Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan antenatal merupakan pelayan yang diterima wanita selama kehamilan yang sangat
penting dalam membantu memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam kehamilan dan
persalinan. Salah satu pengkajian dalam asuhan kebidanan yaitu melakukan dan mengkaji data
objektif. Sebagai seorang bidan, kita harus bisa melakukan pemeriksaan untuk memperoleh data
objektif yang diantaranya pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi,
pemeriksaan panggul dan lain-lain.Tujuan dari pemeriksaan fisik dan tes laboratorium adalah
untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi kehamilan. Bukti di sebluruh dunia menujukan bahwa
pemeriksaan fisik dan tes laboratorium selama kujungan antenatal harus difokuskan pada
pemeriksaan-pemeriksaan yang didukung oleh riset ilmiah. Untuk itu dalam makalah ini, akan
dibahas tentang pemeriksaan dalam memperoleh data objektif tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa saja pemeriksaan umum pada ibu hamil ?


2) Apa saja pemriksaan fisik pada ibu hamil ?
3) Apa saja pemeriksaan penunjang pada ibu hamil ?
4) Bagaimana format pemeriksaan data objektif pada ibu hamil ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan umum pada ibu hamil.


2) Utuk mengetahui pemeriksaan fisik apa saja pada ibu hamil.
3) Untuk mengetahui periksan penunjang pada ibu hamil.
4) Untuk mengetahui format pengkajian data objektif pada ibu hamil.

1
Asuhan kebidanan
1.4 Manfaat

1.4.1 Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya tentang cara mendata data objektif.

2
Asuhan kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN

Data obyektif adalah data yang diperoleh mulai pemeriksaan fisik secara inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan panggul, pemeriksaan dalam, pemeriksaan
laboratorium dan penunjang.

2.1 PEMERIKSAAN UMUM :

Kesadaran : Composmentis
Keadaan Umum : Baik
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut Nadi : 84 88 kali/menit
Pernafasan : 16-24 kali/menit
Suhu : 36,5 37,5oC
BB sebelum hamil :
Berat badan : Naik kurang lebih 6,5 16,5 kg rata-rata 12,5 kg

Pemeriksaan Umum :

Tanda vital
Pemeriksaan jantung dan paru
Pemeriksaan payudara
Kelainan otot dan rangka serta neurorologik

Pemeriksaan Umum :

1. Keadaan Umum : baik


2. Kesadaran : compos mentis

Tingkat kesadaran :

1. Kompos mentis (sadar penuh)

3
Asuhan kebidanan
2. Apatis (acuh tak acuh)
3. Somnolen (bisa bangun dengan rangsngan ringan)
4. Derilium (sibuk sendiri, teriak-teriak)
5. Sopor (bisa melihat dengan rangsangan berat, tidak bisa mengutarakan)
6. Koma (tidak sadar)

3. Berat badan
Ibu yang menurut kategori BMI berada pada rentang obesitas lebih berisiko
mengalami komplikasi kehamilan. Komplikasi tersebut antara lain diabetes gestrasional,
hipertensi akibat kehamilan, dan distosia bahu. Terdapat juga kesulitan dalam memalpasi
bagian tubuh janin dan menentukan presentasi, posisi, atau engagement janin.
Semua wanita harus di timbang berat badannya, tetapi jika berada dalam rentang
BMI normal, tidak terdapat data yang cukup untuk mengatakan bahwa penimbangan
berat badan secara rutin merupakan predictor yang baik dari pertumbuhan janin ( Hytten
1990 ). Ibu yang kelebihan atau kekurangan berat badan harus dipantau secara cermat dan
diberikan konseling mengenai nutrisi ( boyle 1995).
Untuk mengetahui berat badan ibu sebelum dan selama hamil.Sebaiknya kenaikan
berat badan pada ibu hamil adalah antara 9-13,5kg.c. Tinggi BadanUntuk mengetahui
berapa tinggi badan ibu. Ibu hamil dengan tinggi badan terlalu pendek 145 cm
memungkinkan adanya panggulsempit

4. LILA
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil. Normalnya LILA adalah 23,5 cm

5. TTV
Tekanan Darah:
Tekanan darah diukur untuk memastikan kenormalan dan sebagian dasar
untuk pemantauan tekanan darah selama kehamilan. Tekanan sistolik dapat
mengalami peningkatan palsu jika ibu merasa cemas atau gelisah; waktu
menunggu yang terlalu lama juga dapat menimbulkan stress. Kandung kemih
yang penuhjuga dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah harus diukur

4
Asuhan kebidanan
ketika ibu dalam keadaan releks. Ibu harus duduk dengan nyaman atau tidur
dalam posisi lateral untuk pengukuran tekanan darah. Tekanan arteri brakial
paling tinggi dalam keadaan duduk dan rendah dalam keadaan terlentang.
Tekanan darah yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan perfusi plasenta,
tetapi tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg pada
kunjungan pertama merupakan indikasi adanya hipertensi dan memerlukan
pemantauan yang cermat selama kehamilan, baik oleh bidan maupun oleh dokter
obsetri.
Baru baru ini, bunyi Korotkoff ( K4 ) ( bunyi berdesir yang pelahan
menghilang ) dicatat sebagai tekanan diastolic pada ibu hamil karena diyakini
bahwa K5 ( hilangnya bunyi ) tidak selalu ada ( Herbert & Alison 1996 ). Namun
demikian, pada studi terbaru yang melibatkan 85 ibu hamil untuk
membandingkan keakuratan pencatatan K4 dibandingkan K5, K4 terdengar pada
kurang setengah pengukuran dibandingkan dengan K5, yang dapat diidenfikasi
pada semua pemeriksaan. Oleh karena itu, mendengarkan K5 pada kehamilan
merupakan hal yang direkomendasikan, kecuali pada kasus ketika K5 tidak ada.
Suatu percobaan acak dengan 220 wanita pada 1998 menyimpulkan bahwa
penggunaan universal K5 harus dipertimbangan; penggunaan K5 sebagai ganti K4
tidak menimbulkan hasil yang negatif bagi ibu atau bayi mereka.

Untuk mengetahui normal atau tidaknya tekanan darah ibu, normalnya


90/60 mmHg 130/90mmHg. Kenaikan systole tidak boleh 30 mmHgdan
diastole tidak boleh 15 mmHg.2
Nadi:
untuk mengetahui jumlah denyut nadi ibu dalam satu menit. Normalnya adalah
60-100 kali permenit
Pernafasan:
untuk mengetahui frekuensi pernafasan ibu dalam satu menit. Normalnya adalah
18-24 kali permenit.
Suhu:
untuk mengetahui normal tidaknya suhu ibu. Normalnya adalah 36C-37 C

5
Asuhan kebidanan
2.2 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

a. Kepala: bentuk kepala oraktosefalus, bersih, rambut hitam, tidak rontok,tidak ada kutu
dan ketombe.
b. Muka

Trimester I : ada cloasma gravidarum, konjungtiva merah muda, sclera putih,


oedema tidak ada, mulut bersih, gigi tidak karies.

Trimester II : konjungtiva merah muda, selera putih, tidak ada oedema, gigi tidak
karies.

Trimester III : Konjungtiva merah muda, selera putih, tidak ada oedema.

c. Mata:
Mata simetris, konjungtiva berwana merah muda, sklera berwarna putih, tidak ada bintik
bitot, tidak ada katarak, tidak ada kelainan sepertistrabismus.
d. Hidung :
Hidung simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada pengeluaran sekret, cairan
ataupun darah, tidak ada pembesaran polip.
e. Telinga :
Telinga simetris, keadaan bersih, tidak ada pengeluaran sekret,nanah ataupun darah,
membran timpani berwarna putih dan tes pendengaran positif.
f. Mulut:
Keadaan bersih, tidak kering, warnanya merah muda, lidahtidak kotor, palatum bersih,
tidak ada stomatitis, tidak ada kelainan sepertilabio palato skisis dan labio skisis, tidak
ada perdarahan dan pembengkakan pada gusi.
g. Gigi:
Gigi bersih, tidak ada karies gigi dan tidak ada karang gigi.
h. Leher

6
Asuhan kebidanan
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.

i. Dada
Trimester I : hiperpigmentasi pada putting susu dan areola, putting bersih dan
menonjol, tidak ada massa, colostrums, montgometri terlihat jelas
Trimester II : putting bersih dan menonjol, tidak ada massa, colostrums sudah keluar
Trimester III : putting bersih dan menonjol, colostrums sudah keluar
j. Genitalia
Vulva dan vagina : tidak ada varises, tidak ada kondiloma lata, dan tidak ada
kondiloma akuminata, tidak ada infeksi bartolini, tidak ada infeksi skene, tidak ada
kemerahan.
Perineum : tidak ada bekas luka
k. Punggung
Tidak ada skeliosis
l. Anus
Tidak ada hemoroid
m. Edema
Edema jarang ditemukan pada pengkajian awal, tetapi dapat terjadi sejalan dengan
kemajuan kehamilan. Edema fisiologis terjadi ketika bangun tidur di pagi hari dan
bertambah buruk di siang hari, hal ini sering berkaitan dengan aktivitas sehari-hari atau
udara yang panas. Pada pemeriksaan berikutnya, bidan harus mengobservasi adanya
edema dan menanyakan kepada ibu mengenai gejalanya. Serig kali ibu merasakan bahwa
cincinnya semakin sempit dan pergelangan kakinya membengkak. Edema tekan pada
ekstrimitas bawah dapat diidentifikasi dengan menekankan ujung jari secara perlahan
pada pada tulang tiba, cekungan akibat tekanan akan tetap terlihat pada saat jari diangkat.
Jika edema mencapai lutut, mempengaruhi wajah atau semakin parah pada jari tangan,
hal ini dapat mengindifikasikan adanya hipertensi akibat kehamilan jika didukung oleh
gejala lainnya.
n. Varises
7
Asuhan kebidanan
Varises cenderung terjadi selama kehamilan dan merupakan pencetus terjadinya
thrombosis vena dalam. Ibu harus ditanyakan tentang apakah ia merasakan nyeri pada
tungkainya. Area yang kemerahan pada betis dapat terjadi akibat varises, flebitis, atau
thrombosis vena dalam. Area yang tampak putih seperti kekurangan darah, dapat terjadi
akibat trombosis vena dalam. Ibu diminta untuk memberitahu jika terjadi nyeri tekan
yang ia rasakan selama pemeriksaan ataupun selama kehamilan. Rujukan ke dokter harus
dilakukan jika dibutuhkan. Anjuran tentang penggunaan stoking khusus dapat diberikan.
2.3 Pemeriksaan Medis

Jika di periksa oleh dokter umum dan bukan oleh bidan, maka ibu tersebut akan
menjalani pemeriksaan medis. Beberapa dokter masih melakukan pemeriksaan ini karena
mereka melihatnya sebagai kesempatan untuk memeriksa jantung dan paru-paru. Murmur
sistolik yang lembut sering terdengar pada ibu hamil, tetapi jika terjadi abnormalitas
lainnya, ibu harus di rujuk ke dokter.

Pemeriksaan vagina tidak di perlukan di awal pengkajian. Papanicolaou smear


biasanya di tunda hingga masa nifas.

a. Pemeriksaan abdomen
Pemeriksaan abdomen di lakukan untuk menentukan pertumbuhan janin
apakah perumbuhan janin sesuai dengan usia gestasi sejalan dengan kemajuan
kehamilan. Tujuan spesifiknya adalah :
Mengobservasi tanda tanda kehamilan
Mengkaji pertumbuhan dan ukuran janin
Mengauskultasi jantung janin
Menidentifikasi letak bagian tubuh janin
Mendeteksi adanya penyimpangan dari normal

Pemeriksaan ini dapat membuat ibu khawatir, dan komunikasi yang senstif
selama prosedur yang merupakan hal yang sangat penting ( olsen 1999).

Persiapan

Pemeriksaan abdomen akan lebih efektif jika ibu secara konsisten berada pada
posisi yang sama di setiap pemeriksaan antenatal (engstrom et al 1993). Suatu studi yang
8
Asuhan kebidanan
membandingkan antara posisi telentang, duduk, lutut fleksi, dan duduk dengan lutut
fleksi, menemukan perbedaan antara tiap tiap posisi tersebut terhadap perkiraan tinggi

Posisi Pada Presentasi Puncak Kepala


Left occipitoanterior (LOA) Oksiput mengarah pada tonjolan iliopektineal kiri; sutura
sagitalisberada pada diameter oblik kanan dari pelvis.
Right occipitoanterior (ROA) Oksiput mengarah pada tonjolan iliopektineal kanan; sutura
sagitalis berada pada diameter oblik kiri dan pelvis.
Left occipitolateral (LOL) Oksiput mengarah pada garis iliopektineal kiri di bagian tengah
antara tonjolan iliopektineal dan sendi sakroiliaka; sutura sagitalis berada pada diameter
transversal pelvis.
Right occipitolateral (ROL) Oksiput mengarah pada garis iliopektineal kanan di bagian
tengah antara tonjolan iliopektineal dan sendi sakroiliaka; sutura sagitalis berada pada
diameter transversal pelvis.
Left occipitoposterior (LOP) Oksiput mengarah pada sendi sakroiliaka kiri; sutura sagitalis
berada pada diameter oblik kiri pelvis.
Right occipitoposterior (ROP) Oksiput mengarah pada sendi sakroiliaka kanan; sutura
sagitalis berada pada diameter oblik kanan pelvis.
Direct occipitoanterior (DOA) Oksiput mengarah pada simfisis pubis; sutura sagitalis berada
di diameter anteroposterior pelvis.
Direct occipitoposterior (DOP) Oksiput mengarah pada sakrum; sutura sagitalis berada di
diameter anteroposterior pelvis.
Pada presentasi bokong dan wajah, posisi digambarkan dengan cara yang sama dengan
menggunakan denominator yang sesuai.

fundus uteri (engstrom et al 1993). Kandung kemih yang penuh saat pemeriksaan akan
menyebabkan rasa kurang nyaman dan menyebabkan hasil pengukuran tinggi fundus
menjadi kurang akurat. Merupakan hal yang sangat penting bahwa bidan hanya
memajankan area abdomen yang akan di palpasi dan menutup area lainnya untuk
menjaga privasi ibu. Ibu berbaring dengan nyaman dengan kedua lengan di sisinya untuk
merelakskan otot abdomen. Kemudian, ia harus duduk untuk mendiskusikan hasil
pemeriksaannya dengan bidan.

Metode

a) Inspeksi
9
Asuhan kebidanan
Ukuran uterus dapat di kaji melalui observsi. Namun demikian, kandung
kemih yang penuh, kolon yang terdistensi, atau obesitas, dapat memberi kesan
yang salah tentang ukuran janin. Pada sebagian besar kasus, bentuk uterus lebih
panjang ketika janin berada pada posisi lungitudinal. Jika janin berada pada posisi
transversal, uterus berbentuk melebar dan terletak lebih rendah.
Uterus multipara berbentuk kurang oval di bandingkan dengan uterus
primigravida. Terkadang bentuk ekstremitas atau punggung janin dapat terlihat.
Jika janin berada pada posisi oksipitoposterior, cekugan berbentuk cawan dapat
terlihat pada umbilikus atau berada di bagian bawahnya. Bidan dapat
mengobservasi gerakan janin, atau gerakan janin dapat di rasakan oleh ibu; hal ini
dapat membantu bidan menentukan posisi janin. Umbilikus menjadi kurang
cekung sejalan dengan perkembangan kehamilan dan dapat sedikit menonjol pada
minggu minggu terakhir. Ketika ibu sedang berdiri, abdomen dapat tampak lebih
tipis.
Otot abdomen yang lemah pada ibu multipara dapat menyebabkan uterus
condong ke depan; hal ini di sebut dengan pendulous abdomen atau uterus oblik
anterior. Pada primigravida, hal ini merupakan tanda serius karena dapat
mengindikasikan adanya kontraksi pelvic.
Perubahan kulit

Tanda tanda peregangan kulit akibat kehamilan sebelumnya akan tampak


keperakan, sedangkan tanda tanda yang baru akan terlihat merah muda. Linea
nigra dapat terlihat sebagai garis berwarna gelap akibat pigmentasi yang terletak
memanjang di bagian tengah abdomen di bawah dan terkadang di atas umbilikus.
Eska dapat mengindikasikan adanya operasi abdomen atau obsetrik yang pernah
di lakukan sebelumnya.

b) Palpasi

Tangan bidan harus bersih dan hangat; tangan yang dingin tidak memiliki
indraoeraba yang akut yang di perlukan, tangan yang dingin cenderung
menstimulasi kontraksi abdomen dan otot uterus, dan ibu merasa tidak nyaman
terhadap palpasi tersebut. Lengan dan tangan harus relaks, palpasi di lakukan

10
Asuhan kebidanan
dengan bantalan jari , bukan ujung jari dengan lembut. Tangan di gerakan secara
perlahan di atas abdomen dengan gerakan mengusap unuk menghindari terjadinya
kontraksi.

Dalam rangka menentukan tinggi fundus, bidan menempatkan tangannya


di bawah sifisternum. Dengan tekana yang lembut, ia menggerakan tangannya
sepanjang abdomen hingga ia merasakan lengkungan batas atas fundus, catat
lebar jari yang dapat di tempatkan di antara keduanya. Sebagai alternatif, jarak
antara fundus dan simfisis pubis dapat di tentukan dengan pita ukur, walaupun
penelitian terbaru menunjukan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk
mengevaluasi metode ini secara penuh ( neilson 2001 ). Hasil pengukuran dapat
di catat pada catatan kehamilan atau pada bagan yang berisi rata rata hasil terbaru
menunjukan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk mengevaluasi metode ini
secara penuh (neilson 2001 ). Hasil pengukuran dapat di catat pada catatan
kehamilan atau pada bagan yang berisi rata rata hasil pemeriksaan untuk usia
kandungan tertentu: bagan tinggi simfisis fundus (gardosi & francis 1999).
Tinggi fundus berhbungan dengan fungsi gestasi, terutama pada minggu minggu
awal kehamilan. Sebagai contoh, ukuran uterus kira kira 22-24 minggu adalah
jika fundus uterus dapat di raba di umbilikus.

Mengkaji ukuran uterus secara klinis untuk membandingkannya dengan


kehamilan tidak selalu memberikan hasil yang akurat karena ukuran dan jumla
janin serta jumlah cairan amnion bervariasi. Variasi ukuran pada paritas maternal
juga dapat mempengaruhi perkiraan. Jika uterus terlalu besar, kemungkinan janin
berukuran besar, tetapi dapat juga terjadi kehamilan kembar atau polihidramnion.
Jika uterus lebih kecil dari yang di harapkan, tanggal taksiran partus bisa saja
salah, atau ukuran janin termasuk kecil untuk usia kandungan tersebut.

Palpasi pelvis. Palpasi pelvis dapat menyebabkan kontraksi uterus


sehingga sering di laksanakan sebelum palpasi fundus dan palpasi lateral untuk
mempermudah menentukan hasilnya. Namun demikian, beberapa ahli
berpendapat bahwa palpasi pelvis harus di laksanakan paling akhir. Palpasi pelvis

11
Asuhan kebidanan
akan mengidentifikasi kutub janin pada pelvis; palpasi ini seharusnya tidak
sampai menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu.

Bidan harus meminta ibu untuk sedikit menekuk lututnya guna


merelakskan otot abdomen dan juga menganjurkan ibu untuk bernafas dengan
teratur; relaksasi dapat di lakukan dengan mengeluarkan nafas panjang secara
perlahan. Sisi uterus tepat di bawah umbilikus berada dengan tepat di antara
kedua telapak tangan dengan posisi jari rapat, dan menunjuk kearah bawah dan
dalam.

Kepala janin akan teraba sebagai massa yang keras dan berbentuk bulat
degan permukaan halus yang rata. Bidan perlu juga memperkirakan seberapa
besar bagian kepala janin yang terlpisi di atas pintu atas panggul untuk
menentukan seberapa jauh terjadinya engagement. Teknik dua tangan tampaknya
terasa lebih nyaman bagi ibu dan memberikan lebih banyak informasi. Perasat
pawlik terkadang di gunakan untk mengetahui ukuran, fleksi, dan mobilitas
kepala, tetapi bidan harus berhati hati agar tidak menimbulkan tekanan yang tidak
perlu. Perasat ini hanya di gunakan jika perlu. Bidan menyentuh kutub bawah
uterus kutub bawah uterus di antara jari jarinya dn ibu jari, yang harus di
rentangkan dengan cukup lebar untuk mengakomodasi kepala janin. Tidak ada
penelitian yang cukup untuk mendukung salah satu metode tersebut.

Palpasi lateral. Palpasi ini di gunakan untuk mengidentifikasi punggung


janin unuk menentukan posisi. Tangan di tempatkan di kedua sisi uterus pada
sejajar umbilikus. Tekanan lembut di berikan secara bergantianoleh kedua tangan
untuk mendeteksi sisi uterus mana yang memberikan tekanan yang lebih besar.
Informasi yang lebih detail dpat di peroleh dengan meraba kedua sisi tersebut
dengan jari. Hal ini dapat di lakukan dengan menggeser tangan ke arah bawah
abdomen sambil meraba sisi uterus secara bergantian. Sebagian bidan lebih suka
menstabilkan uterus dengan satu tangan dan menggunakan gerakan beputar dengn
tangan satunya, untuk mencari letak punggung janin yang teraba seperti massa
resisten halus dari bokong hingga leher, gerakan yang sama pada sisi lainnya

12
Asuhan kebidanan
dapat di lakukan untuk mencari letak ekstremitas yang teraba, seperti bagian kecil
yang terselip di bawah jari jari pemeriksa.

menggerakan ujung ujung jari kedua tangandi atas abdomen dari satu sisi
ke sisi yang lain merupakan metode yang sangat baik untuk menentukan letak
punggung. Jari harus di tekan masuk ke dinding abdomen. Punggung yang tegas
dapat di bedakan dari cairan amniotik yang berfluktuasi dan komponen kecil yang
menonjol. Agar puggung lebih menonjol, tekanan fundus dapat di berikan dengan
sat tangan dan tangan yang lain di gunakan untuk berjalan di atas abdomen.
Palpasi dari leher ke atas dan ke dalam dapat di gunakan untuk mengidentifikasi
letak bahu depan.

Palpasi fundus. Palpasi ini di gunakan untuk menentukan letak bokong


atau kepala. Informasi ini membantu mendiagnosis letak dan presentasi janin.
Dengan memperhatikan reaksi ibu terhadap prosedur, bidan meletakan kedua
tangannya di kedua sisi fundus, jari jari di rapatkan dan di tangkupkan membelok
di tepi atas uterus. Beri tekanan lembut dengan menggunakan permukaan jari- jari
tangan untuk menentukan konsistensi yang lunak dan gambaran tidak berbatas
yang merupakan bokong janin. Terkadang bokong janin terasa agak keras, tetapi
tidak sekeras, sehalus, atau sejelas kepala. Dengan gerakan meluncur, ujung
ujung jari sedikit di regangkan agar dapat merasakan massa janin, yang mungkin
berada di tengah atau terdorong ke salah satu sisi. Gerakan ini juga di gunakan
untuk mengkaji mobilitas dan ukuran janin.bokong tidak dapat di gerakkan
secara bebas dari leher.

Pemeriksaan palpasi Leopord dilakukan dengan sistematika berikut


ini :

Leopold I :
Menentukan tinggi fundus dan meraba bagian janin yang berada di pundus
dengan kedua telapak tangan.

BULAN KE MINGGU TFU dalam cm TFU


III 12 mgg 1-2 jari diatas simpisis

13
Asuhan kebidanan
IV 16 mgg Pertengahan simpisis
pusat
V 20 mgg 20 3 jari bawah pusat
VI 24 mgg 23 Setinggi pusat
VII 28 mgg 26 3 jari atas pusat
VIII 32 mgg 30 Pertengahan prosessus
xyfoideus-pusat
IX 36 mgg 33 Sampai arcus costarum
atau (prosessus
xyfoideus)
X 40 mgg 30 Pertengahan antara
prosessus xyfoideus-
pusat

Tinggi Fundus
Dalam cm Menggunakan penunjuk
Usia Kehamilan
badan
12 minggu Teraba diatas simpisis pubis
16 minggu Ditengah, antara simpisis
pubis dan umbilicus
20 minggu 20 cm (2 cm) Pada umbilicus
22-27 minggu Usia kehamilan dalam
minggu = cm ( 2 cm )
28 minggu 28 cm (2 cm ) Di tengah, antara umbilicus
dan prosessus xyfoideus
29-35 minggu Usia kehamilan dalam
minggu = cm (2 cm)
36 minggu 36 cm ( 2 cm ) Pada prosessus xyfoideus

Mengetahui umur kehamilan dengan rumus Mc.Donald :


14
Asuhan kebidanan
TFU / 3.5= usia kehamilan dalam bulan.

Leopold II :
Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari kea rah kepala
pasien, mencari sisi bagian besar ( biasanya punggung ) janin, atau
mungkin bagian keras bulat ( kepala janin ).
Leopold III :
Meletakkan satu tangan diatas sympisis/uterus bagian bawah
Menentukan bagian janin yang terendah dengan benar (kepala/bokong)
Menentukan bagian terendah janin (presentasi) dan sudah masuk PAP /
belum dengan cara menggoyangkan
Leopold IV :
Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu
Meluruskan kaki ibu dengan hati-hati
Meletakkan kedua tangan pada kedua sisi bagian bawah rahim
dengan hati-hati
Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin ( presentasi )
masuk PAP
c) Auskultasi
Tujuan pemeriksaan :
1) Mendengarkan bunyi jantung bayi dalam kandungan, dapat diketahui bayi
hidup atau mati.
2) Mendengarkan irama dan menghitung frekuensi bunyi jantung bayi
sehingga dapat diketahui apakah bayi dalam kandungan sehat atau ada
gangguan.
3) Untuk menentukan area terdengarnya denyut jantung janin yang paling
keras ( punctum maksimum ) sehingga dapat dipastikan presentasi janin
dalam kandungan , apakah yang ada di bagian bawah kepala atau bokong,
atau janinya melintang. Disamping itu mengetahui apakah janin didalam
kandungan tunggal atau ganda.

15
Asuhan kebidanan
Bunyi yang terdengar pada pemeriksaan auskultasi ibu hamil berasal dari
ibu dan bayi. Bunyi yang berasal dari ibu meliputi :

1) Bising rahim. Sifat bunyi berdetak, frekuensi sama dengan denyut nadi ibu karena
berasal dari arteri urterina.
2) Bunyi aorta. Sifat bunyi berdetak, frekuensi sama dengan denyut nadi ibu,
terdengar lebih keras dari bising rahim.
3) Bising usus. Sifat bunyi tidak teratur yang disebabkan oleh udara dan cairan yang
berada di dalam usus.

Bunyi yang berasal dari bayi meliputi :

1) Bising tali pusat. Sifat bunyi meniup. Bising tali pusat timbul karena tali pusat
tertekan oleh bagian-bagian janin. Bila posisi ibu diubah, bising tali pusat bisa
hilang karena tali pusat sudah tidak tertekan lagi.
2) Gerakan anak. Sifat bunyi seperti pukulan dari dalam rahim.
3) Bunyi / denyut jantung janin. Sifat bunyi berdetak, dalam keadaan normal lebih
cepat dari denyut nadi, dan irama teratur. Dalam keadaan tidak normal bisa lebih
cepat atau lebih lambat dari denyut nadi dan irama tidak teratur. Setelah punctum
maksimum denyut jantung janin ditemukan, frekuensi denyut jantung dihitung
menggunakan arloji yang mempunyai jarum skon. Frekuensi yang dihitung adalah
lima detik pertama, lima detik ketiga, dan lima detik kelima. Sedangkan frekuensi
lima detik kedua, dan lima detik keempat tidak dihitung. Tujuanya supaya kita
bisa menilai keteraturan bunyi jantung yang kita dengarkan . Apakah frekuensi
pada lima detik pertama, ketiga dan kelima sama, atau mempunyai eselisih yang
masih seimbang atau selisih sangat banyak, yang menandakan normal tidaknya
irama bunyi jantung yang kita dengarkan. Frekuensi denyut jantung janin dihitung
pada lima detik pertama , lima detik ketiga, dan lima detik kelima lalu dikalikan
empat.

16
Asuhan kebidanan
Contoh Penghitungan Frekuensi Denyut Jantung

5 detik I 5 detik III 5 detik V Kesimpulan


Teratur, 136 x/menit
(baik)
12 11 11
Teratur, 144 x/menit
(baik) / perlu
11 12 13
antisipasi
Tidak teratur, 132
x/menit (tidak
9 14 10
teratur) perlu
antisipasi
Tidak teratur, 92
x/menit (bradikardia,
8 8 6
gawat janin)
Teratur, 172 x/menit
(takikardia, gawat
15 14 14
janin) perlu tindakan
segera

Setelah diketahui jumlah frekuensi bunyi/denyut jantung janin, hasilnya


perlu dianalisis. Normal/tidaknya denyut jantung janin di dalam kandungan
ditentukan oleh irama dan frekuensinya. Irama denyut jantung janin yang normal
selisih frekuensi antara penghitungan lima detik pertama, ketiga, dan kelima tidak
lebih dari 2 kali. Janin dalam keadaan sehat bunyi jantungnya teratur dan
frekuensinya berkisar antara 120-140 x/menit. Kalau bunyi jantung kurang dari

17
Asuhan kebidanan
120 x/menit atau lebih dari 160 x/menit atau tidak teratur, janin dalam keadaan
asfiksia (kekurangan oksigen) yang disebut gawat janin.

d) Perkusi : Memeriksa apakah refleknya positif atau negative dan pergerakan terjadi
hyper atau hypo.

2.4 PEMERIKSAAN PANGGUL

1) Distansia Spinarum : 23-26 cm


a) Menentukan letak spina iliaka anterioir superior (SIAS) kanan dan kiri dengan
tepat.
b) Memegang jangka panggul dengan benar dan meletakkan pada SIAS dengan
tepat.
c) Menentukan skala jangka panggul dengan tepat.
2) Distansia Cristarum : 26-28 cm
a) Menentukan letak crista iliaka kanan dan kiri yang terjauh
b) Menentukan ujung jangka panggul dengan benar pada crista iliaka.
c) Menentukan skala jangka panggul dengan tepat.
3) Conjugata Externa (Buodelogue) : 18-20 cm
a) Menentukan jarak antara pinggir atas sympisis dan ujung prosesus spinosus ruas
tulang lumbal ke V.
b) Meletakkan ujung jangka panggul dengan tepat dan benar
c) Menentukan skala jangka panggul dengan tepat
4) Lingkar Panggul : 80-90 cm
a) Menggunakan metlin menentukan jarak antara pinggir atas sympisis dan
pertengahan antara spina iliaka anterior superior dan trohanter mayor kiri kembali
ke tempat yang sama sebelah kanan.
b) Menentukan ukuran jangka dengan tepat.

2.5 Sikap janin

Sikap merupakan hubungan antara kepala janin dan ekstremitas dengan batang
tubuhnya. Biasanya janin berada dalam sikap fleksi. Janin meringkuk dengan dagu

18
Asuhan kebidanan
menempel pada dada, lengan, dan tungkai fleksi, membentuk massa yang padat dan
nyaman, yang mengisi ruang dalam rongga uterus secara efektif. Jika kepala janin
mengalami fleksi, akan terbentuk diameter yang terkecil, dan dengan cara kerja uterus
yang efisien, persalinan akan menjadi lebih efektif.

Presentasi

Presentasi adalah bagian janin yang terletak di pintu atas panggul atau kutub
bawah uterus. Presentasi dapat berupa puncak kepala, bokong, bahu, wajah, atau dahi.

Puncak kepala, wajah, dan dahi, semuanya merupakan presentasi kepala atau
presentasi sefalik. Jika kepala mengalami fleksi, akan terjadi presentasi puncak kepala;
jika kepala mengalami ekstensi penuh, akan terjadi presentasi wajah, dan jika kepala
mengalami ekstensi wajah sebagian, akan terjadi presentasi dahi. Presentasi yang lebih
banyak terjadi adalah presentasi kepala karena bokong yang berukuran besar menempati
ruang yang lebih besar di dalam fundus, yang merupakan diameter terbesar dari uterus,
dan kepala berada pada kutub bawah yang lebih sempit. Tonus otot janin juga berperan
dalam mempertahankan sikap fleksinya dan tentu saja presentasi puncak kepalanya.

Denominator

Denominate berarti memberi nama; denominator adalah nama bagian presentasi


janin,yang digunakan ketika menyebutkan posisi janin. Setiap presentasi memiliki
denominator yang berbeda, yaitu sebagai berikut:

Pada presentasi puncak kepala, yaitu oksiput


Pada presentasi bokong, yaitu sacrum
Pada preentasi wajah, yaitu mentum

Walaupun presentasi bahu dikatakan memiliki proses akromion sebagai


denominatornya, dalam praktiknya, dorsum digunakan untuk menggambarkan posisi
tersebut. Pada presentasi dahi, tidak ada denominator yang digunakan.

Posisi

Posisi merupakan hubungan antara denominator presentasi janin dan enam titik
pada pintu atas panggul. Selain itu, denominator dapat ditemukan di garis tengah,baik
19
Asuhan kebidanan
secara anterior maupun posterior, terutama di akhir persalinan. Posisi ini sering bersifat
temporer dan digambarkan sebagai anterior direk atau posterior dire.

Posisi anterior lebih baik dibandingkan dengan posisi posterior karena ketika
punggung janin berada di depan, punggung akan menyesuaikan diri kecekungan dinding
abdomen ibu sehingga dapat mengalami fleksi dengan mudah. Jika punggung mengalami
fleksi, kepala juga cenderung untuk fleksi dan diameter yang lebih kecil akan terjadi pada
pintu atas panggul. Ada juga ruang lebih di bagian anterior pintu atas panggul untuk
diameter biparietal kepala yang lebar.

Engagement

Engagement terjadi jika diameter transversal yang terbesar dari bagian tubuh janin
yang menjadi presentasi telah melewati pintu atas panggul. Pada presentasi sefalik,
engagement terjadi jika diameter bitrokanterik melewati pintu atas panggul. Engagement
menunjukkan bahwa pelvis maternal cenderung cukup untuk ukuran janin dan bahwa
bayi dapat lahir melalui vagina.

Pada ibu primigravida, kepala biasanya akan mengalami engagement pada usia
gestasi kira-kira 36 minggu, tetapi pada multipara, hal ini bisa saja baru terjadi menjelang
persalinan. Jika terjadi presentasi serta puncak kepala mengalami engagement, hal berikut
ini akan terlihat pada pemeriksaan klinis:

Hanya dua atau tiga perlima kepala janin yang dapat di palpasi diatas pintu atas panggul.
Kepala tidak bergerak-gerak

Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, kepala tidak dapat di palpasi melalui
abdomen karena sudah sangat masuk ke dalam pelvis. Jika kepala tidak mengalami
engagement, dapat ditemukan hal-hal berikut ini:

Lebih dari separuh kepala dapat di palpasi melalui abdomen di atas pintu atas panggul
Kepala mungkin masih dalam posisi yang tinggi dan dapat dengan bebas digerakkan atau
sebagian sudah berada di lingkar panggul dan akibatnya tidak dapat digerakkan.

Jika kepala tidak mengalami engagement pada ibu primigravida yang


kehamilannya sudah cukup bulan, ada kemungkinan terjadi malposisi atau disproporsi
20
Asuhan kebidanan
sefalopelvik. Hal ini harus dirujuk ke dokter obstetrik. Namun demikian, hingga
persalinan dimulai, bidan harus mengkaji ibu seperti biasa dan memantau kemajuan
kehamilannya. Roshanfekr et al (1999) menemukan bahwa 86% ibu nulipara degan
kepala janin yang belum mengalami engagement pada saat awitan persalinan aktif dapat
melahirkan melalui vagina.

Pengkajian kapasitas pelvis

Ukuran konjugat obstetrik dapat diperkirakan dengan mengukur konjugat


diagonal per vagina. Namun demikian, hal ini jarang dilakukan. Pengkajian pelvis dapat
dilaksanakan sebagai bagian asuhan persalinan jika bagian tubuh janin yang berpresentasi
belum mengalami engagement. Jika bagian tersebut telah mengalami engagement, bidan
tidak perlu mengukur konjugat obstetrik. Pengkajian tersebut tidak begitu berguna pada
periode antenatal karena hingga persalinan dimulai masih belum dapat diketahui apakah
kepala janin akan mengalami engagement. Ultrasound restrospektif dapat dilakukan
untuk mengukur ukuran pelvis dengan menggunakan pelvimetri, informasi ini dapat
digunakan pada kehamilan berikutnya.

Pada ibu multigravida, engagement sering kali tidak terjadi hingga persalinan
dimulai. Jika selama palpasi diperkirakan bahwa janin lebih besar dari bayi yang
dilahirkan sebelumnya, pemeriksaan lebih lanjut mungkin harus dilakukan. Menghindari
diagnosis disproporsi selfalopelvik merupakan hal yang biasa hingga diperoleh data hasil
sinar-X atau setelah awitan persalinan. Alasan dilakukannya hal ini adalah bahwa
kekuatan kontraksi persalinan akan mendorong terjadinya fleksi dan mulase kepala janin,
dan ligamen pelvis yang relaks memungkinkan sendi untuk terjadi engagement. Hal ini
sudah cukup untuk memungkinkan terjadinya engagement dan penurunan janin.
Penyebab lain tidak terjadinya engagement kepala meliputi:

Posisi oksisipitoposterior
Kandung kemih yang penuh
Perhitungan usia gestasi tidak tepat
Polihidramnion
Plasenta previa atau lesi lain yang memakan tempat

21
Asuhan kebidanan
Kehamilan kembar
Inklinasi panggul lebih dari 80o, seperti halnya pada pelvis asimilasi tinggi.

Bagian yang berpresentasi

Bagian janin yang berpresentasi merupakan bagian yang berada di atas tulang serviks
selama persalinan dan tempat kaput suksedaneum terbentuk. Bagian ini tidak sama dengan
presentasi.

2.6 Pemeriksaan Laboratorium

1) Urine:
Urinalisis dilakukan pada setiap kunjungan untuk memastikan tidak adanya
abnormalitas. Ibu dapat dianjurkan untuk melakukannya pada kunjungan berikutnya.
Pada kunjungan pertama, specimen aliran tegah dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
kultur guna memastikan tidak adanya bakteriurea asimptomatik. Kondisi ini ada jika pada
kultur ditemukan bacterium spesiik yang jumlahnya lebih dari 106 organisme per
milliliter urine. Kondisi ini bersifat asimptomatik, oleh karena itu, ibu tidak menyadari
adanya penyakit ini. Pielonefritis dapat terjadi akibat hal tersebut karena adanya
perubahan pada saluran ginjal selama kehamilan.
Hal ini yang dapat ditemukan pada urinalisasi rutin antara lain :
Keton akibat pemecahan lemak untuk menyediakan glukosa, disebabkan
oleh kurangnya pemenuhan kebutuhan janin yang dapat terjadi akibat
muntah, hyperemesis, kelaparan, atau latihan fisik yang berlebihan.
Glukosa karena peningkatan sirkulasi darah, penurunan ambang ginjal
atau penyakit
Protein akibat kontaminasi oleh leukorea vagina, atau penyakit seperti infeksi saluran
perkemihan atau gangguan hipertensi pada kehamilan.
a) Reduksi: Dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam urine.
Cara membaca:
Biru: Negatif
Biru kehijauan: + 1
Hijau kekuningan: + 2
22
Asuhan kebidanan
Hijau keruk kekuningan: + 3
Merah bata: + 4

Jika positif maka ibu menderita diabetes mellitus

b) Albumin: Dilakukan untuk mengetahui protein urine dan penyakitginjal


Cara membaca:
Tidak ada endapan: Negatif
Urin keruh: +1
Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan: +2
Kekeruhan mudah dilihat, endapan lebih jelas terlihat: +3
Urin sangat keruh disertai endapan menggumpal: +4

Jika hasil tes positif, dikhawatirkan ibu mengalami pre eklampsiac.

c) Plano Test: Normalnya positif yaitu terlihat dua strip yang terlihat jelas, jika
negative yang terlihat hanya satu strip saja.
2) Darah
a) Hb: Untuk mengetahui apakah ibu hamil menderita anemia atau tidak.Yang
dimaksud dengan anemia kehamilan adalah jika kadar hemoglobin <11 gr/dL
pada trimester 1 dan 3, atau jika kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL pada trimester 2.
anemia yang terjadi pada ibu hamil dikarenakan adanyahemodelusi atau suatu
keadaan dimana peningkatan sel darah merah yangtidak sebanding dengsn
peningkatan plasma darah.
Tingkatan anemia
Anemia ringan : 9-10 gr/dL
Anemia sedang : 7-8 gr/dL
Anemia berat : < 7 gr/dL
b) Gol Darah: Untuk mengetahui golongan darah ibu, sehingga apabila
terjadi perdarahan sewaktu persalinan golongan darah telah diketahui
danmempermudah dalam mencari donor darah.
23
Asuhan kebidanan
c) Tes penyakit menular seksual ( PMS ). Tes ini dilakukan untuk sifilis.
Tidak semua hasil positif mengindikasikan adanya sifilis aktif. Pemeriksaan yang
dilakukan secara dini memberi kesempatan kepada ibu untuk diobati dalam
rangka mencegah infeksi janin..
d) Antibodi HIV. Skrining rutin untuk mendeteksi infeksi HIV
direkomendasikan pada kehamilan setelah diskusi prates dilakukan. Data terbaru
menunjukkan bahwa pengobatn selama kehamilan berguna untuk mengurangi
tranmisi vertical kepad janin. Ada berbagai pendapat mengenai masalah etik
yang terkait dengan skrining ini mendapatkan persetuajuan tindakan dari ibu
untuk melakukan tesdarah dan menawarkan konseling yang tepat sebelum dan
setelah skrining dilaksankan merupakan hal yang sangat penting.
e) Status imun rubella. Status ini ditentukan dengan mengukur titer antibody
rubella. Ibu yang tidak kebal harus diberitahu untuk menhidari kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit ini, dan dapat mendiskusikan tentang
terminasi kehamilan jka mereka telah terpajan. Vaksinasi dapat diberikan pada
masa nifas, dan kehamilan berikutnya harus dihindari selama sedikitnya 3 bulan.
f) Pemeriksaan untuk gangguan darah lainnya. Pemeriksaan ini biasanya
diingikan oleh ibu dan pasangannya yang berasal dari bebrapa kelompok etnik
tertentu, sebagai contoh penyakit sel sabitatau talasemia. Jika ibu memiliki atau
merupakan karier dari alah satu penyakit tersebut, darah pasangan juga perlu
diperiksa. Pasangan akan diberikan konseling genetik dan penatalaksaannya
selama kehamilan.
g) Skrining rutin untuk hepatitis B. hal ini direkomendasikan dalam rangka
mengurangi resiko transmisi perinatal dan morbiditas serta mortalitas bayi.
h) Skrining tes untuk sitomegalovirus dan toksoplasmosis. Tes ini tidak
dilakukan secara rutin pada kehamilan. Wallon et all ( 1999 ) meninjau data
tentang mengobati toksoplasmosis selama kehamilan dalam rangka mengurangi
resiko toksiplasma kongenital pada bayi dan ia tidak menemukan hasil yang jelas.
Karena tes skring relative, efek pengobatan dan dampak program skrining harus
dievaaluasi.

24
Asuhan kebidanan
2.7 Pemeriksaan Lain

USG : Rutin pada kehamilan 18 22 minggu untuk identifikasi kelainan.

Untuk mengetahui kondisi, jenis kelamin, usia kehamilan, letak janin dan posisi janin.

2.7 Format Pemeriksaan Fisik ( DATA OBJEKTIF )

1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum :
b) TB :
c) BB sebelum hamil : ,BB setelah hamil :
d) LILA :
e) Tanda Vital :
Tekanan darah : MmHg
Denyut Nadi : x/menit
Pernafasan : x/menit
Suhu : o
C
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
a) Bentuk : mesosephal
b) Rambut :
Inspeksi
Kebersihan :
Rontok :
Warna :
Ketombe :

Palpasi :

Benjolan :
Lain lain :
c) Muka : Cloasma, jerawat, sianosis, berkeringat
25
Asuhan kebidanan
d) Mata
Sklera
Konjungtiva
Gangguan Penglihatan
Kotoran / secret
e) Telinga
Kebersihan
Gangguan pendengaran
Terlihat massa
f) Hidung
Kebersihan
Pernafasan cuping hidung
Polip ( hidung tersumbat )
g) Mulut
Karies gigi
Kebersihan mulut dan lidah
Kelembapan bibir
Stomatitis
Perdarahan gusi

Leher :

a) Pembesaran kelenjar limfe, tiroid, vena jugularis

Dada :

a) Retraksi dada
b) Denyut jantung teratur
c) Wheezing

Payudara

26
Asuhan kebidanan
a) Bentuk : Simetris / tidak
b) Hiperpigmentasi areola
c) Kondisi putting susu : masuk ke dalam /tidak, kebersihan
d) Teraba keras, lunak, benjolan
e) Pengeluaran kolostrum

Ektremitas atas

a) Bentuk
b) Kebersihan tangan, kuku
c) Pucat di ujung jari
d) Tremor
e) Telapak tangan berkeringat
f) Warna merah pada telapak tangan

Abdomen

a) Pembesaran perut : simetris/ tidak, sesuai dengan usia kehamilan/ tidak


b) Striae gravidarum
c) Luka bekas operasi
d) Linea nigra
e) Palpasi Leopold

Leopold I :
TFU
Teraba bagian besar ( melenting keras-kepala dan susah
digerakkan-bokong ). Ada beberapa bagian yang teraba. Jika dua,
waspada ada kehamilan kembar.
Mengukur TFU menurut Mc Donald untuk menghitung taksiran
berat janin ( TBJ ).

27
Asuhan kebidanan
Cara pengukurannya adalah tempatkan metline skala 0 ( nol ) di
atas simfisis dan ukur TFU dengan melihat metline dalam cm.
Caranya :
Jika belum masuk panggul : ( TFU-12) x 155
Jika sudah masuk panggul : (TFU-11) x 155
Leopold II
Sebelah kanan : teraba bagian yang rata, ada tahanan ( punggung )
Sebelah kiri : teraba bagian yang menonjol, kecil-kecil (
ekstremitas janin )
Leopold III
Teraba bagian besar kepala atau bokong, satu atau lebih dari satu.
Leopold IV
Seberapa besar bagian janin ( presentasi ) yang sudah masuk panggul )

f) DJJ ( dihitung satu mneit penuh )


Frekuensi/menit
Teratur / tidak
Punctum maksimum

Pemeriksaan panggul

a) Pemeriksaan panggul luar


b) Pemeriksaan panggul dalam

Genitalia luar

a) Tidak ada varises


b) Tanda chadwick
c) Pembesaran kelenjar Bartholini
d) Keputihan

Genitalia dalam

28
Asuhan kebidanan
a) Vagina
b) Serviks
c) Tanda infeksi pada serviks
d) Teraba promontorium

Pemeriksaan bimanual

a) Tanda Hegar

Rektum atau anus

a) Kebersihan
b) Hemoroid

Ekstremitas bawah

a) Bentuk
b) Varises
c) Kebersihan kuku
d) Pucat pada ujung jari kaki
e) Teraba dingin atau panas infeksi vena
f) Reflex patella ( kanan dan kiri )
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksan laboratorium :
Hb
Golongan darah
Protein Urin
AL (leukosit )
b) Pemeiksaan USG
c) Non-stress Test ( NST )

29
Asuhan kebidanan
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengkajian data obyektif merupakan salah satu langkah awal dan dasar dalam asuhan kebidanan
secara keseluruhan selain data subyaktif. Pada tahap ini semua data awal informasi pasien yang
dibutuhkan dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan, kebutuhan kesehatan klien baik
fisik, mental, sosial, dan lingkungan.

Data obyektif adalah data yang diperoleh mulai pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi, pemeriksaan panggul, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium dan
penunjang.

3.2 Saran

Sebagai seorang tenaga medis khususnya bidan harus mampu memberikan penanganan asuhan
kebidanan yang kompeten dalam kesehatan terkhusus pada ibu hamil dapat menggunakan
pendataan data objektif dengan baik. Dengan menerapkan pengkajian data objektif seorang bidan
diharuskan disertai dengan wawasan dan keterampilan yang lebih luas. Untuk itu dengan adanya
makalah ini diharapkan bidan dapat menjalankan tugas sesuai kebutuhan dan pengkajian klien
dengan baik.
30
Asuhan kebidanan
DAFTAR PUSTAKA

Dewi,Vivian Nani Lia, Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta
:Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Romauli,Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta: Nuha Medika

Sulistyawati, ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : salemba Medika

31
Asuhan kebidanan

Anda mungkin juga menyukai