DISUSUN OLEH :
NAILA HALIMATUZ ZAHRO
NIM.P17312205006
Mengetahui,
Mahasiswa
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan komprehensif holistik fisiologis pada bayi,
balita, dan anak pra sekolah “Pada Anak “A” Usia 28 Bulan dengan Penilaian
Pertumbuhan dan Perkembangan (DDST)” di Puskesmas Tumpang diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Praktek Kebidanan Stase VII Asuhan Bayi, Balita, dan Pra
Sekolah.
Dalam hal ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Malang.
2. Herawati Mansur, SST.,M.Pd.,M.Psi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ika Yudianti, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Endah Kamila M, SST., M.Keb selaku Pembimbing Institusi
5. Bd. Ida Priyanti, SST selaku Pembimbing Klinik
6. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga laporan
kegiatan webinar edukasi bagi wanita usia subur ini dapat terselesaikan
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan asuhan kebidanan komprehensif
holistik fisiologis pada bayi, balita, dan anak pra sekolah ini masih ada kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk menyempurnakan.
Semoga laporan asuhan kebidanan komprehensif holistik fisiologis pada bayi, balita,
dan anak pra sekolah ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN POLTEKKES
KEMENKES MALANG TAHUN 2020-2024:
Mencetak Lulusan Profesi Bidan yang Beradab, Berdaya Saing Global, serta
Unggul dalam Pemberdayaan Perempuan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak
di Keluarga dan Masyarakat.
6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
( Toxoplasma, Rubella, Sitomegalo Virus, Herpes Simpleks )
dapat menyebabkan kelainan janin : katarak, bisu tuli,
mikrosepali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
7) Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin, ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Psikologi Ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain – lain.
b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. Faktor pascapersalinan
1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat
2) Penyakit kronis / kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin
3) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut meliu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dan
lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan / stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terutama kegiatan anak.
9) Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan syaraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan. (Adriana, 2013)
2.1.7 Aspek – aspek Perkembangan yang Dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot – otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot – otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain)
berpisah dengan ibu / pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dan sebagainya.(Yuniarti, 2015)
2.1.8 Kebutuhan Dasar Anak
a. Kebutuhan fisik – biomekanis
Meliputi :
1) Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting
2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi / anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan lain-
lain
3) Papan / pemukiman yang layak
4) Higiene perorangan, sanitasi lingkungan
5) Sandang
6) Kesegaran jasmani, rekreasi dan lain-lain
b. Kebutuhan emosi / kasih sayang
1) Terjadi sejak kehamilan berusia 6 bulan
2) Kasih sayang orangtua dapat memberikan rasa aman
3) Anak diberikan contoh, dibantu, didorong dan dihargai, bukan dipaksa
4) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
5) Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini
bergantung pada pola asuh, terutama pola asuh demokratis dan
kesadaran emosional.
6) Kemandirian
7) Dorongan dari orang sekelilingnya
8) Mendapatkan kesempatan dan pengalaman
9) Menumbuhkan rasa memiliki
a) Kepemimpinan dan kerjasama
b) Pola pengasuhan keluarga yang terdiri atas :
c) Demokratis ( auotiritatif )
d) Diktator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya anak
(child abuse)
e) Permisif (serba boleh)
f) Tidak diperdulikan
g) Pemberian kasih sayang anak juga dapat membentuk temperamen
anak, seperti penurut (easy), sulit diatur (difficult), dan pemalu (slow
to worm up)
c. Kebutuhan akan stimulasi mental
1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak. Stimulasi
ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan
2) Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan anak,
seperti bermain, berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga bisa
berasal dari orang tua.
3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antarsel otak (sinaps)
4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat
itu belum ada hubungan antar sel otak
5) Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk hubungan
6) Jika variasi rangsangan banyak, maka akan terbentuk hubungan yang
semakin kompleks. Dengan demikian dapat merangsang otak kiri dan
kanan, sehingga terbentuklah multiple inteligent dan juga kecerdasan
yang lebih luas dan tinggi
7) Stimulasi melalui bermain
a) Cara mengembangkan kemampuan tersebut bisa melalui rangsangan
suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain,
memcahkan masalah, mencoret – coret atau menggambar.
b) Kapan stimulasi dilakukan
(1) Stimulasi bisa dilakukan sejak janin berusia 23 minggu. Pada
masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenesis. Stimulasi
dilanjutkan sampai anak berusia 3 tahun. Ketika sinaptogenesis
berakhir, dan usia 14 tahun yang merupakan akhir pruning
(2) Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka
semkin besar dan lama manfaatnya.
d. Kebutuhan akan stimulasi
1) Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial (agama,
etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas, ketrampilan,dsb)
2) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan formal, informal, dan nonformal
(Sulistyawati, 2014).
2.1.9 Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan
Penilaian pertumbuhan anak dilakukan dengan penilaian status gizi. Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan
zat - zat gizi (Almatsier, 2001). Salah satu cara mengetahui status gizi adalah
dengan pengukuran antropometri. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengkuran dimensi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
1. Penilaian Pertumbuhan dengan Cara Pengukuran Antropometri
Penilaian status gizi dengan cara antropometri (ukuran tubuh) mempunyai
beberapa parameter diantaranya:
a. Berat Badan
Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air dan masaa
mineral tulang. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan
dihubungkaan dengan pengkuran lain, seperti umur dan tinggi badan
(Hartiyanti dan Triyanti, 2007). Jika seorang anak diukur berat badan
secara periodik, misalnya 3 bulan sekali, maka diperoleh suatu
gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut (Santoso dan Ranti,
1999).
Penimbangan Berat Badan (BB) menggunakan timbangan bayi :
1) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
2) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
3) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
4) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
5) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
6) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
7) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
8) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengahtengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
Menggunakan timbangan injak (timbangan digital).
9) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
10) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
11) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang
sesuatu.
a) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
b) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
c) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
d) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan
ke kiri.
b. Tinggi Badan
Penilaian status gizi pada umumya hanya mengukur total tinggi atau
panjang yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan
dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan
Cara mengukur dengan posisi berbaring:
1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
2) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka
4) Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
6) Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.
c. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang
digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran
kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat
pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaurs
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal
atau diluar batas normal. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur
anak. Umur 0 - 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada
anak yang lebih besar, umur 12 – 72 bulan, pengukuran dilakukan setiap
enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan
oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cara mengukur lingkar kepala:
1) Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi, diatas
alis mata, diatas kedua telinga,
2) Bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
3) Baca angka pda pertemuan dengan angka.
4) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
5) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
6) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang.
Interpretasi;
1) Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau”
maka lingkaran kepala anak
2) normal.
3) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur hijau” maka
lngkaran kepala anak tidak normal.
4) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal
bila berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah
“jalur hijau”
Intervensi:
Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke
rumah sakit.
2.1.10 Indikator Pertumbuhan
1. Indeks Antropometri
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang meberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan –
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik
dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal (Supariasa et al, 2001).
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang mengggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhaddap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama
(Supariasa et al, 2001).
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(Supariasa et al, 2001).
Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas, penetuan ambang batas diperukan
kesepakatan para ahli gizi mabang batas dapat disajikan ke dalam 3
cara yaitu, standar deviasi unit.
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau
pertumbuhan (Supariasa et al, 2001).
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor
Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
Gizi lebih ≥ + 2 SD
Gizi Baik ≥ - 2 SD dan <+ 2 SD
Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD
Gizi Buruk < - 3 SD
Sumber : Soekirman , 1999/2000 dalam Munawaroh, 2006
a. BB/U
Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO – NHCS
Gizi baik – 2.0 SD s.d + 2.0 SD
Gizi Kurang < - 2.0 SD
Gizi Buruk < - 3.0 SD
b. TB/U
Normal > - 2.0 SD baku baku WHO – NHCS
Pendek (stunted) < - 2.0 SD
c. BB/TB
Gemuk > 2.0 SD baku baku WHO – NHCS
Normal -2.0 SD s.d + 2.0 SD
Kurus < - 2.0 SD
Sangat kurus < - 3.0 SD
2.2 Konsep DDST (Denver Development Screening Test)
1. Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak dan balita prasekolah. DDST
merupakan sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai
perkembangan anak umur 0-6 tahun. Formulir DDST II terdiri atas satu lembar
kertas dimana halaman depan berisi tentang tes dan halaman belakang berisi
tentang petunjuk pelaksanaannya.
a. Pada halaman depan terdapat skalam umur dalam bulan dan tahun pada
garis horizontal atas dan bawah.
1) Umur dimulai dari 0-6 tahun.
2) Pada umur 0-2 bulan, jarak antara 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1
bulan.
3) Setelah umur 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.
b. Pada halaman depan kiri atas terdapat neraca umur yang menunjukkan
25%, 50%, 75%, dan 90%.
c. Pada kanan bawah terdapat kotak kecil berisi tes perilaku. Tes perilaku ini
dapat digunakan untuk membandingkan perilaku anak selama tes dengan
perilaku sebenarnya.
d. Pada bagian tengah berisi 125 item yang digambarkan dalam neraca umur
25%, 50%, 75%, dan 90% dari seluruh sampel standar anak normal yang
dapat melaksanakan tugas tersebut.
2. Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia
b. Memantau perkembangan anak sesuai usia 0 – 6 tahun
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan
d. Menjaring anak terhadap adanya kelaianan
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan
perkembangan atau ada benar – benar ada kelaianan. (Adriana, 2013)
3. Prosedur DDST II
Prosedur DDST II dilakukan melalui dua tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap I : secara periodic dilakukan pada anak yang berumur 3-6 bulan,
912 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.
b. Tahap II : dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami hambatan
perkembangan pada tahap I, kemudian dilakukan evaluasi diagnostic yang
lengkap.
4. Penentuan umur
Menentukan umur menggunakan patokan sebagai berikut.
a. 1 bulan = 30-31 hari.
b. 1 tahun = 12 bulan
c. Umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah.
d. Umur lebih dari atau sama dengan 15 hari dibulatkan ke atas.
e. Apabila anak lahir prematur maka dilakukan pengurangan umur, misalnya
prematur 6 minggu maka dikurangi 1 bulan 2 minggu.
f. Apabila anak lahir maju atau mundur 2 minggu, tidak dilakukan
penyesuaian umur.
5. Pelaksanaan tes
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Semua item harus diujikan dengan prosedur yang sudah terstandarisasi.
b. Perlu kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman,
senang, dan sehat.
c. Harus terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.
d. Tersedianya ruangan yang cukup luas, ventilasi baik, dan berikan kesan
santai dan menyenangkan.
e. Orang tua harus tahu tes ini bukan tes IQ melainkan tes untuk melihat
perkembangan anak secara keseluruhan.
6. Alat yang digunakan
a. Alat peraga: benang wol merah, kismis atau manik – manik, kubus warna
merah - kuning - hijau – biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis ,
bola kecil, kertas / pensil, dll
b. Lembar DDST
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan
tugas dan cara penilaiannya
7. Prinsip pelaksanaan DDST
a. Bertahap dan berkelanjutan
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana
d. Suasana nyaman dan bervariasi
e. Perhatikan gerakan spontan anak
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum
g. Memberikan pujian ( reinforcement ) bila berhasil melakukan test
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu di atas meja
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan
8. Sektor perkembangan/parameter yang digunakan
a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungan
b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
saja, dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cepat. Misalnya, kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu
benda, dan lain-lain.
c. Bahasa (language)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
d. Perkembangan motorik kasar (motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh(Kyle,Terri.
2014)
9. Skoring
a. Lewat (pass)
1) Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik
2) Ibu atau pengasuh memberi laporan tepat atau dapat dipercaya bahwa
anak dapat melakukan dengan baik
b. Gagal (fail)
1) Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik
2) Ibu atau pengasuh dapat memberi laporan bahwa anak tidak dapat
melakukan tugas dengan baik
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba
karena ada hambatan, seperti retardasi mental atau down sindrom.
d. Menolak (refusal)
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena
faktor sesaat seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk dan lain-lain.
10. Penilaian per Item
a. Advanced
Apabila anak lulus pada uji coba item yang terletak disebelah kanan garis
umur
b. Normal
Gagal/menolak tugas pada item yang ada dikanan garis umur dan lulus
atau gagal atau menolak pada item dimana garis umur terletak di antara
25-75%.
c. Peringatan
Gagal atau menolak pada item dalam garis umur yang berada di antara 75-
90%.
d. Keterlambatan
Bila gagal/menolak pada item yang berada di sebelah kiri garis umur.
e. Tidak ada Kesempatan
Pada item tes yang orang tuanya melaporkan bahwa anaknya tidak ada
kesempatan untuk melakukan atau mencoba di skor sebagai TaK.
11. Intepretasi tes DDST II
a. Normal
1) Tidak ada delayed (keterlambatan).
2) Paling banyak 1 caution (peringatan).
3) Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol berikutnya.
b. Suspect
1) Terdapat 2 atau lebih caution (peringatan).
2) Dan/atau terdapat 1 atau lebih delayed (keterlambatan).
3) Dalam hal ini delayed (terlambat) atau caution (peringatan) harus
disebabkan oleh kegagalan/fail, bukan oleh penolakan/ refusal.
4) Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian untuk menghilangkan faktor
sesaat seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.
c. Untestable (tidak dapat diuji)
1) Terdapat 1 atau lebih skor delayed (terlambat).
2) Dan/atau 2 atau lebih caution (peringatan).
3) Dalam hal ini delayed atau caution harus disebabkan oleh penolakan
(refusal), bukan oleh kegagalan.
4) Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian (Adriana, 2013).
2.3 Tes Daya Dengar
Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar
dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12
bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya. Tenaga
kesehatan mempunyai kewajiban memvalidasi hasil pemeriksaan tenaga lainnya.
Alat/sarana yang diperlukan adalah:
1. lnstrumen TDD menurut umur anak.
Cara melakukan TDD :
a) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
buIan.
b) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
c) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Katakan pada Ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu,
berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.
4) Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
5) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah,
tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
d) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh.
3) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
4) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orangtua/pengasuh.
2.4 Tes Daya Lihat
Tujuan tes daya lihat adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6
bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan.
1. Alat/sarana yang diperlukan adalah:
a) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
b) Dua buah kursi, 1 untuk anak dan 1 untuk pemeriksa
c) Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak
d) Alat Penunjuk
2. Cara melakukan tes daya lihat
a) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik
b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster
“ E”
d) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
e) Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.. Latih anak dalam
mengarahkan kartu "E" menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa.
f) Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai
anak dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar. Selanjutnya, anak diminta
menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
g) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai
baris pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih
dapat di lihat.
h) Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya
dengan huruf "E" pada poster.
i) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
j) Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang telah di
sediakan :
lnterpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster "E". Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster E atau tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah "E" pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
lntervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa berikutnya,
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak dapat melihat
baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
2.5 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajian Data
Tanggal....jam....tempat....
a. Data Subyektif
6) Biodata
(1) Nama
Nama anak digunakan untuk mengenali dan memanggil anak agar
tidak keliru dengan anak lain
(2) Umur
Untuk mengetahui usia anak saat ini.
Umur yang paling rawan adalah masa balita oleh karena pada masa
itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu,
masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak.
Sehingga diperlukan perhatian khusus.
(3) Jenis kelamin
Dikarenakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak
perempuan, tetapi belum diketahui segera pasti mengapa demikian.
(4) Nama orang tua
Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar
tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang
sama. Bila ada title yang bersangkutan harus disertakan.
(5) Umur orang tua
Sebagai tambahan identitas dan memudahkan petugas kesehatan
dalam melakukan pendekatan.
(6) Agama orang tua
Sebagai data tentang agama juga memantapkan identitas, disamping
itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering
berhubungan dengan agama. Kepercayaan dapat menunjang namun
tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat.
(7) Pendidikan orang tua
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan
orang tua baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan
data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pula pendekatan
selanjutnya, misalnya dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang
tua juga berperan dalam pendekatan selanjutnya, misalnya dalam
pemeriksaan penunjang dan tatalaksana pasien.
(8) Pekerjaan orang tua
Pekerjaan atau pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.
(9) Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap,
kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu
dapat dihubungi, misalnya bila pasien sangat gawat atau setelah
pasien pulang diperlukan kunjungan rumah. Daerah tempat tinggal
pasien juga mempunyai epidemiologi.
7) Alasan datang
Alasan yang mendasari ibu untuk datang ke puskesmas.
8) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan anak saat akan diperiksa, anak sehat atau menderita suatu
penyakit tertentu. Karena bila anak dalam keadaan sakit atau menderita
suatu penyakit tertentu akan menghambat proses pemeriksaan tumbuh
kembang.
9) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan
malnutrisi. Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu
tumbuh kembangnya dan pendidikannya seperti pada anak-anak yang
menderita asma, sakit jantung, sakit ginjal, penyakit ISPA, selain itu
perlu dikaji apakah anak pernah kejang. Hal ini perlu dikaji karena pada
umumnya anak yang berpenyakit kronis sering disertai gangguan
kejiwaan, akibat dari stress yang disebabkan penyakitnya.
10) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui gambaran kondisi keluarga, ada atau tidak adanya
anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu. Apakah ada yang
menderita penyakit-penyakit menular seperti TBC, hepatitis, serta
penyakit menurun atau menahun seperti asma, jantung.
11) Riwayat imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penykit yang bisa dicegah
dengan imunisasi. Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau
kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapat
imunisasi BCG, Polio 4x, DPT 3x, hepatitis B 4x, dan Campak. yang
perlu dikaji adalah imunisasi apa saja yang telah diterima oleh anak dan
bagaiman reaksinya, apa saat lahir langsung diimunisasi.
12) Riwayat pemberian MP-ASI
Tahapan pemberian MP-ASI
Tahap I : 0-6 bulan
Bayi hanya membutuhkan asupan berupa ASI (ASI eksklusif)
Tahap II : 6-7 bulan
Tekstur MP-ASI untuk bayi 6-7 bulan bisa berupa makanan lembut agak
cair atau lembut agak padat juga camilan berupa biskuit mudah lumer
yang tidak membuatnya tersedak yang disebut finger food karena bisa
digenggam si anak.
Tahap III : 7-9 bulan
Selain ASI, bayi sudah bisa diberi makanan lembek, saribuah, juga finger
food. Tekstur makanan bisa dibuat lebih kasar. Tapi bila bayi belum mau
atau mudah tersedak jangan dipaksa.
Tahap IV : 9-12 bulan
ASI masih diberikan juga finger food dan saribuah. Untuk makanan
utama, perkenalkan anak makanan cincang dan nasi tim karena
normalnya pada umur ini bayi sudah pandai mengunyah dan menelan
makanan yang agak kasar bahkan sudah bisa makan bersama menu
orangtua.
13) Riwayat perkembangan
Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak.
Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada teori, adakalanya
perkembangan anak normal sampai usia tertentu, kemudian mengalami
keterlambatan. Ada juga yang mulanya terhambat atau karena sakit.
Perkembangan terhenti yang kemudian normal kembali. Dapat juga
perkembangan yang berlangsung pesat misalnya pada perkembangan
bahasa.
14) Pola Hidup
a. Pola nutrisi
Nutrisi memegang peran yang penting dalam tumbuh kembang anak,
karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan
orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan
retardasi pertumbuhan anak. Makanan yang berlebihan juga tidak
baik, karena dapat menyebabkan obesitas. Yang perlu dikaji :
frekuensi anak makan dalam sehari, bagaimana komposisinya, minum
susu atau air putih berapa kali sehari atau diberikan ASI tiap berapa
jam.
b. Pola istirahat
Kebutuhan istirahat dan tidur
1) Umur 0-6 bulan : 20-18 jam
2) Umur 6-12 bulan : 18-16 jam
3) Umur 1-5 tahun : 16-12 jam
4) Umur 6-12 tahun : 11-9 jam
c. Pola kebersihan
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun kebersihan
lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak.
Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya
penyakit kulit dan saluran pencernaan. Yang dikaji frekuensi berapa
kali mandi, gosok gigi, ganti baju, dan pakaian dalam sehari, dan lain-
lain.
d. Pola eliminasi
Pada anak adakah gangguan saat BAB karena rawan terjangkit kuman
di luar rumah. Untuk BAK juga sangat penting untuk mengetahui
akan kebutuhan cairan sudah cukup atau belum.
15) Riwayat psikososial
Riwayat perkawinan orang tua, jumlah anggota keluarga, urutan anak,
dan yang mengasuh mempengaruhi dalan tumbuh kembang anak.
Kemudian hal lain yang terkait dengan psikososial adalah :
a) Stimulasi yang terarah dan teratur akan membuat anak akan lebih
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak
mendapat stimualasi
b) Motivasi belajar yang ditimbulkan sejak dini dengan memberikan
lingkungan yang kondusif untuk belajar
c) Ganjaran atau hukuman yang wajar akan menimbulkan motivasi yang
kuat bagi anak untuk tidak mengulangi tingkah lakunya
d) Kelompok sebaya untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya
e) Cinta dan kasih sayang serta perlakuan yang adil dari orang tuanya
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : baik/cukup/lemah
b) Kesadaran : composmentis/somnolen/apatis
c) TTV :
Tekanan darah
Sistolik Diastolik
Usia
(mmHg) (mmHg)
Neonatus 80 45
6 – 12 bulan 90 60
1 – 5 tahun 95 65
5 – 10 tahun 100 60
10 – 15 tahun 115 60
Nadi:
1 minggu – 3
100-220x/menit 80-200x/menit Sampai 220
bulan
3 bulan – 2
80-150x/menit 70-120x/menit Sampai 220
tahun
2 tahun – 10
75-110x/menit 60-90x/menit Sampai 220
tahun
Pernafasan:
Suhu Tubuh:
Umur Suhu
3 bulan 37,50C
1 tahun 37,70C
3 tahun 37,20C
2. Pemeriksaan Antropometri
a) Berat Badan normal:
2) Usia 3 – 12 bulan : umur (bulan) + 9 =........kg
3) Usia 1 – 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8 =.......kg
4) Usia 6 – 12 tahun : umur (tahun) x 7- 5
b) Tinggi badan:
Secara garis besar dapat diperkirakan sebagai berikut :
16) 1 tahun 1,5 x TB lahir : 1,5 x 50 =75 cm
17) 4 tahun 2 x TB lahir : 2 x 50 =100 cm
18) 6 tahun 1,5 x TB setahun : 1,5 x 75 = 112,5 cm
19) 13 tahun 3 x TB lahir : 3 x 50 = 150 cm
c) Lingkar Kepala:
Lingkar saat lahir normal 34-35 cm, bertambah ± 0,5 cm/bulan. Pada
6 bulan pertama menjadi ± 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49
cm dan dewasa 54 cm.
d) Lila:
Bila saat lahir 11 cm, tahun pertama 16 cm, selanjutnya ukuran
tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
Kepala : simetris/tidak, warna rambut, ada/tidak benjolan
Muka : pucat/tidak
Mata : simetris/tidak, sklera putih/tidak, konjungtiva merah
muda/tidak
Telinga : ada serumen/tidak, gendang telinga utuh/tidak
Mulut : lembab/tidak, ada/tidak labioskisis/palatoskisis, gigi
susu tumbuh/belum
Leher : tampak/tidak pembesaran kelenjar tiroid
Dada : ada/tidak retraksi dada, ronchi (-/+), pernapasan
teratur/tidak
Abdomen : buncit/tidak, teraba/tidak pembesaran hepar, ada/tidak
nyeri tekan, kembung/tidak
Integumen : turgor kulit baik bila kembali 2 detik
Ekstremitas : simetris/tidak, gerakan aktif/tidak, jumlah jari
lengkap/tidak
4. Penilaian perkembangan menggunakan format DDST
(1) Menetapkan usia anak
Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi
tanggal lahir kemudian tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan
tentukan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur.
(2) Menguji tugas perkembangan tiap sector
Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan
dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur. Tugas-tugas yang terletak
disebelah kiri garis umur, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh
anak-anak seusia si anak. Apabila si anak gagal mengerjakan
beberapa tugas-tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan
pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada
pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan
suatu keterlamabatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih
mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak
disebelah kanan garis umur. Pada ujung kotak sebelah kiri tedapat
kode R dan nomor, kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan
cukup ditanyakan pada orangtuanya, sedangkan bila terdapat kode
nomor maka tugas perkembangan di test sesuai petunjuk di baliknya
formulir.
(3) Mencatat hasil pengkajian menggunakan DDST
P : pass/lulus. Anak melakukan uji coba dengan baik/ibu/pengasuh
anak memberi laporan anak dapat melakukannya.
F : fail/gagal. Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan
baik/ibu/pengasuh anak memberi laporan anak tidak dapat
melakukannya dengan baik.
No : no opportunity/tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini
hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R.
R : refusal/menolak. Anak menolak untuk melakukan uji coba.
Sektor yang dinilai dan dicatat :
(4) Personal social
Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap
kebutuhan perorangan.
(5) Adaptif-motorik halus
Koordinasi mata, tangan memainkan, menggunakan benda-
benda kecil.
(6) Bahasa mendengar, mengerti, dan menggunakan Bahasa
(7) Motorik kasar
Duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar
2. Identifikasi Diagnosa Masalah
a) Normal
Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution. Lakukan
ulangan pada kontrol berikutnya.
b) Suspect/suspek
Bila didapatkan ≥ 2 caution dan atau ≥ satu keterlambatan. Lakukan uji
ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa
takut, keadaan sakit atau kelelahan
c) Untestable/tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak ≥1 uji coba terletak di sebelah kiri garis umur atau
menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%.
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
3. Intervensi
Dx : Anak “...” usia... menggunakan DDST dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak...
Tujuan : terdeteksi sejak dini bila ada kelainan pada pertumbuhan dan
perkembangan anak dan agar tumbuh kembang anak sesuai dengan usia anak.
Kriteria hasil : anak dapat melakukan tugas perkembangannya sesuai usia
ukuran tumbuh kembang anak dalam batas normal.
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu tentang kegunaan dari penilaian perkembangan dengan
menggunakan DDST
R : ibu lebih kooperatif untuk dilakukan penilaian perkembangan pada anak
b. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan metode DDST dan
juga sarankan ibu untuk tetap memberikan stimulus/rangsangan terhadap
perkembangan selanjutnya.
R : ibu lebih kooperatif dan termotivasi untuk memberikan stimulus atau
rangsangan terhadap perkembangan selanjutnya
c. Berikan pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
R : pujian memotivasi ibu untuk lebih aktif memantau perkembangan anak
dan ibu menjadi senang.
d. Beri tahu ibu untuk memantau perkembangan anak secara rutin.
R : mengidentifikasi perkembangan anak dan kelainan perkembangan yang
terjadi pada anak
e. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang bergizi sebagai
penunjang pertumbuhan dan perkembangan anak
R : pola dan cara makan anak mempengaruhi tumbuh kembang anak
f. Anjurkan ibu untuk segera kontrol ke tenaga kesehatan bila terdapat
kelainan dalam perkembangan anak
R : teridentifikasi kelainan perkembangan dan terdapat penanganan yang
segera pada anak tersebut
g. Anjurkan ibu untuk rutin membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan
penilaian petumbuhan dan perkembangan anak dan jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di PAUD, kelompok bermain/TK.
R : pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin dapat
mengetahui keadaan anak
h. Beri tahu ibu tahapan perkembangan anak selanjutnya
R : ibu termotivasi untuk melakukan stimulus/rangsangan terhadap
perkembangan selanjutnya
i. Beri tahu ibu untuk memeriksakan perkembangan dan pertumbuhan
anaknya (kunjungan ulang) menggunakan DDST 6 bulan lagi.
R : dapat mengetahui perkembangan selanjutnya yang dapat dilalui anak.
4. Pelaksanaan
Mengacu pada intervensi dan kondisi anak
5. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Hari/Tanggal : Selasa, 13 April 2021
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Identitas Klien
Nama Klien : An. A
Tanggal Lahir : 11 Desember 2018
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama ayah : Tn. S Nama ibu : Ny. I
Umur : 33 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Dinas Pariwisata Pekerjaan : Dinas Pasar
Alamat : Jalan Karyawan, Tumpang
2) Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
anaknya
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin tidak mengalami keluhan apapun
4) Riwayat Perkawinan Orang Tua
Lama pernikahan : 14 tahun
Jumlah anggota keluarga : 3 orang
Urutan anak : anak pertama
Pengasuh : Ibu dan nenek
An. A (13
bulan)
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= keluarga inti satu rumah
= anak yang diperiksa
11) Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi Tanggal Reaksi Terapi
2 4 2
5) Melakukan pemeriksaan
a) Tes Daya Dengar
(1) Kemampuan Ekspresif
(a) Anak “A” mulai dapat menggunakan kata-kata lain sleain kata
mama, papa, anggota keluarga lain dan hewan peliharaan
(b) Anak “A” mulai dapat mengungkapkan kata yang berarti
“,ilik” misal “susu kamu”, “bonekaku”?
(2) Kemampuan Reseptif
(a) Anak “A” dapat mengerjakan 2 macam perintah dalam satu
kalimat, seperti ambil sepatu dan taruh disini tanpa diber
contoh
(b) Anak “A” dapat menunjuk mnimal 2 nama benda didepannya
(cangkir, bola, sendok)
(3) Kemampuan Visual
(a) Anak”A’’ secara spontan memulai permainan dengan gerakan
tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba
(b) Anak “A” dapat menunjuk dengan jari telunjuk apabila ingin
sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari
b) Tes Daya Lihat
Tidak dilakukan karena umur anak <36 bulan
2. Assesment
Identifikasi masalah:
a. Pertumbuhan An. A:
1) Berdasarkan grafik berat badan menurut umur, An. A berada pada -2SD
sampai 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
2) Berdasarkan grafik panjang badan/tinggi badan menurut umur anak, An.A
berada pada -2SD sampai 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
3) Berdasarkan grafik berat badan menurut panjang badan/ tinggi badan ,
An.A berada pada -2SD sampai dengan 2SD. Sehingga masuk dalam
kategori normal
4) Berdasarkan grafik lingkar kepala anak perempuan, An. A berada pada -
2SD sampai dengan 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
5) Berdasarkan berat badan menurut umur pada KMS terletak pada -2SD
sampai dengan 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
b. Perkembangan An. A:
Berdasarkan hasil penilaian DDST didapatkan kategori normal pada semua
sektor (personal sosial, motorik kasar, bicara dan bahasa, motorik halus).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak A sesuai dengan usia
3. Intervensi
Dx: An. A Usia 28 Bulan dengan Petumbuhan Normal dan Perkembangan Sesuai
dengan Usia
Kriteria Hasil :
1) Grafik berat badan menurut umur anak perempuan berada pada –2SD sampai
dengan 2 SD (kategori normal)
2) Grafik panjang badan/ tinggi badan menurut umur anak perempuan berada
pada -2SD sampai dengan 2SD (kategori normal)
3) Grafik berat badan menurut panjang badan/tinggi badan anak perempuan
berada pada –2SD sampai dengan 2 SD (kategori normal)
4) Grafik lingkar kepala anak perempuan berada pada -2SD sampai dengan 2SD
(kategori normal)
5) Berat badan menurut umur pada KMS terletak pada -2SD sampai dengan 2SD
(kategori normal)
Intervensi
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Andriani, R., Sekaartini, R., & Batubara, J. (2016). Peran Instrumen Modifikasi Tes
Daya Dengar sebagai Alat Skrining Gangguan Pendengaran pada Bayi Risiko
Tinggi Usia 0 - 6 bulan. Researchgate
Chamidah, Atien Nur.2009. Pentingnya Stimulasi Dini Bagi Tumbuh Kembang Otak
Anak. Yogyakarta : Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Dian, A. 2013. Buku Ajar Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak (2nd ed.).
Jakarta: Salemba Medika
Departemen Kesehatan RI. 2012. Pelatihan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh
Kembang Anak. Jawa Timur: IDAI
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Deteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang
dalam 1000 Hari Pertama. Jakarta: IDAI
Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh . 2015. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC
Sulistyawati, A . 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak . Jakarta Selatan : Salemba
Medika
Sumiyati. 2016. Hubungan Stimulasi dengan Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun di
Desa Karang tengah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Jurnal
Poltekes Semarang, 5(1), pp. 34–3
Yuniarti, Sri . 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Bandung : PT. Refika Aditama