Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN ANAK PADA An. A USIA 52 BULAN


DENGAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG
DI PUSKESMAS SAMBALUNG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

DISUSUN OLEH :

PUSPITA SARI
NIM : 22082033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS

WIYATA HUSADA SAMARINDA


2024
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Anak pada An. A usia 52 bulan


dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak di Puskesmas Sambaliung telah
diperiksa dan disahkan pada :

Tanggal 19 Januari 2024

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Rustini, A.Md.Keb Puspita Sari


NIP.19690819 199102 2002 NIM :22082033

Mengetahui,
Pembimbing

Ridha Wahyuni , SST., M.Keb


NIDN.1126078902
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita,
karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan dasar
yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selain
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Kualitas
anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia di masa
yang akan datang (Kemenkes RI 2022).
Salah satu tahap pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat
penting dikenal dengan periode kanak-kanak awal (toddler) atau yang dikenal
dengan istilah masa keemasan (The golden age), yakni periode usia 12 sampai
36 bulan. Periode ini merupakan masa saat anak melakukan melakukan
eksplorasi lingkungan yang insentif karena anak berusaha mencari tahu
bagaimana semua terjadi dan bagaimana mengontrol orang lain melalui
perilaku tempertantrum, negativism, dan keras kepala. Masa ini merupakan
periode dimana pencapaian perkembangan dan pertumbuhan intelektual harus
dicapai dikarenakan tingkat plastisitas otak masih sangat tinggi sehingga akan
lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan bimbingan (Wong, 2019).
Stimulasi yang tepat akan merangsang otak balita sehingga
perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian
Anak pada berlangsung optimal sesuai dengan umur anak. Deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan untuk dapat mendeteksi secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti
setiap keluhan orang tua terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Apabila
ditemukan ada penyimpangan, maka dilakukan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita sebagai tindakan koreksi dengan memanfaatkan
plastisitas otak anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau
penyimpangannya tidak semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan
juga harus dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi (Marsilia, 2022).

Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh


kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk

1
kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga
lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga
swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga profesional (kesehatan,
pendidikan dan sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia
dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. lndikator keberhasilan
pembinaan tumbuh kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan
gizi anak tetapi juga mental, emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang
secara optimal (Hastuti, 2021).

Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan lkatan


Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menyusun instrumen stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang untuk anak umur 0 sampai dengan 6 tahun, yang
diuraikan dalam Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Untuk mendukung implementasinya, maka pada tahun 2015 dilakukan revisi pada
pedoman tersebut dengan menggabungkan buku pedoman pelaksanaan dan
instrument SDIDTK agar lebih sederhana dan memudahkan pelayanan. Dengan
demikian, diharapkan semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan
SDIDTK (Winarsih, 2017).

SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan


berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang pada masa 5 tahun pertama kehidupan. Diselenggarakan dalam
bentuk kemitraan antara, keluarga, masyarakat dengan tenaga professional
kesehatan, pendidikan dan sosial (Siti Noorbaya, dkk, 2019).
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul
asuhan kebidanan remaja pada An. A usia 50 Bulan 18 hari dengan Deteksi Dini
Tubuh Kembang di Puskesmas Sambaliung Kabupaten Berau dengan
menggunakan asuhan SOAP.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

2
Dilaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Anak pada An. A
dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak.

2. Tujuan Khusus
a) Dilaksanakan pengkajian melalui pendekatan manajemen
kebidanan dengan pola pikir SOAP yang di tuangkan dalam
bentuk SOAP
b) Dilaksanakannya pengidentifikasian diagnose/masalah potensial
pada Manajemen Asuhan Kebidanan Anak Pada An. A dengan
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
c) Dilaksanakannya tindakan segera pada Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada An.A dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak
d) Dilaksanakannya penyusunan rencana asuhan yang menyeluruh
pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An.A dengan Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Anak
e) Dilaksanakannya tindakan asuhan dengan efisien dan aman pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An.A dengan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak
f) Dilaksanakannya evaluasi pada Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada An. A dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
g) Didokumentasikan hasil pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
An.A dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

C. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan pada kasus di atas tersebut adalah :

1) Manfaat bagi institusi

Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi peneliti berikutnya


dibidang kesehatan, dalam proses peningkatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan terkhusus jurusan S1 Profesi Kebidanan mengenai
“Manajemen Asuhan kebidanan pada anak dengan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak”

2) Manfaat bagi pembaca

3
Sebagai sumber informasi dan menambah pengetahuan bagi
para pembaca tentang Asuhan kebidanan Anak pada dengan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan

1.Pengertian
Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang
sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan
anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya (Hastuti, 2021).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Winarsih, 2017)
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda
dengan pertumbuhan,- perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi.
Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang
utuh (Marsilia, 2022).
2.Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan (Mardhiyah, 2017). Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1.Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf.
2.Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.

5
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak
akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa
berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan
fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
3.Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbedabeda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
4.Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-
lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
5.Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke
arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b.Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian
distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
6.Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar
kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang


saling berkaitan. Prinsip-prinsip tersebutt menurut Padila (2019) adalah
sebagai berikut:
1. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.

6
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan
yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh
kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki
anak.
2.Pola perkembangan dapat diramalkan.
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan.

3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak.


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut menurut
Suharto (2022) antara lain:
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Ras/etnik atau bangsa.
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3) Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki laki. Tetapi setelah
melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5) Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.

7
b. Faktor luar (ekstemal).
1) Faktor Prenatal
a.Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b.Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
c.Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d.Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
e. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
f. lnfeksi
lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali, retardasi
mental dan kelainanjantung kongenital.
g.Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin
dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
h.Anoksia embrio

8
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i.Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
6) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
7) Faktor Pasca Persalinan
a. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
b.Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan
jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c.Lingkungan fisis dan kimia.
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d.Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
e. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami
hambatan pertumbuhan.
f.Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan
ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.

9
g.Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
h.Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan (Suharto, 2022).

4.Aspek-aspek perkembangan yang dipantau


Beberapa aspek perkembangan yang dipantau menurut Khairunnisa (2018) adalah
sebagai berikut :
a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain}, berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya.

5.Periode Tumbuh Kembang Anak.


Tumbuh-Kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.Tumbuh kembang

10
anak terbagi dalam beberapa periode (Huru, 2022). Berdasarkan beberapa
kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:
a. Masa prenatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1) Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu.
2) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
Ovum yang telah dlbuahi dengan cepat akan menjadl suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung dengan cepat,
terbentuk sistem organ dalam tubuh.
3) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu:
a. Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester kedua kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna.
Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
b. Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
Pada masa ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai
perkembangan fungsi-fungsi. Terjadi transfer lmunoglobin G (lg G)
dari darah ibu melalui plasenta. Akumulasi aasam lemak esensial
seri Omega 3 (Docosa Hexanic Acid) dan Omega 6 (Arachldonlc
Acid) pada otak dan retina.
Periode yang paling penting dalam masa prenatal adalah
trimester pertama kehamilan. Pada periode ini pertumbuhan otak
janin sangat peka terhadap pengaruh lingkungan janin. Gizi kurang
pada ibu hamil, infeksi, merokok dan asap rokok, minuman
beralkohol, obat-obat, bahan-bahan toksik, pola asuh, depresi berat,
faktor psikologis seperti kekerasan terhadap ibu hamil, dapat
menimbulkan pengaruh buruk bagi pertumbuhan janin dan
kehamilan. Pada setiap ibu hamil, dianjurkan untuk selalu
memperhatikan gerakan janin setelah kehamilan 5 bulan.
Agar janin dalam kandungan tumbuh dan berkembang
menjadi anak sehat, maka selama masa intra uterin, seorang ibu

11
diharapkan:
a. Menjaga kesehatannya dengan baik.
b. Selalu berada dalam lingkungan yang menyenangkan.
c. Mendapat nutrisi yang sehat untuk janin yang dikandungnya.
d. Memeriksa kesehatannya secara teratur ke sarana kesehatan.
e. Memberi stimulasi dini terhadap janin.
f. Tidak mengalami kekurangan kasih sayang dari suami dan
keluarganya.
g. Menghindari stres baik fisik maupun psikis.
h. Tidak bekerja berat yang dapat membahayakan kondisi
kehamilannya.
b. Masa bayi (infancy) umur 0 - 11 bulan.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa
neonatal dibagi menjadi 2 periode:
a.Masa neonatal dini,umur 0 - 7 hari.
b.Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.
Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi
anak sehat adalah:
1)Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana
kesehatan yang memadai.
2)Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi kesarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk
melahirkan.
3)Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu.
4)Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh
rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan
bayi yang dilahirkannya.
5)Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI
(Abdullah, 2017).
c. Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.

12
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai
unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua
yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada
masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif
selama 6 bulan penuh, diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai
umurnya, diberikan imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin,
sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar
(Abdullah, 2017).
d. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat
kemajuan dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta
fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir terutama pada 3
tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih
berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut serabut syaraf dan cabang-
cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks.
Jumlah dan pengaturan hubungan- hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,
mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
Pada masa balita, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat
dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta
dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap
kelalnan/penyimpangan sekecll apapun apablla tidak dideteksl apalagi tidak
ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia
dikemudian hari (Masril, 2023).
e. Masa anak prasekolah (anak umur 60 - 72 bulan).
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil. Terjadi
perkembangan dengan aktivitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya

13
ketrampilan dan proses berfikir.
Memasuki masa prasekolah, anak mulai menunjukkan keinginannya,
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini, selain
lingkungan di dalam rumah maka lingkungan di luar rumah mulai
diperkenalkan. Anak mulai senang bermain di luar rumah. Anak mulai
berteman, bahkan banyak keluarga yang menghabiskan sebagian besar waktu
anak bermain di luar rumah dengan cara membawa anak ke taman-taman
bermain, taman-taman kota, atau ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas
permainan untuk anak.
Sepatutnya lingkungan-lingkungan tersebut menciptakan suasana
bermain yang bersahabat untuk anak (child friendly environment). Semakin
banyak taman kota atau taman bermain dibangun untuk anak, semakin baik
untuk menunjang kebutuhan anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, untuk itu panca indra
dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap
sehingga anak mampu belajar dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa proses
belajar pada masa ini adalah dengan cara bermain.
Orang tua dan keluarga diharapkan dapat memantau pertumbuhan dan
perkembangan anaknya, agar dapat dllakukan intervensl dini bila anak
mengalami kelainan atau gangguan (Ullaya, 2023).

14
6. Tahapan perkembangan anak menurut umur.

mur 0-3 bulan

* Mengangkat kepala setinggi 45*


* Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
* Melihat dan menatap wajah anda.
* Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
* Suka tertawa keras.
* Beraksi terkejut terhadap suara keras.
* Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
* Mengenal ibu dengan penglihatanm penciuman, pendengaran, kontak.
Umur 3-6 bulan

* Berbalik dari telungkup ke terlentang.


* Mengangkat kepala setinggi 90*
* Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
* Menggenggam pensil.
* Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
* Memegang tangannya sendiri.
* Berusaha memperluas pandangan.
* Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
* Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
* Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri.
Umur 6-9
bulan

* Duduk (sikap tripoid - sendiri)


* Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
* Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
* Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain.
* Memungut 2 benda, masing-masing lengan pegang 1 benda pada saat yang
bersamaan.
* Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
* Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata.
* Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
* Bermain tepuk tangan/ciluk baa.
* Bergembira dengan melempar benda.
* Makan kue sendiri.
Umur 9-12 bulan

* Mengangkat benda ke posisi berdiri.


* Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
* Dapat berjalan dengan dituntun.
* Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
* Mengenggam erat pensil.
* Memasukkan benda ke mulut.
* Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan.
* Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
* Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja.
* Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
* Senang diajak bermain “CILUK BAA”.
* Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali.
Umur 12-18 bulan

* Berdiri sendiri tanpa berpegangan.


* Membungkung memungut mainan kemudian berdiri kembali.
* Berjalan mundur 5 langkah.
* Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata “mama”
* Menumpuk 2 kubus.
* Memasukkan kubus di kotak.
* Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkannatau menarik tangan ibu.
* Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.

15
Umur 18-24 bulan

* * Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.


* Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
* Bertepuk tangan, melambai-lambai.
* Menumpuk 4 buah kubus.
* Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
* Menggelindingkan bola kearah sasaran.
* Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
* Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
* Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.
Umur 24-36 bulan

* * Jalan naik tangga sendiri.


* Dapat bermain dengan sendal kecil.
* Mencoret-coret pensil pada kertas.
* Bicara dengan baik menggunakan 2 kata.
* Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
* Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
* Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat
piring jika diminta.
* Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
* Melepas pakiannya sendiri.
Umur 36-48 bulan

* * Berdiri 1 kaki 2 detik.


* Melompat kedua kaki diangkat.
* Mengayuh sepeda roda tiga.
* Menggambar garis lurus.
* Menumpuk 8 buah kubus.
* Mengenal 2-4 warnah.
* Menyebut nama, umur, tempat.
* Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan.
* Mendengarkan cerita.
* Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
* Mengenakan celana panjang, kemeja baju.
Umur 48-60 bulan

* * Berdiri 1 kaki 6 detik.


* Melompat-lompat 1 kaki.
* Menari.
* Menggambar tanda silang.
* Menggambarlingkaran.
* Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
* Mengancing baju atau pakian boneka.
* Menyebut nama lengkap tanpa di bantu.
* Senang menyebut kata-kata baru.
* Senang bertanya tentang sesuatu.
* Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
* Bicara mudah dimengerti.
* Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya.
* Menyebut angka, menghitung jari.
* Menyebut nama-nama hari.
* Berpakian sendiri tanpa di bantu.
* Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

16
Umur 60-72 bulan

* Berjalan lurus.
* Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
* Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
* Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.
* Menggambar segi empat.
* Mengerti arti lawan kata.
* Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.
* Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.
* Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
* Mengenal warna-warni
* Mengungkapkan simpati.
* Mengikuti aturan permainan.
* Berpakaian sendiri tanpa di bantu.
Sumber : Depkes RI (2016)

7.
8. Beberapa gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan.

1).Gangguan bicara dan bahasa.


Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keter1ambatan atau
kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif,
motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi
akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap.
2).Cerebral palsy.
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-
sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya.
3).Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat
dari anak yang normal.Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital,
hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat
menyebabkan keter1ambatan perkembangan motorik dan keterampilan
untuk menolong diri sendiri.
4).Perawakan Pendek.

17
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada
kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya
dapat karena varisasi normal,gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin.
5).Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan
berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi
sosial, komunikasi dan perilaku.
6).Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang
rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal.
7).Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas
(Marsilia, 2022).

9. Stimulasi Tumbung Kembang Bayi Balita dan Anak Prasekolah


Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah -
yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh anak,
anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya stimulasi dapat
menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah
kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan

18
bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Hastuti, 2021).

Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan,
yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.


2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru
tingkah laku orang-orang
yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek
kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar
anak.
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.

Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap


dan berlangsung secara berurutan. Dengan demikian stimulasi yang
diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan
perkembangan anak dapat diberikan oleh orang tua/keluarga sesuai dengan
pembaian kelompok umur stimulasi anak berikut ini:

No Periode Tumbuh Kembang Kelompok Umur Stimulasi

1. Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal

Umur 0-3 bulan


Umur 3-6 bulan
2. Masa bayi 0 - 12 bulan
Umur 6-9 bulan

Umur 9-12 bulan

19
Umur 12-15 bulan
Umur 15-18 bulan

Umur 18-24 bulan


3. Masa anak balita 12-60 bulan
Umur 24-36 bulan

Umur 36-48 bulan


Umur 48-60 bulan

4. Masa prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 tahun

Sumber : Depkes RI (2016)


10. Jenis Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan
ditingkat puskesmas dan jaringannya (Kemenkes RI, 2016) yaitu :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
Jenis instrument yang digunakan :
1) Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB)
2) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar. Jenis instrumen yang digunakan :
1) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)
2) Tes Daya Lihat (TDL)
3) Tes Daya Dengar Anak (TDD)
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autism, gangguan pemusatan perhatian,
dan hiperaktivitas. Instrumen yang digunakan :
1) Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
2) Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
3) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
11. Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga
kesehatan adalah sebagai berikut :

20
Tabel 2.2
Jadwal kegiatan dan Jenis Deteksi Tumbuh Kembang

12. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


a. Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak
apakah tergolong normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk. Parameter
BB/TB ini untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal. Berat
badan dan tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang paling sering
digunakan untuk pertumbuhan anak. Antropometri adalah ukuran fisik
seorang anak yang diukur dengan menggunakan alat ukur tertentu seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran).

21
13. Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan
a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP merupakan skrining pendahuluan untuk menilai perkembangan
anak usia 0-72 bulan. Daftar pertanyaan singkat yang ditujukan pada orang
tua. KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada
orang tua. Skrining/pemeriksaan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan,
guru TK/PAUD terlatih.
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan adalah formulir KPSP sesuai
umur dan alat untuk pemeriksaan yang berupa pensil, kertas, bola sebesar
bola tenis, kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis,
kacang tanah dan potongan biscuit. Usia ditetapkan menurut tahun dan
bulan. Kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi
menjadi dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh orangtua/pengasuh
dan perintah yang harus dilakukan sesuai dengan pertanyaan KPSP.
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab “ya” atau “tidak” oleh orangtua.
Cara menggunakan KPSP :
1) Pada waktu pemeriksaan /skrining, anak harus dibawa.
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir.
3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
4) Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi
menjadi dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh
orangtua/pengasuh dan perintah yang harus dilakukan sesuai dengan
pertanyaan KPSP.
5) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
Oleh karena itu pastikan orang tua/pengasuh mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orangtua/pengasuh
menjawab pertanyaan sebelumnya.

22
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. Interprestasi
hasil pemeriksan KPSP adalah sebagai berikut :
a) Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10 berarti perkembangan anak
normal sesuai dengan tahapan perkembangan.
b) Bila jawaban ‘ya” kurang dari 9, maka perlu diteliti tentang :
(1) Cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya apakah
sudah sesuai.
(2) Kesesuaian jawaban orangtua dengan maksud pertanyaan
Apabila ada kesalahan , maka pemeriksan harus diulang.
c) Bila setelah diteliti jawaban “ya” berjumlah 7- 8, berarti
perkembangan anak meragukan dan perlu pemeriksan ulang 2
minggu kemudian dengan pertanyaan yang sama. Jika jawaban
tetap sama maka kemungkinan ada penyimpangan.
d) Bila jawaban berjumlah “ya” berjumlah 6 atau kurang,
kemungkinan ada penyimpangan dan anak perlu dirujuk ke rumah
sakit untuk memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

b. Test Daya Lihat (TDL)


Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata
pada anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan tes
ini untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia prasekolah
secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera ditangani.
Cara melakukan tes daya lihat :
1) Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang.
2) Gantungkan ’kartu E’ yang setinggi mata anak posisi duduk.
3) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk duduk anak.
4) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
5) Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak dalam meng
arahkan kartu ‘E’ menghadap ke atas, bawah, kiri dan kanan sesuai yan
g ditunjuk pada poster “E”oleh pemeriksa.
6) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu persatu mulai
baris pertama huruf “E “berukuran paling besar sampai baris keempat a
tau baris ”E” terkecil yang masih dapat dilihat.

23
7) Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang dipegangnya den
gan huruf pada kartu “E” pada poster.
8) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama.
Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat :
Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila pa
da baris ketiga, anak tidak dapat melihat maka perlu dirujuk untuk mendapa
tkan pemeriksaan lebih lanjut. Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiks
akan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan diperiksa adakah hal sebagai
berikut :
1) Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing.
2) Perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu dekat, sering
mengkedipkedipkan mata.
3) Kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air.
Intervensi
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan anak ti
dak dapat melihat sampai baris yang sama maka anak tersebut perlu dir
ujuk ke rumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami ganggua
n ( kanan, kiri atau keduanya).
c. Test Daya Dengar (TDD)
TDD dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12 bulan dan s
etiap 6 bulan pada anak oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih. Pe
ralatan yang diperlukan adalah instrumen untuk TDD sesuai usia anak, ga
mbar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia dan mainan (boneka, kubu
s, sendok, cangkir dan bola). Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-perta
nyaan yang disesuaikan dengan kelompok usia anak. Jawaban ‘ya’ jika
menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukan perintah dan jawaban
‘tidak’ jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah. Jika anak
dibawah 12 bulan, pertanyaan ditujukan untuk kemampuan 1 bulan
terakhir. Setiap pertanyaan perlu dijawab ‘ya.’ Apabila ada satu atau lebih
jawaban ‘tidak’, berarti pendengaran anak tidak normal, sehingga perlu
pemeriksaan lebih lanjut.

24
14. Kuisioner Pra Skrining Perkembangan Bayi (KPSP) Bayi Umur 48 Bulan

25
15. Tahapan Perkembangan dan Stimulasi Umur 48 Bulan

16. Tes Daya Dengar

26
17. Kuisioner KMME

27
18. Kuiseoner GPPH

B. Metode Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam asuhan
kebidanan pada anak dengan deteksi dini tumbuh kembang ini menggunakan
SOAP yaitu:
S : Subjektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui anamnesis.
O : Objektif
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain.
A : Assesment atau Analisa
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-

28
hal berikut ini diagnosis/masalah kebidanan, diangnosis/masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis atau masalah potensial. Kebutuhan tindakan segera harus
diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
P : Penatalaksanaan atau Planning
Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data.

29
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN ANAK PADA An. A USIA 52 BULAN DENGAN


DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
DI PUSKESMAS TANJUNG REDEB

Preseptor : Puspita Sari Tgl Pengkajian :19/01/2024


NIM : 22082033 Lahan Praktik : PKM Sambaliung

A. Biodata
Nama Bayi/Anak : An. A
Tanggal Lahir : Berau, 23 November 2019
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Nama Ibu : Ny. N
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Berau/Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Sambaliung
No. Telp/Hp : 0822-2089-xxxx
B. Data Subjektif
1. Keluhan Utama (anak / orang tua)
Alfa bahagia karena ingin di ajak bermain dengan ibu bidan.
2. Riwayat Penyakit sekarang
Ibu mengatakan anak dan keluarga tidak memiliki penyakit menurun,
menahun dan menular.
3. Respon Keluarga
Ibu terlihat baik tidak tampak khawatir
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
a. Riwayat prenatal dan perinatal

30
• Masa kehamilan : 39 minggu
• Lahir tanggal : 23 November jam 23.00 WITA
• Jenis persalinan : PN
• Atas indikasi :-
• Penolong : Bidan
• Lama persalinan : Kala I : 4 Jam
Kala II : 30 menit
5. Riwayat pertumbuhan :
Pertumbuhan anak baik karena berat badan masih berada pada garis hijau
KMS.
6. Riwayat perkembangan
Dari pengamatan menggunakan KPSP anak dapat melakukan beberapa hal
dengan memuaskan meski anak terlihat masih di bimbing oleh orang tua atau
petugas
Motorik Kasar :
 Anak sudah dapat berdiri 1 kaki selama 6 detik
 Melompat-lompat 1 kaki
Motorik halus :
 Menggambar tanda silang
 Menggambar lingkaran
 Menggambar orang dengan 4 bagian tubuh
 Mengancing baju
Kemampuan bicara dan bahasa :

 Menyebut nama lengkap tanpa dibantu


 Senang bertanya-tanya tentang sesuatu
 Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
 Bicara mudah dimengerti
 Menyebut angka,menghitung hari
Sosialisasi dan kemandirian :
 Berpakaian sendiri tanpa di bantu
 Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu
 Lebih suka bermain bersama teman dibanding bermain sendiri, dapat
koorperatif dengan anak lain, dan memahami cara bermain.

31
 Dapat mengungkapkan tentang apa yang ia suka dan minati.

C. Komplikasi
• Riwayat Kesehatan Ibu
1) Penyakit sistemik yang pernah/ sering diderita
Ibu mengatakan anak dan keluarga tidak memiliki penyakit
menurun, menahun dan menular
2) Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan anak dan keluarga tidak memiliki penyakit
menurun, menahun dan menular
3) Riwayat Keturunan kembar
Tidak ada
• Riwayat Kesehatan Bayi

Ana Persalinan Nifas


k Ke
Tgl Umur Jenis Penolon komplik JK B lakta komplika
kehamilan persalinan g asi B si si
lahir
Ibu Bayi lahi
r

1 23/11/2019 39 Minggu PN Bidan - - Perempu 2850 Ya -


an

7. Riwayat alergi :
 Jenis makanan: Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan
 Debu : Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi debu
 Obat : Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat

8. Imunisasi dasar :
 BCG : Sudah diberikan
 Hepatitis b: Sudah diberikan
 Polio : Sudah diberikan
 DPT : Sudah diberikan

32
 Campak : Belum diberikan
 Apakah pernah imunisasi ulang dan jenis imunisasi ulang : Ya
9. Hasil Uji skreening pertumbuhan dan perkembangan , misal SIDTK :
Hasil uji skrining KPSP didapatkan hasil dalam batas normal

DATA OBJEKTIF

a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Baik Kesadaran Composmentis
2) Tanda Vital
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 123 kali/menit
Pernapasan : 24 kali/menit
Suhu : 36,7 °C
3) BB/TB :15 kg / 105 cm
4) Lingkar Kepala : 49 cm
5) LILA : 14.3 cm
6) Kepala dan Leher
Edema wajah : Tidak ada edema pada wajah
Mata : Simetris, sklera berwarna putih,
konjungtiva merah muda, refleks pupil
mengecil saat terkena cahaya
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Hidung : Simetris, tidak ada secret
Mulut : Simetris, Bibir lembab, Stomatitis (-),
Karies gigi (-)
7) Faring & Laring : Simetris, Tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, limfe dan vena jugularis
6) Dada
Bentuk : Simetris
Gerakan : Normal
Payudara : Simetris
Paru : Normal, tidak ada wheezing dan Ronki
Jantung : Normal

33
7) Abdomen
Ukuran dan Bentuk :Simetris
Gerakan : Normal
Dinding perut : Simetris
Bekas luka : Tidak ada
Kandung kemih : Kosong
8) Anus : Normal
9) Genetalia luar
Edema : Tidak ada edema
Varices : Tidak ada
Skrotum : Tidak ada kelainan
Anus : Normal
10) Ekstremitas
Edema : Tidak ada edema
Varices : Tidak ada
Reflek Patela : Tidak dilakukan
Kuku : Bersih tidak panjang

b. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

ASSESMENT

a. Diagnosis Kebidanan
An.A dengan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak KPSP Normal
b. Masalah
Tidak ada
c. Kebutuhan
SDIDTK dengan KPSP 48 Bulan
Tes Daya Dengar
Tes Daya Lihat
Menanyakan kepada ibu Kuiseoner KMME
Menanyakan Kepada ibu Kuiseoner GPPH
d. Diagnosis Potensial
Tidak ada

34
e. Masalah Potensial
Tidak ada
f. Kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien
1) Mandiri
Tidak ada
2) Kolaborasi
Tidak ada
3) Marujuk
Tidak ada

PLANNING (Termasuk Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi)

Tanggal 18 Januari 2024 Jam : 09.10 WITA

1. Memberi tahu kepada ibu tentang keadaan An A didapatkan hasil


Tekanan Darah 90/60 mmHg dan Berat badan An A 15 kg dan
tinggi badan 105 cm serta seluruh pemeriksaan dalam batas normal.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
2. Memberitahu kepada ibu bahwa setelah dilakukan penilaian skrining
KPSP usia 48 bulan , dari 10 pertanyaan semua jawabannya iya.
Semua dapat dilakukan oleh An. A. dan dapat disimpulkan bahwa
Tumbuh kembang An.A normal sesuai dengan umur tidak ada hasil
yang meragukan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan bersedia
melakukannya dirumah
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa setelah dilakukan Tes daya Dengar
jumlah jawaban tidak = 0 , sehingga dapat disimpulkan bahwa An.A
tidak mengslsmi gangguan dalam pendengaran. .
Evaluasi :Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
4. Menjelaskan kepada ibu setelah melakukan Tes Daya Lihat Jumlah
Jawaban tidak = 0 , sehingga dapat disimpulakn bahwa An,A tidak
mengalami gangguan dalam Penglihatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
5. Menjelaskan kepada ibu setelah dilakukan penilaian berdasarkan
kuiseoner KMME ada jawaban ya , dapat disimpulkan hasil dari

35
kuiseoner KMME anak Normal tidak mengalami masalah perilaku
emosional .
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
6. Menjelaskan kepada ibu setelah dilakukan skrining dengan GPPH
didapatkan nilai 0 , artinya An. A normal tidak mengalami gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktif.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
7. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan SDIDTKA kedua 6 bulan
kemudian .
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan bersedia untuk
dilakukan SDIDTK kedua kalinya 6 bulan kemudian.
8. Melakukan pendokumentasian SOAP pada Rekam Medis
Evaluasi : pendokumentasian sudah dilakukan

36
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan h
asil tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan tumbuh kembang pada anak
An.A di ruang Tumbuh Kembang Puskesmas Sambaliung Berau tanggal 19
Januari 2024 dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari 7
langkah Varney.
A. Pengumpulan Data Dasar
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berik
utnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang aka
n menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutny
a. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien y
ang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah su
dah tepat, lengkap dan akurat (Varney, 2017).
Studi kasus asuhan kebidanan tumbuh kembang pada An. A dilakukan b
erdasarkan subjektif dari hasil wawancara penulis kepada ibu dan data objektif
pada anak. Hasil pemeriksaan fisik Keadaan Umum : baik Kesadaran : compos
mentis Antropometri (BB : 15 Kg PB :105 cm LK : 49 cm Lila : 14.3 cm). Det
eksi Dini Penyimpangan Perkembangan Kuesioner Pra Skrining Perkembanga
n (KPSP) Didapatkan hasil Normal tumbuh kembang sesuai dengan usa pada
KPSP 48 bulan dengan jumlah skor jawaban ya 10 . Tes Daya Dengar (TDD)
Jumlah jawaban “Tidak” = 0 An. A Tidak mengalami gangguan dalam penden
garan. Tes Daya Lihat (TDL) Jumlah jawaban “Tidak” = 0 An.A Tidak menga
lami gangguan dalam penglihatan. Pada kuiseoner KMME didapatkan
jawaban Ya = 0 , An.A tidak mengalami gangguan masalah perilaku
emosional, dan pada Kuesionar GPPH didapatkan skor 0 , An,A tidak
mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktiv.
Ada tiga jenis deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembang
an (Kemenkes RI, 2016) , yaitu deteksi dini pertumbuhan untuk mengetahui/m
enemukan status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali. Jenis instrument ya
ng digunakan Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB), Pengukuran

37
Lingkar Kepala Anak (LKA). Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yait
u untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan
daya lihat, gangguan daya dengar Jenis instrumen yang digunakan yaitu Kuesi
oner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya Lihat (TDL), Tes Daya D
engar Anak (TDD). Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autism, gangguan pemusatan
perhatian, dan hiperaktivitas. Instrumen yang digunakan yaitu Kuesioner
Masalah Mental Emosional (KMME), Checklist for Autism in Toddlers
(CHAT) dan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH).
Berdasarkan hal tersebut diatas tidak ada perbedaan antara teori dan praktik.
B. Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan (Varney, 2017).
Hasil pengkajian pada An. A didapatkan data subjektif dan objektif yang
diperoleh dapat diinterpretasikan sebagai usia dengan KPSP Normal sesuai
dengan usia. Data dasar yang mendukung Keadaan Umum : baik Kesadaran :
composmentis Antropometri (BB : 15 Kg PB : 105 cm LK : 49 cm Lila : 14.3
cm). Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP) Didapatkan hasil Normal seuai usia pada KPSP 48
bulan dengan jumlah skor 10. Tes Daya Dengar (TDD) Jumlah jawaban
“Tidak” = 0 Tidak mengalami gangguan dalam pendengaran. Tes Daya Lihat
(TDL) Jumlah jawaban “Tidak” = 0 Tidak mengalami gangguan dalam
penglihatan. Sesuai dengan HASIL penilaian KPSP, bila setelah diteliti
jawaban “ya” berjumlah 9-10, berarti perkembangan anak sesuai dengan usia
(Rantina, Hasmalena, and Nengsih 2020).
C. Diagnosa/Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lainnya berdasarkan
masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk antisipasi/pencegahan yang
dirasa perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan dan persiapan dalam menghadapi

38
masalah/penyulit sehingga dapat memberikan asuhan yang aman dan sesuai
standar (Varney, 2017).
Berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi dalam
asuhan kebidanan pada An. A tidak memiliki diagnosa potensial. Karena dari
penilaian KPSP, TDD , TDL , KMME dan GPPH semuanya Normal sesuai
usia.
D. Identifikasi Tindakan Segera/Kolaborasi
Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa atau masalah
potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang mungkin
muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu.(Varney 2017).
Tindakan segera atau kolaborasi dilakukan berdasarkan indikasi yang
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga memerlukan
kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang ahli dibidangnya. Berdasarkan kasus
ini, tidak ada data yang mendukung perlunya tindakan segera.
E. Perencanaan
Dibuat berdasarkan diagnosa yang muncul serta membantu klien
mengatasi masalah dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang
komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya yaitu dari masalah dan
diagnosa yang sedang terjadi serta mencakup bimbingan atau konseling yang
berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk mengantisipasi hal-hal
yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku klien sesuai harapan (Varney,
2017).

Rencana asuhan kebidanan tumbuh kembang pada An. A adalah


pemeriksaan fisik, pemeriksaan perkembangan anak melalui KPSP, TDD dan
TDL, KMME dan GPPH sampaikan hasil pemeriksaan, anjurkan ibu untuk
menimbang anaknya minimal 8 kali setahun dan SDIDTK minimal 2 kali
setahun, jelaskan pada ibu bahwa anak perlu bermain, aktifitas fisik dan tidur,
memberitahu ibu akan dilakukan SDIDTKA ulang 6 bulan kemudian.
Berdasarkan hal diatas tidak ada perbedaan asuhan yang diberikan
dengan teori.
F. Pelaksanaa
Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,
membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini,

39
pelaksanaan adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh.
Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa
pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap
berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana (Varney 2015).
Tindakan yang dilakukan dalam asuhan kebidanan tumbuh kembang
pada An. A dilaksanakan sesuai yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan
asuhan tidak terdapat hambatan dan pelaksanaan asuhan sesuai dengan
kebutuhan dan masalah yang dialami anak.
G. Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
diagnosa dan masalah. Rencana asuhan apakah sudah efektif dalam
pelaksanaannya (Varney, 2017). Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses
manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan
maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
melalui manajemen kebidanan serta melakukan penyesuaian terhadap rencana
asuhan tersebut.
Evaluasi dalam asuhan kebidanan tumbuh kembang An. A sebagai
berikut, pertumbuhan anak dalam keadaan baik, perkembangan mental
emosional anak baik,Tumbuh kembang anak normal sesuai dengan usia. Ibu
mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan setiap
anjuran yang diberikan, Ibu bersedia untuk dilakukan SDIDTKA 6 bulan
berikutnya.
Menurut Kemenkes RI (2016) Bila setelah diteliti jawaban “ya”
berjumlah 9-10 , berarti perkembangan anak Normal sesuai usia Berdasarkan
hal ini tidak ada perbedaan antara teori dan praktik.

H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


Setelah dilakukan pendokumentasian dengan 7 langkah manajemen
Varney pada asuhan kebidanan tumbuh kembang, dilanjutkan dengan

40
pendokumentasian dengan catatan perkembangan SOAP. Langkah ini
dilakukan sesuai dengan teori sehingga pendokumentasian pada kasus An. A
dilakukan secara menyeluruh dan sistematis. Oleh Karena itu, tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik.

41
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan tumbuh kembang pada An.
A di Ruang Tumbuh Kembang Puskesmas Sambaliung Berau tanggal 19
Januari 2024 menggunakan manajemen menurut Varney, maka penulis dapat
membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dasar
Pengumpulan data dasar atau pengkajian dilakukan dengan Anamnesa unt
uk memperoleh data Subjektif dan dengan Pemeriksaan untuk memperole
h data Objektif. Pada kasus An. A didapat hasil KPSP, TDD,TDL,
KMME, GPPH Normal sesuai Usia Tahap pengumpulan data sesuai deng
an teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan penerapan kasus
di lahan praktik.
2. Intepretasi Data
Intepretasi data dilakukan dengan menganalisa data dasar yang diperoleh s
ehingga bisa menegakkan diagnosa dan masalah sesuai dengan keadaan a
nak. Pada kasus An. A, ditegakkan diagnosa yaitu An. A usia 52 bulan den
gan KPSP Normal sesuai usia
3. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada kasus An. A Tidak Ada diagnosa dan masalah potensial yang
muncul.
4. Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan S
egera/Kolaborasi
Pada kasus An. A tidak ada kebutuhan yang memerlukan penangan segera
/kolaborasi.
5. Merencanakan Asuhan yang Komprehensif/Menyeluruh
Rencana asuhan dibuat sesuai degan kebutuhan pasien dan teori asuhan ke
bidanan tumbuh kembang.
6. Melaksanakan Perencanaan/Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Pada kasus An. A semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan d

42
iagnosa, masalah dan kebutuhan sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan penerapan kasus di lahan praktik.
7. Evaluasi
Pada Evaluasi dalam asuhan kebidanan tumbuh kembang An. A
sebagai berikut, pertumbuhan anak dalam keadaan baik, perkembangan
mental emosional anak baik,Tumbuh kembang anak normal sesuai dengan
usia. Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan bersedia
melakukan setiap anjuran yang diberikan, Ibu bersedia untuk dilakukan
SDIDTKA 6 bulan berikutnya.
8. Pendokumentasian Kegitan/Asuhan
Pendokumentasian Asuhan dilakukan dengan manjemen 7 langkah Varney
dan dengan catatan perkembangan SOAP sehingga pendokumentasian dila
kukan secara lengkap dan menyeluruh. Oleh Karena itu, tidak terjadi kese
njangan antara teori dan penerapan kasus di lahan praktik
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Sambaliung Berau
Diharapkan Puskesmas Sambaliung Berau dapat meningkatkan man
ajemen asuhan tumbuh kembang bagi bayi, balita dan anak prasekolah.
2. Bagi ITKES Wiyata Husada Jurusan Profesi Kebidanan
Diharapkan dapat menambah wawasan khususnya mahasiswa kebid
anan dan mahir dalam pelaksanaan asuhan kebidanan tumbuh kembang.
3. Bagi penulis
Diharapkan dapat mengaplikasikan apa yang telah di dapat selama p
erkuliahan dalam asuhan kebidanan tumbuh kembang.

43
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, F., Murwidi, I. C., & Dabi, R. D. (2017). Manajemen Pelaksana Program
Stimulasi Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (Sdidtk) Terhadap
Cakupan Balita Dan Anak Prasekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Ternate 2016. Link, 13(1), 20-31.

Depkes RI. 2016. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang. Anak.
Jakarta.

Handayani, R. (2020). Analisis Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini


Tumbuh Kembang (SDIDTK) di Upt Puskesmas Sungai Piring. Jurnal
Kesehatan Komunitas, 6(3), 363-368.

Hastuti, P., & Jacobus, L. (2021). SDIDTK PADA POSYANDU BALITA DI


DUSUN CEPIT PENDOWOHARJO SEWON BANTUL YOGYAKARTA.
DHARMA BAKTI, 93-102.

Hendrawati, S., Mardhiyah, A., Mediani, H. S., Nurhidayah, I., Mardiah, W., Adistie,
F., & Maryam, N. N. A. (2018). Pemberdayaan Kader Posyandu dalam
Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada
Anak Usia 0–6 Tahun di Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten
Sumedang. Media Karya Kesehatan, 1(1).

Huru, M. M., Mangi, J. L., Boimau, A., & Mamoh, K. (2022). OPTIMALISASI
PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH ORANG TUA DAN KADER
POSYANDU DALAM MELAKUKAN STIMULASI DETEKSI DAN
INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG PADA BALITA. JMM (Jurnal
Masyarakat Mandiri), 6(5).

Kemenkes RI. 2022. “LAKIP Direktorat Gizi Dan Kesehatan Anak.”


Kemenkes RI (2012)
Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kemba
ng Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta
____________(2015)

44
Pedoman Pelaksanaan Stimulasi,Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kemban
g Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar . Jakarta.
Khairunnisa, D. N., Handayani, D. S., Nirmala, S. A., Astuti, S., & Judistiani, T. D.
(2018). Faktor Predisposisi Bidan dalam Pelaksanaan Program Stimulasi,
Deteksi Dini dan Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK). Jurnal Sistem
Kesehatan, 3(4).

Mardhiyah, A. (2017). Analisis Pengetahuan Dan Sikap Kader Tentang Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak Di Desa Pananjung, Kabupaten Pangandaran. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(6).

Marsilia, I. D., Nurulicha, N., Fitri, D. M., Nengsih, Y., & Nurzanah, E. M. (2022).
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK)
Pada Anak Usia 54-72 Bulan di Tk Cikal Cendikia Cileungsi Kab. Bogor.
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 5(4), 1236-1243.

Masril, A. A., & Wahyuni, E. (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya


Pelaksanaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang di
Puskesmas Kota Bengkulu. Jurnal Besurek JIDAN, 2(1), 33-40.

Padila, P., Andari, F. N., & Andri, J. (2019). Hasil Skrining Perkembangan Anak Usia
Toddler antara DDST dengan SDIDTK. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1),
244-256.

Rantina, Mahyumi, M Pd Hasmalena, and Yanti Karmila Nengsih. 2020. Buku


Panduan Stimulasi Dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Usia (0-6) Tahun.
Edu Publisher.

Suharto, A., & Sulikah, S. (2022). Pembinaan Kesehatan Ibu Dan Anak Melalui
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK). Health Community
Engagement, 4(1), 1-6.

Ullayya, S. G., Priyantini, S., & Wahyuningsih, H. (2023). PENGARUH


PELATIHAN STIMULASI BAYI MENURUT BUKU KIA 2020
TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI. Jurnal Ilmiah Sultan Agung, 2(1),
117-124.

Varney. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC.

45
Winarsih, S., Nikmawati, N., & Suprihatiningsih, S. (2017). Studi Deskriptif Deteksi
Dini Penyimpangan Mental Emosional (Kmme, Chat, Gpph) Pada Anak Usia
36–72 Bulan. Jurnal Kebidanan, 6(14), 28-32.

46
LAMPIRAN KUISIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN BAYI (KPSP)
BAYI UMUR 3 - 6 BULAN

47
DOKUMENTASI

48

Anda mungkin juga menyukai