Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA BALITA

ANAK BALITA UMUR 52 BULAN DI PAUD AL-MUTTAQIN JEMBER

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PANUM PROFESI BIDAN


STASE BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

Oleh:
SELVIANA NURUL FITRIYAH
NIM: P17312215103

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI BIDAN PROFESI KEBIDANAN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Balita


Anak Balita umur 52 Bulan di PAUD Al-Muttaqin Kecamatan Patrang Jember
Telah diperiksa dan dipertahankan dihadapan dosen pembimbing Stase ANBB Prodi Pendidikan
Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Malang,

Jember, ………………….
Mahasiswa

Selviana Nurul Fitriyah


NIM: P17312215103

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Gumiarti, SST., M.PH


NIP. 196207031984032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan YME atas segala limpahan karunia Nya sehingga laporan
komprehensif yang membahas tentang “Asuhan Anak Sehat” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan komprehensif ini disusun dalam rangka memenuhi tugas laporan kompetensi kritis.
Selain itu untuk meningkatkan dan memperdalam “Asuhan Anak Sehat “ dengan berbagai
macam kebutuhannya.Dalam penyusunan proposal ini, kami mendapatkan banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Malang.
2. Ibu Herawati Mansur, SST,.M.Pd,M.PSi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang.
3. Ibu Ika, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Malang.
4. Ibu Gumiarti, SST., M.PH selaku Dosen pembimbing Stase ANBB pembimbing
Akademik
Dalam penyusunan laporan komprehensif ini penulis menghadapi hambatan dan
rintangan yang tidak sedikit. Penulis menyadari bahwa laporan komprehensif ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis
berharap laporan komprehensif ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis.

Jember, 24 Februari 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang terus terjadi secara
berkesinambungan selama kehidupan manusia, pertumbuhan adalah meningkatnya
jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri kembang anak adalah masa balita,
karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Proses pertumbuhan dan perkembangan terbagi
dalam beberapa tahapan berdasarkan usia. Salah satu fasenya adalah masa prasekolah
yaitu anak berusia 3-5 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua
peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu
perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan sesuatu yang dapat diukur seperti
tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca pada buku pertumbuhan.
Sedangkan perkembangan lebih ditunjukan pada kematangan fungsi alat-alat tubuh.
Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau
pertumbuhan dan perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat.
Dalam hal ini, peranan ibu-bapak dan pengasuh menjadi sangat penting. (Rizki,
2016)
Masa balita merupakan periode pertumbuhan dasar yang dapat
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada usia ini otak
anak mengalami perkembangan yang sangat pesat yang dikenal dengan istilah Masa
Emas (The Golden Age). Golden age merupakan dimana periode yang sangat
penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat supaya lebih
awal dapat mendeteksi apabila terjadi kelainan. Pemantauan tersebut harus dilakukan
secara teratur dan berkelanjutan (Chamidah, 2019).
Berdasarkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5-25%
anak usia pra sekolah di dunia mengalami disfungsi otak minor, termasuk gangguan
perkembangan motorik halus (WHO, 2010). Angka kejadian terhadap gangguan
perkembangan pada anak usia 3-17 tahun di Amerika Serkat mengalami peningkatan
dari tahun 2014 sebesar 5,76 % dan di tahun 2016 sebesar 6,9% (Zablotsky et al.,
2017). Data Riskesdas tahun 2013 gangguan pertumbuhan pada anak balita di
Indonesia mencapai 35,7%.  Data Dinas Kesehatan Jawa Timur 2014 jumlah angka
cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah tingkat Jawa
Timur pada tahun 2014 sebesar 54,8 %. Gangguan tumbuh kembang anak dapat
dikendalikan sejak awal, tergantung kepada orang tua dalam memberikan stimulasi
pada anak. Salah satu metode untuk mendeteksi kelainan perkembangan anak yaitu
dengan Denver Development Screening Test (DDST). DDST bukan termasuk dalam
tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat dalam penggunaannya
(15-20 menit), dapat diandalkan serta menunjukkan validitas yang tinggi. Penilaian
DDST ini menilai perkembangan anak dalam empat sektor, yang meliputi penilaian
personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar (Soetjiningsih & Ranuh,
2012)
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan
tumbuh kembang yang dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang
sesuai. Kelainan tumbuh kembang yang terlambat dideteksi dan diintervensi dapat
mengakibatkan kemunduran perkembangan anak dan berkurangnya efektivitas
terapi. Peran tenaga medis terkait dengan isu ini harus mampu membantu orang tua
dalam memonitor perkembangan balita, agar balita tersebut dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dan normal sebagaimana mestinya. Hal tersebut dilakukan
dengan cara memberikan solusi-solusi dari permasalahan ibu terhadap pertumbuhan
balitanya. Sehingga kelainan tumbuh kembang dapat dideteksi dan diintervensi untuk
meningkatkan efektivitas terapi pemulihan. Dua faktor utama yang mempengaruhi
keberhasilan perkembangan seorang anak adalah genetik (misalnya suku bangsa atau
penyakit bawaan tertentu) serta lingkungan tempat anak tersebut hidup. Pendidikan
orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung tumbuh kembang
anak. Dengan bermodal pendidikan yang baik, orang tua akan lebih mudah menerima
segala informasi dari luar khususnya bagaimana pengasuhan anak yang baik,
bagaimana mendukung kesehatan anaknya, bagaimana upaya memberikan
pendidikan terbaik, dan lain sebagainya. Peranan orang tua sangat besar bagi
pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Orang tua yang memiliki
pengetahuan tentang tumbuh kembang anak secara benar dapat segera mengenali
kelainan proses tumbuh kembang anaknya, sehingga dapat memberikan stimulasi
secara menyeluruh sedini mungkin. Dengan demikian diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan generasi muda bangsa dapat berlangsung optimal.
Dalam melakukan penilaian terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak, di antaranya
dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran
berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar lengan atas.
Sedangkan dalam melakukan penilaian terhadap perkembangan anak terdapat
beberapa jenis penilaian, salah satunya adalah DDST (Denver Development
Screnning Test).
DDST adalah skrining formal yang telah banyak digunakan oleh profesi
kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Kesadaran orang tua dalam memonitoring
anak secara rutin di Puskesmas masih terbilang rendah. Pentingnya pemeriksaan
rutin di Puskesmas sangat diperlukan agar dapat mendeteksi kelainan pada anak
sedini mungkin. Beberapa alasan seperti kesibukan orang tua, malas, serta biaya
menjadi penghalang orang tua untuk rutin memeriksakan anak mereka ke Puskesmas.
Demi meningkatkan kesadaran oran tua dalam mendeteksi pertumbuhan dan
perkembangan anak diperlukan berbagai strategi. Salah satunya adalah melalui
sosialisasi dan konseling kepada Orang Tua mengenai mengukur pertumbuhan dan
Perkembangan anak melalui Alat DDST.

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pentingnya penggunaan lembar DDST untuk memantau
tumbuh kembang anak
2. Untuk Mengetahui Petunjuk Pemakaian pada alat DDST khususnya peran orang
tua agar bisa memantau tumbuh kembang anak
3. Untuk menyadarkan Peran Orang tua begitu pentingnya mengetahui pertumbuhan
dan perkembangan pada anak dengan menggunakan alat DDST
1.3 Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis
dalam deteksi dini tumbuh kembang anak.
1. Manfaat Teoritis
Kegiatan ini diharapkan dapat memperdalam pengembangan keilmuan tentang
deteksi dini tumbuh kembang anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
Untuk mengetahui pentingnya deteksi dini bagi orang tua dan mengetahui
penyimpangan tumbuh kembang sedini mungkin.
b. Bagi Bidan
Untuk menjadikan referensi dalam melakukan diagnosa pada proses tumbuh
kembang anak.
c. Bagi Mahasiswa
Membentuk hubungan saling percaya dengan ibu dan keluarganya sehingga
asuhan yang diberikan dapat diterima serta dapat memberikan asuhan secara
langsung dan menyeluruh yang meliputi pemenuhan kebutuhan dan pemberian
edukasi tentang penggunaan lembar DDST untuk memantau tumbuh kembang
anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Tumbuh Kembang


1.1. Pengertian
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada tiap
makhluk. Pada manusia terutama anak-anak, proses tumbuh kembang ini terjadi
dengan sangat cepat, terutama pada periode tertentu. (Depkes RI : 2004).
Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan.
Pertumbuhan (growth) adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, atau ukuran atau dimensi tingkat sel, yang diukur dengan ukuran berat
(gram, pound, kg), ukuran panjang (cm, meter). (Zulfa, 2008)
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan/skill dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. (Soetjiningsih : 2004).
1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
Secara umum terdapat dua factor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang :
1) Genetik/ Dalam
Yaitu faktor—faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri baik faktor bawaan
maupun faktor yang diperoleh, termasuk :
a. Hal-hal yang diturunkan dari orang tua, kakek, nenek atau generasi
sebelumnya (warna rambut, bentuk tubuh).
b. Unsur berfikir dan kemampuan intelektual (kecepatan berfikir).
c. Keadaan kelenjar zat—zat dalam.
d. Emosi dan sifat—sifat (tempramen) tertentu.
Faktor genetic merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang. Melalui intruksi genetic yang terkandung didalam sel telur
yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
Poternsi genetic yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
(Dongoes, 2006)
2) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Faktor lingkungan ini secara garis besar menjadi :
a. Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih didalam
kandungan (prenatal).
b. Lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(postnatal).
Keterangan :
a. Faktor lingkungan prenatal
Faktor lingkungan prenatal berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin
mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
1. Gizi ibu pada wanita hamil
Gizi ibu yang jelek sebelumnya terjadinya kehamilan maupun pada
selang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR atau mati
jarang menyebabakan cacat bawaan. Anak yang lahir dari ibu yang
bergizi kurang dan hidup dilingkungan miskin maka mengalami
kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan
menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya
kurang pula.
2. Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebakan
kelainan pada bayi akan dilahirkan. Demikian pula dengan posisi
janin pada uterus mengakibatkan tali pusat, dislokasi panggul,
tortikolis congenital palsi fasialis atau kornio tabes.
3. Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat—
zat teratogen. Misal: thalichomide, phenitosin, metadion, obat—
obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian
pula ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering
melahirkan bayi BBLR, lahir mati atau cacat atau retardasi mental
keracunan logam berat pada ibu hamil dapat menyebabkan
mikrosefali dan palsi serebral.
4. Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin pada pertumbuhan janin adalah
somatropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan peptide—
peptide lain dengan aktifitas mirip insulin (insulin like growth
factor/IGFS)
5. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 bulan dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak cacat bawaan
lainnya.
6. Infeksi
Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah
TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes
simplex). Sedangka infeksi yang lainnya dapat menyebabkan
penyakit pada janin adalah varisela, caxackie malaria, virus HIV,
polio dan lain—lain. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil
dapat merusak janin.
7. Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan
dan lain—lain.
8. Imunitas
Rhesus atau ABO inkrortabilitas sering menyebabkan abortus,
hidrops fetalis kern ikterus atau lahir mati.
9. Anoreksia embrio
Oksigenesi janin mengalami gangguan pada plasenta atau tali
pusat, menyebabkan berat badan janin lahir rendah.
b. Faktor lingkungan postnatal
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara
umum dapat digolongkan menjadi :
1. Lingkungan biologis
a. Ras suku bangsa
Pertumbuhan somatic juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa.
Bangsa kulit putih/eropa mempunyai pertumbuhan somatic
yang lebih tinggi dari pada asia.
b. Jenis kelamin
Dikatakan anak laki—laki lebih sering sakit dibanding anak
perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa
demikian.
c. Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, dan oleh karana
itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.
Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan
kepribadian anak sehingga diperlukan perhatian khusus.
d. Gizi
Makanan memegang peran yang sangat penting dalam tubuh
kembang anak, dimana kebutuhan anak juga untuk
pertumbuhan, dimana dipengaruhi oleh ketahanan makanan
(food secfty) keluarga
e. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit,
tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara
rutin setiap bulan, akan menunjang pada pertumbuhan dan
perkembangan anak
f. Kepekaan terhadap penyakit
Dengan imunisasi maka diharapkan untuk terhindar dari
penyakit- penyakit yang sering menyebabkan cacat atau
kematian
g. Penyakit kronis
Anak menderita penyakit menahun atau tergantung tumbuh
kembangnya dan pendidikannya. Disamping itu anak juga
mengalami stress yang berkepanjangan akibat dari
penyakitnya.
h. Fungsi metabolism
Khusus pada anak karena adanya perbedaan yang mendasar
dalam proses metabolism pada berbagai umur, maka
kebutuhan akan berbagai nutrisi harus didasarkan atas
perhitungan yang tepat atau setidaknya memadai.
i. Hormon
Hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara
lain: growth hormon, tiroid, hormon seks, IGFS, dan
hormone dihasilkan kelenjar adrenal.
2. Faktor fisik
a) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarang yang panjang dapat berdampak pada
tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya
panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi.
b) Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup demikian
dalam penyadiaan lingkungan yang mendukung kesehatan
anak dan tumbuh kembangnya.
c) Keadaan rumah
Struktur rumah, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian
d) Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat tergantung akibat adanya
radiasi yang tinggi.
3. Faktor psikososial
a) Stimulusi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang dapat stimulasi yang terarah dan
yang teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan
dengan anak yang kurang/tidak mendapat stimulasi
b) Motifasi belajar
Motifasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar
c) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Yang penting hukuman harus diberikan secara obyektif
disertai pengertian dan maksud dari hukuman, bukan
hukuman untuk melampiaskan kebencian terhadap anak
d) Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak
memerlukan teman sebaya
e) Stress
Stress pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri
terlambat bicara, nafsu makan menurun
f) Sekolah
Dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan
dapat meningkatkan taraf hidup anak—anak tersebut
g) Cinta dan kasih saying
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi
h) Kualitas interaksi anak-orang tua
Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama
anak tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi
tersebut yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing—
masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan
tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi
4. Faktor keluarga dan adat istiadat
a) Pekerjaan/pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak
b) Pendidikan ayah/ibu
Dengan pendidikan orang tua yang baik, maka orang tua
dapat menerima segala informasi dari luar teruatama tentang
cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya.
c) Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluaraga yang keadaan
social ekonominya cukup mengakibatkan berkurangnya
perhatian dan kasih sayang yang diterima anak.
d) Jenis kelamin dalam keluarga
Pada masyarakat tradisioanal wanita mempunyai status yang
lebih rendah dibandingkan laki—laki, sehigga angka
kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada wanita
e) Stabilitas rumah tangga
Tumbuh kembang anak akan berbeda pada keluarga yang
harmonis, dibandingkan dengan mereka yang kurang
harmonis
f) Kepribadian orang tua
Kepribadian orang tua yang terbuka tentu pengaruhnya
berbeda terhadap tumbuh kembang anak, bila dibandingkan
dengan orang tua kepribadian tertutup
g) Adat istiadat dan norma
Adat istiadat yang berlaku ditiap daerah berpengaruh
terhadap tumbuh kembang
h) Agama
Pengajaran Agama harus sudah ditanamkan pada anak sedini
mungkin.
i) Urbanisasi
Salah satu dampak dari urbanisasi adalah kemiskinan dengan
segala permasalahannya.
(Soetjiningsih, 2004)
1.3. Aspek-aspek perkembangan yang dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar sepeti duduk,
berdiri dan sebagainya
b. Gerak halus atau motorik halus
c. Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengaatau sesuatu,
menjimpit, menulis dan sebagainya
d. Kemampuan bicara dan bahasa
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti peritah dan
sebagainya
e. Sosialisasi dan kemandirian
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan
sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh
anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan sebagainya
1.4. Tahapan Perkembangan Anak sesuai Umur
1) Lahir sampai 3 bulan
- Belajar mengangkat kepala.
- Belajar mengikuti obyek dengan matanya.
- Melihat ke muka orang dengan tersenyum.
- Bereaksi terhadap suara / bunyi.
- Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran
dan kontak.
- Menahan barang yang dipegangnya.
- Mengoceh spontan.
2) 3 sampai 6 bulan
- Mengangkat kepala 90° dan mengangkat dada dengan bertopang
dada.
- Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauan.
- Menaruh benda-benda di mulut.
- Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak main.
3) 6 sampai 9 bulan
- Dapat duduk tanpa dibantu.
- Dapat tengkurap dan berbalik sendiri.
- Dapat mengangkat meraih benda atau mendekati seseorang.
- Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
- Bergembira ria dengan melempar benda-benda.
- Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian.
4) 9 sampai 12 bulan
- Dapat berjalan sendiri tanpa dibantu.
- Dapat berjalan dengan dibantu.
- Menirukan suara.
- Mengulang bunyi yang didengar
- Belajar mengatakan 1 atau 2 kata.
- Mengerti perintah sederhana atau larangan.
- Berpartisipasi dalam permainan.
5) 12 sampai 18 bulan
- Berjalan dan mengeksplorasi rumah.
- Menyusun 2 atau 3 kotak.
- Dapat mengatakan 5 dari 10 kata.
6) 18 sampai 24 bulan
- Naik turun tangga.
- Menyusun 6 kotak.
- Menunjuk garis di kertas atau pasir.
7) 2 sampai 3 tahun
- Belajar melompat, memanjat dengan 1 kaki.
- Membuat jembatan dengan 3 kotak.
- Menggambar lingkungan.
8) 3 sampai 4 tahun
- Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga.
- Berjalan pada jari kaki.
- Menggambar garis silang.
- Mengenal 2 atau 3 warna.
- Banyak bertanya.
9) 4 sampai 5 tahun
- Melompat dan menari
- Menggambar orang berdiri dari kepala, lengan, badan.
- Menggambar segi empat dan segi tiga.
- Pandai berbicara.
- Mengenal 4 warna.
1.5. Pendidikan / Stimulasi yang perlu diberikan
a.       Akademik sederhana, pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung.
b.      Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat.
c.       Menyanyi, menggambar.
d.      Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman.
e.       Bahasa : bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucap syair
sederhana.
f.       Membuat permainan dari kertas.
g.      Bermain musik.
h.      Mengenal tugas atau larangan.
i.        Aktifitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, kontrol buang air kencing
dan besar)
2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dinipertumbuhan dan perkembangan anak adalah kegiatan atau pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan
anak pra sekolah (Kemenkes RI,2012).
Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan ditingkat
puskesmas dan jaringannya yaitu :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/ menemukan
status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Jenis instrument yang
digunakan:
1) Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB)
2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar. Jenis instrumen yang digunakan:
1) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)
2) Tes Daya Lihat (TDL)
3) Tes Daya Dengar Anak (TDD)
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autism, gangguan pemusatan perhatian, dan
hiperaktivitas. Instrumen yang digunakan:
1) Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
2) Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
3) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
3. Instrumen Tumbuh Kembang Anak
3.1 Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP merupakan skrining pendahuluan untuk menilai perkembangan anak
usia 0-72 bulan. Daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang tua.KPSP
adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang
tua.Skrining/pemeriksaan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD
terlatih.
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan adalah formulir KPSP sesuai umur
dan alat untuk pemeriksaan yang berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah dan
potongan biscuit. Usia ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan.
Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi menjadi
dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh orangtua/pengasuh dan perintah
yang harus dilakukan sesuai dengan pertanyaan KPSP. Pertanyaan dalam KPSP
harus dijawab “ya” atau “tidak” oleh orangtua.
Cara : menentukan umur, pilih formulir sesuai umur bayi, memberitahukan
pada ibu agar tidak ragu–ragu dalam menjawab pertanyaan
Interpretasi : Hitung berapa jumlah jawaban “YA”, Jawaban
“TIDAK” Perlu dirinci
Intervensi : S (YA = 9 – 10), M (YA = 7 – 8), P (YA = < 6)

3.2 Tes Daya Dengar (TDD)


Tes TDD untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat
segera ditindak lanjuti untuk tingkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
Jadwal : Tiap 3 bulan pada bayi umur < 12 bulan, Tiap 6 bulan umur 12 bulan ke
atas
Pelaksana : Tenaga Kesehatan, Guru TK, PADU (Pusat Pendidikan Anak Dini Usia),
Petugas Terlatih
Cara : Tentukan Umur, Pilih formulir yang sesuai, Anak < 24 bulan      ditanyakan
pada orang tua jika jawaban “YA” bila bisa melakukan 1 bulan terakhir, jawaban
“TIDAK” bila anak tidak bisa melakukan 1 bulan terakhir, Anak > 24
bulan        pertanyaan yang ditujukan pada orang tua untuk dikerjakan anak
Interpretasi : Mengalami kemungkinan gangguan pendengaran (ada 1 atau > jawaban
tidak) cacat
Intervensi : Setiap pertanyaan perlu dijawab „ya.‟Apabila ada satu atau lebih
jawaban „tidak‟, berarti pendengaran anak tidak normal, sehingga perlu pemeriksaan
lebih lanjut.

3.3 Tes Daya Lihat (TDL)


Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak
berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan tes ini untuk
mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah secara dini,
sehingga jika ada penyimpangan dapat segera ditangani
Cara melakukan tes daya lihat:
1) Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang
2) Gantungkan ‟kartu E‟ yang setinggi mata anak posisi duduk.
3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk duduk anak.
4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa
5) Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak dalam mengarahkan
kartu „E‟ menghadap ke atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yang ditunjuk pada
poster “E”oleh pemeriksa.
6) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu mulai baris
pertama huruf “E “berukuran paling besar sampai baris keempat atau baris ”E”
terkecil yang masih dapat dilihat.
7) Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya dengan huruf
pada kartu “E” pada poster.
8) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat:
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, minta anak datang
lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan anak tidak dapat melihat
sampai baris yang sama maka anak tersebut perlu dirujuk ke rumah sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan ( kanan, kiri atau keduanya).

3.4 KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)


-     Tujuan : Deteksi dini penyimpangan masalah mental emosional pada anak pra
sekolah
-     Jadwal : Tiap 6 bulan pada anak umur 36 – 72 bulan
-     Alat : KMME
-     Cara :
1.      Tanyakan secara jelas, satu persatu pada orang tua
2.      Catat jumlah jawaban “YA”
-     Interpretasi : Bila ada jawaban “YA”  →  kemungkinan +
-     Intervensi :
1.      Bila ada jawaban “YA” beri konseling pada orang tua dengan buku
pedoman pola asuh anak yang mendukung perkembangan. Lakukan
evaluasi 3 bulan → tetap → rujuk.
2.      Bila jawaban “YA” 2 / > → rujuk
3.5 CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
-          Tujuan : Deteksi dini autis pada anak umur 18 – 36 bulan
-          Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua/pengasuh/guru TK  mengenai :
1.      Keterlambatan bicara
2.      Gangguan komunikasi / interaksi sosial
3.      Perilaku berulang–ulang
-          Alat : CHAT CARDS
-          Cara :
1.      Ajukan pertanyaan dengan lambat, dan jelas pada orang tua
2.      Lakukan pengamatan kemampuan anak
3.      Catat
-          Interpretasi :
1.      Resiko tinggi menderita autis → tidak pada A3, A7, B2, B3, B4
2.      Resiko rendah menderita autis → tidak A7 dan B4
3.      Kemungkinan gangguan pendengaran → “TIDAK” jumlahnya 3 pada
A1 – A4, A6, A8, A9, B1, B5
4.      Anak dalam batas normal, bila tidak dalam kategori 1, 2, 3
-          Intervensi : Bila anak resiko menderita autis dan kemungkinan ada gangguan
perkembangan → rujuk ke RS yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh
kembang anak
3.6 GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas)
-          Tujuan : Deteksi Dini anak adanya gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas
-          Jadwal :
Atas indikasi ada keluhan dari orang tua / pengasuh / guru TK mengenai :
1.      Anak tidak bisa duduk tenang
2.      Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3.      Perubahan suasana hati yang mendadak / impulsive
-          Alat : Formulir GPPH
-          Cara :
1.      Ajukan pertanyaan
2.      Lakukan pengamatan
3.      Keadaan diamati pada anak dimanapun dia berada
4.      Catat
-          Interpretasi :
Beri nilai
0 → tidak ditemukan
1→ kadang – kadang
2 → sering ditemukan
3 → selalu ada
-          Intervensi : Bila total 13 → uji ulang 1 bulan lagi, Anak dengan GPPH →
perlu dirujuk ke RS
(Soekidjo, 2005)
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Balita Sehat


An. N Usia 52 Bulan Dengan Pemeriksaan DDST
Di PAUD Al-Muttaqin

Tanggal : 24-02-2022/ pukul 08.00 wib


Tempat : PAUD Al-Muttaqin
Pengkaji : Selviana Nurul Fitriyah / P17312215103
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Anak : An. N
Tanggal Lahir Anak : 08-11-2017
Usia Anak : 52 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Nama Orangtua : Ny. S / Tn. H
Umur : 39 tahun / 45 tahun
Agama : islam / islam
Pendidikan : SMA /SMA
Pekerjaan : IRT / karyawan swasta
Alamat : Jl Rasamala II/43 Baratan
2. Lama Pernikahan Orangtua : 22 tahun
3. Jumlah Anggota Keluarga: 4 orang
4. Urutan Anak : ke 2
5. Yang Mengasuh Anak: ibu
6. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak dalam keadaan sehat
7. Riwayat Penyakit Yang Pernah Dialami
Anak tidak pernah sakit sampai dirawat dirumah sakit.
8. Riwayat Prenatal
Selama hamil, ibu rajin tiap bulan ke bidan, minum obat dan tambah darah dari bidan.
Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
9. Riwayat Persalinan
Anak lahir usia 9 bulan di RS ditolong dokter, persalinan sectio sesaria bayi menangis
kuat, penyulit berupa bayi besar, berat lahir 3900 gram, panjang badan 50 cm, jenis
kelamin perempuan.
10. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti
TBC,Hepatitis B serta penyakit menurun seperti asma, penyakit jantung dan kencing
manis, namun ibu menderita hipertensi sejak setelah melahirkan anak ke 2 nya.
11. Data Imunisasi
ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya lengkap dan sesuai jadwal imunisasi.
12. Pola Aktifitas sehari-hari
 Pola nutrisi : 3x sehari porsi sedikit, minum susu 1x dan camilan
 Pola Eliminasi : BAB 1x sehari, BAK ± 7-8 kali
 Pola Aktivitas : bermain, sekolah
 Pola Istirahat : siang: ±30menit-1 jam, malam : ± 7-8 jam
 Pola Kebersihan : mandi 2x, gosok gigi 2x
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Antropometri
BB: 14,5 kg
TB: 97 cm
LK: 49,5 cm
BB/U: kurus (-2 SD sampai +1 SD)
TB/U: normal (-2 SD sd +3 SD)
BB/TB: normal (-2 SD sd +1 SD)
2. Pemeriksaan Perkembangan Anak
Anak tidak tampak kelainan
3. Menghitung Umur Bayi
24-02-2022
08-11-2017 –
16 hari 3 bulan 4 tahun
4. Data perkembangan Anak
DDST : normal
TDD : normal
TDL : tidak terkaji
C. Assesment
 Analisis
S: ibu mengatakan anaknya makan 3x sehari dengan porsi sedang dan lebih menyukai
camilan
O: BB: 14,5 kg, TB: 97 cm, tanggal lahir 08-11-2017, usia 52 bulan, status gizi: BB/U:
normal, TB/U: normal, Lika:normal
 Sintesis
DX: Pertumbuhan: an. N usia 52 bulan dengan pertumbuhan status gizi normal
Perkembangan: an. N usia 52 bulan dengan perkembangan sesuai usia

D. Perencanaan
1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
R/ pemberian informasi akan menjadikan klien lebih kooperatif
2. Jelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan anak dengan DDST
R/ pengetahuan mengenai DDST akan menjadikan ibu lebih memperhatikan
perkembangan anaknya dengan rutin datang ke posyandu
3. Jelaskan hasil pemeriksaan DDST
R/ pemberian informasi akan menjadikan klien lebih kooperatif
4. Anjurkan ibu untuk tetap ikut posyandu dilingkungannya
R/ dengan ikut posyandu sebagai upaya pemantauan tumbuh kembang anak
5. Jelaskan pada ibu untuk tetap menstimulasi anaknya
R/ stimulasi dirumah sebagai upaya secara mandiri untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak
6. Beritahu ibu untuk dilakukan pemeriksaan DDST kembali 6 bulan lagi
R/ pemberian informasi mengenai kunjungan ulang sebagai upaya agar ibu rutin
membawa anaknya ke posyandu

E. Implementasi
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan, bahwa berat badan, tinggi badan
dan perkembangan anak normal sesuai usia. Ibu mengerti.
2. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian perkembangan anak dengan
DDST yaitu untuk mendeteksi secara dini perkembangan anak. Ibu mengerti.
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan DDST diketahui bahwa perkembangan anak normal
sesuai usia. Ibu mengerti.
4. Menganjurkan pada ibu untuk tetap ikut posyandu dilingkungannya agar tetap diketahui
pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Ibu mengerti dan bersedia ikut posyandu.
5. Menjelaskan pada ibu untuk tetap menstimulasi anaknya demi tercapainya
perkembangan optimal. Ibu mengerti dan bersedia menstimulasi anaknya.
6. Memberitahu ibu untuk melakukan lagi pemeriksaan DDST 6 bulan lagi, bisa
diposyandu, dibidan atau Puskesmas. Ibu mengertidan bersedia.

F. Evaluasi
Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan anaknya dan ibu akan memberikan makanan sehat
yang bervariasi dengan kesukaan anaknya tersebut. Ibu mengerti atas anjuran bidan dan ibu
akan melaksanakannya dirumah. Ibu bersedia akan mengikuti posyandu secara rutin setiap
bulannya.
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Subyektif
Pengkajian di laksanakan pada tanggal 24-02-2022 puku 08.00 WIB pada balita “N”,
Jenis Kelamin perempuan dan di dapatkan hasil perhitungan umur dari tanggal periksa di
kurangi tanggal lahir yaitu 52 bulan. Pada pengkajian masalah tumbuh kembang ibu
mengatakan bahwa anaknya tidak mengalami masalah tumbuh kembang. Periode penting
dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung
pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah
lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-cabangnya,
sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks.
Menurut Martinis Yamin (2013) Membentuk anak usia dini sebagai pribadi yang mandiri
memerlukan proses yang dilakukan secara bertahap. Semua usaha untuk membuat anak usia
dini menjadi mandiri sangatlah penting agar anak dapat mencapai tahapan kematangan
sesuai dengan usianya.Menurut Bachrudin Muasthafa dalam Novan (2013), kemandirian
adalah kemampuan untuk mengambil pilihan dan menerima konsekuensi yang menyertainya.

2. Obyektif
Pada data ini kita terfokus pada hasil pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan.
Didapatkan hasil pada balita “N”. Untuk pemeriksaan antropometri didapatkan hasil BB:
14,5 kg, TB: 97 cm, LK: 49,5 cm. pada penilaian status gizi balita “N” ditemukan status gizi
normal dengan sesuai usianya. Pada pola nutrisi ditemukan jika balita “N” makan 3x sehari
tetapi dengan porsi sedang dan lebih menyukai camilan serta tidak minum susu. Pada
pemeriksaan TDD terdapat 3 jawaban ya dari 3 pertanyaan, dan DDST pada personal social
anak berhasil (pass) pada tugas perkembangan tersebut, pada adaptif motoric halus anak
berhasil (pass) pada tugas perkembangan tersebut, pada bahasa anak berhasil (pass) pada
tugas perkembangan tersebut, dan pada motoric kaar anak berhasil (pass) pada tugas
perkembangan tersebut..
Pada skrining perkembangan menggunakan Denver II pada semua sektor didapatkan
hasil tidak ditemukan caution maupun delayed pada perkembangan Balita “N”. Denver
Development Sreening Test (DDST) merupakan salah satu alat skrining perkembangan, alat
ini membantu tenaga kesehatan untuk mengetahui sedini mungkin penyimpangan
perkembangan yang terjadi pada anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun. Pemeriksaan
dilakukan secara rutin yaitu setiap bulan (Kurniawan,2016). Menurut studi Tes DDST
bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk metode skrining yang baik.Tes ini dilakukan kurang lebih 20 menit, dapat diandalkan
dan menunjukkkan validitas yang tinggi.Sehingga berdasarkan kesimpulan Denver, apabila
tidak terdapat delayed maupun caution pada 4 sektor, maka perkembangan anak normal.

3. Assesment
Pada data ini terfokus pada diagnosa yang di ambil dari seluruh hasil pemeriksaan, dan
didapatkan diagnosa balita “N” usia 52 bulan dengan status gizi normal dan perkembangan
sesuai usia dengan menggunakan DDST.

4. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan ini terfokus pada memberikan tindakan sesuai apa yang
dibutuhkan klien yang bertujuan untuk memberikan informasi-informasi agar klien dan
keluarga klien mengerti akan kondisi, penanganan, dan hal-hal yang perlu di perhatikan
untuk lebih baik kedepan.
Tanggal 24-02-2022, keluarga klien telah mendpatkan informasi mengenai kondisi
anaknya, mulai dari pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik sesuai
umurnya, anjurkan ibu memberikan menu makan sehat dengan porsi sedikit-sedikit tapi
sering dan berikan menu kesukaan balita, memberitahu ibu hasil pemeriksaan pertumbuhan
dan perkembangannya, mengajarkan ibu untuk melanjutkan stimulasi pada usia selanjutnya
agar anak tidak tertinggal seperti gerak kasar, gerak halus, bicara/bahasa, dan sosialisasi dan
kemandirian. Selanjutnya menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian
yaitu dalam pengkajian didapatkan dari data subjektif, ibu mengatakan anak dalam
keadaan sehat dan dari data objektif didapatkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan
melalui pemeriksaan fisik dan DDST yang didapatkan hasil normal. Kemudian
ditetapkan diagnose , diagnose yang didapatkan yaitu An “N” umur 52 bulan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak normal berdasarkan DDST. Pada antisipasi
diagnose/masalah potensial tidak ditemukan masalah sehingga tidak dilakukan
kebutuhan segera. Maka dari diagnose kemudian ditetapkan intervensi sesuai dengan
diagnose dan mengimplementasikan rencana tersebut setelah diimplementasikan
kemudian dilakukan evaluasi dari tindakan.

5.2. Saran
5.2.1 Bagi penulis
Dapat meningkatkan keterampilan yang dimulai untuk melakukan asuhan
kebidanan anak sehat sesuai standart profesi kebidanan dan dapat mengatasi
kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu pengetahuan terbaru
5.2.2 Bagi pasien
Setelah mendapatkan penjelasan tentang pertumbuhan dan perkembangan anak ,
diharapkan ibu melakukan anjuran petugas.
5.2.3 Bagi PMB
Diharapkan dapat mempertahankan pelayanan Asuhan Kebidanan anak sehat
dengan tepat, baik pasien yang memiliki faktor resiko maupun yang tidak
memiliki faktor resiko.
DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, E., Mujiastuti, R., Ambo, S. N., & Sugiartowo, S. (2019). STIMULASI, DETEKSI
DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK PADA POSYANDU
KELURAHAN PENGGILINGAN JAKARTA TIMUR. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Teknik, 1(2), 59-68. (https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JPMT/article/view/4110/3943)
Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai