agar menimbulkan responden yang memiliki
mencapai suatu hasil yang optimal, maka pengetahuan baik tersebut mengikuti sikap
faktor tersebut harus bekerja sama dengan yang dimiliki oleh kader tersebut sehingga
harmonis. Kader adalah seorang tenaga responden yang memiliki pengetahuan baik
sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk tersebut akan kurang melaksanakan
masyarakat, yang bertugas membantu SDIDTK. Oleh karena itu kader yang
kelancaran pelayanan kesehatan. Sehingga memiliki pengetahuan baik pun tidak
pengetahuan seorang kader harus baik menutup kemungkinan untuk kurang
karena akan mempengaruhi pelaksanaan melaksanakan SDIDTK. Selain dari
kegiatan di posyandu terutama pelaksanaan pengaruh orang lain (kader lain), motivasi
SDIDTK. juga turut mempengaruhi pelaksanaan
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan SDIDTK. Pengetahuan yang baik perlu
hasil observasi yang peneliti lakukan didorong dengan tindakan yang positif
selama dinas di wilayah kerja Puskesmas secara terus menerus dalam memberikan
Sungai Mandau bahwa kader yang pelayanan SDIDTK yang sesuai dengan
memiliki pengetahuan kurang cenderung standar prosedur operasional. Salah satu
tidak melaksanakan SDIDTK dengan upaya untuk meningkatkan pelaksanaan
benar. Kurangnya pengetahuan kader SDIDTK tersebut adalah meningkatkan
tentang SDIDTK maka akan berdampak motivasi, dukungan kepada para kader serta
negatif terhadap kinerja kader dalam memberikan penghargaan bagi kader yang
pelaksanaan SDIDTK dan juga tentunya berprestasi sehingga kader yang
akan berdampak pada hasil capaian berpengetahuan baik melaksanakan
program SDIDTK. Selain itu, penyebab SDIDTK sesuai dengan ilmu pengetahuan
kurangnya pengetahuan kader tentang yang dimilikinya. Penyebab lain adalah
SDIDTK disebabkan oleh kurangnya tidak ada keinginan untuk melaksanakan
informasi yang didapat dari berbagai sesuai intrumen modul SDIDTK. Meskipun
sumber. Sehingga dapat disimpulkan jika kader memiliki pengetahuan yang baik,
pengetahuan kader kurang maka capaian tetapi jika tidak ada keinginan untuk
pelaksanaan SDIDTK juga berkurang melaksanakan SDIDTK secara baik, maka
sehingga program pemerintah juga tidak ilmu pengetahuan yang baik pun akan sia-
tercapai. sia.
Pada tabel 4 terlihat permasalahan Begitu pula dengan status pekerjaan
dimana kader yang berpengetahuan baik juga dapat mempengaruhi seorang kader
masih banyak yang kurang melaksanakan dalam melaksanakan tugas. Bekerja