Anda di halaman 1dari 70

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH

PADA AN. A USIA 28 BULAN DENGAN PENILAIAN


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN (DDST) DI PUSKESMAS
TUMPANG

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Panum Stase VII


Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah

DISUSUN OLEH :
NAILA HALIMATUZ ZAHRO
NIM.P17312205006

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH


PADA AN. A USIA 28 BULAN DENGAN PENILAIAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN (DDST) DI PUSKESMAS
TUMPANG

Ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal :

Mengetahui,

Mahasiswa

Naila Halimatuz Zahro


NIM. P17312205006

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Endah Kamila M,SST., M.Keb Bd. Ida Priyanti, SST


NIK. 88.06.2.151 NIP. 196905101992032011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan asuhan kebidanan komprehensif holistik fisiologis pada bayi,
balita, dan anak pra sekolah “Pada Anak “A” Usia 28 Bulan dengan Penilaian
Pertumbuhan dan Perkembangan (DDST)” di Puskesmas Tumpang diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas Praktek Kebidanan Stase VII Asuhan Bayi, Balita, dan Pra
Sekolah.
Dalam hal ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu
pada kesempatan kali ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Malang.
2. Herawati Mansur, SST.,M.Pd.,M.Psi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ika Yudianti, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Endah Kamila M, SST., M.Keb selaku Pembimbing Institusi
5. Bd. Ida Priyanti, SST selaku Pembimbing Klinik
6. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga laporan
kegiatan webinar edukasi bagi wanita usia subur ini dapat terselesaikan
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan asuhan kebidanan komprehensif
holistik fisiologis pada bayi, balita, dan anak pra sekolah ini masih ada kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk menyempurnakan.
Semoga laporan asuhan kebidanan komprehensif holistik fisiologis pada bayi, balita,
dan anak pra sekolah ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN POLTEKKES
KEMENKES MALANG TAHUN 2020-2024:

VISI PROGRAM STUDI:

Mencetak Lulusan Profesi Bidan yang Beradab, Berdaya Saing Global, serta
Unggul dalam Pemberdayaan Perempuan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak
di Keluarga dan Masyarakat.

MISI PROGRAM STUDI :

1. Menyelenggarakan program pendidikan dan pembelajaran Profesi Bidan


yang berkualitas untuk mengembangkan potensi dan kepribadian persepti
pendidikan profesi bidan yang beradab dan berdaya saing global.
2. Menyelenggarakan penelitian terapan dan pengabdian kepada masyarakat
bertema pemberdayaan perempuan dalam bidang kesehatan ibu dan anak
yang berkualitas dan inovatif.
3. Melaksanakan tata kelola organisasi yang baik dan berbasis teknologi
informasi.
4. Mengembangkan kerjasama dan kemitraan dalam maupun luar negeri.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan pada usia balita menjadikan perhatian
untuk ibu dan khususnya tenaga kesehatan. Pertumbuhan adalah perubahan
dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu
yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang dan keseimbangan
metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dan proses pematangan (Depkes, 2012).
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesar
pada usia dini yaitu usia 0-5 tahun. Pada masa ini disebut dengan masa “Golden
Age” yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak.
Orangtua penting sekali untuk memperhatikan tumbuh kembang anak sehingga
dapat melakukan pencegahan atau penanganan sedini mungkin apabila terdapat
masalah kesehatan pada anak dan segera membawanya ke petugas kesehatan.
Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu
dan merupakan indicator penting dalam meningkatkan kualitas hidup anak.
(Chamidah, 2012).
Pendeteksian secara dini penyimpangan perkembangan pada anak adalah
tema global utama yang terdapat dalam pelayanan kesehatan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan tumbuh kembang anak,
mengetahui, dan mengenal faktor risiko pada balita. Sehingga, hasil dari deteksi
dini dapat dilakukan upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan dan pemulihan
sehingga tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal Narendra (2003)
dalam Shabariah R, dkk (2019). Stimulasi merupakan suatu kegiatan yang
merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun. Stimulasi perlu dilakukan secara
rutin dan sedini mungkin serta terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi
dapat dilakukan oleh orang-orang terdekat anak seperti ibu, ayah, dan anggota
keluarga lain.
Menurut UNICEF tahun 2011, didapatkan data masih tingginya angka
kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita
khusunya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak
mengalami gangguan. Dilansir dari data nasional menurut Kementerian
Kesehatan Indoensia bahwa pada tahun 2010 sbenayak 11,5% anak balita di
Indonesia mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan (Kemenkes
RI,2010).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur pada tahun 2012
menyebutkan dari hasil pemeriksaan perkembangan anak ditemukan hasil
normal sesuai dengan usia sebanyak 53% (1396 anak), meragukan sebanyak
13% (342 anak), penyimpangan perkembangan sebanyak 34% (896). Dari 34%
penyimpangan perkembangan, 10% (90 anak) terjadi penyimpangan motorik
kasar, 30% (269 anak) terjadi penyimpangan motorik halus (menulis,
memegang), 44% (394 anak) terjadi penyimpangan bahasa dan 16% (143 anak)
terjadi penyimpangan pada sektor personal sosial.
Hasil dari beberapa penelitian ada gangguan yang dapat dialami oleh
balita yaitu gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah.
Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan
keterlambatan bicara dan gangguan berbahasa. Keterlambatan bicara paling
sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak
diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara,
4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan bahasa). Kurangnya
stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan
gangguan yang menetap. Terdapat beberapa penelitian mengkaitkan antara
masalah motorik anak dengan DSLDs (Developmental Speech and Language
Disorders) terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian tersebut
memperlihatkan secara signifikan anakanak dengan DSLDs memiliki
ketrampilan motorik lebih lambat dibanding anak-anak umumnya terutama
koordinasi mata-tangan. Peneliti lain menyatakan bahwa makin sulit gerakan
oral, makin berhubungan dengan kemampuan bicara, mungkin karena hal
tersebut menyerupai suatu percakapan. Dari hasil ini, terlihat bahwa anak-anak
yang gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, juga memiliki
kemampuan bahasa yang buruk (Judarwanto, 2012).
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan
anak adalah Denver Development Screening Test (DDST). DDST merupakan
sebuah metode pengkajian untuk menilai perkembangan anak 0-6 tahun. DDST
dalam perkembangannya telah mengalami beberapa kali revisi dan revisi yang
terakhir adalah Denver II, perbedaan dengan skrining terdahulu yaitu terleteka
pada item-item tes, bentuk, interpretasi, dan rujukan (Dian, 2013). DDST telah
memnuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik.
Keuntungan menggunakan DDST ini adalah dapat dilakukan dengan waktu yang
cepat (15-20 menit), menunjukkan validitas tinggi, dan dapat diandalkan.
Terdapat empat sektor perkembangan yang dapat dinilai menggunakan DDST
yaitu sektor persinal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar
(Soetjiningsih, 2015).
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan penilaian pertumbuhan dan perkembangan
menggunakan formulir Denver II pada An. A usia 28 bulan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melakukan skrining atau pemeriksaan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan pada anak dengan menggunakan Denver Development
Screening Test (DDST).
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada An.A usia 28 bulan
2. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi masalah pada An.A usia 28
bulan
3. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada An. A usia 28 bulan
4. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan pada An. A usia 28 bulan
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada An. A usia 28 bulan
1.3 Metode Pengumpulan
1. Anamenesa
Melakukan tanya jawab secara langsung pada ibu klien
2. Observasi
Melakukan pengamatan langsung pada klien
3. Studi Kasus
Mengamati dan mempelajari kasus berdasarkan kasus yang benar adanya
dan benar terjadinya
4. Studi Pustaka
Membaca berbagai sumber lieratur yang dapat mendukung terlaksananya
asuhan kebidanan penilaian pertumbuhan dan perkembangan menggunakan
metode DDST
1.4 Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode Pengumpulan Data
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Teori
2.1 Konsep Tumbuh Kembang
2.2 Konsep DDST
2.3 Tes Daya Dengar
2.4 Tes Daya Lihat
2.5 Konsep Manajamen Asuhan Kebidanan pada Tumbuh Kembang Balita
2.6 Hasil Telaah Jurnal Penelitian
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi Masalah
3.3 Perencanaan
3.4 Penatalaksanaan
3.5 Evaluasi
BAB IV Pembahasan
BAB V Penutup
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley & Wong, 2000).
b. Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel
dan pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel
di seluruh bagian tubuh (Sutjiningsih, 1998).
c. Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi
tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dalam nitrogen tubuh). (Adriana, 2013)
d. Perkembangan ( development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dan proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetjiningsih,
2015)
e. Perkembangan adalah perubahan struktur maupun fungsi berupa
perkembangan fisik maupun psikis (Bjorklund & Bjorkund, 1992: Abin
Syamsudin Makmun, 1996).
f. Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat
dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Walley & Wong, 2000).
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan merupakan perubahan individu fisik maupun psikis yang
berlangsung sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan terpola. Sedangkan
pertumbuhan merupakan perubahan yang terbatas pada pola fisik yang dialami
individu.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan ukuran, besar,
jumlah, atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumuhan
bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram,
kilogram), satuan panjang (cm,m), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Sedangkan perkembangan
merupakan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks.
Pertumbuhan mempunyai cir-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama serta munculnya ciri-ciri baru.
Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan berbeda-beda disetiap
kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda.
Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan,
sehingga setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan
hasil dari interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang
dipengaruhinya. Perkembangan merupakan fase awal meliputi beberapa aspek
kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial dan bahasa.
Perkembangan pada fase ini akan menentukan pada fase selanjutnya.
Kekurangan pada salah satu aspek perembagan dapat mempengaruhi aspek
selanjutya.
2.1.2 Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola pertumbuhan dan perkembangan merupakan peristiwa yang terjadi
selama proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak, baik terjadi percepatan
maupun perlambatan yang saling berhubungan antara satu organ dengan organ
lain. Dalam peristiwa tersebut dapat mengalami beberapa pola pertumbuhan dan
perkembangan pada anak, diantaranya:
1. Pola Pertumbuhan Fisik yang Terarah
Pada pola ini terdapat dua prinsip atau hukum perkembangan yaitu prinsip
cephalocaudal dab prinsip proximodistal (Wong, 1995). Pertama,
cephalocaudal head to tail direction (dari arah kepala kemudian ke kaki). Pola
pertumbuhan dan perkembangan ini dimulai dari kepala yang ditandai dengan
perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang
kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala
dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan, tangan, dan kaki. Hal
tersebut merupakan pola searah dalam pertumbuhan dan perkembangan, yang
tampak pada pertumbuhan pra natal yaitu pada janin saat bayi dilahirkan pada
bagian kepala atau alat yang ada di kepala tampak lebih matang terlebih
dahalu. Kedua, proximal distal atau near a far direction (Wong, 1995). Pola
ini dimulai denggan menggerakan anggota gerak yang paling dekat dengan
pusat atau sumbu tengah kemudian baru menggerakkan anggota gerak yang
lebih jauh atau kearah bagian tepi, seperti menggerakan bahu dahulu
kemudian baru jari-jari. Hal tersebut juga dapat dilihat pada perkembangan
berbagai organ yang ada ditengah seperti jantung, paru-paru, pencernaan, dan
yang lain akan lebih dahulu mencapai kematangan daripada orang yang
berada ditepi seperti bagian ekstremitas.
2. Pola Perkembangan dari Umum ke Khusus
Pola ini dikenal dengan nama pola mass to spesific atau to complex (Wong,
1995), pola pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dimulai dengan
menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian
daerah yang lebih kompleks (khusus), seperti melambaikan tangan kemudian
baru memainkan jarinya atau menggerakan lengan atas, bawah telapak tangan
sebelum menggerakkan jari tangan, akan menggerakkan badan atau tubuhnya
sebelummempergunakan kedua tungkainya untuk menyangga, melangkahkan
atau mampu berjalan.
2.1.3 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh
masa atau waktu kehidupan anak. Secara umum terdiri atas masa prenatal dan
masa postnatal.
a. Masa Prenatal
Terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa embrio,
pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama
yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme
dan terbentuknya manusia. Pada masa fetus terjadi sejak usia 9 minggu
hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan
fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan terutama
pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.
b. Masa Postnatal
Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah
dan masa remaja.
1) Masa Neonatus
Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali dengan
masa neonatus (0-28hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di
dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
2) Masa Bayi
Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara
usia 1-12 bulan) pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat
berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan susunan
saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun) kecepatan pertumbuhan pada masa ini
mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.
3) Masa Usia Prasekolah
Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi
peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktifitas
fisik maupun kognitif. Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya
imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai
segala sesuatu disekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua
mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah.
Pada masa usia pra sekolah anak akan mengalami perubahan dalam pola
makan dimana pada umumnya anak mengalami kesulitan untuk makan.
Proses eliminasi pada anak sudah menunjukan proses kemandirian dan
perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak
sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah.
4) Masa Sekolah
Perkembangan pada masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik
dan kognitif dibandingkan dengan masa usia pra sekolah.
5) Masa Remaja
Pada tahap perkembangan emaja terjadi perbedaan pada perempuan dan
laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam
tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan laki-laki dan perkembangan
ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas. (Yuniarti,Sri. 2015)
2.1.4 Ciri – ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang
Ciri – ciri tumbuh kembang anak:
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan
disertai perubahan fungsi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahap selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda – beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing – masing anak.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Anak sehat bertambah umur, bertambah besar, dan bertambah tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap – tahap perkembangan tidak bisa menjadi terbalik.
f. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh mempunyai dua pola, yaitu pola
sefalokaudal dan pola proksimodistal.
2.1.5 Prinsip – prinsip Tumbuh Kembang
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan pola
potensi yang dimiliki anak.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung
dari tahap spesifik dan terjadi berkesinambungan.
c. Perkembangan pada tempat berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan dalam waktu yang
berbeda
1) Otak mencapai bentuk ukuran sempurna pada umur 6-8 tahun
2) Tangan, kaki, hidung mencapai kematangan maksimal pada masa remaja
d. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
1) Sampai usia 2 tahun anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya,
gerak-gerik fisik dan belajar bicara
2) Pada usia3-6 tahun perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia
sosial
e. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
Jika anak terganggu pertumbuhan fisiknya, maka perkembangan aspek
lainnya terganggu (Yuniarti, 2015).
2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar – dasar
kepribadian manusia. Kemampuan pengindraan, berfikir, berbahasa, dan
berbicara, bertingkah laku sosial, dan lain-lain. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal seorang anak, yaitu :
1. Faktor dalam ( internal )
a) Ras / etnik dan bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk, atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkrmbang lebih cepat
daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki – laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik ( heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak akan mejadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada syndrom Down’s dan syndrome Turner.

2. Faktor luar ( eksternal )


a. Fakor Prenatal
1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuha janin.
2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
3) Toksin / zat kimia
Beberapa obat seperti Aminopterin, Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hyperplasia
5) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosepali, spina bifida, retardasi mental, dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan
jantung.

6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
( Toxoplasma, Rubella, Sitomegalo Virus, Herpes Simpleks )
dapat menyebabkan kelainan janin : katarak, bisu tuli,
mikrosepali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
7) Kelainan imunologi
Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin, ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8) Psikologi Ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah / kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain – lain.
b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. Faktor pascapersalinan
1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat
2) Penyakit kronis / kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin
3) Lingkungan fisik dan kimia
Lingkungan sering disebut meliu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dan
lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.

4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa
tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan / stimulasi khususnya
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terutama kegiatan anak.
9) Obat – obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan syaraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan. (Adriana, 2013)
2.1.7 Aspek – aspek Perkembangan yang Dipantau
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot – otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot – otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian aspek yang berhubungan dengan kemampuan
mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain)
berpisah dengan ibu / pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dan sebagainya.(Yuniarti, 2015)
2.1.8 Kebutuhan Dasar Anak
a. Kebutuhan fisik – biomekanis
Meliputi :
1) Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting
2) Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan bayi / anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan lain-
lain
3) Papan / pemukiman yang layak
4) Higiene perorangan, sanitasi lingkungan
5) Sandang
6) Kesegaran jasmani, rekreasi dan lain-lain
b. Kebutuhan emosi / kasih sayang
1) Terjadi sejak kehamilan berusia 6 bulan
2) Kasih sayang orangtua dapat memberikan rasa aman
3) Anak diberikan contoh, dibantu, didorong dan dihargai, bukan dipaksa
4) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan
5) Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini
bergantung pada pola asuh, terutama pola asuh demokratis dan
kesadaran emosional.
6) Kemandirian
7) Dorongan dari orang sekelilingnya
8) Mendapatkan kesempatan dan pengalaman
9) Menumbuhkan rasa memiliki
a) Kepemimpinan dan kerjasama
b) Pola pengasuhan keluarga yang terdiri atas :
c) Demokratis ( auotiritatif )
d) Diktator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya anak
(child abuse)
e) Permisif (serba boleh)
f) Tidak diperdulikan
g) Pemberian kasih sayang anak juga dapat membentuk temperamen
anak, seperti penurut (easy), sulit diatur (difficult), dan pemalu (slow
to worm up)
c. Kebutuhan akan stimulasi mental
1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak. Stimulasi
ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan
2) Stimulasi dini berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan anak,
seperti bermain, berdiskusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga bisa
berasal dari orang tua.
3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antarsel otak (sinaps)
4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat
itu belum ada hubungan antar sel otak
5) Bila ada rangsangan, maka akan terbentuk hubungan
6) Jika variasi rangsangan banyak, maka akan terbentuk hubungan yang
semakin kompleks. Dengan demikian dapat merangsang otak kiri dan
kanan, sehingga terbentuklah multiple inteligent dan juga kecerdasan
yang lebih luas dan tinggi
7) Stimulasi melalui bermain
a) Cara mengembangkan kemampuan tersebut bisa melalui rangsangan
suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain,
memcahkan masalah, mencoret – coret atau menggambar.
b) Kapan stimulasi dilakukan
(1) Stimulasi bisa dilakukan sejak janin berusia 23 minggu. Pada
masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenesis. Stimulasi
dilanjutkan sampai anak berusia 3 tahun. Ketika sinaptogenesis
berakhir, dan usia 14 tahun yang merupakan akhir pruning
(2) Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka
semkin besar dan lama manfaatnya.
d. Kebutuhan akan stimulasi
1) Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial (agama,
etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas, ketrampilan,dsb)
2) Stimulasi dapat terjadi di lingkungan formal, informal, dan nonformal
(Sulistyawati, 2014).
2.1.9 Penilaian Pertumbuhan dan Perkembangan
Penilaian pertumbuhan anak dilakukan dengan penilaian status gizi. Status gizi
adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan
zat - zat gizi (Almatsier, 2001). Salah satu cara mengetahui status gizi adalah
dengan pengukuran antropometri. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengkuran dimensi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
1. Penilaian Pertumbuhan dengan Cara Pengukuran Antropometri
Penilaian status gizi dengan cara antropometri (ukuran tubuh) mempunyai
beberapa parameter diantaranya:
a. Berat Badan
Berat badan mencerminkan jumlah protein, lemak, air dan masaa
mineral tulang. Untuk menilai status gizi biasanya berat badan
dihubungkaan dengan pengkuran lain, seperti umur dan tinggi badan
(Hartiyanti dan Triyanti, 2007). Jika seorang anak diukur berat badan
secara periodik, misalnya 3 bulan sekali, maka diperoleh suatu
gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut (Santoso dan Ranti,
1999).
Penimbangan Berat Badan (BB) menggunakan timbangan bayi :
1) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
2) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
3) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
4) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
5) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
6) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
7) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
8) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengahtengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
Menggunakan timbangan injak (timbangan digital).
9) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
10) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
11) Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang
sesuatu.
a) Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
b) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
c) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
d) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum,
baca angka di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan
ke kiri.
b. Tinggi Badan
Penilaian status gizi pada umumya hanya mengukur total tinggi atau
panjang yang diukur secara rutin. Tinggi badan yang dihubungkan
dengan umur dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan
Cara mengukur dengan posisi berbaring:
1) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
2) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
3) Kepala bayi menempel pada pembatas angka
4) Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap
menempel pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
5) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
6) Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.

Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan


Cara mengukur dengan posisi berdiri:
1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
2) Berdiri tegak menghadap kedepan.
3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
5) Baca angka pada batas tersebut.

c. Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala biasa digunakan pada kedokteran anak yang
digunakan untuk mendeteksi kelainan seperti hydrocephalus (ukuran
kepala besar) atau microcephaly (ukuran kepala kecil). Untuk melihat
pertumbuhan kepala balita dapat digunakan grafik Nellhaurs
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal
atau diluar batas normal. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur
anak. Umur 0 - 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada
anak yang lebih besar, umur 12 – 72 bulan, pengukuran dilakukan setiap
enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan
oleh tenaga kesehatan terlatih.
Cara mengukur lingkar kepala:
1) Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi, diatas
alis mata, diatas kedua telinga,
2) Bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
3) Baca angka pda pertemuan dengan angka.
4) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
5) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur
dan jenis kelamin anak.
6) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan
ukuran sekarang.
Interpretasi;
1) Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau”
maka lingkaran kepala anak
2) normal.
3) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur hijau” maka
lngkaran kepala anak tidak normal.
4) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal
bila berada diatas “jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah
“jalur hijau”
Intervensi:
Bila ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke
rumah sakit.
2.1.10 Indikator Pertumbuhan
1. Indeks Antropometri
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang meberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan –
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik
dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin,
maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal (Supariasa et al, 2001).
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang mengggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhaddap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama
(Supariasa et al, 2001).
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.
Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB
merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini
(Supariasa et al, 2001).
Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas, penetuan ambang batas diperukan
kesepakatan para ahli gizi mabang batas dapat disajikan ke dalam 3
cara yaitu, standar deviasi unit.
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau
pertumbuhan (Supariasa et al, 2001).
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Menggunakan Z – Skor
Status Gizi Indeks BB/U, TB/U, BB/TB
Gizi lebih ≥ + 2 SD
Gizi Baik ≥ - 2 SD dan <+ 2 SD
Gizi Kurang ≥ - 3 SD dan < - 2 SD
Gizi Buruk < - 3 SD
Sumber : Soekirman , 1999/2000 dalam Munawaroh, 2006

Pengukuran antropometri yang digunakan menurut WHO-NHCS


(Indrawarni, 2007) :

a. BB/U
Gizi lebih > 2.0 SD baku WHO – NHCS
Gizi baik – 2.0 SD s.d + 2.0 SD
Gizi Kurang < - 2.0 SD
Gizi Buruk < - 3.0 SD
b. TB/U
Normal > - 2.0 SD baku baku WHO – NHCS
Pendek (stunted) < - 2.0 SD
c. BB/TB
Gemuk > 2.0 SD baku baku WHO – NHCS
Normal -2.0 SD s.d + 2.0 SD
Kurus < - 2.0 SD
Sangat kurus < - 3.0 SD
2.2 Konsep DDST (Denver Development Screening Test)
1. Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada anak dan balita prasekolah. DDST
merupakan sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai
perkembangan anak umur 0-6 tahun. Formulir DDST II terdiri atas satu lembar
kertas dimana halaman depan berisi tentang tes dan halaman belakang berisi
tentang petunjuk pelaksanaannya.
a. Pada halaman depan terdapat skalam umur dalam bulan dan tahun pada
garis horizontal atas dan bawah.
1) Umur dimulai dari 0-6 tahun.
2) Pada umur 0-2 bulan, jarak antara 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1
bulan.
3) Setelah umur 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.
b. Pada halaman depan kiri atas terdapat neraca umur yang menunjukkan
25%, 50%, 75%, dan 90%.
c. Pada kanan bawah terdapat kotak kecil berisi tes perilaku. Tes perilaku ini
dapat digunakan untuk membandingkan perilaku anak selama tes dengan
perilaku sebenarnya.
d. Pada bagian tengah berisi 125 item yang digambarkan dalam neraca umur
25%, 50%, 75%, dan 90% dari seluruh sampel standar anak normal yang
dapat melaksanakan tugas tersebut.
2. Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia
b. Memantau perkembangan anak sesuai usia 0 – 6 tahun
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan
d. Menjaring anak terhadap adanya kelaianan
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan
perkembangan atau ada benar – benar ada kelaianan. (Adriana, 2013)
3. Prosedur DDST II
Prosedur DDST II dilakukan melalui dua tahap, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap I : secara periodic dilakukan pada anak yang berumur 3-6 bulan,
912 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.
b. Tahap II : dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami hambatan
perkembangan pada tahap I, kemudian dilakukan evaluasi diagnostic yang
lengkap.
4. Penentuan umur
Menentukan umur menggunakan patokan sebagai berikut.
a. 1 bulan = 30-31 hari.
b. 1 tahun = 12 bulan
c. Umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah.
d. Umur lebih dari atau sama dengan 15 hari dibulatkan ke atas.
e. Apabila anak lahir prematur maka dilakukan pengurangan umur, misalnya
prematur 6 minggu maka dikurangi 1 bulan 2 minggu.
f. Apabila anak lahir maju atau mundur 2 minggu, tidak dilakukan
penyesuaian umur.
5. Pelaksanaan tes
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Semua item harus diujikan dengan prosedur yang sudah terstandarisasi.
b. Perlu kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman,
senang, dan sehat.
c. Harus terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.
d. Tersedianya ruangan yang cukup luas, ventilasi baik, dan berikan kesan
santai dan menyenangkan.
e. Orang tua harus tahu tes ini bukan tes IQ melainkan tes untuk melihat
perkembangan anak secara keseluruhan.
6. Alat yang digunakan
a. Alat peraga: benang wol merah, kismis atau manik – manik, kubus warna
merah - kuning - hijau – biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis ,
bola kecil, kertas / pensil, dll
b. Lembar DDST
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan
tugas dan cara penilaiannya
7. Prinsip pelaksanaan DDST
a. Bertahap dan berkelanjutan
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana
d. Suasana nyaman dan bervariasi
e. Perhatikan gerakan spontan anak
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum
g. Memberikan pujian ( reinforcement ) bila berhasil melakukan test
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu di atas meja
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan
8. Sektor perkembangan/parameter yang digunakan
a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungan
b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
saja, dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cepat. Misalnya, kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu
benda, dan lain-lain.
c. Bahasa (language)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah, dan berbicara spontan.
d. Perkembangan motorik kasar (motor)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh(Kyle,Terri.
2014)
9. Skoring
a. Lewat (pass)
1) Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik
2) Ibu atau pengasuh memberi laporan tepat atau dapat dipercaya bahwa
anak dapat melakukan dengan baik
b. Gagal (fail)
1) Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik
2) Ibu atau pengasuh dapat memberi laporan bahwa anak tidak dapat
melakukan tugas dengan baik
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba
karena ada hambatan, seperti retardasi mental atau down sindrom.
d. Menolak (refusal)
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena
faktor sesaat seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk dan lain-lain.
10. Penilaian per Item
a. Advanced
Apabila anak lulus pada uji coba item yang terletak disebelah kanan garis
umur
b. Normal
Gagal/menolak tugas pada item yang ada dikanan garis umur dan lulus
atau gagal atau menolak pada item dimana garis umur terletak di antara
25-75%.
c. Peringatan
Gagal atau menolak pada item dalam garis umur yang berada di antara 75-
90%.
d. Keterlambatan
Bila gagal/menolak pada item yang berada di sebelah kiri garis umur.
e. Tidak ada Kesempatan
Pada item tes yang orang tuanya melaporkan bahwa anaknya tidak ada
kesempatan untuk melakukan atau mencoba di skor sebagai TaK.
11. Intepretasi tes DDST II
a. Normal
1) Tidak ada delayed (keterlambatan).
2) Paling banyak 1 caution (peringatan).
3) Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol berikutnya.
b. Suspect
1) Terdapat 2 atau lebih caution (peringatan).
2) Dan/atau terdapat 1 atau lebih delayed (keterlambatan).
3) Dalam hal ini delayed (terlambat) atau caution (peringatan) harus
disebabkan oleh kegagalan/fail, bukan oleh penolakan/ refusal.
4) Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian untuk menghilangkan faktor
sesaat seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.
c. Untestable (tidak dapat diuji)
1) Terdapat 1 atau lebih skor delayed (terlambat).
2) Dan/atau 2 atau lebih caution (peringatan).
3) Dalam hal ini delayed atau caution harus disebabkan oleh penolakan
(refusal), bukan oleh kegagalan.
4) Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian (Adriana, 2013).
2.3 Tes Daya Dengar
Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar
dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12
bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya. Tenaga
kesehatan mempunyai kewajiban memvalidasi hasil pemeriksaan tenaga lainnya.
Alat/sarana yang diperlukan adalah:
1. lnstrumen TDD menurut umur anak.
Cara melakukan TDD :
a) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
buIan.
b) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
c) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
1) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Katakan pada Ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
2) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu,
berurutan.
3) Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.
4) Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
5) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah,
tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
d) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
1) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
2) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh.
3) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
4) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orangtua/pengasuh.
2.4 Tes Daya Lihat
Tujuan tes daya lihat adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar
segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6
bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilaksanakan
oleh tenaga kesehatan.
1. Alat/sarana yang diperlukan adalah:
a) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
b) Dua buah kursi, 1 untuk anak dan 1 untuk pemeriksa
c) Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak
d) Alat Penunjuk
2. Cara melakukan tes daya lihat
a) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik
b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster
“ E”
d) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
e) Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.. Latih anak dalam
mengarahkan kartu "E" menghadap atas, bawah, kiri dan kanan; sesuai yang
ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa.
f) Beri pujian setiap kali anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai
anak dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar. Selanjutnya, anak diminta
menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
g) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai
baris pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih
dapat di lihat.
h) Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya
dengan huruf "E" pada poster.
i) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
j) Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang telah di
sediakan :
lnterpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster "E". Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster E atau tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah "E" pada baris ketiga yang ditunjuk oleh
pemeriksa, kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
lntervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa berikutnya,
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak dapat melihat
baris yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya).
2.5 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajian Data
Tanggal....jam....tempat....
a. Data Subyektif
6) Biodata
(1) Nama
Nama anak digunakan untuk mengenali dan memanggil anak agar
tidak keliru dengan anak lain
(2) Umur
Untuk mengetahui usia anak saat ini.
Umur yang paling rawan adalah masa balita oleh karena pada masa
itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu,
masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak.
Sehingga diperlukan perhatian khusus.
(3) Jenis kelamin
Dikarenakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak
perempuan, tetapi belum diketahui segera pasti mengapa demikian.
(4) Nama orang tua
Nama ayah, ibu, atau wali pasien harus dituliskan dengan jelas agar
tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang
sama. Bila ada title yang bersangkutan harus disertakan.
(5) Umur orang tua
Sebagai tambahan identitas dan memudahkan petugas kesehatan
dalam melakukan pendekatan.
(6) Agama orang tua
Sebagai data tentang agama juga memantapkan identitas, disamping
itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering
berhubungan dengan agama. Kepercayaan dapat menunjang namun
tidak jarang dapat menghambat perilaku hidup sehat.
(7) Pendidikan orang tua
Selain sebagai tambahan identitas, informasi tentang pendidikan
orang tua baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan
data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pula pendekatan
selanjutnya, misalnya dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang
tua juga berperan dalam pendekatan selanjutnya, misalnya dalam
pemeriksaan penunjang dan tatalaksana pasien.
(8) Pekerjaan orang tua
Pekerjaan atau pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder.
(9) Alamat
Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas dan lengkap,
kejelasan alamat keluarga ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu
dapat dihubungi, misalnya bila pasien sangat gawat atau setelah
pasien pulang diperlukan kunjungan rumah. Daerah tempat tinggal
pasien juga mempunyai epidemiologi.

7) Alasan datang
Alasan yang mendasari ibu untuk datang ke puskesmas.
8) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan anak saat akan diperiksa, anak sehat atau menderita suatu
penyakit tertentu. Karena bila anak dalam keadaan sakit atau menderita
suatu penyakit tertentu akan menghambat proses pemeriksaan tumbuh
kembang.
9) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan
malnutrisi. Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu
tumbuh kembangnya dan pendidikannya seperti pada anak-anak yang
menderita asma, sakit jantung, sakit ginjal, penyakit ISPA, selain itu
perlu dikaji apakah anak pernah kejang. Hal ini perlu dikaji karena pada
umumnya anak yang berpenyakit kronis sering disertai gangguan
kejiwaan, akibat dari stress yang disebabkan penyakitnya.
10) Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui gambaran kondisi keluarga, ada atau tidak adanya
anggota keluarga yang menderita penyakit tertentu. Apakah ada yang
menderita penyakit-penyakit menular seperti TBC, hepatitis, serta
penyakit menurun atau menahun seperti asma, jantung.
11) Riwayat imunisasi
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penykit yang bisa dicegah
dengan imunisasi. Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak
terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau
kematian. Dianjurkan sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapat
imunisasi BCG, Polio 4x, DPT 3x, hepatitis B 4x, dan Campak. yang
perlu dikaji adalah imunisasi apa saja yang telah diterima oleh anak dan
bagaiman reaksinya, apa saat lahir langsung diimunisasi.
12) Riwayat pemberian MP-ASI
Tahapan pemberian MP-ASI
Tahap I : 0-6 bulan
Bayi hanya membutuhkan asupan berupa ASI (ASI eksklusif)
Tahap II : 6-7 bulan
Tekstur MP-ASI untuk bayi 6-7 bulan bisa berupa makanan lembut agak
cair atau lembut agak padat juga camilan berupa biskuit mudah lumer
yang tidak membuatnya tersedak yang disebut finger food karena bisa
digenggam si anak.
Tahap III : 7-9 bulan
Selain ASI, bayi sudah bisa diberi makanan lembek, saribuah, juga finger
food. Tekstur makanan bisa dibuat lebih kasar. Tapi bila bayi belum mau
atau mudah tersedak jangan dipaksa.
Tahap IV : 9-12 bulan
ASI masih diberikan juga finger food dan saribuah. Untuk makanan
utama, perkenalkan anak makanan cincang dan nasi tim karena
normalnya pada umur ini bayi sudah pandai mengunyah dan menelan
makanan yang agak kasar bahkan sudah bisa makan bersama menu
orangtua.
13) Riwayat perkembangan
Merupakan faktor yang penting untuk mengetahui perkembangan anak.
Tidak selalu perkembangan anak mulus seperti pada teori, adakalanya
perkembangan anak normal sampai usia tertentu, kemudian mengalami
keterlambatan. Ada juga yang mulanya terhambat atau karena sakit.
Perkembangan terhenti yang kemudian normal kembali. Dapat juga
perkembangan yang berlangsung pesat misalnya pada perkembangan
bahasa.
14) Pola Hidup
a. Pola nutrisi
Nutrisi memegang peran yang penting dalam tumbuh kembang anak,
karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan
orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan
retardasi pertumbuhan anak. Makanan yang berlebihan juga tidak
baik, karena dapat menyebabkan obesitas. Yang perlu dikaji :
frekuensi anak makan dalam sehari, bagaimana komposisinya, minum
susu atau air putih berapa kali sehari atau diberikan ASI tiap berapa
jam.
b. Pola istirahat
Kebutuhan istirahat dan tidur
1) Umur 0-6 bulan : 20-18 jam
2) Umur 6-12 bulan : 18-16 jam
3) Umur 1-5 tahun : 16-12 jam
4) Umur 6-12 tahun : 11-9 jam
c. Pola kebersihan
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun kebersihan
lingkungan memegang peranan penting pada tumbuh kembang anak.
Kebersihan perorangan yang kurang akan memudahkan terjadinya
penyakit kulit dan saluran pencernaan. Yang dikaji frekuensi berapa
kali mandi, gosok gigi, ganti baju, dan pakaian dalam sehari, dan lain-
lain.
d. Pola eliminasi
Pada anak adakah gangguan saat BAB karena rawan terjangkit kuman
di luar rumah. Untuk BAK juga sangat penting untuk mengetahui
akan kebutuhan cairan sudah cukup atau belum.
15) Riwayat psikososial
Riwayat perkawinan orang tua, jumlah anggota keluarga, urutan anak,
dan yang mengasuh mempengaruhi dalan tumbuh kembang anak.
Kemudian hal lain yang terkait dengan psikososial adalah :
a) Stimulasi yang terarah dan teratur akan membuat anak akan lebih
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak
mendapat stimualasi
b) Motivasi belajar yang ditimbulkan sejak dini dengan memberikan
lingkungan yang kondusif untuk belajar
c) Ganjaran atau hukuman yang wajar akan menimbulkan motivasi yang
kuat bagi anak untuk tidak mengulangi tingkah lakunya
d) Kelompok sebaya untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya
e) Cinta dan kasih sayang serta perlakuan yang adil dari orang tuanya

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : baik/cukup/lemah
b) Kesadaran : composmentis/somnolen/apatis
c) TTV :
Tekanan darah

Sistolik Diastolik
Usia
(mmHg) (mmHg)
Neonatus 80 45

6 – 12 bulan 90 60

1 – 5 tahun 95 65

5 – 10 tahun 100 60

10 – 15 tahun 115 60

Nadi:

Denyut Nadi / menit


Umur
Istirahat/bangun Istirahat/ tidur Aktif/demam

Bayi lahir 100–180x/menit 80-160x/menit Sampai 220

1 minggu – 3
100-220x/menit 80-200x/menit Sampai 220
bulan

3 bulan – 2
80-150x/menit 70-120x/menit Sampai 220
tahun

2 tahun – 10
75-110x/menit 60-90x/menit Sampai 220
tahun

>10 tahun 55-90x/menit 55-90x/menit Sampai 220

Pernafasan:

Umur Rentang Rata-rata waktu tidur

Neonatus 30 – 60 x/menit 35 x/menit

1bulan - 1tahun 30 – 60 x/menit 30 x/menit

1tahun – 2tahun 25 – 50 x/menit 25 x/menit


3tahun – 4tahun 20 – 30 x/menit 22 x/menit

5tahun – 9tahun 15 – 30 x/menit 18 x/menit

10 tahun/ > 15 – 30 x/menit 15 x/menit

Suhu Tubuh:

Umur Suhu

3 bulan 37,50C

1 tahun 37,70C

3 tahun 37,20C

> 5 tahun 370C

2. Pemeriksaan Antropometri
a) Berat Badan normal:
2) Usia 3 – 12 bulan : umur (bulan) + 9 =........kg
3) Usia 1 – 6 tahun : umur (tahun) x 2 + 8 =.......kg
4) Usia 6 – 12 tahun : umur (tahun) x 7- 5
b) Tinggi badan:
Secara garis besar dapat diperkirakan sebagai berikut :
16) 1 tahun  1,5 x TB lahir : 1,5 x 50 =75 cm
17) 4 tahun  2 x TB lahir : 2 x 50 =100 cm
18) 6 tahun 1,5 x TB setahun : 1,5 x 75 = 112,5 cm
19) 13 tahun  3 x TB lahir : 3 x 50 = 150 cm
c) Lingkar Kepala:
Lingkar saat lahir normal 34-35 cm, bertambah ± 0,5 cm/bulan. Pada
6 bulan pertama menjadi ± 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49
cm dan dewasa 54 cm.
d) Lila:
Bila saat lahir 11 cm, tahun pertama 16 cm, selanjutnya ukuran
tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi)
Kepala : simetris/tidak, warna rambut, ada/tidak benjolan
Muka : pucat/tidak
Mata : simetris/tidak, sklera putih/tidak, konjungtiva merah
muda/tidak
Telinga : ada serumen/tidak, gendang telinga utuh/tidak
Mulut : lembab/tidak, ada/tidak labioskisis/palatoskisis, gigi
susu tumbuh/belum
Leher : tampak/tidak pembesaran kelenjar tiroid
Dada : ada/tidak retraksi dada, ronchi (-/+), pernapasan
teratur/tidak
Abdomen : buncit/tidak, teraba/tidak pembesaran hepar, ada/tidak
nyeri tekan, kembung/tidak
Integumen : turgor kulit baik bila kembali 2 detik
Ekstremitas : simetris/tidak, gerakan aktif/tidak, jumlah jari
lengkap/tidak
4. Penilaian perkembangan menggunakan format DDST
(1) Menetapkan usia anak
Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi
tanggal lahir kemudian tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan
tentukan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis umur.
(2) Menguji tugas perkembangan tiap sector
Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sektor perkembangan
dimulai dari sektor yang paling mudah dan dimulai dengan tugas
perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian
dilanjutkan sampai ke kanan garis umur. Tugas-tugas yang terletak
disebelah kiri garis umur, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh
anak-anak seusia si anak. Apabila si anak gagal mengerjakan
beberapa tugas-tugas tersebut (F), maka berarti suatu keterlambatan
pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada
pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan
suatu keterlamabatan, karena pada kontrol lebih lanjut masih
mungkin terdapat perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak
disebelah kanan garis umur. Pada ujung kotak sebelah kiri tedapat
kode R dan nomor, kalau terdapat kode R maka tugas perkembangan
cukup ditanyakan pada orangtuanya, sedangkan bila terdapat kode
nomor maka tugas perkembangan di test sesuai petunjuk di baliknya
formulir.
(3) Mencatat hasil pengkajian menggunakan DDST
P : pass/lulus. Anak melakukan uji coba dengan baik/ibu/pengasuh
anak memberi laporan anak dapat melakukannya.
F : fail/gagal. Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan
baik/ibu/pengasuh anak memberi laporan anak tidak dapat
melakukannya dengan baik.
No : no opportunity/tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan. Skor ini
hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R.
R : refusal/menolak. Anak menolak untuk melakukan uji coba.
Sektor yang dinilai dan dicatat :
(4) Personal social
Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap
kebutuhan perorangan.
(5) Adaptif-motorik halus
Koordinasi mata, tangan memainkan, menggunakan benda-
benda kecil.
(6) Bahasa mendengar, mengerti, dan menggunakan Bahasa
(7) Motorik kasar
Duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar
2. Identifikasi Diagnosa Masalah
a) Normal
Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution. Lakukan
ulangan pada kontrol berikutnya.
b) Suspect/suspek
Bila didapatkan ≥ 2 caution dan atau ≥ satu keterlambatan. Lakukan uji
ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa
takut, keadaan sakit atau kelelahan
c) Untestable/tidak dapat diuji
Bila ada skor menolak ≥1 uji coba terletak di sebelah kiri garis umur atau
menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%.
Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu.
3. Intervensi
Dx : Anak “...” usia... menggunakan DDST dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak...
Tujuan : terdeteksi sejak dini bila ada kelainan pada pertumbuhan dan
perkembangan anak dan agar tumbuh kembang anak sesuai dengan usia anak.
Kriteria hasil : anak dapat melakukan tugas perkembangannya sesuai usia
ukuran tumbuh kembang anak dalam batas normal.
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu tentang kegunaan dari penilaian perkembangan dengan
menggunakan DDST
R : ibu lebih kooperatif untuk dilakukan penilaian perkembangan pada anak
b. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dengan metode DDST dan
juga sarankan ibu untuk tetap memberikan stimulus/rangsangan terhadap
perkembangan selanjutnya.
R : ibu lebih kooperatif dan termotivasi untuk memberikan stimulus atau
rangsangan terhadap perkembangan selanjutnya
c. Berikan pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
R : pujian memotivasi ibu untuk lebih aktif memantau perkembangan anak
dan ibu menjadi senang.
d. Beri tahu ibu untuk memantau perkembangan anak secara rutin.
R : mengidentifikasi perkembangan anak dan kelainan perkembangan yang
terjadi pada anak
e. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan nutrisi yang bergizi sebagai
penunjang pertumbuhan dan perkembangan anak
R : pola dan cara makan anak mempengaruhi tumbuh kembang anak
f. Anjurkan ibu untuk segera kontrol ke tenaga kesehatan bila terdapat
kelainan dalam perkembangan anak
R : teridentifikasi kelainan perkembangan dan terdapat penanganan yang
segera pada anak tersebut
g. Anjurkan ibu untuk rutin membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan
penilaian petumbuhan dan perkembangan anak dan jika anak sudah
memasuki usia prasekolah (36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada
kegiatan di PAUD, kelompok bermain/TK.
R : pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin dapat
mengetahui keadaan anak
h. Beri tahu ibu tahapan perkembangan anak selanjutnya
R : ibu termotivasi untuk melakukan stimulus/rangsangan terhadap
perkembangan selanjutnya
i. Beri tahu ibu untuk memeriksakan perkembangan dan pertumbuhan
anaknya (kunjungan ulang) menggunakan DDST 6 bulan lagi.
R : dapat mengetahui perkembangan selanjutnya yang dapat dilalui anak.
4. Pelaksanaan
Mengacu pada intervensi dan kondisi anak
5. Evaluasi
Sesuai dengan kriteria hasil

2.6 Hasil Telaah Jurnal Penelitian


Jurnal Penelitian
Informasi Citasi
Penulis : Adrestia Rifki Naharani, Hermanu Joebagio, Adi Prayitno
Tahun Publikasi : 2016
Judul Jurnal : Implementation Analysis of Early Detection and Intervention
Program for Growth and Development of Children Under Five at Tegal Health
Centers
Nama Jurnal : Indonesian Journal of Medicine
Volume : 1
No : 3
Doi : https://doi.org/10.26911/theijmed.2016.01.03.05
Halaman : 8
CRITICAL APPRAISAL SKILLS PROGRAMME
(A) ARE THE RESULTS OF THE STUDY VALID?
1. Did the study address a clearly focused issue?
Ya,
Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita, dimana tujuan dari
stimulasi deteksi dini tumbuh kembang adalah untuk membuat anak
bertumbuh kembang secara optimal dan apabila terdeteksi menderita
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan diharapkan mendapatkan
intervensi yang sesuai dengan masalah. Dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus di Puskesmas Tegal Jawa Tengah. Subjek dalam
penelitian ini terdiri dari 19 informan yaitu bidan puskesmas, kepala bidang
anak dan remaja dinas kesehatan tegal, kepala puskesmas, bidan koordinator
komunitas anak dan remaja, ibu yang memiliki anak di bawah lima tahun
dengan gangguan pertumbuhan.
2. Did the authors use an appropriate method to answer their question?
Ya,
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan
wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Dari hasil penelitian
sudah dijelaskan mulai dari argumentasi dari kepala bidang anak dan remaja
dinas kesehatan tegal mengenai program SDIDTK, komunikasi yang
dilakukan pada program SDIDTK melalui training dan sosialisasi,
sumberdaya selama pelaksanaan program SDIDTK, disposisi atau sikap
pelaksana, birokrasi, pelaksanaan SDIDTK, faktor hambatan selama
pelaksanaan program SDIDTK.
IS IT WORTH CONTINUING?
3. Were the cases recruited in an acceptable way?
Ya,
Dari penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari Dinkes Kabupaten
Tegal menunjukkan bahwa cakupan SDIDTK tahun 2014 untuk Puskesmas
yang ada tidak terlihat jelas apakah itu termasuk dalam cakupan pelaksanaan
program SDIDTK sejak cakupan termasuk dalam kunjungan yang dilakukan
oleh bidan untuk bayi sampai dengan balita, jadi tidak bisa menggambarkan
cakupan pemeriksaan SDIDTK yang sebenarnya. Sejak saat itu diasumsikan
bahwa bidan melakukan kunjungan ke bayi dan anak di bawah lima tahun
sudah dianggap sebagai pemeriksaan SDIDTK. Data lain juga hanya
menampilkan data tentang gangguan pertumbuhan, bagaimanapun itu tidak
menunjukkan data untuk perkembangan gangguuan. Sehingga perlu
dilakukan analisis implementasi program SDIDTK untuk pertumbuhan dan
perkembangan balita.
4. Were the controls selected in an acceptable way?
Tidak tahu,
Pada jurnal penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi
melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen terkait
program penerapan SDIDTK.
5. Was the exposure accurately measured to minimise bias?
Ya,
Dalam penelitian dari hasil pengukuran didapatkan hasil dari argumentasi
studi bahwa program SDIDTK telah dilaksanakan di Kabupaten Tegal sejak
2010. Pada faktor komunikasi kepala bagian anak dan remaja dinas
kesehatan kabupaten tegal mengikuti pelatihan SDIDTK yang dilakukan di
tingkat provinsi. Kemudian bidan koordinator anak dan remaja
menyelenggarakan pelatihan SDIDTK untuk bidan koordinator anak dan
remaja di tingkat puskesmas yang menjadi eksekutor program SDIDTK.
Pada faktor sumberdaya pelaksanaan SDIDTK masih minim infrastruktur,
perlengkapan yang disediakan hanya untuk mengukur pertumbuhan saja
untuk pemeriksaan perkembangan peralatan yang dibutuhkan tidak tersedia.
Pada faktor disposisi atau sikap pelaksana berdasarkan hasil wawancara
bahwa pelaksanaannya belum secara maksimal, karena faktor infrastruktur,
dana, waktu, dan juga tenaga kerja belum maksimal diimplementasikan.
Pada faktor birokrasi didapatkan informasi bahwa program SDIDTK sudah
memiliki manual SDIDTK instrument, SOP. Ada puskesmas yang sudah
terorganisir mengadakan pelatihan untuk guru pra sekolah yang didalamnya
bertujuan untuk membantu para guru pada pelaksanaan SDIDTK selanjutnya
hasil pemeriksaan dilaporkan ke bidan desa atau puskesmas. Pada faktor
pelaksanaan SDIDTK pemeriksaan pertumbuhan dilakukan setiap bulan di
posyandu. Untuk pemeriksaan perkembangan dilakukan setiap bulan di
posyandu namun tesnya tidak semua kondusif. Pelaksaan SDIDTK hanya
menggunakan grafik pertumbuhan yang menanyakan orangtua atau siapapun
yang mendampingi balita ke posyandu. Pada faktor hambatan yaitu
sosialisasi atau penyelenggaraan yang tidak memadai, begitu banyak
instrument SDIDTK yang harus digunakan dalam pemeriksaan jadi bidan
pelaksana menjadi enggan untuk memeriksa menggunakan format SDIDTK,
tidak ada infrastrukstur yang memadai dalam pemeriksaan SDIDTK,
anggaran belum maksimal untuk implementasi program sehingga tidak
cukup untuk pengadaan mainan.
6. (a) What confounding factors have the authors accounted for?
Menurut saya faktor yang penting dan perlu dibahas yaitu faktor lingkungan,
karena faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak. Faktor lingkungan diantaranya ada gizi, stimulasi,
psikologis. Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
proses tumbuh kembang anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat gizi
pada ibu. Setelah lahir anak tergantung pada tersedianya bahan makanan dan
kemampuan saluran cerna. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh
stimulasi dan psikologis. Rangsangan/ stimulasi khususnya dalam keluarga
misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu
dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dalam mencapai
perkembangan yang optimal.
(b) Have the authors taken account of the potential confounding factors in
the design and/ or in their analysis?
Tidak,
Dalam penelitian penulis tidak memperhitungkan dari faktor perancu
potensial dalam desain penelian.
7. What are the results of this study?
Hasil dari penelitian ini yaitu menganalisis pelaksanaan sejak dini program
deteksi dini dan intervensi untuk tumbuh kembang anak balita dimana
didapatkan hasil bahwa SDIDTK dilaksanakan sejak tahun 2010. Aspek
komunikasi belum berjalan diterapkan secara konsisten. Ada kekurangan
sumber daya, termasuk personil, peralatan, dan infrastruktur. Sikap
pelaksana program kurang positif, karena dianggap menganggap program itu
tidak efektif. Buku pedoman dan Standar Operasional Prosedur (SOP) pun
tersedia. Kegiatan pemeriksaan tumbuh kembang sudah cukup, tetapi
kegiatan pemeriksaan perkembangan kurang. Sistem pelaporan tidak
diterapkan secara memadai.
(B) WHAT ARE THE RESULTS?
8. How precise are the results?
Hasil dari analisis implementasi deteksi dan intervensi dini program tumbuh
kembang pada balita sudah tepat. Beberapa informan sudah menjelaskan
secara rinci dalam jurnal penelitian.
How precise is the estimate of risk?
Pada jurnal penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi
dan studi dokumen dan semua subjek bersedia di wawancarai dengan baik
sehingga mendapatkan hasil yang baik.
9. Do you believe the results?
Ya,
Pada jurnal penelitian sudah dijelaskan dengan rinci terkait hasi analisis
program deteksi dini progam tumbuh kembang itu sendiri, dan metode
penelitian yang digunakan juga sudah tepat.
(C) WILL THE RESULTS HELP LOCALLY?
10. Can the results be applied to the local population?
Ya,
Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan pada penduduk local, dengan
program deteksi dini dan intervensi untuk pertumbuhan dan perkembangan
lebih baik harapannya dapat diimplementasikan dengan baik juga.
11. Do the results of this study fit with other available evidence?
Ya,
Penelitian ini sudah sesuai dengan pendekatan studi kasus

BAB 3
TINJAUAN KASUS
Hari/Tanggal : Selasa, 13 April 2021

Jam : 09.00 WIB


Tempat : Posyandu Ledoksari Puskesmas Tumpang

Pemeriksa : Naila Halimatuz Zahro

1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Identitas Klien
Nama Klien : An. A
Tanggal Lahir : 11 Desember 2018
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama ayah : Tn. S Nama ibu : Ny. I
Umur : 33 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Dinas Pariwisata Pekerjaan : Dinas Pasar
Alamat : Jalan Karyawan, Tumpang
2) Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
anaknya
3) Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin tidak mengalami keluhan apapun
4) Riwayat Perkawinan Orang Tua
Lama pernikahan : 14 tahun
Jumlah anggota keluarga : 3 orang
Urutan anak : anak pertama
Pengasuh : Ibu dan nenek

5) Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ibu mengatakan tidak pernah sakit sampai dirawat dirumah sakit, hanya
pernah menderit demam, batuk, dan sembuh setelah diperiksakan serta
diberi obat oleh bidan. Ibu mengatakanya anaknya sakit paling lama ±3
hari.
6) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan anak dalam keadaan sehat, tidak sedang menderita deman,
batu, pilek
7) Riwayat Prenatal
Ibu mengatakan ketika awal hamil An.A ibu mengatakan merasa mual
pada pagi hari saja selama±2 bulan, ibu rutin memeriksakan kehamilannya
ke bidan, oleh bidan diberikan vitamin untuk mengurangi rasa mual ,asam
folat, dan vitamin penambah nafsu makan. Memasuki kehamilan trimester
II ibu tidak mengeluh apapun, ibu rutin memeriksakan ke bidan dan 1x ke
puskesmas untuk periksa darah. Ibu diberikan vitamin penambah darah
dan kalk. Pada trimester III ibu mengatakan mengeluh sering kencing pada
malam hari dan nyeri pada punggung. Ibu diberikan penambah darah dan
kalk. Selama hamil ibutidak pernah melakukan USG.
8) Riwayat Natal
Ibu mengatakan melahirkan An.A saat usia kandungannya 9 bulan
ditolong oleh bidan dirumah bidan, An.A langsung menangis, berat badan
An.A saat lahir 2600 gram dan panjang badan saat lahir 48 cm. Selama
persalinan ibu tidak mengalami masalah atau penyulit.
9) Riwayat Postnatal
Ibu mengatakan setelah melahirkan ibu langsung melakukan IMD,ibu
mengatakan tidak merasakan pusing, pandangan kabur, demam, dan
perdarahan, hanya merasa mulas dan sedikit nyeri pada jalan lahir namun
tidak terdapat jahitan.
10) Riwayat Penyakit Keluarga/ genogram

Tn. K (55 Ny. Y Tn. P (58 Ny. W


th) (50th) th) (52th)
th) th)

Tn. L (29 Tn. S (26 Ny. R Tn. V


th) th) (26th) (24 th)

An. A (13
bulan)

Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= keluarga inti satu rumah
= anak yang diperiksa
11) Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi Tanggal Reaksi Terapi

Hb-0 11-12-2018 Tidak ada Tidak ada

BCG+ Polio 1 15-01-2019 Tidak ada Tidak ada

DPT/Hb/ 15-02-2019 Demam ringan Kompres +


Hib1+Polio2 Paracetamol

DPT/Hb/ 16-03-2019 Demam ringan Kompres +


Hib2+Polio3 Paracetamol

DPT/Hb/ 16-04-2019 Demam ringan Kompres


Hib3+Polio4 +Paracetamol

Campak 16-09-2019 Tidak ada Tidak ada

DPT-Hib Lanjutan 12-06-2020 Demam ringan Kompres+paracetamol

Campak Lanjutan 10-12-2020 Tidak ada Tidak ada

12) Pola Aktivitas


a) Pola Nutrisi
Ibu mengatakan An. A makan 3-4x sehari porsi sedang dengan
komposisi nasi dan lauk karena An.A kurang menyukai sayur. An.A
mengonsumsi susu formula 2-3x dalam sehari, minu air putih 4-5x
dalam sehari.
b) Pola Eliminasi
Ibu mengatakan bahwa An.A BAK 4-5x sehari berwarna kuning
jernih, BAB 1-2x dalam sehari.
c) Pola aktivitas
Ibu mengatakan An.A bangun tidur pukul 05.00 WIB kemudian
minum susu, bermain dikamar, mandi, dan makan pagi disuapi oleh
ibu. Setelah sarapan An.A diantar ke rumah neneknya karena ibu dan
ayah An.A bekerja, An.A bermain dengan An.A dan tetangga.
Selanjutnya An.A tidur siang±2 jam. Setelah ayah dan ibu An.A
pulang kerja, An.A dijemput orang tuanya. An.A mandi sore dengan
ibunya lalu bermain dengan ibunya. An. A tidur malam pukul 21.00
WIB
d) Pola istirahat
Ibu mengatakan An.A tidur siang pukul 12.00-14.00 WIB dan tidur
malam pada pukul 21.00 WIB dan bangun sekitar pukul 05.00 WIB
e) Pola kebersihan
Ibu mengatakan An.A mandi 2x dalam sehari, gosok gigi 2x sehari,
keramas setiap sore hari, ganti pakaian setiap pakaian kotor dan
selesai mandi.
13) Data Perkembangan (Tonggak-tonggak perkembangan)
Ibu mengatakan bahwa An.A dapat tengkurap 2,5 bulan, daat merangkak 6
bulan, dapat duduk 8 bulan, dapat berbicara memanggil mama papa 9
bulan, dapat berdiri sendiri 10 bulan, dapat berjalan sendiri usia 12 bulan,
dapat naik turun tangga usia 12 bulan (dengan bantuan orang tua)
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 11,8kg
Tinggi badan : 92 cm
Lingkar kepala : 47 cm
LILA : 17cm
2) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 95x/menit
Suhu : 36,6ºC
Pernafasan : 32x/menit
3) Pemeriksaan fisik
Kepala : Tidak ada benjolan abnormal
Muka : tidak pucat, simetris
Mata : simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada
strabismus
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : Tidak pucat, tidak ada caries gigi
Telinga : Simetris, tidak adas serumen
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, dan vena jugularis
Dada : Simetris, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
Abdomen: Tidak ada benjolan abnormal
Ektremitas : Simetris, tidak ada polidaktil dan sindaktil
4) Menghitung umur anak

Tanggal pemeriksaan = 2021 04 13

Tanggal lahir An.A = 2018 12 11

2 4 2

Umur An. A adalah 2 tahun 4 bulan 2 hari, dibulatkan menjadi 2 tahun 4


bulan = 28 Bulan

5) Melakukan pemeriksaan
a) Tes Daya Dengar
(1) Kemampuan Ekspresif
(a) Anak “A” mulai dapat menggunakan kata-kata lain sleain kata
mama, papa, anggota keluarga lain dan hewan peliharaan
(b) Anak “A” mulai dapat mengungkapkan kata yang berarti
“,ilik” misal “susu kamu”, “bonekaku”?
(2) Kemampuan Reseptif
(a) Anak “A” dapat mengerjakan 2 macam perintah dalam satu
kalimat, seperti ambil sepatu dan taruh disini tanpa diber
contoh
(b) Anak “A” dapat menunjuk mnimal 2 nama benda didepannya
(cangkir, bola, sendok)
(3) Kemampuan Visual
(a) Anak”A’’ secara spontan memulai permainan dengan gerakan
tubuh, seperti pok ame-ame atau cilukba
(b) Anak “A” dapat menunjuk dengan jari telunjuk apabila ingin
sesuatu, bukan dengan cara memegang dengan semua jari
b) Tes Daya Lihat
Tidak dilakukan karena umur anak <36 bulan

c) Tes Perkembangan menggunakan DDST


(1) Personal Sosial
(a) Cuci dan mengeringkan tangan (P)
(b) Gosok gigi dengan bantuan (P)
(c) Memakai baju (P)
(d) Menyuapi boneka (P)
(e) Membuka pakaian (P)
(f) Menggunakan sendok/garpu (P)
(g) Menyebut nama teman (P)
(h) Memakai T-Shirt (F)
(2) Motorik Halus
(a) Menara dari 8 kubus (P)
(b) Meniru garis vertikal (P)
(c) Menara dari 6 kubus (P)
(d) Menara dari 4 kubus (P)
(e) Menara dari 2 kubus (P)
(f) Menggoyangkan ibu jari (P)
(g) Mencontoh (O) (F)
(3) Bicara dan Bahasa
(a) Mengetahui 2 kegiatan (P)
(b) Menyebut 4 gambar (P)
(c) Bicara sebagian dimengerti (P)
(d) Menunjuk 4 gambar (P)
(e) Bagian badan 6 (P)
(f) Menyebut 1 gambar (P)
(g) Mengerti 2 kata sifat (P)
(h) Menyebut 1 warna (P)
(i) Mengerti kegunaan 2 benda (P)
(j) Menghitung 1 kubus (P)
(k) Kegunaan 3 benda (F)
(4) Motorik Kasar
(a) Berdiri 1 kaki 1 detik (P)
(b) Melempar bola tangan ke atas (P)
(c) Melompat (P)
(d) Menendang bola ke depan (P)
(e) Berjalan naik tangga (P)
(f) Lari (P)
(g) Loncat jauh (P)
(h) Berdiri kaki 2 detik (P)
(i) Melompat dengan dengan 1 kaki (F)
Kesimpulan pemeriksaan perkembangan menggunakan DDST
didapatkan:
a. Personal sosial didapatkan interpretasi normal
b. Motorik halus didapatkan interpretasi normal
c. Bahasa didapatkan interpretasi normal
d. Motorik kasar didapatkan interpretasi normal

2. Assesment
Identifikasi masalah:
a. Pertumbuhan An. A:
1) Berdasarkan grafik berat badan menurut umur, An. A berada pada -2SD
sampai 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
2) Berdasarkan grafik panjang badan/tinggi badan menurut umur anak, An.A
berada pada -2SD sampai 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
3) Berdasarkan grafik berat badan menurut panjang badan/ tinggi badan ,
An.A berada pada -2SD sampai dengan 2SD. Sehingga masuk dalam
kategori normal
4) Berdasarkan grafik lingkar kepala anak perempuan, An. A berada pada -
2SD sampai dengan 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
5) Berdasarkan berat badan menurut umur pada KMS terletak pada -2SD
sampai dengan 2SD. Sehingga masuk dalam kategori normal
b. Perkembangan An. A:
Berdasarkan hasil penilaian DDST didapatkan kategori normal pada semua
sektor (personal sosial, motorik kasar, bicara dan bahasa, motorik halus).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak A sesuai dengan usia
3. Intervensi
Dx: An. A Usia 28 Bulan dengan Petumbuhan Normal dan Perkembangan Sesuai
dengan Usia
Kriteria Hasil :
1) Grafik berat badan menurut umur anak perempuan berada pada –2SD sampai
dengan 2 SD (kategori normal)
2) Grafik panjang badan/ tinggi badan menurut umur anak perempuan berada
pada -2SD sampai dengan 2SD (kategori normal)
3) Grafik berat badan menurut panjang badan/tinggi badan anak perempuan
berada pada –2SD sampai dengan 2 SD (kategori normal)
4) Grafik lingkar kepala anak perempuan berada pada -2SD sampai dengan 2SD
(kategori normal)
5) Berat badan menurut umur pada KMS terletak pada -2SD sampai dengan 2SD
(kategori normal)

Intervensi

1) Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan


dengan metode DDST
R/ Ibu mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Jelaskanpada ibu tentang manfaat dari penilaian pertumbuhan dan
perkembangan menggunakan metode DDST
R/ DDST merupakan metode skrining terhadap kelainan tumbuh kembang
anak
3) Motivasi ibu untuk tetap memberikan gizi seimbang pada anak
R/ Gizi seimbang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
4) Anjurkan ibu untuk mengontrol asupan gula pada anak
R/ Riwayat penyakit diabetes yang dimiliki dari keluarga dapat menjadi sebuah
faktor risiko terjadinya diabetes untuk keturunan selanjutnya
5) Motivasi ibu untuk tetap menjaga pola istirahat anaknya
R/ Anak balita yang tidur cukup cenderung memiliki pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal dibanding yang waktu tidurnya
6) Beri pujian pada ibu karena telah membawa anaknya ke fasilitas kesehatan
untuk dilakukan pemeriksaan perkembangan
R/ Ibu akan termotivasi untuk lebih memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan serta menstimulasi perkembangan anaknya
7) Anjurkan ibu untuk menimbang BB dan TB anak setiap bulan di posyandu
R/ Pemantauan berat dan dan tinggi badan untuk mendeteksi gangguan dan
penyimpangan tumbuh kembang anak sejak dini agar mendapat tindak lanjut
dengan cepat dan tepat
8) Anjurkan ibu untuk memberi stimulasi pada anak sesuai tahap perkembangan
anak
R/ Stimulasi sesuai tahap perkembangan anak memberikan peningkatan
terhadap kemajuan perkembangan anak
9) Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan
DDST setiap 6 bulan pada umur 24-72 bulan
R/ Tumbuh kembang anak perlu mendapatkan pemantauan secara rutin
4. Implementasi
a. Menjelaskan kepada ibu mengenai hasil pemeriksaan pertumbuhan dan
perkembangan anaknya dengan menggunakan metode DDST. An.A berusia 28
bulan dengan tinggi badan 92cm, berat badan 11,8kg, LILA 17 cm, lingkar
kepala 47 cm masuk dalam kategori normal. Tidak terdapat gangguan
pendengaran, dan hasil pemeriksaan dari semua sektor (motorik halus, personal
sosial, motorik kasar, bicara dan bahasa) dalam kategori normal.
b. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat dari penilaian tumbuh kembang dengan
menggunakan metode DDST, manfaatnya adalah untuk mendeteksi dini
adanya penyimpangan perkembangan pada anak dengan cara memberikan
beberapa stimulus yang berhubungan dengan tugas perkembangan diusianya.
c. Memotivasi ibu untuk memberikan gizi seimbang pada anak. Makanan tersebut
terdiri dari nasi, sayur, buah, lauk pauk, air dan susu. Lebih bersabar dan
telaten saat menyuapi An.A dengan beraneka ragam sayuran agar An.A
perlahan-lahan dapat menyukai sayur.
d. Menganjurkan ibu untuk mengontrol asupan gula pada anaknya karena terdapat
riwayat penyakit keturunan diabetes melitus. Faktor keturunan (genetik)
mempunyai peranan penting terhadap penyakit diabetes melitus, namun dapat
meminimalisir dengan pola makan yang sehat, tidak mengonsumsi gula
berlebih, amakanan bererat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
e. Memotivasi ibu untuk tetap menjaga pola istirahat anaknya. Anak perlu banyak
tidur. Perumbuhan dan perkembangan sangat bergantung dari pola
istirahat/tidur, tanpa tidur yang cukup anak tidak akan tumbuh secara optimal
karena pada saat inilah terjadi perbaikan sel-sel otak dan ±75% hormon
pertumbuhan diproduksi. Tidur mempunyai efek yang besar terhadap
kesehatan mental, emosi, fisik, dan sistem imunitas tubuh.
f. Memberikan pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
g. Menganjurkan ibu untuk menimbang BB anak setiap bulan di posyandu untuk
memonitor pertumbuhan anak.
h. Menganjurkan ibu untuk memberikan stimulus perkembangan pada anak sesuai
dengan usia.
1) Motorik kasar : mengajarkan anak bermain ular naaga, merangkak di
kolong meja, berjinjit mengelili kursi, melompat jauh dengan kedua
kakinya bersamaan.
2) Motorik halus : mendorong anak bermain puzzle, membuat gambar
tempelan, memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut isinya,
mengajari menghitung dengan mengelompokkan benda-benda sambil
menghitung
3) Bicara dan bahasa : mendorong anak mau bercerita apa yang dilihat,
membenatu anak dalam memilih acara TV, menyebut nama lengkap anak,
bercerita tentang dirinya sendiri, menyebut nama dengan berbagai jenis
pakaian
4) Sosialisasi dan kemandirian : mengajari anak untuk berpakaian sendiri
tanpa bantuan, bujuk dan tenangkan anak ketika kecewa dengan cara
memeluk dan berbicara kepadanya, mengajak anak memberishkan
tubuhnya ketika kotor
i. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan atau skrining rutin 6 bulan
lagi saat usia balitanya 34 bulan.
5. Evaluasi
Berdasarkan penatalaksanaan yang telah dilakukan, ibu dapat menjelaskan kembali
informasi yang telah didapat dari bidan mengenai tumbuh kembang anaknya, ibu
mampu memberikan stimulasi tugas perkambangan anak selanjutnya, wajah ibu
terlihat senang ketika diberi pujian, ibu menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan 6
bulan lagi.
BAB 4
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan holistik fisiologi pada bayi, balita, dan anak pra sekolah pada
tanggal 13 Maret 2021 dengan menggunakan format dokumentasi pengkajian,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Dari hasil pengkajian data
subjektif didapatkan identitas klien yaitu An.A jenis kelamin perempuan, lahir pada
tanggal 11 Desember 2020. Identitas orang tua Ny. I berusia 32 tahun, beragama islam,
pendidikan terakhir SMA, bekerja di Dinas Pasar. Tinggal bersama Tn. S berusia 33
tahun, beragama islam, pendidikan terakhir SMA, bekerja di Dinas Pariwisata dengan
alamat Jl. Karyawan Tumpang. Ibu mengatakan ingin mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anaknya. Lama pernikahan Tn. S dan Ny. 1 yaitu 14 tahun. Jumlah
anggota keluarga adalah 3. Anak A merupakan anak pertama dan diasuh oleh Ny. I dan
nenek An.A. Saat ini anak “A” dalam keadaan sehat, tidak sedang menderita demam,
batuk, ataupun pilek. Ny.I mengatakan anaknya tidak pernah sakit sampai dirawat
dirumah sakit hanya pernah menderita demam, batuk, dan sembuh setelah diperiksakan
serta diberi obat oleh bidan. Ibu mengatakan anaknya sakit paling lama±3 hari. Ketika
hamil anak “A” tidak pernah mengalami komplikasi, dan Ny. N rutin memeriksakan
kehamilannya. Anak “A” lahir normal di bidan langsung menangis, saat usia kehamilan
9 bulan dengan berat badan lahir 2600 gram, dan panjang badan 48cm. Setelah
melahirkan dilakukan IMD dan tidak ada tanda-tanda komplikasi pada ibu maupun
bayinya. Imunisasi dasar anak “A” telah lengkap yaitu dari Hb0, BCG, Polio, DPT HB
Hib, IPV, dan Campak dengan rentan waktu sesuai jadwal pemberian imunisasi.
Kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu demam setelah diberikan imunisasi DPT HB Hib,
dan tindakan yang dilakukan ibu adalah dengan cara mengompres dan memberikan
parasetamol. Menurut Setyani (2016) anak perlu diberikan imunisasi dasar yang
lengkap yaitu BCG, Polio, DPT, Hb dan Campak agar terlindung dari penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Sekarang sudah banyak imunisasi tambahan yang
sudah beredar di Indonesia seperti Hib, IPD dll. Pemberian Imunisasi pada bayi dan
anak sangat penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit
yang bisa dicegah dengan imunisasi. Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap
maka diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit yang menimbulkan kesakitan dan
kematian. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari anak “A” yaitu anak “A” makan 3
kali sehari dengan jenis makanan nasi dan lauk. Anak A tidak menyukai sayuran.
Minum air putih 4-5 gelas perhari atau 1,7 Liter, Jenis air putih, dan susu. Menurut
Setyani (2016) anak perempuan 1-3 tahun membutuhkan 1125 Kkal perhari. Anak “A”
BAK 4-5 kali sehari, dan BAB 1 kali dalam sehari. Pola aktivitas anak “A” adalah
bermain. Menurut Setyani (2016), Anak perlu bermain, melakukan aktifitas fisik dan
tidur karena hal ini dapat merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan, merangsang
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, merangsang pertumbuhan otot dan tulang,
dan merangsang perkembangan. Anak “A” dalam 1 hari tidur +/- 10 jam yaitu tidur
siang +/- 2 jam, dan tidur malam +/- 8 jam. Anak “A” mandi 2 kali dalam sehari,
mencuci rambut 1 setiap mandi sore dan ganti setiap pakaian kotor dan selesai mandi.
Data perkembangan anak “A” yaitu dapat mengkat kepala usia 2,5 bulan, merangkak 6
bulan, duduk 8 bulan, dapat berbicara memanggil papa mama 9 bulan, dapat berdiri
sendiri 10 bula, dapat berjalan sendiri usia 12 bulan, dapat naik turun tangga usia 12
bulan (dengan bantuan orang tua.
Pada data obyektif didapatkan hasil pemeriksaan antopometri BB 11,8kg, PB 92
cm, lingkar lengan atas 17 cm, dan lingkar kepala 47 cm. Pemeriksaan fisik dari kepala
hingga ekstremitas semuanya dalam keadaan normal. Menurut Setyani (2016) berat
badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting untuk mengetahui
keadaan status gizi anak dan untuk memeriksa kesehatan anak pada kelompok umur.
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering diistilahkan panjang badan. Dari
perhitungan usia anak yaitu tanggal kunjungan di kurangi dengan tanggal lahir, jadi usia
anak saat ini adalah 28 bulan. Menurut Setyani (2016) masa toddler 1-3 tahun, Pada
masa ini pertumbuhan fisik anak relatif lebih pelan daripada masa bayi tetapi
perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Perhatian anak terhadap lingkungan
menjadi lebih besar dibanding masa sebelumnya yang lebih banyak berinteraksi dengan
keluarganya. Anak lebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya dan meniru apa yang
diperbuat orang. Pada masa ini, anak bersifat egosentris yaitu mempunyai sifat keakuan
yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap miliknya. Dari penilaian
tes daya dengar didapatkan hasil kemampuan ekspresif didapatkan 2 ya, kemampuan
responsif didapatkan 2 ya, dan kemampuan visual didapatkan 2 ya. Tes daya lihat Tidak
dilakukan karena saat ini usia anak 28 bulan, sedangkan tes daya lihat dilakukan pada
anak 36-72 bulan. Menurut Kemenkes (2018) tes ini untuk memeriksa ketajaman daya
lihat serta kelainan mata pada anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan.
Tujuan tes ini untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah
secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera ditangani. Jika tidak ada
jawaban “tidak” maka diinterpretasikan sesuai usia. Penilaian perkembangan dengan
menggunakan DDST. Pada semua sektor baik personal sosial, motorik halus, bicara dan
bahasa, serta motorik kasar mendapatkan hasil normal. Menurut Setyani (2016) DDST
merupakan salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak usia1
bulan sampai 6 tahun. Pelaksanaan DDST tergolog cepat dan mudah serta mempunyai
validitas yang tinggi.
Dari data subjektif dan objektif maka dapat ditegakkan diagnosa kebidanan Anak
“A” berusia 28 bulan dengan pertumbuhan normal dan perkembangan anak sesuai
dengan usia. Menurut Setyani (2016) kesimpulan normal dari hasil pemeriksaan bila
tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak 1 caution serta melakukan pemeriksaan
6 bulan sekali pada usia 24-72 bulan. Identifikasi masalah pertumbuhan anak “A”
berdasarkan grafik berat badan menurut umur, An.A berada pada -2SD sampai 2 SD,
sehingga masuk dalam kategori normal. Berdasarkan grafik panjang badan/tinggi badan
menurut umur, An.A berada pada -2SD sampai 2SD, sehingga masuk dalam kategori
normal. Berdasarkan grafik berat badan menurut panjang badan/tnggi badan, An.A
berada pada -2SD sampai dengan 2SD, sehingga masuk dalam kategori normal.
Berdasarkan grafik lingkar, An.A berada pada -2SD sampai dengan 2SD, sehingga
masuk dalam kategori normal. Berdasarkan berat badan menurut umur pada KMS
terletakpada -2SD sampai dengan 2SD, sehingga masuk dalam kategori normal.
Menurut Setyani (2016) pola pertumbuhan dan perkembangan anak umumnya
merupakan interaksi banyak faktor yang saling mempengaruhi. faktor yang
mempengaruhi tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik, perbedaan ras, etnik, dan
bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan kromosom, serta pengaruh hormon.
Faktor eksternal meliputi faktor pranatal (gizi, mekanis, toksin, kelainan endokrin,
radiasi, infeksi, kelainan imunologi, dan psikologi ibu), faktor natal, dan pasca natal.
Perencanaan asuhan yang dilakukan pada An.A adalah jelaskan pada ibu tentang
hasil pemeriksaan dan perkembangan dengan metode DDST, jelaskan pada ibu tentang
manfaat dari penilaian pertumbuhan dan perkembangan menggunakan metode DDST,
motivasi ibu untuk tetap memberikan gizi seimbang pada anak, anjurkan ibu untuk
mengontrol asupan gula pada anak, motivasi ibu untuk tetap menjaga pola
istirahatnya,beri pujian karena telah membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk
dilakukan pemeriksaan perkembangan, anjurkan ibu untuk menimbang BB dan
mengukur TB anak setiap bulan di posyandu, anjurkan ibu untuk memberi stimulasi
pada anak sesuai tahap perkembangan, anjurkan ibu untuk melakukan
pemeriksaan/skrining rutin menggunakanDDST setiap 6 bulan pada umur 24-72 bulan.
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Pada
tahap evaluasi didapatkan hasil bahwa ibu dapat menjelaskan kembali informasi yang
telah didapat dari bidan mengenai tumbuh kembang anaknya, ibu mampu memberikan
stimulasi tugas perkambangan anak selanjutnya, wajah ibu terlihat senang ketika diberi
pujian, ibu menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan 6 bulan lagi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau
dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dalam nitrogen tubuh). (Adriana, 2013).
Perkembangan ( development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dan proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. (Soetjiningsih,
2015). Orangtua penting sekali untuk memperhatikan tumbuh kembang anak
sehingga dapat melakukan pencegahan atau penanganan sedini mungkin apabila
terdapat masalah kesehatan pada anak dan segera membawanya ke petugas
kesehatan. Setelah penulis melakukan asuhan pada tanggal 13 April 2021 pada
An. “A” Usia 28 Bulan didapatkan hasil bahwa pertumbuhan An.A normal dan
perkembangan An.A sesuai dengan usia.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan asuhan yang telah diberikan adalah
sebagai berikut:
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai
dengan teori dan praktik, sehingga tidak terjadi kesenjangan dan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi.
c. Bagi Bidan
Diharapkan bidan mengetahui rasional dalam setiap melakukan tindakan/
asuhan yang diberikan kepada klien serta mampu untuk mengambil
keputusan klinik untuk mengihndari keterlambatan dalam penanganan.
d. Bagi Institusi
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan perlu kiranya untuk menerapkan
manajemen kebidanan dalam memecahkan suatu masalah untuk lebih
ditingkatkan dan dikembangan untuk mencetak/ menciptakan tenaga
kesehatan yang berpotensi dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Andriani, R., Sekaartini, R., & Batubara, J. (2016). Peran Instrumen Modifikasi Tes
Daya Dengar sebagai Alat Skrining Gangguan Pendengaran pada Bayi Risiko
Tinggi Usia 0 - 6 bulan. Researchgate

Chamidah, Atien Nur.2009. Pentingnya Stimulasi Dini Bagi Tumbuh Kembang Otak
Anak. Yogyakarta : Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Dian, A. 2013. Buku Ajar Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain Pada Anak (2nd ed.).
Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan RI. 2012. Pelatihan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes.

Departemen Kesehatan RI. 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes RI.

Evandrou, M., Falkingham, J., Gomez-Leon, M., & Vlachantoni, A. 2016.


Intergenerational flows of support between parents and adult children in
Britain.
Ageing and Society, 38(02), 321–351. doi:10.1017/s0144686x16001057

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh
Kembang Anak. Jawa Timur: IDAI

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Deteksi dan Stimulasi Dini Tumbuh Kembang
dalam 1000 Hari Pertama. Jakarta: IDAI

Kyle, Terri. 2014 . Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC


Kyle, Terri., & Carman, Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Edisi 2.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Setyani, Astuti. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra
Sekolah. Jakarta : Kemenkes RI
Shabariah, R., Farsida, F., & Prameswari, I. 2019. Hubungan Ukuran Lingkar Kepala
dengan Perkembangan Anak Usia 12-36 Bulan Berdasarkan Skala Denver
Development Screening Test-II (DDST-II) di Posyandu RW 03 Mustika Jaya
Bekasi Timur November 2016. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 15(1), 46-55.

Soetjiningsih, IG. N. Gde Ranuh . 2015. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : EGC
Sulistyawati, A . 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak . Jakarta Selatan : Salemba
Medika
Sumiyati. 2016. Hubungan Stimulasi dengan Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun di
Desa Karang tengah Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Jurnal
Poltekes Semarang, 5(1), pp. 34–3
Yuniarti, Sri . 2015. Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah. Bandung : PT. Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai