Anda di halaman 1dari 23

PERMASALAHAN DAN KESENJANGAN KESEHATAN REPRODUKSI

PEREMPUAN PADA MASA NIFAS DAN MENYUSUI

Dosen Pengampu :
Susilawati, SST., M.Kes.

Kelompok 4 :
1. Laksmitha Janasti (P17312215118)
2. Yunifa Anwar (P17312215119)
3. Dyah Ayu Wilujeng (P17312215121)
4. Eka Mardiati (P17312215136)
5. Nurmalia (P17312215141)
6. Siti Indah Hardiyanti (P17312215142)
7. Ningmas Arka Anggun P (P17312215146)
8. Dwija Sistha Aprilia Firdaus (P17312215151)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah masa pemulihan paska persalinan hingga seluruh organ reproduksi
wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya. Masa nifas ini berlangsung sekitar
6-8 minggu paska persalinan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat masa nifas antara lain,
suhu, pengeluaran lochea, payudara, traktur urinarius, dan sistem kardiovaskuler. Selain
dari segi klinik ibu, kondisi kejiwaan ibu paska persalinan juga harus selalu dipantau dan
diberi dukungan. Tak jarang kondisi kejiwaan ini disepelekan dan menjadi salah satu
faktor menurunnya kondisi ibu paska persalinan yang berujung pada kematian.
Komplikasi pada masa nifas dapat terjadi pada setiap ibu. Hal ini dapat dideteksi
dengan melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif. Sebagai seorang bidan, kita
dituntut untuk memahami berbagai macam penyulit dan komplikasi yang dapat terjadi,
mendeteksinya dan melakukan Tindakan yang tepat sehubungan dengan komplikasi
tersebut.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa saja permasalahan dan kesenjangan kesehatan reproduksi ibu pada masa nifas
dan menyusui?
2. Apa saja Health Education Ibu pada masa nifas dan menyusui?

3.1 Tujuan
1. Mengetahui apa saja permasalahan dan kesenjangan kesehatan reproduksi ibu pada
masa nifas dan menyusui
2. Mengetahui apa saja Health Education Ibu pada masa nifas dan menyusui
4.1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan dan kesenjangan kesehatan reproduksi ibu pada masa nifas dan
menyusui
1. Infeksi nifas
Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan disebut infeksi
nifas. Suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 post partum dan diukur
per oral sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis. Kenaikan
suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas jika
tidak diketemukan sebab – sebab ekstragenital.
Sebagai bidan, harus mengetahui beberapa faktor predisposisi yang
menyebabkan infeksi pada ibu nifas :
1) Kurang gizi atau malnutrisi
2) Anemia
3) Masalah kebersihan
4) Kelelahan
5) Proses persalinan bermasalah seperti partus lama / macet, korioamnionitis,
persalinan traumatik, Pencegahan Infeksi yang tidak baik, manipulasi intrauteri
(ekplorasi uteri dan manual plasenta)
Penyebab Infeksi Nifas :
1) Streptococcus haemolitikus aerobicus (penyebab infeksi yang berat).
2) Staphylococcus aureus.
3) Escherichia coli.
4) Clotridium Welchii
Cara terjadinya infeksi
1) Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam
uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang
dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2) Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup dengan masker.
3) Infeksi rumah sakit (hospital infection) Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-
kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit. Kuman-
kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah sakit yang
sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya).
4) Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila
ketuban sudah pecah.
5) Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar, ketuban
pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi,
lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta
berwarna keruh kehijauan. Dapat terjadi amnionitis, korionitis dan bila berlanjut
dapat terjadi infeksi janin dan infeksi umum.
Faktor Predisposisi :
1) Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
2) Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
3) Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban, dan bekuan darah dalam rongga
rahim.
4) Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan,
malnutrisi, pre-eklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya (penyakit jantung,
tuberkulosis paru, pneumonia, dll).
Klasifikasi :
1) Infeksi terbatas lokalisasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium.
2) Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah vena,pembuluh
limfe dan endometrium.
Penanganan umum :
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi
nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang
dikenalipada saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-
gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan.
7) Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
Tabel 1. Beberapa diagnosa demam post partum
Gejala dan tanda yang selalu Gejala lain yang mungkin didapat Kemungkinan
didapat diagnosa
- Nyeri perut bagian bawah - Perdarahan pervaginam Metritis
- Lokea yang purulen dan - Syok (endometriosis/
berbau - Peningkatan sel darah putih, endomiometritis)
- Uterus tegang dan terutama polimorfonuklear
subinvolusi lekosit
- Nyeri perut bagian bawah - Dengan antibiotic tidak Abses pelvik
- Pembesaran perut bagian membaik
bawah - Pembengkakan pada adneksa
- Demam yang terus atau kavum douglas
menerus
- Nyeri perut bagian bawah - Perut yang tegang (rebound Peritonitis
- Bising usus tidak ada tenderness)
- Anoreksia / muntah
- Nyeri payudara dan - Payudara yang mengeras dan Bendungan pada
tegang membesar (pada kedua payudara
payudara)
- Biasanya terjadi antara hari 3
-5 pasca persalinan
- Nyeri payudara dan - Ada inflamasi yang didahului Mastitis
tegang / bengkak bendungan
- Kemerahan yang batasnya
jelas pada payudara
- Biasanya hanya satu payudara
- Biasanya terjadi antara 3 -4
minggu pasca persalinan
- Payudara yang tegas dan - Pembengkakan dengan adanya Abses payudara
padat fluktuasi
- Kemerahan - Mengalir nanah
- Nyeri pada luka / irisan - Luka / irisan pada perut dan Selulitis pada
dan tegang / indurasi perineal yang mengeras luka
(indurasi) (perineal/abdomi
- Keluar pus nal)
- Kemerahan
- Bila terjadi luka yang Abses atau
mengeras disertai dengan hematoma pada
pengeluaran cairan serous luka insisi
atau kemerahan dari luka;
tidak ada / sedikit
erithema dekat luka insisi
- Disuria - Nyeri dan tegang pada daerah Infeksi pada
oinggang taktus urinarius
- Nyeri suprapubik
- Uterus tidak mengeras
- Menggigil
- Demam yang tinggi - Ketegangan pada otot kaku Thrombosis vena
walau mendapat - Komplikasi pada paru, ginjal, yang dalam (deep
antibiotika persendian, mata dan jaringan vena thrombosis)
- Menggigil sub kutan Thromboflebitis :
- Pelviotromb
oflebitis
- Femoralis

2. Masalah payudara
1) Bendungan payudara
Setiap ibu akan mengalami bendungan atau pembengkakan pada payudara.
Hal ini merupakan kondisi yang alamiah, bukan disebabkan overdistensi dari
saluran sistem laktasi. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan
limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
Penanganan yang dilakukan bila ibu menyusui bayinya :
a. Susukan sesering mungkin
b. Kedua payudara disusukan
c. Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
e. Sangga payudara
f. Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
g. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
h. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya
Bila ibu tidak menyusui :
a. Sangga payudara
b. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa
sakit
c. Bika diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
d. Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
2) Mastitis
Mastitis adalah infeksi payudara. Mastitis terjadi akibat invasi jaringan
payudara oleh organisme infeksius atau adanya cedera payudara. Cedera
payudara mungkin disebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran
payudara, stasis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya atau fisura putting
susu. Putting susu yang pecah atau fisura dapat menjadi jalan masuk terjadinya
infeksi S. aureus. Pengolesan beberapa tetes air susu di area putting pada akhir
menyusui dapat mempercepat penyembuhan. Tanda gejala mastitis biasanya
tidak ada sebelum akhir minggu pertama post partum. Nyeri ringan pada salah
satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusu dan gejala seperti flu:
nyeri otot, sakit kepala dan keletihan. Mastitis hampir selalu terbatas pada satu
payudara. Tanda dan gejala actual mastitis meliputi :
a. Peningkatan suhu yang cepat dari (39,5°C sampai 40°C)
b. Peningkatan kecepatan nadi
c. Menggigil
d. Malaise umum, sakit kepala
e. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
Tindakan :
a. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
b. Sangga payudara
c. Kompres dingin
d. Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
e. Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
f. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
3) Abses payudara
Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% risiko terbentuknya abses.
Tanda dan gejala abses payudara adalah adanya Discharge putting susu
purulenta, munculnya demam remiten (suhu naik turun) disertai menggigil dan
terjadi pembengkakan payudara dan sangat nyeri, massa besar dan keras dengan
area kulit berwarna fluktuasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi
abses berisi pus.
Terdapat massa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan :
a. Diperlukan anestesi umum (ketamin)
b. Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI
c. Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan
d. Pasang tampon dan drain
e. Berikan kloksasiklin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
f. Sangga payudara
g. Kompres dingin
h. Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
i. Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus
j. Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari
3. Hematoma
Hematoma adalah pembengkakan jaringan yang berisi darah. Bahaya
hematoma adalah kehilanagan sejumlah darah karena hemoragi, anemia dan infeksi.
Hematoma terjadi karena rupture pembuluh darah spontan atau akibat trauma.
Penyebab hematoma adalah :
1) Persalinan operatif
2) Laserasi yang tidak dijahit selama injeksi anesthesia lokal atau pudendus
3) Kegagalan hemostatis lengkap sebelum penjahitan laserasi atau episiotomy
4) Pembuluh darah diatas apeks insisi atau laserasi tidak dibendung atau kegagalan
melakukan jahitan pada titik tersebut
5) Penanganan kasar pada jaringan vagina kapanpun atau pada uterus selama
masase.
Tanda – tanda umum hematoma yaitu nyeri ekstrem di luar proporsi
ketidaknyaman dan nyeri yang diperkirakan.
Tanda dan gejala hematoma vulva atau vagina adalah :
1) Penekanan yang lama pada perineum, vagina, uretra, kandung kemih atau rectum
dan nyeri hebat
2) Pembengkakan yang tegang dan berdenyut
3) Perubahan warna jaringan kebiruan atau biru kehitaman
Hematoma vulva dapat dengan mudah diidentifikasi. Hematoma vagina dapat
diidentifikasi jika dilakukan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat. Hematoma
ukuran – kecil dan sedang mungkin dapat secara spontan diabsorpsi. Jika hematoma
terus membesar, tidak menjadi stabil, bidan harus kolaborasi dengan dokter untuk
perawatan lebih lanjut.
4. Hemoragi post partum lambat
Hemoragi post partum lambat (tertunda) adalah hemoragi yang terjadi setelah
24 jam pertama post partum.
Penyebab umumnya :
1) Sub involusi di tempat perlekatan plasenta
2) Fragmen plasenta atau membran janin yang tertinggal
3) Laserasi saluran reproduksi yang sebelumnya tidak terdiagnosis
4) Hematoma
Tanda dan gejalanya meliputi perdarahan eksternal yang jelas, tanda dan
gejala syok serta anemia. Bidan berkolaborasi dengan dokter konsultan untuk
mendiagnosis penyebab dan terapi yang tepat. Hemoragi yang terjadi selama 24 jam
ditangani seperti perdarahan post partum primer. Langkah pertama adalah
mendiagnosis penyebab (atonia uteri atau laserasi). Penatalaksanaan meliputi
penggunaan oksitosin atau methergin untuk membuat uterus kontraksi atau
penjahitan jika perdarahan karena laserasi.
5. Subinvolusi
Sub involusi terjadi jika proses kontraksi uterus tidak terjadi seperti
seharusnya dan kontraksi ini lama atau berhenti. Proses involusi mungkin dihambat
oleh retensi sisa plasenta, miomata atau infeksi. Retensi sisa plasenta atau membran
janin adalah penyebab yang paling sering terjadi.
Sub involusi dapat didiagnosis selama pemeriksaan postpartum. Riwayat
biasanya meliputi periode lokia lebih lama dari periode normal, diikuti leukorea dan
perdarahan banyak yang tidak teratur. Pemeriksaan panggul akan menunjukkan
uterus lunak yang lebih besar dari ukuran normal sesuai minggu pascapartum saat
wanita diperiksa.
Sub involusi awal pada masa puerperium menunjukkan uterus lunak, tidak
bergerak, tidak berkurang ukurannya dan tinggi fundus tidak berubah, bukan
menurun. Lokia banyak dan berwarna merah terang sampai coklat kemerahan. Kultur
lokia harus diambil untuk menyingkirkan adanya endometritis. Pada kunjungan
minggu keempat hingga keenam postpartum, tidak perlu dipertimbangkan adanya
infeksi kecuali terdapat nyeri tekan atau nyeri pada adneksa atau saat pergerakan
uterus.
Sub involusi diterapi dengan ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin
(methergin) 0,2 mg per oral setiap 4 jam selama 3 hari; ibu dievaluasi kembali dalam
2 minggu. Jika ibu juga menderita endometritis, bidan menambahkan resep antibiotik
spektrum luas.
6. Tromboflebitis
Tromboflebitis pascapartum lebih umum terjadi pada wanita penderita
varikositis atau yang mungkin secara genetik rentan terhadap relaksasi dinding vena
dan stasis vena. Kehamilan menyebabkan stasis vena dengan sifat relaksasi dinding
vena akibat efek progesterone dan tekanan pada vena oleh uterus. Kompresi vena
selama posisi persalinan dapat berperan juga. Trombofelbitis superficial ditandai
dengan nyeri tungkai, hangat terlokalisasi, nyeri tekan atau inflamasi pada sisi
tersebut dan palpasi adanya simpulan atau teraba pembuluh darah. Tromboflebitis
vena profunda ditandai dengan gejala :
1) Kemungkinan peningkatan suhu ringan
2) Takikardia ringan
3) Nyeri sangat berat pada tungkai diperburuk dengan pergerakan atau saat berdiri
yang terjadi secara tiba tiba
4) Edema pergelangan kaki, tungkai dan paha
5) Tanda human positif
6) Nyeri saat penekanan betis
7) Nyeri tekan sepanjang aliran pembuluh darah yang terkena dengan pembuluh
darah dapat teraba
Tanda homans diperiksa dengan menempatkan satu tangan di lutut ibu dan
memberikan tekanan ringan untuk menjaga kaki tetap lurus. Jika terdapat nyeri betis
saat dorsofleksi, tanda ini positif.
Penanganan meliputi tirah baring, elevasi ekstremitas yang terkena, kompres
panas, stoking elastic dan analgesia jika dibutuhkan. Sprei ayun mungkin diperlukan
jika tungkai sangat nyeri saat disentuh. Rujukan ke dokter penting untuk
memutuskan penggunaan terapi antikoagulan dan antibiotik. Tidak ada kondisi
apapun yang mengharuskan masase tungkai.
7. Sisa plasenta
Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum
terjadinya pendarahan lanjut dalam masa nifas (pendarahan pasca persalinan
sekunder). Pendarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi
potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi
harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, uterus harus
dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan. Sewaktu suatu bagian dari plasenta
(satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.
8. Inversion uteri
Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan pasca persalinan segera, akan
tetapi kasus inversio uteri ini jarang sekali ditemukan. Pada inversio uteri bagian atas
uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke
dalam kavum uteri. Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah
plasenta keluar.
Inversio uteri bisa terjadi spontan atau sebagai akibat tindakan. Pada wanita
dengan atonia uteri kenaikan tekanan intraabdominal dengan mendadak karena batuk
atau meneran, dapat menyebabkan masuknya fundus ke dalam kavum uteri yang
merupakan permulaan inversio uteri. Tindakan yang dapat menyebabkan inversio
uteri adalah perasat Crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik dan tarikan
pada tali pusat dengan plasenta yang belum lepas dari dinding uterus atau grande
multipara.
Apabila menemukan kasus ibu yang syok, perdarahan, dan fundus uteri tidak
ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III atau setelah persalinan selesai,
sedangkan hasil pemeriksaan dalam menunjukkan tumor yang lunak di atas serviks
atau dalam vagina maka hal tersebut menunjukkan diagnosis inversio uteri. Pada
mioma uteri submukosum yang lahir dalam vagina terdapat pula tumor yang serupa,
akan tetapi fundus uteri ditemukan dalam bentuk dan pada tempat biasa, sedang
konsistensi mioma lebih keras daripada korpus uteri setelah persalinan.
Walaupun inversio uteri kadang-kadang bisa terjadi tanpa gejala dengan
penderita tetap dalam keadaan baik, namun umumnya kelainan tersebut
menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi (15-70%). Reposisi
secepat mungkin memberi harapan bagi ibu yang mengalaminya.
9. Masalah psikologi ibu
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun ibu
post partum cenderung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada
umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya.
Faktor penyebab :
1) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang
dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
2) Rasa nyeri pada awal masa nifas
3) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan
kebanyakan di rumah sakit d. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan rumah sakit
4) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi
Dalam masalah ini sebagai petugas kesehatan memegang peran penting untuk
memotivasi ibu agar tetap bersemangat dalam menjalani hidup. Dan membicarakan
masalah ibu dengan keluarga agar keluarga bisa memahami psikologi ibu dan dapat
membantu ibu merasa tidak sendirian dalam mengasuh bayinya.

2.2 Health Education Ibu pada masa nifas dan menyusui


1. Gizi Ibu Nifas & Menyusui
Kebutuhan gizi ibu nifas dan menyusui meningkat 3x dari kondisi sebelum
hamil. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk aktifitas, proses metabolism,
cadangan makanan dalam tubuh dan proses produksi ASI. Ibu perlu mengkonsumsi
makanan seimbang dengan porsi cukup dan teratur, yang mengandung sumber energy
(karbohidrat), sumber pembangun (protein) dan sumber pengatur dan pelindung
(mineral, vitamin dan air). Ibu menyusui membutuhkan air 3 liter perhari. Anjurkan
pada ibu untuk selalu minum setelah menyusui.
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan
setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu
nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4) Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
5) Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:
1) Kalori
2) Protein
3) Kalsium dan vitamin D
4) Magnesium
5) Sayuran hijau dan buah
6) Karbohidrat kompleks
2. Perawatan Payudara Nifas & Menyusui
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk
kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting
susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik
dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar
puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting
memperhatikan kebersihan personal hygiene.
Tujuan Perawatan Payudara Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan
kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, mempunyai tujuan antara lain:
1) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.
2) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.
3) Untuk menonjolkan puting susu.
4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
5) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
6) Untuk memperbanyak produksi ASI
7) Untuk mengetahui adanya kelainan
Perawatan Buah Payudara pada Masa Nifas
1) Menggunakan BH yang menyokong payudara
2) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar
putting susu setiap kali c. selesai menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari
puting susu yang tidak lecet.
3) Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam ASI dikeluarkan
dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
4) Untuk menghilangkan rasa nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
5) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan : pengompresan
payudara menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit, urut payudara dari
arah pangkal menuju puting susu, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan
payudara sehingga puting susu menjadi lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam,
apabila tidak dapat menghisap ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan letakkan
kain dingin pada payudara setelah menyusui.
3. Pemberian Asi Eksklusif
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia bayi 6 bulan
tanpa diberi tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai usia
2 tahun. Menurut penelitian, pemberian AI Ekslusif dapat menurunkan resiko
kematian akibat infeksi saluran pernafasan akut dan diare. WHO dan UNICEF
merekomendasikan bahwa pemberian ASI eksklusif diterapkan dengan
memperhatikan hal berikut:
1) IMD selama 1 jam setelah melahirkan
2) ASI eksklusif diberikan tanpa memberikan makanan/ minuman tambahan sampai
usia bayi 6 bulan
3) ASI diberika secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi
4) ASI diberika tidak menggunakan botol, sendok, cangkir.
Manfaat pemberian ASI bagi bayi:
1) ASI mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi
2) ASI mengandung zat protektif sehingga menjaga bayi dari penyakit
3) Menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan bayi
4) Tumbuh kembang yang baik
5) Mengurangi kejadian karies dentis
6) Mengurangi kejadian maloklusi
4. Konsumsi Tablet Fe dan Vitamin A
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan
untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (HB)
sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain
kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang – kacangan dan sayuran hijau.
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
Pemberian tablet Fe dimulai dengan pemberian satu tablet sehari dengan segera
mungkin, setelah rasa mual hilang, tiap tablet mengandung Fe So4 320 mg (zat besi
60 mg) dan asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet sebaiknya tidak
diminum bersama-sama teh/kopi karena akan mengganggu penyerapan. Pemberian
tablet vitamin A dengan dosis 200.000 unit dimaksudkan agar ibu dapat memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
5. Luka Perineum
Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di
bagian perineum (Mochtar, 2002). Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka perineum di antaranya mobilisasi dini, vulva higiene, luas luka, umur,
vaskularisasi, stressor dan juga nutrisi.
1) Perawatan Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah
antar paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara
kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil. Menjaga kebersihan pada masa nifas untuk menghindari infeksi,
baik pada luka jahitan atau kulit :
a. Kebersihan alat genetalia Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak
bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi.
Anjuran :
- Menjaga alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun dan air,
kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai
pembalut wanita, setiap kali selesai buang air kecil atau besar, pembalut
diganti minimal 3x sehari.
- Cuci tangan dan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
membersihkan daerah genetalia.
- Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan
vulva setiap kali buang air kecil atau besar.
- Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang ulang jika dicuci dengan baik
dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
- Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh daerah luka. Ini
yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan.
Karena 20 rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien ingin menyentuh luka
bekas jahitan diperineum tanpa memperhatikan efek yang bisa ditimbulkan
dari tindakannya ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan kebersihan
tangannya sehingga tidak jarang terjadi infeksi.
b. Membersikan vagina Pada prinsipnya urgensi kebersihan vagina pada saat
nifas dilandasi beberapa alasan :
- Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina
- Vagina berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang tiap
hari kita lakukan.
- Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi
- Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman untuk
kemudian menjalar ke rahim.
c. Menjaga kebersihan vagina Langkah – langkah untuk menjaga kebersihan
vagina yang benar (Anggraeni, 2010) :
- Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan
BAB. Air yang digunakan tidak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari
arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel
di sekitar vagina, baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung
kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
- Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena
dapat berfungsi sebagai penghilang kuman yang terpenting jangan takut
memegang daerah tersebut dengan seksama.
- Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam
cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAB atau BAK.
- Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak
diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah
pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut
tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor.
- Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAB atau BAK
atau minimal 3 jam sekali atau bila dirasa sudah tidak nyaman.
- Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep
antibiotik yang sudah diresepkan.
6. Latihan / Senam Nifas
Senam nifas sebaiknya dilakukan secara perlahan, semakin lama semakin
kuat. Senam nifas yang dilakukan secara teratur setiap hari dapat membantu
mengencangkan otot perut dan mengurangi keluhan sakit punggung pada ibu nifas.
1) Tujuan Senam Nifas :
a. Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah pembentukan bekuan darah
(trombosis).
b. Mengencangkan dan memperbaiki tonus otot perut, liang senggama, otot-otot
sekitar vagina maupun otot- otot dasar panggul dan otot tungkai.
c. Untuk relaksasi dasar panggul.
d. Membantu ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat.
e. Memperbaiki semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, dan
paruparu.
f. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan.
2) Kontra Indikasi Senam Nifas : Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan
tidak diperbolehkan untuk melakukan senam nifas. Demikian juga ibu yang
mempunyai kelainan seperti jantung, ginjal atau diabetes, mereka diharuskan
untuk beristirahat total sekitar 2 minggu.
3) Waktu Dilakukan Senam Nifas : Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-
benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya
hipertensi, pasca kejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu
24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan
melakukan senam 36 nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat
optimal dengan melakukan secara bertahap.
4) Manfaat Senam Nifas :
a. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot - otot sekitar vagina, otot-
otot dasar panggul.
b. Memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/ perut
setelah hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan
kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
c. Memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan
melahirkan.
d. Memperbaiki kondisi umum ibu. Mempercepat rehabilitasi atau pemulihan
dan memperkecil kemungkinan terkena infeksi karena sirkulasi darahnya
bagus.
e. Menumbuhkan/memperbaiki nafsu makan sehingga kebutuhan asupan gizi
bisa mencukupi.
7. Tanda Bahaya Nifas
Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bias menyebabkan kematian ibu. Tanda-
tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
1) Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
a. Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang terjadi
dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio
placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
b. Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post partum.
Penyebab utama adalah robekan jalan lahir atau selaput plasenta. Menurut
Manuaba (2009), perdarahan post partum merupakan negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
a. Grandemultipara. penyebab penting kematian maternal khususnya.
b. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
c. Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan
paksa, persalinan dengan narkosa.
2) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya
placenta) Lochea dibagi dalam beberapa jenis :
a. Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
b. Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke
3-7 pasca persalinan.
c. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e. Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f. Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.Bila lochea bernanah dan
berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah kemungkinan diagnosisnya
adalah metritis.Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan
salah satu penyebab terbesar kematian ibu.Bila pengobatan terlambat atau kurang
adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik.
4) Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu) Involusi adalah keadaan
uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat
setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini
kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi .
5) Tromboflebitis (pembengkakan pada vena) Tromboflebitis merupakan inflamasi
pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat
terjadi di permukaam atau di dalam vena.Tromflebitis cenderung terjadi pada
periode pacsa partum pada saat kemampuan pengumpulan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen. Factorpenyebabterjadinya infeksi tromboflebitis antara
lain:
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium
b. Mempunyai varises pada vena
6) Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas
seperti peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis
umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.
Menurut Walyani Elisabeth 2009, gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
a. Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis Tanda dan gejalanya demam,
nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik, pada pemeriksaan
dalam kavum daugles menonjol karena ada abses.
b. Peritonitis umum Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil,
perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang
muntah.
7) Depresi setelah persalinan
Depresi setelah melahirkan merupakan kejadian yang sering terjadi akan tetapi
ibu tidak menyadarinya. Penyebab utama dari depresi setelah melahirkan tidak
diketahui, diduga karena ibu belum siap beradaptasi dengan kondisi setelah
melahirkan atau kebingungan merawat bayi.ada juga yang menduga bahwa
depresi setelah melahirkan dipicu karena perubahan fisik dan hormonal setelah
melahirkan.Yang mengalami depresi sebelum kehamilan maka berisiko lebih
tinggi terjadi depresi setelah melahirkan.
8) Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2009), pusing merupakan tanda-tanda bahaya masa nifas,
pusing bisa di sebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol <> 160 35
mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh anemia bila kadar haemoglobin <> Lemas yang berlebihan juga
merupakan tanda-tanda bahaya, dimana keadaan lemas disebabkan oleh
kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat,
tekanan darah rendah.
9) Sakit kepala, penglihat kabur dan pembengkakan di wajah
Sakit kepala adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala
kadang sakit dibelakang leher atau punggung bagian atas,disebut juga sebagai
sakit kepala.jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit yang
sering diutarakan. Penglihatan kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit
kepala yang hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan menyebabkan
resistensiotak yang mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan
kelainan serebral (nyeri kepala, kejanng) dan gangguan penglihatan.
Pembengkakan pada wajah dan ekstremitas merupakan salah satu gejala dari
adanya preeklamsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasa
terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu post
partum. Oedema dapat terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan
pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena cava inferior
ketika berbaring.
10) Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi bendabenda dalam rahim dan mulainya
laktasi, dalam hal ini disebut 20 demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.Namun
apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama 2 hari
kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas.
Penanganan umum bila terjadi demam :
a. Istirahat baring
b. Rehidrasi peroral atau infuse
c. Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d. Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus
waspada untuk menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan
cepat.
Pencegahan Infeksi Nifas terdiri dari beberapa bagian : Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi,
dan kelemahan, serta mengobati penyakitpenyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus
pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati- hati karena
dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah
masuk dalam jalan lahir.
8. Teknik Menyusui
1) Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada
kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta
berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit.
Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk
memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin
menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.
2) Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
3) Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu.
Tanda untuk menilai posisi menyusui yang benar :
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang
masuk.
f. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g. Puting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala bayi agak menengadah.
4) Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui
bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar
5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1 – 42 2 minggu kemudian. Dengan menyusui
tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila
sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar
berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi
lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir
disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat
menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan dan kesenjangan kesehatan reproduksi ibu pada masa nifas dan
menyusui dibagi menjadi 8 yaitu infeksi nifas, masalah payudara yang diklasifikasikan
menjadi bendungan asi, mastitis dan abses payudara, selanjutnya permasalahan lain yaitu
hematoma, hemoragi post partum lambat, subinvolusi, tromboflebitis, sisa plasenta,
inversion uteri dan masalah psikologi ibu.
Ibu nifas perlu mengkonsumsi makanan seimbang dengan porsi cukup dan teratur,
yang mengandung sumber energy (karbohidrat), sumber pembangun (protein) dan sumber
pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air). Ibu menyusui membutuhkan air 3 liter
perhari. Anjurkan pada ibu untuk selalu minum setelah menyusui. Juga diperlukan adanya
perawatan payudara yang persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa
hamil. Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui. Selanjutnya ibu juga
perlu untuk melakukan perawatan perineum, senam nifas, ibu juga harus mengetahui apa
saja tanda bahaya masa nifas, serta teknik dan cara menyusui.

3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang permasalahan dan kesenjangan kesehatan reproduksi ibu pada masa
nifas dan menyusui. Harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi
juga berguna bagi semua pembaca terutama tenaga kesehatan untuk lebih memahami
permasalahan dan kesenjangan kesehatan reproduksi ibu pada masa nifas dan menyusui
sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai