Anda di halaman 1dari 9

Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

HUBUNGAN PENGETAHUAN KADER TENTANG MODUL INSTRUMEN


STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG
(SDIDTK) DENGAN PELAKSANAAN SDIDTK DI POSYANDU

Lira Mufti Azzahri1, Dhini Anggraini Dhilon2, Ismul Khair3


1
S1 Kesehatan Masyarakat,Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Email1 : Liramufti91@gmail.com
2,3
D IV Kebidanan, Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Email2 : dhinianggrainidhilon@gmail.com
Email3: Ismulkhair1@gmail.com

ABSTRAK
SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan. Hanya 89% balita yang mendapatkan
pelayanan SDIDTK di Kecamatan Sungai Mandau. Hasil survey awal di 20 Posyandu
terdapat 122 orang kader, 40 orang sudah pernah dilatih tumbuh kembang anak balita dengan
memakai modul Skrining SDIDTK, tetapi hanya 21 (17,2%) orang kader yang memiliki
pengetahuan baik dalam menggunakan modul instrumen SDIDTK dan 82% kader melakukan
SDIDTK tidak lengkap, hanya penimbangan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala.
Tujuan penelitian untuk menganalisa hubungan pengetahuan kader tentang modul Instrumen
Stimulasi Deteksi Dini Intervensi Tumbuh kembang dengan Pelaksanaan SDIDTK. Jenis
penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian cros sectional. Populasi pada
penelitian ini adalah semua kader yang ada di posyandu. Sampel diambil dengan tehnik
stratified random sampling dan jumlah sampel sebanyak 93 orang. Pengolahan data dengan
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji statistik “uji chi square”. Hasil uji statistik
didapatkan 54.8%, responden berpengetahuan baik dan responden yang kurang melaksanakan
SDIDTK 67.7%. Kesimpulan ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan SDIDTK (p
value = 0.024). Saran kepada Puskesmas Sungai Mandau khususnya tenaga kesehatan agar
dilakukan penyegaran kader secara berkala setiap tahunnya dalam mengenal cara mendeteksi
dini pertumbuhan juga perkembangan bayi dan balita di Posyandu.

Kata kunci : Pengetahuan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang,


SDIDTK

PENDAHULUAN kehidupannya, ditujukan untuk


mempertahankan kelangsungan hidupnya
Pembangunan kesehatan sebagai sekaligus meningkatkan kualitas hidup
bagian dari upaya membangun manusia anak agar mencapai tumbuh kembang
seutuhnya antara lain diselenggarakan optimal baik fisik, mental, emosional
melalui upaya kesehatan anak yang maupun sosial serta memiliki inteligensi
dilakukan sedini mungkin sejak anak majemuk sesuai dengan potensi
masih didalam kandungan. Upaya genetiknya (Depkes RI, 2016)
kesehatan ibu yang dilakukan sebelum dan Mengingat masa lima tahun pertama
semasa hamil hingga melahirkan, kehidupan merupakan masa yang sangat
ditujukan untuk menghasilkan keturunan peka terhadap lingkungan dan masa ini
yang sehat dan lahir dengan selamat berlangsung sangat pendek serta tidak
(infact survival). Upaya kesehatan yang dapat diulang lagi, maka masa balita
dilakukan sejak anak masih di dalam disebut sebagai “masa keemasan” (golden
kandungan sampai lima tahun period), “jendela kesempatan” (Window of

Jurnal Doppler Page 78


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

opportunity) dan “masa kritis” (critical sekolah secara rutin (Depkes RI,2014;
period) (Depkes RI, 2012).Pada masa IDAI, 2016)
balita ini perkembangan kemampuan Program Stimulasi Deteksi dan
berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, Intervensi Dini Tumbuh Kembang
emosional dan intelegensia berjalan sangat (SDIDTK) merupakan revisi dari Program
cepat merupakan landasan perkembangan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK)
berikutnya, sehingga setiap kelainan atau yang telah dilakukan sejak tahun 1988 dan
penyimpangan sekecil apapun apabila termasuk salah satu program pokok
tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani Puskesmas. Kegiatan ini dilakukan
dengan baik, akan mengurangi kualitas menyeluruh dan terkoordinasi
sumber daya manusia kelak dikemudian diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
hari (Soetjiningsih,2013). Deteksi dini antara keluarga (Orang tua, pengasuh anak
tumbuh kembang penting untuk dilakukan dan anggota keluarga lainnya, masyarakat
terhadap balita, guna memperoleh (Kader, Organisasi profesi, lembaga
pertumbuhan dan perkembangan anak swadaya masyarakat) dengan tenaga
yang optimal. Hal ini sesuai dengan hasil professional (Kesehatan, pendidikan dan
penelitian Guevara JP, dkk (2016) di The social) akan dapat meningkatkan kualitas
Children’s Hospital of Philadelphia, tumbuh kembang anak usia dini dan
menyatakan bahwa anak yang dilakukan kesiapan memasuki jenjang pendidikan
deteksi dini penyimpangan formal (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
perkembangannya dapat diketahui lebih Kader memiliki peranan yang penting
cepat dan dapat ditangani dengan hasil dalam masyarakat karena merupakan
yang lebih baik.(Guevara et al, 2016). pelayanan kesehatan yang berada
Deteksi dini pertumbuhan sangat perlu ditengah-tengah masyarakat (Widagdo dan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Husodo 2009)
normalitas pertumbuhan dan mendeteksi Menurut UNICEF tahun 2017 didapat
penyimpangan pertumbuhan secara dini data masih tingginya angka kejadian
(Sulistyawati, 2014) jaringan otak anak gangguan pertumbuhan dan perkembangan
yang banyak mendapat stimulasi akan pada anak usia balita didapatkan 27,5%
berkembang mencapai 80% pada usia 3 atau 3 juta anak mengalami gangguan.
tahun. Jika anak tidak pernah diberi Berdasarkan penelitian oleh (Suwarba
stimulasi maka jaringan otak akan IGN, 2008) kejadian keterlambatan
menurun. Hal ini dapat mengurangi perkembangan secara umum terjadi sekitar
kualitas sumber daya manusia di masa 10% pada anak-anak di seluruh dunia.
yang akan datang (Soetjiningsih, 2013). Sedangkan angka kejadian keterlambatan
Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK perkembangan global diperkirakan 1-3%
sangat diperlukan untuk menemukan pada anak-anak berumur < 5 tahun.
secara dini penyimpangan pertumbuhan, Berdasarkan data jumlah balita sekitar
penyimpangan perkembangan, dan 23,7% atau 10% dari jumlah penduduk
penyimpangan mental emosional pada Indonesia. Dari jumlah balita tersebut
anak sehingga dapat dilakukan intervensi diperkirakan sekitar 4,5-6,7 juta
dan stimulasi sedini mungkin untuk mengalami masalah tumbuh kembang
mencegah terjadinya penyimpangan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Hal
pertumbuhan, perkembangan dan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian di
penyimpangan mental emosional yang Amerika Serikat ditemukan sekitar 12-
menetap.kegiatan SDIDTK tidak hanya 16% balita mempunyai keterlambatan
dilakukan pada anak yang dicurigai perkembangan, sementara di Indonesia
mempunyai masalah saja tetapi harus ditemukan 20-30% balita mengalami
dilakukan pada semua balita dan anak pra keterlambatan perkembangan
(Fadlyan,2003).

Jurnal Doppler Page 79


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

Pelaksanaan SDIDTK balita Kembang Kader dibutuhkan dalam


merupakan peran tenaga kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan kader dalam
hal ini bidan, bidan bertanggung jawab melakukan skrining tumbuh kembang anak
dalam menentukan keberhasilan cakupan (Aticeh, Maryanah 2015). Namun
SDIDTK balita. Sesuai keputusan Menteri demikian pada kenyataan dilapangan
Kesehatan Nomor 28 tahun 2017 tentang sampai dengan sekarang baru sebagian
Registrasi dan praktik bidan pasal 20 salah kader yang terlatih untuk melakukan
satu wewenang pelayanan kebidanan yang skrining tumbuh kembang.Sehingga
harus diberikan pada anak adalah dibutuhkan suatu pemberdayaan,
pementauan tumbuh kembang anak diantaranya melalui pemberian modul
(Kementerian Kesehatan RI,2017). skrining tumbuh kembang.
Indikator Keberhasilan program Pemerintah telah melakukan beberapa
SDIDTK balita yang ditetapkan oleh upaya dalam mendukung pelaksanaan
Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 SDIDTK. Salah satu program pemerintah
adala 100% ini termasuk Standar untuk menunjang upaya tersebut adalah
Pelayanan Minimal (SPM) yang harus diterbitkannya buku pedoman pelaksanaan
dicapai. Data lakip Dinkes Riau tahun Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
2018 cakupan anak yang di pantau tumbuh Tumbuh Kembang Balita dan Pra Sekolah
kembang sebanyak 73%, di Kabupaten di Tingkat Posyandu, PAUD dan TK.
Siak cakupan SDIDTK tahun 2019, Kurangnya peran kader di posyandu akan
sebanyak 86,6%. yaitu dari 37.294 anak memberikan akibat baik secara langsung
balita hanya 32.281 yang telah maupun tidak langsung. Dampak secara
mendapatkan pelayanan SDIDTK langsung bagi anak, pemantauan tumbuh
(Stimulasi deteksi dini tumbuh kembang). kembang yang kurang baik menyebabkan
Sedangkan di Kecamatan Sungai Mandau tidak termonitornya pertumbuhan dan
736 balita, hanya 656 (89%) orang balita perkembangan anak sehingga dapat
yang mendapatkan pelayanan SDIDTK. menurunkan kualitas Sumber Daya
Berdasarkan data tersebut menunjukkan Manusia (SDM) di masa yang akan
bahwa masih kurang pencapaian datang. Dampak tidak langsung bagi kader
Kunjungan Balita di kabupaten Siak posyandu, bila tidak memahami modul
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Instrumen Stimulasi Dini Intervensi Dini
Sungai Mandau. Tumbuh Kembang anak balita, maka
Bidan melakukan skrining tumbuh penerapan diposyandu juga kurang tepat.
kembang balita saat kegiatan posyandu. Hasil survey awal di 20 Posyandu
Namun mengingat jumlah sasaran yang yang ada di puskesmas Sungai Mandau
begitu banyak, maka dalam melaksanakan dengan jumlah kader keseluruhan 122
tugasnya bidan membutuhkan peran serta orang, 40 orang sudah pernah dilatih
kader.Untuk dapat mengikutsertakan peran tumbuh kembang anak balita dengan
kader diperlukan peningkatan kemampuan memakai modul Skrining Deteksi
kader dalam pemantauan tumbuh kembang Intervensi Dini Tumbuh Kembang, hanya
anak yang disebut modul skrining tumbuh 21 orang (17,2%) kader yang memiliki
kembang (Kemenkes, 2014). pengetahuan baik dalam menggunakan
Pemberdayaan kader dapat ditempuh Modul instrumen tumbuh kembang
dengan berbagai cara, salah satunya adalah SDIDTK, dan 82 % kader melakukan
melalui memberikan modul skrining SDIDTK tidak lengkap, hanya
tumbuh kembang. penimbangan, pengukuran Tinggi Badan
Menurut penelitian Aticeh (2015) di dan Lingkar Kepala. Tujuan penelian ini
Posyandu Kelurahan kayu putih, sebanyak melihat sejauh mana pengetahuan kader
65,3% pengetahuan kader tentang skrining posyandu dengan modul Instrument
rendah dan pelatihan Skrining Tumbuh

Jurnal Doppler Page 80


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

SDIDTK dengan pelaksanaan SDIDTK di Karakteristik Responden


Posyandu. Tabel 1. Karakteristik
Responden
METODE PENELITIAN Karakteristik Frekuensi Persentase
Responden (f) (%)
Usia
Penelitian ini merupakan penelitian
20 - 29 tahun 35 37.7
kuantitatif dengan rancangan penelitian
30 - 39 tahun 40 43.0
cross sectional. Pada penelitian ini ≥ 40 tahun 18 19.3
variabel independen adalah hubungan Pekerjaan
pengetahuan kader dan variabel dependen Bekerja 14 15.0
Pelaksanaan SDIDTK . Tidak Bekerja 79 85.0
Penelitian ini lakukan di Posyandu Pendidikan
wilayah kerja Puskesmas Sungai Mandau Tidak Sekolah 3 3.2
Pendidikan 46 49.4
pada tanggal Juni – Juli 2020 dengan Dasar
populasi sebanyak 122 orang yang Pendidikan 35 37.7
merupakan kader. tehnik pengambilan Menengah
sampel digunakan adalah tehnik stratified Pendidikan 9 9.7
random sampling yaitu pengambilan Tinggi
sampel yang dilakukan secara acak dengan Lama Kerja
Baru ≤ 5 49 52.7
menggunakan Rumus Slovin dengan besar tahun
sampel sebanya 93 kader. Alat ukur Lama > 5 44 47.3
memnggunakan kuesioner yang berasal tahun
dari modul SDIDTK. Pelatihan
Analisis bivariat adalah analisis yang SDIDTK
dilakukan untuk mengukur hubungan atau Ya 18 19.3
Tidak 75 80.7
asosiasi yang terjadi antara dua variable
(Hidayat & Istiadah, 2011). Analisis
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
hubungan antara variabel independen
bahwa kisaran usia responden adalah 20
(Pengetahuan Kader) dan variabel
tahun sampai dengan 40 tahun keatas,
dependen (pelaksanaan SDIDTK)
dengan persentase terbesar pada usia 30 -
menggunakan uji-square.
39 tahun yaitu 40 orang (43.0%) dan status
pekerjaan responden dengan persentase
HASIL DAN PEMBAHASAN
terbesar yaitu sebanyak 79 orang (85.0%)
yang tidak bekerja.
Setelah dilakukan penelitian tentang
Status pendidikan responden adalah
hubungan pengetahuan kader tentang
tidak sekolah sampai dengan pendidikan
modul instrumen Stimulasi, Deteksi
tinggi, dengan persentase terbesar pada
Intervensi Dini Tumbuh Kembang
pendidikan dasar sebanyak 46 orang
(SDIDTK) dengan pelaksanaan SDIDTK
(49.4%) dan persentase terkecil yaitu tidak
di Posyandu wilayah kerja Puskesmas
sekolah sebanyak 3 orang (3.2%).
Sungai Mandau dengan jumlah responden
Sedangkan untuk kategori lama bekerja
sebanyak 93 orang, maka didapatkan hasil
responden dengan persentase terbesar
bekerja ≤ 5 tahun yaitu 49 orang (52.7%)
Analisa Univariat
dan status pelatihan SDIDTK responden
Analisa univariat digunakan untuk
dengan persentase terbesar sebanyak 75
distribusi frekuensi responden mengenai
orang (80.7%) yang tidak mengikuti
pengetahuan kader dan pelaksanaan
pelatihan SDIDTK dan persentase terkecil
Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh
yaitu sebanyak 18 orang (19.3%) yang
Kembang (SDIDTK) di Posyandu wilayah
mengikuti pelatihan SDIDTK.
kerja Puskesmas Sungai Mandau.

Jurnal Doppler Page 81


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

Pengetahuan Puskesmas Sungai Mandau mempengaruhi


Tabel 2. Distribusi frekuensi kinerja kader yang berpengetahuan baik.
pengetahuan kader tentang Hasil penelitian ini sejalan dengan
modul instrument simulasi penelitian yang dilakukan oleh Rizki, dkk
deteksi dan intervensi dini (2016) di Kabupaten Kampar, yang
tumbuh kembang mengatakan bahwa sebagian besar
Persentase responden memiliki pengetahuan baik
No Pengetahuan Frekuensi (f)
(%) sebanyak 48 orang (54.5%). Begitu pula
0. Kurang 42 45.2 dengan penelitian Wahyutomo (2013) di
1. Baik 51 54.8 RSUD Kebumen dengan jumlah
Jumlah 93 100,0 responden yang memiliki pengetahuan
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan kurang sebanyak 66.7%.
bahwa mayoritas kader dengan
pengetahuan baik yaitu sebanyak 51 orang Pelaksanaan SDIDTK
(54.8%) dan minoritas pengetahuan kurang Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan
sebanyak 42 orang (45.2%). SDIDTK
Pengetahuan atau knowledge adalah Pelaksanaan
No Frekuensi (f) Persentase (%)
SDIDTK
hasil penginderaan terhadap objek yakni
0. Kurang 63 67.7
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
1. Baik 30 32.3
dan perabaan. Pada waktu penginderaan
untuk menghasilkan pengetahuan tersebut Jumlah 93 100,0
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
persepsi terhadap objek. Pengetahuan bahwa mayoritas kader kurang
seseorang sebagian besar diperoleh melaksanakan SDIDTK yaitu sebanyak 63
melalui indera pendengaran dan indera orang (67.7 %) dan minoritas kader
penglihatan (Notoatmodjo, 2014). melaksanakan SDIDTK dengan baik yaitu
Beberapa faktor yang mempengaruhi sebanyak 30 orang (32.3 %).
pengetahuan diantaranya adalah Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil
pendidikan, informasi, sosial, budaya dan mayoritas responden dengan pengetahuan
ekonomi, lingkungan, pengalaman (masa baik yaitu sebanyak 51 orang (54.8%) dan
kerja), dan usia (Budiman dan Ryanto, minoritas responden dengan pengetahuan
2013). kurang yaitu sebanyak 42 orang (45.2%).
Pada penelitian ini sebagian besar Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil
pengetahuan responden adalah baik. mayoritas responden kurang melaksanakan
Menurut peneliti, pengetahuan responden SDIDTK yaitu sebanyak 63 orang (67.7%)
yang baik dapat dipengaruhi oleh status dan minoritas responden melaksanakan
pendidikan responden, keikutsertaan pada SDIDT dengan baik yaitu sebanyak 30
pelatihan SDIDTK dan juga usia orang (32.3%).
responden. Namun demikian, pada Kader memegang peranan pelaksana
penelitian ini responden yang memiliki pada kegiatan SDIDTK di Posyandu.
pengetahuan baik masih banyak yang Apabila peran kader kurang maka
kurang melaksanakan SDIDTK. Hal ini pemantauan tumbuh kembang balita juga
dipengaruhi oleh kader lain yang akan berkurang, sehingga kejadian
pembagian tugas tidak merata, motivasi gangguan tumbuh kembang balita
dan keinginan melaksanakan SDIDTK meningkat dan tidak tercapai capaian
serta status pekerjaan responden sehingga program pemerintah.
tidak sempat untuk melaksanakan Pada penelitian ini sebagian besar
SDIDTK. Masih tingginya angka responden kurang melaksanakan SDIDTK.
pelaksanaan SDIDTK yang kurang pada Menurut peneliti penyebab utamanya
sebagian besar kader di wilayah kerja adalah pengetahuan yang kurang.

Jurnal Doppler Page 82


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

Responden dengan pengetahuan kurang Hasil penelitian ini sejalan dengan


cenderung kurang melaksanakan SDIDTK penelitian Nurdiana yang mengatakan
karena mereka tidak paham dan mengerti bahwa kader yang kurang aktif pada
tentang apa yang akan mereka laksanakan. kegiatan di posyandu sebanyak 73.3%.
Faktor lain yang menyebabkan tingginya Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
persentase responden yang kurang penelitian yang dilakukan Muzakkir
melaksanakan SDIDTK adalah status (2013) yang mengatakan bahwa kinerja
pekerjaan, pengaruh kader lain, dan kader posyandu yang kurang di wilayah
motivasi. Kader yang bekerja tidak kerja Puskesmas Kaledupa – Sulawesi
memiliki waktu luang untuk melaksanakan Tenggara sebanyak 67.6%.
kegiatan posyandu sehingga pelaksanaan
SDIDTK menjadi tidak maksimal. Analisa Bivariat
Motivasi dan keinginan yang rendah untuk Analisa bivariat digunakan untuk
melaksanakan SDIDTK juga berpengaruh melihat hubungan pengetahuan kader
besar pada pelaksanaan SDIDTK. tentang modul instrumen Stimulasi,
Pelaksanaan SDIDTK yang kurang Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
memberikan efek negatif pada capaian (SDIDTK) dengan pelaksanaan SDIDTK
program pemerintah. di Posyandu wilayah kerja Puskesmas
Sungai Mandau.

Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan SDIDTK


Tabel 4 Hubungan pengetahuan kader tentang modul instrumen Stimulasi, Deteksi Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dengan pelaksanaan SDIDTK
Pelaksanaan SDIDTK Odds
Jumlah
Pengetahuan Kurang Baik P value Ratio
f % f % f % (OR)
Kurang 34 81.0 8 19.0 42 100
Baik 29 56.9 22 43.1 51 100 0.024 3.224
Jumlah 63 67.7 30 32.3 93 100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak
bahwa dari 42 kader dengan pengetahuan 51 orang (54.8%), angka ini lebih besar jika
kurang tetapi baik dalam pelaksanaan dibandingkan pengetahuan kurang
SDIDTK yaitu sebanyak 8 kader (19.0%). sebanyak 42 orang (45.2%). Hasil bivariat
Dari 51 kader dengan pengetahuan baik uji statistic chi square yang dilakukan,
terdapat 29 kader (56.9%) kurang dalam maka didapatkan hasil p value = 0,024 < α
pelaksanaan SDIDTK. (0,05) yang artinya Ho ditolak, sehingga
Hasil uji statistik chi square, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
didapatkan nilai p value = 0,024 (p < α = pengetahuan kader tentang modul
0,05) artinya ada hubungan antara instrumen Stimulasi, Deteksi Intervensi
pengetahuan kader tentang modul Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dengan
instrumen Stimulasi, Deteksi Intervensi pelaksanaan SDIDTK di Posyandu wilayah
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) dengan kerja Puskesmas Sungai Mandau dan nilai
pelaksanaan SDIDTK di Posyandu wilayah odds ratio 3.224.
kerja Puskesmas Sungai Mandau. Hasil uji Pengetahuan adalah suatu hasil dari
statistik chi square, didapatkan nilai odds rasa keingintahuan melalui proses sensoris,
ratio (OR) sebesar 3.224 yang artinya terutama pada mata dan telinga terhadap
kader dengan pengetahuan kurang memiliki objek tertentu. Pengetahuan merupakan
peluang 3.224 kali untuk tidak domain yang penting dalam terbentuknya
melaksanakan SDIDTK. perilaku terbuka atau open behavior
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Donsu, 2017). Pengetahuan (knowledge)
pada 93 responden, didapatkan Kader adalah bagian yang esensial dari eksistensi

Jurnal Doppler Page 83


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

manusia, karena pengetahuan merupakan SDIDTK. Hal ini disebabkan ada faktor
buah dan aktivitas berpikir yang dilakukan lain yang mempengaruhi pelaksanaan
manusia berpikir (Taufik, 2016). Faktor SDIDTK. Menurut hasil wawancara
utama yang menyebabkan kurang terhadap responden, ada beberapa faktor
tercapainya pelaksanaan SDIDTK adalah yang menyebabkan kurangnya pelaksanaan
kurang sampainya pengetahuan yang benar SDIDTK di wilayah kerja Puskesmas
tentang SDIDTK pada para kader. Seorang Sungai Mandau meskipun pengetahuan
kader harus mempunyai pengetahuan baik responden tergolong baik diantaranya
dalam melaksanakan SDIDTK. adalah pengaruh orang lain atau
Pengetahuan petugas pelaksana SDIDTK kebudayaan di lingkungan sekitar dan
yang kurang meningkatkan risiko untuk motivasi.
memiliki kinerja yang rendah. Responden yang memiliki pengetahuan
Pada penelitian ini yang baik namun kurang melaksanakan SDIDTK
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan dikarenakan pengaruh orang lain atau
SDIDTK adalah pengetahuan yang baik. lingkungan sekitar. Pengaruh dari kader
Hal ini sejalan dengan teori Notoatmodjo lain yang kurang melaksanakan SDIDTK
(2012) yang menyatakan bahwa agar menimbulkan responden yang memiliki
mencapai suatu hasil yang optimal, maka pengetahuan baik tersebut mengikuti sikap
faktor tersebut harus bekerja sama dengan yang dimiliki oleh kader tersebut sehingga
harmonis. Kader adalah seorang tenaga responden yang memiliki pengetahuan baik
sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk tersebut akan kurang melaksanakan
masyarakat, yang bertugas membantu SDIDTK. Oleh karena itu kader yang
kelancaran pelayanan kesehatan. Sehingga memiliki pengetahuan baik pun tidak
pengetahuan seorang kader harus baik menutup kemungkinan untuk kurang
karena akan mempengaruhi pelaksanaan melaksanakan SDIDTK. Selain dari
kegiatan di posyandu terutama pelaksanaan pengaruh orang lain (kader lain), motivasi
SDIDTK. juga turut mempengaruhi pelaksanaan
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan SDIDTK. Pengetahuan yang baik perlu
hasil observasi yang peneliti lakukan didorong dengan tindakan yang positif
selama dinas di wilayah kerja Puskesmas secara terus menerus dalam memberikan
Sungai Mandau bahwa kader yang pelayanan SDIDTK yang sesuai dengan
memiliki pengetahuan kurang cenderung standar prosedur operasional. Salah satu
tidak melaksanakan SDIDTK dengan upaya untuk meningkatkan pelaksanaan
benar. Kurangnya pengetahuan kader SDIDTK tersebut adalah meningkatkan
tentang SDIDTK maka akan berdampak motivasi, dukungan kepada para kader serta
negatif terhadap kinerja kader dalam memberikan penghargaan bagi kader yang
pelaksanaan SDIDTK dan juga tentunya berprestasi sehingga kader yang
akan berdampak pada hasil capaian berpengetahuan baik melaksanakan
program SDIDTK. Selain itu, penyebab SDIDTK sesuai dengan ilmu pengetahuan
kurangnya pengetahuan kader tentang yang dimilikinya. Penyebab lain adalah
SDIDTK disebabkan oleh kurangnya tidak ada keinginan untuk melaksanakan
informasi yang didapat dari berbagai sesuai intrumen modul SDIDTK. Meskipun
sumber. Sehingga dapat disimpulkan jika kader memiliki pengetahuan yang baik,
pengetahuan kader kurang maka capaian tetapi jika tidak ada keinginan untuk
pelaksanaan SDIDTK juga berkurang melaksanakan SDIDTK secara baik, maka
sehingga program pemerintah juga tidak ilmu pengetahuan yang baik pun akan sia-
tercapai. sia.
Pada tabel 4 terlihat permasalahan Begitu pula dengan status pekerjaan
dimana kader yang berpengetahuan baik juga dapat mempengaruhi seorang kader
masih banyak yang kurang melaksanakan dalam melaksanakan tugas. Bekerja

Jurnal Doppler Page 84


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

umumnya merupakan pekerjaan yang Sebagian besar kader posyandu memeliki


menyita waktu. Sementara syarat untuk pengetahuan yang baik terhdap modul
menjadi seorang kader harus mempunyai SDIDTK namun terkait pelaksanannya
waktu luang. Sehingga pada kader yang masih sedikit yang menerapkan SDIDTK.
bekerja memiliki waktu yang terbatas untuk Disarankan kepada Puskesmas Sungai
melaksanakan kegiatan posyandu dengan Mandau khususnya tenaga kesehatan agar
maksimal meskipun mereka memiliki dilakukan penyegaran kader secara berkala
pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan setiap tahunnya dalam mengenal cara
SDIDTK. mendeteksi dini pertumbuhan juga
Selain itu pada penelitian ini terdapat perkembangan bayi dan balita di Posyandu.
responden dengan pengetahuan kurang
namun melaksanakan SDIDTK. Hal ini UCAPAN TERIMAKSIH
didukung oleh dengan masih adanya kader
senior dengan pengalaman kerja yang lama Terimaksih peneliti ucapkan kepada
dan telah mengikuti pelatihan stimulasi, pihak puskesmas dan semua kader
deteksi, intervensi dini tumbuh kembang posyandu yang telah membantu dalam
(SDIDTK) yang dibimbing oleh tenaga proses penelitian ini, serta untuk
kesehatan dari Puskesmas kemudiaan Univrersitas Pahlawan Tuanku Tambusai
mereka mengajarkan kepada reponden yang yang telah memberikan pengalaman
berpengetahuan kurang. berharga dalam hal penelitian
Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri DAFTAR PUSTAKA
Sukamti, dkk tahun 2015 yang menyatakan
pengetahuan secara signifikan berhubungan Aticeh, Maryanah, S.S (2015) Pengetahuan
dengan motivasi kader dalam SDIDTK Kader Meningkatkan motivasi dalam
balita dengan judul pengetahuan kader melakukan Deteksi Dini Tumbuh
meningkatkan motivasi dalam melakukan Kembang Balita. Jurnal Ilmu dan
deteksi dini tumbuh kembang balita di teknologi kesehatan, 2(2), pp.71-76
Posyandu Kelurahan Kayu Putih. Hasil Departemen Kesehatan RI (2012) Modul
penelitian ini juga sejalan dengan hasil Pelatihan Stimulasi Dini Intervensi
penelitian yang dilakukan oleh Rizki, dkk Tumbuh Kembang Anak, Jakarta :
(2016) dengan (p = 0,000) yang Depkes RI
menyatakan ada hubungan yang bermakna Departemen Kesehatan RI (2014).
antara pengetahuan dengan kinerja petugas Stimulasi, deteksi dan Intervensi dini
pelaksana SDIDTK di wilayah kerja tumbuh kembang balita.Sosialisasi
Puskesmas Keramasan. Begitu pula dengan buku anak di tingkat pelayanan
hasil penelitian yang dilakukan oleh kesehatan dasar.Jakarta : Depkes RI.
Wahyutomo yang menunjukkan bahwa Depertemen Kesehatan RI (2016).
rendahnya pengetahuan dapat berpengaruh Pedoman pelaksanaan stimulasi,
negatif terhadap kinerja petugas pelaksana deteksi, dan intervensi dini tumbuh
SDIDTK (p value = 0,001). Hasil penelitian kembang anak.Jakarta : Depkes RI.
ini juga sejalan dengan penelitian Nurdiana, Efendi, R (2010) Pendidikan Lingkungan,
Yolanda dan Muzakkir yang menyatakan Sosial, Budaya dan Teknologi
bahwa pengetahuan berpengaruh signifikan Fadlyan, E (2003) Pola Keterlambatan
terhadap kinerja petugas pelaksana Perkembangan balita didaerah
SDIDTK (p value = 0,000 dan 0,007 serta pedesaan dan perkotaan, serta
0,02). factor-faktor yang mempengaruhinya.
Sari pediatric, volume 4 Nomor 4
KESIMPULAN DAN SARAN IDAI (2016) Deteksi dan Stimulasi dini
tumbuh kembang dalam 1000 hari

Jurnal Doppler Page 85


Vol 5 No 1 Tahun 2021 ISSN 2580-3123

pertama (Bahan pelatihan posyandu dengan keaktifan kader


SDIDTK).Jakarta :IDAI. Posyandu di Desa Dukuh Tengah
Jurnal Ilmiah Bidan. ISSN : 2339-1731 Kecamatan Ketanggungan
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Kabupaten Brebes. Jurnal
Kader dengan Pelayanan Posyandu Keperawatan Vol 2 No. 1
KBBI (2019) http:// kbbi, web.id/Stimulasi Oemar, H (2014) Proses belajar
Kemenkes RI (2014), Pedoman mengajar.Jakarta : Bumi Aksara
Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Rizki, dkk (2016). Analisis Kinerja Petugas
Intervensi Tumbuh Kembang anak di Pelaksana Stimulasi Deteksi
tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar Intervensi Dini Tumbung Kembang
Kemenkes RI (2014), Peraturan Menteri (SDIDTK) Balita dan Anak Pra
Kesehatan Republik Indonesia No 66 Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas
tahun 2014 tentang pemantauan Keramasan. Jurnal Ilmu Kesehatan
pertumbuhan, perkembangan dan Masyarakat
gangguan tumbuh kembang. Soetjiningsih (2013) Perkembangan anak
Kemenkes RI (2016) Peraturan Menteri dan permasalahannya dalam Buku
Kesehatan Republik Indonesia No 43 Ajar I ilmu Perkembangan Anak dan
tahun 2016 tentang Standard Remaja.Jakarta : Sagung Seto.
Pelayanan Minimal bidang Sri Sukamti (2015). Pengetahuan Kder
Kesehatan meningkatkan motivasi dalam
Kemenkes RI (2016), Peraturan Menteri melakukan deteksi dini tumbuh
Kesehatan RI No 44 tahun 2016 kembang balita di Posyandu
tentang Pedoman Manajemen Kelurahan Kayu Putih
Puskesmas Sugiyono (2016) Metode Penelitian
Kemenkes RI (2017) Peraturan Kuantitatif, kualitatif dan R &
Menteri Kesehatan RI No 75 tahun D.Bandung : PT Alfabet. Danandjaja
2017 tentang pusat Kesehatan Swarjana, I Ketut (2015) Metodologi
Masyarakat. Penelitian Kesehatan (Edisi
Kemenkes RI, (2017) Peraturan Menteri Revisi)Yogyakarta : CV. Andi offset
Kesehatan RI Nomor 28 tahun 2017 Tri Sunarsih (2018) Tumbuh Kembang
tentang Izin dan Penyelenggara anak, Implementasi dan cara
Praktik Bidan pengukurannya. Bandung : PT
Lakip Dinas Kesehatan Propinsi Riau Remaja Rosdakarya Offset
(2018) Laporan kinerja instansi Wahyutomo (2010). Hubungan
pemerintah. Dinkes Riau Karakteristik dan Peran Kader
Maryunani, A (2015) Ilmu Kesehatan Posyandu dengan Pemantauan
Anak. Jakarta : CV.Trans info media Tumbuh Kembang Balita di
Muzakkir (2013). Faktor-Faktor yang Puskesmas Kalitidu-Bojonegoro.
berhubungan dengan kinerja kader Universitas Sebelas Maret
Posyandu d wilayah kerja UPTD www. Jurnal. Ibi jabar.org”Midwife
Puskesmas Kaledupa Kecamatan Journal” Volume 3 No. 02, Juli 2013
Kaledupa Kabupaten Wakatobi Pengaruh Modul Skrining Tumbuh
Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmiah Kembang Terhadap Efektivitas
kesehatan Diagnosis Skrining Tumbuh Kembang Balita
Notoatmodjo (2014). Promosi Kesehatan Yolanda, dkk (20). Faktor-faktor yang
Ilmu Prilaku.Jakarta : Rieneka Cipta mempengaruhi perilaku kader KIA
Notoatmodjo (2012). Metodologi penelitian daalm deteksi dini perkembangan
kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta. balita di Posyandu wilayah kerja
Nurdiana (2008). Hubungan antara Puskesmas Babat Lamongan.
pengetahuan dan motivasi kader Universitas Airlangga

Jurnal Doppler Page 86

Anda mungkin juga menyukai