Anda di halaman 1dari 16

JIDAN

Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di
Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

Sarce Pinontoan 1, Sesca D. Solang 2, Sandra G.J. Tombokan 3


1. Puskesmas Tatelu Kab. Minahasa utara. 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes kemenkes Manado

ABSTRAK

Latar Belakang : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan kedalam Rahim yang sangat efektif, reversible dan berjangka panjang, dapat
dipakai pada semua perempuan usia. AKDR merupakan suatu metode kontrasepsi yang dapat
digunakan jangka panjang.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Puskesmas Tatelu Kab. Minahasa
Utara.
Metode : Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi adalah seluruh akseptor KB di Wilayah kerja Puskesmas Tatelu
Kabupaten Minahasa Utara yang berjumlah 2622 ibu. jumlah sampel yang digunakan adalah
96 orang yang didapatkan dengan teknik sampling : simple random sampling.
Hasil penelitian : Sebagian besar responden tidak menggunakan AKDR yaitu 67 orang
(69,8%), terdapat hubungan antara variabel paritas dengan penggunaan AKDR dengan nilai
(p) = 0,003, tidak terdapat hubungan antara variabel pendidikan dengan penggunaan AKDR
dengan nilai (p) = 0,745 dan terdapat hubungan antara variable pengetahuan dengan
penggunaan AKDR dengan nilai (p) = 0,000.
Kesimpulan : Sebagian besar responden tidak menggunakan AKDR, ada hubungan antara paritas
dengan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), Ada hubungan antara pengetahuan dengan
penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan
penggunaan AKDR.

Kata kunci : Paritas, Pendidikan, Pengetahuan, AKDR

PENDAHULUAN
Masalah kependudukan di Indonesia
mengenai pentingnya suatu keluarga
adalah jumlah penduduk yang besar dan
melakukan pengaturan pembatasan jumlah
distribusi penduduk yang tidak merata. Hal (1)
ini dibarengi dengan masalah lain yang anak. . Lokakarya Nasional Kesehatan
lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan Reproduksi (1996) yang memberikan
angka mortalitas yang relative tinggi. beberapa kesepakatan antara lain
Kondisi ini dianggap tidak penerapan pelayanan kesehatan reproduksi
menguntungkan dari sisi pembangunan dilaksanakan secara terintegratif dan
ekonomi.Logika ini secara umum dikategorikan dalam paket pelayanan
digunakan sebagai landasan kebijakan antara lain pelayanan kesehatan reproduksi
untuk mengendalikan laju pertumbuhan esensial yang didalamnya termasuk
penduduk dan secara khusus hal ini juga pelayanan KB. Keberhasilan program KB
digunakan untuk memberikan penekanan di Indonesia tidak hanya perlu

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 1


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

dipertahankan atau ditingkatkan tetapi Akan tetapi, sebenarnya begitu AKDR


yang lebih diutamakan adalah upaya dilepas, wanita tetap memiliki resiko hamil
menjaga dan meningkatkan mutu apabila berhubungan seksual dengan
pelayanan KB bukan hanya dari aspek suaminya. Sebagai alat kontrasepsi,
manajemen tapi yang utama adalah dari AKDR sangatlah efektif. Angka
(2) keberhasilannya mencapai 99,2-99,6%
aspek teknis medis. Gerakan KB
Nasional selama ini telah berhasil dalam tahun pertama. Berbeda dengan
mendorong peningkatan peran serta metode kontrasepsi hormonal, AKDR
masyarakat dalam membangun keluarga dapat segera mencegah kehamilan begitu
(5)
kecil yang makin mandiri. Keberhasilan dipasang. . Menurut SDKI 2010-2012
ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus pemakaian kontrasepsi di Indonesia 60 %,
ditingkatkan karena pencapaian tersebut alat kontrasepsi yang banyak digunakan
belum merata, secara nasional jenis alat adalah metode suntik (49,1%), pil (23,3%),
KB yang digunakan didominasi dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
cara suntik 31%, PIL 11,2%, AKDR 3,8%. (10,9%), implant (7,6%), metode operasi
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka wanita (MOW) (6,5%), kondom (1,6%),
Panjang (long term) untuk Provinsi metode operasi pria (MOP) (1,7%).
Sulawesi Utara hanya 17% dan 45,3% Kabupaten Minahasa Utara (Minut) tahun
menggunakan metode jangka pendek 2012-2013 jumlah Peserta KB aktif
(Short Term), yang lain tradisional 0,2% berjumlah 27.499 PUS.Jenis alat
(3)
dan tidak ber KB 37,6%. kontrasepsi yang digunakan adalah Suntik
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim 13.457, PIL 5.657, AKDR 1.117,
(AKDR) adalah suatu alat atau benda yang Kondom 523, Implant 6.169, MOW 484,
(6)
dimasukkan kedalam Rahim yang sangat MOP 92
.
efektif, reversible dan berjangka panjang, Berdasarkan laporan KIA/KB
dapat dipakai pada semua perempuan usia Puskesmas Tatelu (2013) jumlah pasangan
(4)
reproduktif. AKDR merupakan suatu usia subur (PUS) 2.834 dan sebagai
metode kontrasepsi yang dapat digunakan peserta aktif sebanyak 2622 dan tidak aktif
jangka panjang. Meskipun efektif dan sebanyak 212 peserta oleh karena belum
dapat bertahan sampai dengan 10 tahun pernah hamil dan ingin menambah anak.
(misal pada CuT-380A, salah satu jenis Jenis – jenis alat kontrasepsi yang
AKDR), alat ini dapat mencegah digunakan paling banyak adalah
kehamilan secara reversibel. Dalam artian, kontrasepsi PIL 993 (38%), Suntik 767
apabila nantinya seorang wanita (29%), Implant 561 (21%), MOW 134
merencanakan untuk kembali hamil, dia (5%), AKDR 117 (4%), Kondom 46 (2%),
dapat melepas alat kontrasepsi dalam MOP 4 (1%), berdasarkan data tersebut
rahim tersebut. Namun, memang biasanya ternyata Akseptor AKDR berada pada
tidak serta merta dia langsung dapat hamil posisi atau rangking ke-5 dari seluruh
sesaat setelah alat tersebut dilepas. Ada akseptor KB. Hal ini memberikan
jeda waktu tertentu yang dapat bervariasi gambaran bahwa belum semua pasangan
antara satu wanita dengan wanita lain. usia subur ( PUS) dapat memilih AKDR
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 2
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

sebagai pilihan alat kontrasepsi yang tepat Tatelu Kecamatan Dimembe Kabupaten
untuk digunakan. Minahasa Utara. Variabel bebas (variabel
Hasil wawancara tanggal 20 Februari independent) adalah Paritas, pendidikan
2014 kepada 12 ibu peserta keluarga dan pengetahuan ibu. Variabel terikat
berencana AKDR, 6 ibu mengatakan (variabel dependent) adalah penggunaan
memasang AKDR karena anjuran bidan, 3 AKDR. dianalisis data dengan uji Chi
ibu mengatakan agar supaya tidak bolak Square.
balik ke Puskesmas, 2 ibu mengatakan
bahwa mereka mengikuti teman yang HASIL
menggunakan AKDR karena menurut Karakteristik Responden
teman selama menggunakan AKDR tidak Sebagian besar responden berumur antara
ada keluhan, dan 1 ibu mengatakan coba- 31– 40 tahun yaitu 51 orang (53,1%).
coba apabila tidak ada gangguan akan Dengan latar belakang terbanyak adalah
terus menggunakan AKDR.Dari data ini pendidikan Tinggi (SMU,DIII,S1) yaitu 82
menunjukkan bahwa penggunaan Alat orang (85,4%). Sebagian besar responden
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) masih dengan paritas beresiko tinggi (> 2 anak)
sangat rendah. yaitu 52 orang (54,2%). sementara
responden tidak beresiko (jumlah anak 1-2
METODE orang) berjumlah 44 orang (45,8%).
Penelitian ini adalah deskriptif analitik Pengetahuan responden menunjukkan
dengan pendekatan cross sectional study. bahwa sebagian besar mempunyai
Populasi yang adalah seluruh akseptor KB pengetahuan kurang yaitu 69 orang
di Wilayah kerja Puskesmas Tatelu (71,9%). Penggunaan AKDR
Kabupaten Minahasa Utara yang menunjukkan bahwa sebagian besar
berjumlah 2622 ibu. jumlah sampel adalah responden tidak menggunakan AKDR
96 orang, teknik sampling : simple random yaitu 67 orang (69,8%).
sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada
Maret sampai Agustus 2014 di Puskesmas Analisa Bivariate

Tabel 1. Hubungan Paritas, Pendidikan dan Pengetahuan dengan penggunaan AKDR


Variabel Penggunaan AKDR
Menggunakan % Tidak Menggunakan % ρ
Paritas
Tidak Beresiko 20 20,8 24 25,0 0,004
Beresiko 9 9,4 43 44,8
Pendidikan
Tinggi 24 25 58 60,4 0,745
Rendah 5 5,2 9 9,4
Pengetahuan
Baik 8 8,3 2 2,1 0,000
Cukup 11 11,5 6 6,2
Kurang 10 10,4 59 61,5
N = 96

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 3


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Tabel diatas menunjukkan responden responden dengan pengetahuan cukup


dengan paritas tidak beresiko, sebanyak 17 orang (17,7%). Responden
menggunakan AKDR sebanyak 20 orang dengan pengetahuan kurang,
(20,8%), tidak menggunakan AKDR menggunakan AKDR sebanyak 10 orang
sebanyak 24 orang (25%), jumlah untuk (10,4%), tidak menggunakan AKDR
responden dengan paritas tidak beresiko sebanyak 59 orang (61,5%). Jumlah untuk
sebanyak 44 orang (45,8%). Responden responden dengan pengetahuan kurang
dengan paritas beresiko, menggunakan sebanyak 69 orang (71,9%). Hasil uji
AKDR sebanyak 9 orang (9,4%), tidak statistik Chi Square menunjukkan bahwa
menggunakan AKDR 43 orang (44,8%). terdapat hubungan antara variabel
Jumlah untuk responden dengan paritas pengetahuan dengan penggunaan AKDR,
beresiko sebanyak 52 orang (54,2%). Hasil dengan nilai (p) = 0,000 ( < 0,1).
uji statistik Chi Square menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara variabel PEMBAHASAN
paritas dengan penggunaan AKDR, 1. Gambaran Responden
dengan nilai (p) = 0,004 ( <0,1). Pada penelitian ini distribusi umur
Responden dengan pendidikan tinggi, responden antara 31 – 40 tahun yaitu 51
menggunakan AKDR sebanyak 24 orang orang (53,1%), dengan latar belakang
(25%), tidak menggunakan AKDR Pendidikan sebagian besar responden
sebanyak 58 orang (60,4%), jumlah untuk berpendidikan Tinggi (SMU,DIII,S1) yaitu
responden dengan pendidikan tinggi 82 orang (85,4%). Sebagian besar
sebanyak 82 orang (85,4%). Responden responden dengan paritas beresiko tinggi
dengan pendidikan rendah, menggunakan (> 2 anak) yaitu 52 orang (54,2%)
AKDR sebanyak 5 orang (5,2%), tidak sementara responden tidak beresiko
menggunakan AKDR sebanyak 9 orang (jumlah anak 1-2 orang) berjumlah 44
(9,4%). Jumlah untuk responden dengan orang (45,8%). Sebagian besar responden
pendidikan rendah sebanyak 14 orang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 69
(14,6%). Hasil uji statistik Chi Square orang (71,9%), dan pengetahuan cukup
menunjukkan bahwa terdapat hubungan berjumlah 17 orang (17,7%) sedangkan
antara variabel pendidikan dengan responden dengan pengetahuan baik
penggunaan AKDR, dengan nilai (p) = berjumlah 10 orang (10,4%). Penggunaan
0,754 ( > 0,1). Pengetahuan responden AKDR didapatkan bahwa sebagian besar
tentang penggunaan AKDR menunjukkan responden tidak menggunakan AKDR
pengetahuan baik, menggunakan AKDR yaitu 67 orang (69,8%) sementara yang
sebanyak 8 orang (8,3%), tidak menggunakan berjumlah 29 orang
menggunakan AKDR sebanyak 2 orang (30,2%).
(2,1%), jumlah untuk responden dengan
pengetahuan baik sebanyak 10 orang 2. Hubungan Paritas Dengan
(10,4%). Responden dengan pengetahuan Penggunaan AKDR
cukup, menggunakan AKDR sebanyak 11 Pada analisa data paritas dengan
orang (11,5%), tidak menggunakan AKDR penggunaan AKDR di Puskesmas Tatelu
sebanyak 6 orang (6,2%). Jumlah untuk Kecamatan Dimembe Kabupaten
Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 4
JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

Minahasa Utara menunjukkan paling terdapat hubungan antara kedua variabel,


banyak yaitu 44,8% atau 43 responden dengan nilai (p) = 0,745 ( > 0,05)
yang Beresiko (jumlah anak > 2) yang Hasil penelitian ini sejalan dengan
tidak menggunakan AKDR. Hasil uji penelitian di Puskesmas Jailolo yang
statistik Chi Square menunjukkan bahwa dilakukan oleh Bernadus (2012)
terdapat hubungan antara kedua variabel menunjukkan bahwa meskipun responden
tersebut, dengan nilai (p) = 0,003 ( <0,05). dengan pendidikan tinggi lebih banyak
Hasil ini sesuai juga yang didapatkan jumlahnya (berjumlah 72 orang) , namun
Rochma (2012) di Wilayah Kerja yang memilih AKDR sebanyak 34
Puskesmas Gandus Palembang Tahun (47,2%) dan non AKDR 38 orang (52,8%).
2012 yang melakukan penelitian survey Sedangkan responden dengan pendidikan
analitik dengan pendekatan cross sectional rendah berjumlah 24 orang yang memilih
dengan teknik accidental sampling. AKDR dua orang (8,3%) dan non AKDR
Penelitian dilakukan dengan wawancara (9)
22 orang (91,7%). Hasil ini berbeda
terpimpin menggunakan kuesioner.
yang didapatkan pada responden yang
Populasi penelitian ini adalah seluruh
menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka
akseptor KB aktif di Wilayah Kerja
Panjang (MKJP) bahwa lewat pengukuran
Puskesmas Gandus Palembang Tahun
Tingkat Pendidikan, responden yang
2012 dengan jumlah sampel penelitian 45
tingkat pendidikan >SLTP 18,5% yang
orang yang di pilih secara non random,
memilih MKJP sedangkan ≤SLTP 17,3%
yaitu ada hubungan bermakna paritas ibu (10)
(7) yang memilih MKJP.
dengan pemakaian AKDR Yunianti
Pendidikan merupakan salah satu
(2010) yang melakukan penelitian untuk
faktor yang sangat menentukan
mengetahui faktor-faktor yang
pengetahuan dan persepsi seseorang
mempengaruhi rendahnya cakupan KB
terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk
IUD di Puskesmas Sempor II mendapatkan (11)
ada hubungan antara faktor paritas dengan pentingnya keikutsetaan dalam KB.
rendahnya Cakupan Kontrasepsi Intra
4. Hubungan Pengetahuan Dengan
Uterine Device (p = 0,002). Faktor paritas
Penggunaan AKDR
merupakan faktor yang paling dominan
Pada analisa data pengetahuan dengan
yang mempengaruhi rendahnya cakupan
(8) penggunaan AKDR di Puskesmas Tatelu
kontrasepsi IUD.
Kecamatan Dimembe Kabupaten
Minahasa Utara menunjukkan paling
3. Hubungan Pendidikan Dengan banyak yaitu 61,5% atau 59 responden
Penggunaan AKDR yang mempunyai pengetahuan kurang
Penggunaan AKDR menunjukkan tidak menggunakan AKDR. Hasil uji
paling banyak yang tidak menggunakan statistik Chi Square menunjukkan terdapat
AKDR adalah pendidikan tinggi yaitu hubungan antara kedua variabel, dengan
60,4% atau 58 responden. Hasil uji nilai (p) = 0,000 ( <0,05).
statistik Chi Square menunjukkan tidak Penelitian Rochma (2012) juga
mendapatkan hasil yang sama pada

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 5


JIDAN
Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : 2339-1731

analisis bivariabel dengan uji stastistik uji rahim (AKDR) di Puskesmas Tatelu
chi-square pada tingkat kemaknaan p Kab. Minahasa Utara.
value < 0,05 menunjukkan ada hubungan 3. Ada hubungan antara pengetahuan
bermakna pengetahuan ibu dengan dengan penggunaan alat kontrasepsi
pemakaian AKDR Wilayah Kerja dalam rahim (AKDR) di Puskesmas
(7)
Puskesmas Gandus Palembang. Tatelu Kab. Minahasa Utara.
Pengetahuan dapat ditingkatkan oleh 4. Tidak ada hubungan antara
petugas kesehatan lewat memberikan pendidikan ibu dengan penggunaan
penyuluhan tentang KB secara AKDR di Puskesmas Tatelu
berkesinambungan dan langsung Kecamatan Dimembe Kabupaten
menyentuh seluruh lapisan masyarakat Minahasa Utara.
khususnya pasangan usia subur. SARAN
Rendahnya minat WUS terhadap AKDR Bagi institusi penelitian
tidak terlepas dari rendahnya pengetahuan Hasil penelitian ini merupakan masukan
terhadap alat kontrasepsi tersebut. bagi pemberi pelayanan untuk lebih
Sehingga sangat perlu pemahaman yang meningkatkan pelayanan terutama bagi
baik tentang AKDR bagi wanita usia bidan agar terus memberi informasi yang
subur. Pengetahuan seseorang tentang lebih banyak mengenai manfaat
AKDR bisa didapat melalui pengalaman AKDR,agar aseptor makin menyesuaikan
atau pendidikan serta pemahamannya jenis kontrasepsi dengan faktor-faktor
terhadap AKDR. Semakin tinggi yang ada dalam dirinya.
pengetahuan seseorang maka
pemahamannya terhadap AKDR akan Bagi Responden
semakin baik. Pengukuran pengetahuan Sebagai bahan masukan untuk
dapat dilakukan dengan wawancara atau meningkatkan pengetahuan tentang
angket yang menanyakan tentang isi keluarga berencana lebih khusus jenis
materi yang ingin diukur dari subjek kontrasepsi AKDR untuk dapat dilakukan
(12) penelitian lebih mendalam.
penelitian.
KESIMPULAN
Bagi institusi pendidikan
1. Sebagian besar responden tidak
.Hasil penelitian ini dapat di gunakan
menggunakan AKDR.
untuk bahan informasi bagi kepentingan
2. Ada hubungan antara paritas dengan
pendidikan dan tambahan kepustakaan
penggunaan alat kontrasepsi dalam
Poltekes Manado.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tresnawati F. Asuhan Kebidanan Jilid 1 : Panduan Lengkap Menjadi Bidan Profesional,
Cetakan I Jakarta: Prestasi Pustaka Raya; (2012).
2. Depkes RI. Panduan audit Medik Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Depkes RI; (2004).
3. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (2010).
4. Handayani S. Buku Ajar Pelayanan keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihana; (2010).

Volume 2 Nomor 2. Juli – Desember 2014 6


E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
5. Fitantra J B. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Atau Spiral (overview). (2014) [1 Agustus 2014];
diakses dari http://www.medicinesia.com.
6. Dinas Kesehatan Minut. Profil BKKBN. Kabupaten Minahasa Utara: Dinas Kesehatan Minut.;
(2012).
7. Rochma K.M. Hubungan Pengetahuan Dan Paritas Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2012. Palembang:
Poltekkes Kemenkes Palembang; (2012) [1 Agustus 2014]; diakses dari
http://poltekkespalembang.ac.id/.
8. Yuniyanti T, Saryono, dkk. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Cakupan Kontrasepsi
Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas Sempor II. Gombong: STIKES Muhammadiyah (2010)
[1 Agustus 2014]; diakses dari www.digilib.stikesmuhgombong.ac.id.
9. Bernadus JD, Madianung A, dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Bagi Akseptor KB Di Puskesmas Jailolo. Jurnal eNERS
(eNS). (Maret 2013). Volume 1 Nomor 1 pp. 1 - 10.
10. Asih L, dan Oesman H. Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP). Jakarta: PUSLITBANG KB Dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional; (2009).
11. Manurung. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Akseptor KB Dalam Memilih Alat Kontrasepsi
IUD Di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang [Skripsi]. Medan:
FKM Universitas Sumatqera Utara; (2009).
12. Yulizawati. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Peningkatan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Jurnal Ilmiah Kebidanan. (Desember 2012). Vol. 3 No.2 pp.
77 - 88.

FAKTOR PENYEBAB PENGUNAAN KONTRASEPSI INTRA UTERIN


DEVICE (IUD) PADA PASANGAN USIA SUBUR DI DESA GUNUNG

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 684
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
HASAHATAN KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN BATUNADUA
KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2020
Oleh :
Nur Aliyah Rangkuti1), Elinda Tarigan2)
1,2
Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan Email : nuraliyahrangkuti88@gmail.com

Abstrak
Pengunaan Intra Uterin Device (IUD) pada pasangan usia subur masih menjadi perhatian utama dan
menjadi masalah besar bagi kesehatan negara–negara di dunia termasuk negara berkembang.Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab penggunaan IUD pada pasangan usia subur di Desa Gunung
Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua Kota Padangsidimpuan Tahun 2020. Jenis penelitian adalah
kuantitatif dengan desain cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 49 orang, dengan
teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Data dikumpulkan melalui data primer dengan
memberikan kuesioner kepada responden. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji
Chi Square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan faktor penyebab umur (p= 0,036) , paritas (p=
0,046), pengetahuan (p= 0,019), dukungan suami (p= 0,040) dan status kepercayaan (p= 0,027) dengan
penggunaan kontrasepsi IUD. Faktor penyebab peran petugas KB (p= 0,348) tidak berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi IUD. Kesimpulan diperoleh bahwa ada hubungan umur, paritas, pengetahuan, dukungan
suami, status kesehatan dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Peran petugas KB tidak berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi IUD. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan upaya promosi
kesehatan terutama mengenai kontrasepsi IUD secara intensif melalui komunikasi langsung kepada masyarakat
dengan melibatkan suami dan keluarga.

Kata Kunci : Umur, Paritas, Pengetahuan, Dukungan Suami, Peran Petugas KB, Status Kepercayaan, IUD

1. PENDAHULUAN banyak digunakan yaitu sebesar 29%, diikuti oleh


Pengunaan Intra Uterin Device (IUD) pada pil (12,1%), implant (4,7%), IUD (4,7%), MOW
pasangan usia subur masih menjadi perhatian (3,8%) dan MOP (0,2), kondom (2,6) dan Metode
utama dan menjadi masalah besar bagi kesehatan amenore laktasi (MAL) (0,1%). Dari sekian banyak
negara–negara di dunia termasuk negara pengguna KB aktif hanya 13,4 % yang
berkembang. Berdasarkan data World Health menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Organization (WHO) didapatkan bahwa di seluruh (MKJP).
dunia terjadi 1 juta kelahiran baru per hari, dimana Salah satu alat jenis alat kontrasepsi yang
50% diantaranya tidak direncanakan dan 25% tidak memiliki efektivitas tinggi adalah IUD. Kontrasepsi
diharapkan. (Wiknjosastro, 2011; Anggraini dan IUD adalah cara pencegahan kehamilan yang
Martini, 2012). sangat efektif, aman, dan reversibel bagi wanita.
Menurut WHO (2014) penggunaan IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian pilihan bagi sebagian besar wanita karena
dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan keamanan dan efektivitasnya (97-99%) (Marikar,
terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, 2015).
pengguna kontrasepsi modern telah meningkat Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi (RISKESDAS) tahun 2018 proporsi penggunaan
57,4% pada tahun 2014. Di Afrika dari 23,6% alat kontrasepsi di Indonesia mencapai 35.795.560
menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% peserta, dimana penggunaan KB suntik 3 bulan
menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan sebesar 42,4%, pil sebesar 8,5%, IUD sebesar
Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%. 6,6%, suntikan 1 bulan sebesar 6,1%, implant
(WHO, 2014). sebesar 4,7%, MOP sebesar 0,2%, MOW sebesar
Berdasarkan hasil Survei Demografi 3,1 %, kondom sebesar 1,1% dan yang tidak
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 peserta menggunakan alat kontrasepsi sebesar 27,1%.
KB aktif Contraceptive Prevalence Rate (CPR) Penggunaan MKJP masih rendah dibandingkan
pasangan usia subur mencapai 64%. Angka dengan penggunaan non-MKJP. Persentase peserta
prevalensi pemakaian kontrasepsi modern adalah KB baru tertinggi ialah Provinsi Aceh (91,2%),
sebesar 57,2%, yang menggunakan kontrasepsi kemudian Sulawesi Tenggara (91,0%), dan Riau
tradisional 6,4% dan 36,4 tidak menggunakan KB. (88,5%). Sedangkan provinsi dengan persentase
Suntik KB merupakan alat kontrasepsi yang paling peserta KB baru terendah ialah Provinsi Kepulauan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 685
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
Riau (67,3%), Bali (67,7%), dan Jawa Tengah 2. METODE PENELITIAN
(70,0%). Jenis penelitian ini adalah penelitian
Berdasarkan data dari BKKBN Provinsi kuantitatifdengan desain cross sectional study
Sumatera Utara, dari 2.389.897 pasangan usia dengan tujuanuntuk mengetahui faktor penyebab
subur (PUS) tahun 2018, sebanyak 1.685.506 penggunaan IUD pada pasangan usia subur di Desa
(70,53%) diantaranya merupakan peserta KB aktif. Gunung Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan
Jarum suntik menjadi jenis kontrasepsi terbanyak Batunadua Kota Padangsidimpuan Tahun 2020
digunakan yaitu sebesar 31,69%, diikuti Pil sebesar yang diamati pada periode waktu yang sama.
28,14%, Implan sebesar 14,77%, IUD sebesar Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung
9,84%, Kondom sebesar 7,43%. Jenis kontrasepsi Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua
yang paling sedikit digunakan adalah Metode Kota Padangsidimpuan. Alasan peneliti adalah
Operasi Pria (MOP), yaitu sebesar 0,88%. (Profil karena banyaknya ibu PUS yang tidak
Kesehatan Sumatera Utara, 2018). menggunakan IUD Penelitian ini dilakukan pada
Pencapaian peserta KB di Sumatera Utara bulan Maret – Agustus 2020.
tahun 2018 hanya mencapai 71,31 persen. Tingkat Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pencapaian peserta KB baru paling banyak adalah pasangan usia subur yang berada di Desa Gunung
Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) sebesar Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua
213,43 persen, kemudian disusul Kabupaten Karo Kota Padangsidimpuan sebanyak 98 orang.
sebesar 149,70 persen, Kabupaten Mandailing Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
Natal (Madina) sebesar 146,95 persen. Selanjutnya, teknik purposive sampling. Jumlah Jadi sampel
Kabupaten Tapanuli Selatan 127,01 persen serta dalam penelitian ini adalah sebanyak 49 orang
Gunung S,-itoli 100,22 persen.tingkat pencapaian dengan kriteria inklusi: Ibu dengan usia subur,
yang paling sedikit adalah peserta KB Baru, di berdomisili di Desa Gunung Hasahatan dan
Kabupaten Nias Selatan 4,74 persen. Kemudian, bersedia menjadi sampel.
Kota Medan 37,43 persen dan Kabupaten Dairi Prosedur penelitian dimulai dari
sebesar 38,77 persen. Selanjutnya adalah pengumpulan data yaitu pertama peneliti
Labuhanbatu Utara 39,61 persen dan Pakpak mengajukan izin penelitian kepada Kepala Desa
Bharat 41,31 persen. (BKKBN, 2018) Gunung Hasahatan, kemudian meminta izin untuk
Berdasarkan profil Dinas kesehatan Kota melakukan penelitian kepada responden dan
Padangsidimpuan tahun 2017 menunjukan cakupan menjelaskan tujuan diadakannya penelitian ini serta
KB aktif sebesar 66,4%, sementara target sebesar meminta persetujuan responden.Seluruh responden
80%. Proporsi KB aktif di Puskesmas Batunadua menandatangani lembar informed consent sebelum
adalah sebanyak 2023 peserta. Metode kontrasepsi pengisian lembar kuesioner, kemudian peneliti dan
yang paling banyak digunakan adalah non MKJP asisten peneliti menyebar kuisioner kepada
sebanyak 1424 (70,4%) yaitu kontrasepsi suntik responden pada tanggal 7 Juli 2020 saat pelaksaaan
805 (39,8%), pil 424 (21,5%) dan kondom 185 posyandu, tanggal 8 dan 9 Juli 2020 dengan
(9,1%), sedangkan metode kontrasepsi yang paling membagikan kuesioner langsung ke rumah
sedikit digunakan adalah MKJP sebanyak 599 responden. Peneliti dan asisten peneliti
(29,6%) yaitu IUD 182 (9,0%), implant 290 mengumpulkan kembali lembar kuisioner setelah
(14,3%), MOW 124 (6,1%) dan MOP 3 (0,1%). responden selesai mengisi. Peneliti memeriksa
Berdasarkan survey pendahuluan yang kelengkapan kuesioner yang telah diserahkan dan
dilakukan di Desa Gunung Hasahatan jumlah PUS meminta responden melengkapi apabila ada
sebanyak 98 dan masih banyak yang tidak yang jawaban kuesioner yang belum lengkap dan
menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim.dari 5 mengumpulkannya kembali. Data yang diperoleh
orang PUS yang yang saya wawancarainya kemudian diolah dengan menggunakan bantuan
semuanya mengatakan tidak menggunakan alat komputer melalui tahapan editing, coding, dan
kontrasepsi dalam rahim, 2 orang mengatakan takut tabulating.
menggunakan IUD, 2 orang lagi mengatakan masih
ingin memiliki anak dalam waktu dekat dan 1 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
orang tidak diizinkan oleh suami karena takut Analisa Univariat
mengganggu hubungan seksual. Berdasarkan latar Karakteristik Sampel
belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk Tabel 1 Distribusi Karakteristik Sampel di Desa
melakukan penelitan tentang Faktor penyebab Gunung Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan
penggunaan IUD pada pasangan usia subur di Desa Batunadua Kota Padangsidimpuan Tahun 2020
Gunung Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan Karakteristik Persentase
Batunadua Kota Padangsidimpuan Tahun 2020. F (%)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Umur


<20 dan >35 tahun 25 51,0
faktor penyebab penggunaan IUD pada pasangan 20-35 Tahun 24 49,0
usia subur di Desa Gunung Hasahatan Kecamatan Tingkat Pendidikan
SD 4 8,2
Padangsidimpuan Batunadua Kota SMP 6 12,2
Padangsidimpuan Tahun 2020. SMA 25 51,0
D3 14 28,6

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 686
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
Jenis Pekerjaan Batunadua Kota
IRT (Tidak Bekerja) 20 40,8
PNS 5 10,2 Padangsidimpuan Tahun 2020
Wiraswasta 6 12,2 Penggunaan Kontrasepsi IUD
Petani 15 30,6 Pengetahuan Tidak Menggunaka Jumlah
P
Pegawai Swasta 3 6,0 Menggunakan n n
Agama % n % n %
Islam 49 100,0 Kurang 23 46,9 0 0 23 46,9
Paritas Cukup 11 22,5 3 6,1 14 28,6 0,01
Primipara 20 40,8 Baik 8 16,3 4 8,2 12 24,5 9
Multipara 23 46,9 Jumlah 42 85,7 7 14,3 49 100
Grandemultipara 6 12,3
Jumlah
Hubungan Paritas dengan Penggunaan
49 100, Kontrasepsi IUD
0 Tabel 12 Hubungan Paritas dengan
Pengetahuan Penggunaan Kontrasepsi IUDdi
Tabel 2 Distribusi Pengetahuan Sampel di Desa Desa Gunung Hasahatan
Gunung Hasahatan Kecamatan Kecamatan Padangsidimpuan
Padangsidimpuan Batunadua Kota Batunadua Kota Padangsidimpuan
Padangsidimpuan Tahun 2020 Tahun 2020
Pengetahuan F Persentase (%)
Penggunaan Kontrasepsi
Kurang 23 46,9 IUD
Cukup 14 28,6 Paritas Tidak Mengguna Jumlah
Baik 12 24,5 P
Menggunakan kan
Jumlah 49 100.0
n % n % n %
Dukungan Suami Primipara 20 40,8 0 0 20 40,8
Tabel 2 Distribusi Dukungan Suami di Desa Multipara 18 36,7 5 10,2 23 46,9
Gunung Hasahatan Kecamatan Grademulti 4 8,2 2 4,1 6 12,3 0,046

Padangsidimpuan Batunadua Kota para


100,
Jumlah 42 85,7 7 14,3 49
Padangsidimpuan Tahun 2020 0
Dukungan Suami n Persentase (%)
Tidak Mendukung 31 63,3
Hubungan Dukungan Suami dengan
Mendukung 18 36,7 Penggunaan Kontrasepsi IUD
Jumlah 49 100.0 Tabel 13 Hubungan Dukungan Suami
Peran Petugas KB dengan Penggunaan Kontrasepsi
Tabel 3 Distribusi Peran Petugas KB di Desa IUD di Desa Gunung Hasahatan
Gunung Hasahatan Kecamatan Kecamatan Padangsidimpuan
Padangsidimpuan Batunadua Kota Batunadua Kota Padangsidimpuan
Padangsidimpuan Tahun 2020 Tahun 2020
Peran Petugas KB n Persentase (%) Penggunaan Kontrasepsi
Tidak Aktif 22 44,9 IUD
Dukungan Suami
Aktif 27 55,1 Tidak Jumlah
Menggunaka P
Jumlah 49 100.0 Mengguna n
kan
Status Kepercayaan n % n % n %
Tabel 4 Distribusi Status KepercayaanSampel Tidak
29 59,2 2 4,1 31 63,3
di Desa Gunung Hasahatan Kecamatan Mendukung 0,044

Padangsidimpuan Batunadua Kota Mendukung 13 26,5 5 10,2 18 36,7


100,
Jumlah 42 85,7 7 14,3 49
Padangsidimpuan Tahun 2020 0
Status Kepercayaan n Persentase
(%)
Hubungan Peran Petugas KB dengan
Negatif 32 65,3 Penggunaan Kontrasepsi IUD
Positif 17 34,7
Jumlah 49 100.0
Tabel 14 Hubungan Peran Petugas KB
Penggunaan Kontrasepsi IUD dengan Penggunaan Kontrasepsi
Tabel 5 Distribusi Penggunaan Kontrasepsi IUD di Desa Gunung Hasahatan
IUDdi Desa Gunung Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan
Batunadua Kota Padangsidimpuan
Kecamatan Padangsidimpuan Tahun 2020
Penggunaan Kontrasepsi
Batunadua Kota Padangsidimpuan IUD
Peran
Tahun 2020 Jumlah
Penggunaan Kontrasepsi n Persentase Petugas KB P
Tidak Digunakan
IUD (%) Digunakan
Tidak Menggunakan 42 85,7 n % n % N %
Menggunakan 7 14,3 Tidak Aktif 20 40,8 2 4,1 22 44,9
Jumlah 49 Aktif 22 44,9 5 10,2 27 55,1
100.0 100, 0,598
Jumlah 42 85,7 7 14,3 49

Analisis Bivariat Kecamatan Padangsidimpuan


Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan
Kontrasepsi IUD
Tabel 11 Hubungan Pengetahuan dengan
Penggunaan Kontrasepsi IUDdi
Desa Gunung Hasahatan
Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 687
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
0
Hubungan Umur dengan Penggunaan
Kontrasepsi IUD
Tabel 15 Hubungan Umur dengan
Penggunaan Kontrasepsi IUD
di Desa Gunung Hasahatan
Kecamatan
Padangsidimpuan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 688
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
Batunadua Kota yang sesuai dengan pengetahuannya tersebut
Padangsidimpuan Tahun 2020 (Notoatmodjo, 2012).
Penggunaan Kontrasepsi
IUD Menurut peneliti ada hubungan pengetahuan
Kelompok Tidak
dengan penggunaan kontrasepsi IUD dengan
Mengguna Jumlah
Umur Menggunaka kan P melihat hasil pengelolahan data tersebut
n menunjukkan bahwa mayoritas pengetahuan
N % n % n %
<20 dan
responden masih kurang, hal ini dapat dipengaruhi
>35 24 49,0 1 2,0 25 51,0
tahun oleh beberapa faktor seperti pendidikan dan
20-35 tahun 18 36,7 6 12,3 24 49,0 0,036
100, kurangnya minat ibu untuk memperoleh informasi
Jumlah 42 85,7 7 14,3 49
0 tentang IUD.
Hubungan Status Kepercayaan dengan Hubungan Paritas dengan Penggunaan
Penggunaan Kontrasepsi IUD Kontrasepsi IUD
Tabel 16 Hubungan Status Kepercayaan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
dengan Penggunaan Kontrasepsi multipara yaitu sebanyak 23 orang (46,9%) dan
IUD di Desa Gunung Hasahatan minoritas responden grandemultipara sebanyak 6
Kecamatan Padangsidimpuan orang (12,3%). Analisa bivariat didapatkan bahwa
Batunadua Kota Padangsidimpuan ada hubungan paritas dengan penggunaan
Tahun 2020 kontrasepsi IUD di Desa Gunung Hasahatan
Penggunaan Kontrasepsi Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua Kota
IUD Padangsidimpuan. Hasil penelitian menunjukkan
Status Tidak Menggunaka Jumlah
Kepercayaan Menggunaka n
P pada responden primipara berjumlah 20 responden,
n yang menggunakan IUD tidak ada. Hal ini
n % n % n %
Negatif 30 61,2 2 4,1 32 65,3 dimungkinkan bahwa pada pasangan dengan
Positif 12 24,5 5 10,2 17 34,7
100, 0,027
jumlah anak hidup masih sedikit terdapat
Jumlah 42 85,7 7 14,3 49 kecenderungan untuk menggunakan alat
0
kontrasepsi dengan efektifitas rendah, dan apabila
4. PEMBAHASAN terjadi kehamilan tidak akan terjadi kehamilan
Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan dengan resiko tinggi.
Kontrasepsi IUD Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan Wiwin (2017) menemukan bahwa akseptor dengan
bahwa bahwa mayoritas pengetahuan responden primipara menggunakan IUD berjumlah 0 (0%)
kurang yaitu sebanyak 23 orang (46,9%) dan dibandingkan dengan grande multi para yakni 5
minoritas responden pengetahuan baik sebanyak (55,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan
12 orang (24,5%). Analisa bivariat didapatkan chi square pada variabel paritas dengan penggunaan
bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kontrasepsi AKDR diperoleh nilai p value 0,003 (p
penggunaan kontrasepsi IUD di Desa Gunung <0,05). Kesimpulannya bahwa terdapat hubungan
Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua yang signifikan antara paritas dengan penggunaan
Kota Padangsidimpuan. IUD.
Hasil penelitian diketahui pengetahuan Ibu dengan multipara lebih banyak yang
responden tentang IUD di Desa Gunung Hasahatan menggunakan metode kontrasepsi IUD yang paling
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua Kota sesuai bagi pengguna itu sendiri. Rendahnya minat
Padangsidimpuan sebagian besar adalah kurang. memakai IUD pada ibu yang memiliki anak 1
Pengetahuan dipengaruhi beberapa faktor karena ketakutan akan alat yang metodenya harus
diantaranya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan di masukkan ke dalam rahim. Mereka menganggap
responden mayoritas adalah SMA yaitu sebanyak itu akan merusak alat reproduksinya. Penyakit
25 orang (51,0%). Selain itu pengetahuan juga infeksi dan keputihan yang ditimbulkan setelah
dipengaruhi oleh sumber informasi yang diperoleh pemasangan IUD merupakan salah satu faktor yang
ibu tentang IUD menyebabkan ibu tidak menggunakannya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hubungan Dukungan Suami dengan
yang dilakukan oleh Fitriani Risa (2016) Penggunaan Kontrasepsi IUD
menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
dengan (p value = 0,036) dengan penggunaan IUD. bahwa mayoritas suami tidak mendukung ibu
Ibu dengan tingkat pengetahuan yang rendah dalam menggunakan kontrasepsi IUD yaitu
beresiko 7 kali tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 31 orang (63,3%) dan minoritas suami
IUD daripada yang berpengetahuan tinggi. mendukung dalam menggunakan kontrasepsi IUD
Adanya pengetahuan akan menimbulkan sebanyak 18 orang (36,7%). Analisa bivariat
kesadaran seseorang yang akhirnya memicunya didapatkan bahwa ada hubungan dukungan suami
untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dengan penggunaan kontrasepsi IUD di Desa
dimilikinya tersebut. Semakin baik pengetahuan Gunung Hasahatan Kecamatan Padangsidimpuan
seseorang tentang suatu objek maka akan semakin Batunadua Kota Padangsidimpuan. Responden
tinggi kesadarannya untuk melakukan tindakan yang memiliki dukungan suami kurang merupakan

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 689
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
responden dengan dukungan atau kebebasan yang Hubungan Peran Petugas KB dengan
kurang dalam membantu istri untuk memilih cara Penggunaan Kontrasepsi IUD
atau metode kontrasepsi yang akan digunakan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
Hal ini sesuai dengan penelitian yang bahwa mayoritas petugas KB berperan aktif dalam
dilakukan oleh Auliyah (2015) yang menyimpulkan penggunaan kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 27
bahwa dukungan suami yang rendah atau negatif orang (55,1%) dan minoritas responden tidak
akan mempengaruhi pengambilan keputusan berperan aktif dalam penggunaan kontrasepsi IUD
seorang istri dalam memilih kontrasepsi. sebanyak 22 orang (44,9%). Analisa bivariat
Berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa tidak ada hubungan peran
pada beberapa suami mengatakan bahwa pemilihan petugas KB dengan penggunaan kontrasepsi IUD di
kontrasepsi IUD hanya mengikuti program dari Desa Gunung Hasahatan Kecamatan
pemerintah. Padangsidimpuan Kota Padangsidimpuan.
Dukungan suami merupakan salah satu Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
variabel sosial budaya yang sangat berpengaruh penelitian yang dilakukan oleh Metrilita (2012), di
terhadap pemakaian alat kontrasepsi bagi kaum wilayah kerja Puskesmas Teluk Belitung
wanita sebagai istri secara khusus, dan didalam Kabupaten Kepulauan Meranti, bahwa ada
keluarga secara umum. Budaya menjadikan pria hubungan yang signifikan antara peran tenaga
kepala keluarga yang masih banyak di anut kesehatan dengan pemakaian Alat Kontrasepsi
sebagian pola keluarga didunia menjadikan Dalam Rahim dengan p value = 0,017.
preferensi suami terhadap fertilitas dan pandangan Menurut Forcepta (2017), dukungan petugas
serta pengetahuan nya terhadap program KB akan merupakan faktor pendukung untuk merubah
sangat berpengaruh terhadap keputusan didalam perilaku seseorang melalui proses pendidikan
keluarga untuk menggunakan alat atau cara KB kesehatan atau penyuluhan yang diberikan oleh
tertentu. Sehingga didalam beberapa penelitian, petugas. Memberikan informasi selengkap mungkin
variabel penolakan atau persetujuan dari suami mengenai konsekuensi pilihannya, baik ditinjau
terbukti berpengaruh terhadap KB dalam rumah dari segi medis maupun hal-hal non medis agar
tangga (Warda, 2011). tidak menyesal di kemudian hari. Salah satu faktor
Dukungan emosional dapat berupa suami yang dapat mempengaruhi PUS dalam
memberikan persetujuan kepada istri untuk menggunakan metode kontrasepsi IUD adalah
menggunakan kontrasepsi IUD serta peduli, faktor peran petugas (Forcepta, 2017).
perhatian jika terjadi efek samping karena Berdasarkan hasil penelitian ini
pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Sedangkan menunjukkan bahwa mayoritas petugas KB
dukungan penghargaan yang diberikan suami berperan aktif dalam memberikan informasi tentang
kepada istri dapat berupa meluangkan waktu untuk IUD, namun masih banyak pasangan usia subur
mengantar istrinya konesling kontrasepsi IUD di yang tidak mengikuti kegiatan penyuluhan yang
tenaga kesehatan. dilakukan oleh petugas KB dan adanya
Menurut Komang (2014) mengatakan ketidakpedulian dari pasangan usia subur ketika
bahwa suami merupakan pemimpin dan pelindung petugas KB datang melakukan penyuluhan tentang
istri, maka kewajiban suami terhadap istrinya alat kontrasepsi, sehingga tidak memperoleh
adalah mendidik, mengarahkan serta mengartikan informasi tentang IUD. Hasil penelitian juga
istrinya kepada kebenaran, kemudian memberinya sebagaian besar pasangan usia subur tidak
nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni menggunakan IUD, hal ini bisa disebabkan oleh
dengan baik. Maka untuk hal mendidik istri dalam faktor lain, seperti kurangnya dukungan dari suami
pengambilan keputusan dan juga berkomunikasi dan kepercayaan terhadap kontrasepsi IUD masih
untuk mendiskusikan kebijakan dalam kurang. Kebutuhan akseptor untuk mendapatkan
merencanakan keluarga berencana.. (Ismi Cipta, informasi terkait metode KB masih minim karena
2017). merasa informasi yang diterimanya dari
Menurut asumsi peneliti bahwa sebagian pengetahuan, pengalaman diri sendiri dan orang
besar responden tidak mendapatkan dukungan lain sudah cukup.
suami menggunakan Kontrasepsi IUD. Hubungan Hubungan Umur dengan Penggunaan
suami mempunyai suatu tanggung jawab yang Kontrasepsi IUD
penuh dalam keluarga dan suami mempunyai Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
peranan penting ketika suami sangat dituntut bukan bahwa mayoritas responden berumur < 20 dan >
hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami 35 tahun yaitu sebanyak 25 orang (51,0%) dan
sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang minoritas berumur 20-35 tahun sebanyak 24 orang
akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga (49,0%). Analisa bivariat didapatkan bahwa ada
berencana. Dukungan suami rendah karena merasa hubungan umur dengan penggunaan Kontrasepsi
tidak nyaman saat berhubungan. Kecemasan akan IUD di Desa Gunung Hasahatan Kecamatan
penggunaan IUD akan masuk menembus dinding Padangsidimpuan Batunadua Kota
rahim dan kekhawatiran efek samping yang Padangsidimpuan.
ditimbulkan oleh IUD.

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 690
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021
Penelitian ini sejalan dengan penelitian kepercayaan Akseptor KB terhadap penggunaan
Wiwin (2017) menemukan bahwa ada hubungan kontrasepsi IUD dengan nilai β = 3,179 dan p =
usia dengan penggunaan IUD di Puskesmas 0,011, bernilai positif menunjukkan bahwa variabel
Doloduo dengan nilai p value 0,025. Ibu dengan tersebut mempunyai hubungan yang searah (positif)
usia muda cenderung memiliki ketakutan dan malu terhadap penggunaan kontrasepsi IUD.
terhadap hal-hal yang menurut mereka tabu. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Sehingga enggan untuk menggunakan kontrasepsi disimpulkan bahwa apabila kepercayaan positif,
dalam rahim. Ketidaktahuan akan keuntungan pengetahuan kurang, maka ada kemungkinan
menggunakan IUD bagi ibu usia muda dikarenakan individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi
pengetahuan tentang alat kontrasepsi dalam rahim IUD. Keadaan ini menggambarkan bahwa
yang masih rendah. Banyaknya isu tentang kejadian kepercayaan masyarakat di Desa Gunung
komplikasi yang ditimbulkan membuat ketakutan Hasahatan terkait dengan program Keluarga
dari pasangan untuk menggunakan terutama bagi Berencana terutama IUD sangat memprihatinkan,
ibu dengan usia muda. karena masih banyak dari responden tidak
Umur wanita usia subur berhubungan mendukung sepenuhnya program pemerintah
dengan penggunaan kontrasepsi, khususnya Metode tersebut terutama masyarakat yang bersuku Batak.
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) termasuk Masyarakat masih memegang teguh adat istiadat
IUD. Periode umur wanita di atas 35 tahun dari suku mereka atau pituah orang tua dan juga
sebaiknya mengakhiri kehamilan setelah faktor agama. Banyak alasan yang dikemukakan
mempunyai 2 orang anak. Umur seseorang dari responden kenapa tidak menggunakan KB
mempengaruhi jenis kontrasepsi yang dipilih. IUD, seperti anak itu adalah rejeki dari Yang Maha
Responden berusia di atas 20 tahun memilih IUD Kuasa, maka tidak berhak kita untuk menghalang-
karena secara fisik kesehatan reproduksinya lebih halanginya dengan memakai alat kontrasepsi
matang dan memiliki tujuan yang berbeda dalam jangka panjang, mereka juga mengatakan masing-
menggunakan kontrasepsi. Usia diatas 20 tahun masing anak ada rejekinya jadi tidak perlu khawatir
merupakan masa menjarangkan dan mencegah untuk tidak bisa makan.
kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi lebih Alasan lain yang dikemukakan adalah tidak
ditujukan pada kontrasepsi jangka panjang. mungkin memakai kontrasepsi IUD sebelum
Responden kurang dari 20 tahun lebih memilih Non mendapat anak laki-laki, belum ada pengakuan
IUD karena usia tersebut merupakan masa kalau anak perempuan bisa meneruskan keturunan.
menunda kehamilan sehingga memilih kontrasepsi Responden juga tidak terima dengan mempunyai
selain IUD yaitu pil, suntik, implan, dan anak yang sedikit akan dapat menjamin hari tua,
kontrasepsi sederhana. (Anggraeni, 2015). karena pada dasarnya semakin banyak anak
Menurut peneliti ada hubungan umur semakin banyak tempat orang tua tinggal ketika dia
dengan penggunaan kontrasepsi IUD dengan tua atau semakin banyak anak yang akan
melihat hasil pengelolahan data tersebut memberikan bantuan..
menunjukkan bahwa responden dengan usia <20
dan > 35 tahun sedikit yang menggunakan metode 4. KESIMPULAN
kontrasepsi IUD, karena suami tidak mengizinkan Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu
istri menggunakan kontrasepsi hanya sedikit istri Mayoritas Responden berumur < 20 dan > 35
yang berani memakai metode kontrasepsi tersebut tahun, mayoritas responden berpendidikan SMA,
dukungan dari suami dalam penggunaan mayoritas responden bekerja sebagai IRT,
kontrasepsi sangat diperlukan. Sementara pada mayoritas responden beragama islam. Ada
akseptor dengan usia di atas 35 tahun menganggap hubungan pengetahuan (p= 0,019), paritas (p=
bahwa menggunakan IUD terlalu lama akan 0,046), dukungan suami (p= 0,040), umur (p=
menyulitkan pada saat pencabutan. 0,036) dan status kepecayaan (p= 0,027) dengan
Hubungan Status Kepercayaan dengan penggunaan kontrasepsi IUD dengan. Tidak Ada
Penggunaan Kontrasepsi IUD hubungan peran petugas KB dengan penggunaan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan kontrasepsi IUD dengan nilai p= 0,348
bahwa mayoritas responden memiliki kepercayaan Saran dalam penelititian yaitu Kepada
negatif terhadap penggunaan kontrasepsi IUD yaitu Masyarakat/ Responden yang berumur > 35 tahun
sebanyak 32 orang (65,3%) dan minoritas diharapkan memakai kontrasepsi jangka panjang
responden memiliki kepercayaan positif terhadap seperti IUD. Pasangan usia subur memiliki anak
penggunaan kontrasepsi IUD sebanyak 17 orang lebih dari 3 dengan usia di atas 35 tahun diharapkan
(34,7%). Analisa bivariat didapatkan bahwa ada untuk mengakhiri kehamilannya dengan
hubungan status kepercayaan dengan penggunaan menggunakan IUD. Responen hendaknya dapat
kontrasepsi IUD di Desa Gunung Hasahatan meningkatkan pengetahuan tentang IUD dengan
Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua Kota mencari berbagai sumber informasi yang berkaitan
Padangsidimpuan. dengan IUD dngan bertanya kepada petugas
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian kesehatan tentang kontrasepsi IUD dan diharapkan
Yanti (2012) yang menunjukkan ada pengaruh kepada suami untuk memberikan dukungan untuk

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 691
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

menggunakan kontrasepsi IUD dan agar ibu tidak takut lagi menggunakan kontrasepsi IUD, serta diharapkan
responden dapat mengubah persepsi/ kepercayaan tentang penerus keturunan adalah anak laki- laki, jadi
walaupun anaknya sudah 2 atau lebih, namun kalau belum memiliki anak laki- laki keluarganya belum lengkap.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat meningkatkan keingintahuan mengenai IUD terutama dengan
bertanya langsung kepada petugas kesehatan. Puskesmas juga diharapkan dapat memperluas jangkauan
pelayanan sehingga dapat mempermudah akses masyarakat untuk melakukan pemasangan IUD. Untuk peneliti
selanjutnya perlu meneliti faktor penyebab lain penggunaan kontrasepsi IUD pada pasangan usia subur seperti
faktor budaya.

5. REFERENSI
Angaraini, Yetti dan Martini, 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogjakarta: Rohima Press.
Anggraeni, V.D. 2015. Laporan Umum Praktik Kerja Lapangan PT. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat,
Karanganyar. Yogyakarta: Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan.
BKKBN. 2018. Laporan tahunan KB Pasca Persalinan Provinsi Sumatera Utara tahun 2017. Medan: BKKBN
Sumatera Utara
Fitriani, Risa. 2016. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan dan Peran Tenaga Kesehatan dengan Penggunaan
Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di WilayahKerja Puskesmas Rawat Inap Muara Fajar Pekanbaru.
Forcepta, Chania., and Rodiani. 2017. Faktor – Faktor Penggunaan Alat Kontrasepsi Medis Operasi Wanita
(MOW) pada Pasangan Wanita Usia Subur. Majority .
Marikar APK, Kundre R, Bataha Y. 2015. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ibu Terhadap
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Puskesmas Tuminting Kota Manado. eKp.
Metrilita 2012. Hubungan Perilaku Akseptor Keluarga Berencana Dengan Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim Di Wilayah Kerja Puskesmas.
Notoatmodjo, S 2010. Metodologi Penelitian, Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta
Profil Kesehatan Kota Padangsidimpuan. 2017.
Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan.
Profil Kesehatan Sumatera Utara. 2018. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Riset kesehatan dasar 2018. Laporan Riskesdas 2018.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
SDKI. 2017 Laporan pendahuluan bidang pusat statistik. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Kementerian Kesehatan..

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 692
E.ISSN.2614-6061
P.ISSN.2527-4295 Vol.9 No.2 Edisi Mei 2021

Jurnal Education and development Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Hal. 693

Anda mungkin juga menyukai