php/jsm
*email: rekygalihp@gmail.com
© year The Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/).
DOI: https://doi.org/10.33084/jsm.vxix.xxx.
tersebut mengatakan kalau pada tahun 2030, Implant dan Intra Uterine Device (IUD). Intra Uterine
pemerintah menjamin akses universal terhadap layanan Device (IUD) merupakan salah satu MKJP yang paling
perawatan kesehatan seksual serta reproduksi, sedikit menimbulkan keluhan atau masalah
termasukuntuk keluarga berencana, informasi serta dibandingkan dengan pil, suntik, serta susuk KB(Ariffin,
pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke 2014).
dalam strategi program nasional(Armida Salsiah Intra Uterine Device (IUD) mempunyai tingkat
Alisjahbana, 2018). efektivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Pemerintah sudah menetapkan kebijakan keluarga non-MKJP dalam hal pencegahan atau penunda
berencana melalui penyelenggaraan program keluarga kehamilan. Efektivitas IUD disebutkan bahwa dari 0,6 –
berencana. Peraturan Pemerintah No 87 Tahun 2014 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam satu tahun
Tentang Perkembangan Kependudukan serta pertama terdapat satu kegagalan dalam 125 – 170
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, serta kehamilan. IUD merupakan alat kontrasepsi jangka
Sistem Informasi Keluarga mengatakan bahwa program panjang yang reversible, pemakaian IUD diantaranya
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya tidak menimbulkan efek sistemik, efektivitas cukup
mengendalikan kelahiran anak, jarak serta usia ideal tinggi, dan dapat digunakan oleh semua wanita di
melahirkan, mengendalikan kehamilan, melalui semua usia reproduksi selama wanita tersebut tidak
promosi, perlindungan, serta bantuan sesuai dengan mempunyai kontra indikasi dari IUD(Ariffin, 2014).
hak reproduksi guna mewujudkan keluarga yang Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
berkualitas. Pengaturan kehamilan merupakan upaya Berencana (BKKBN), Indonesia mempunyai KB aktif di
untukmembantupasangan suami istri untuk melahirkan antara PUS pada tahun 2018 sebesar 63,27%
pada usia yang ideal, mempunyai jumlah anak, serta sedangkan pada tahun 2019 sebesar 62,5%, yang
mengendalikan jarak kelahiran anak yang ideal dengan mengalami penurunan sebesar 0,77%. Sementara target
menggunakan metode, perlengkapan, serta alat RPJMN yang ingin dicapai pada tahun 2019 sebesar
kontrasepsi(Anonim, 2014). 66%. Akseptor KB IUD di Indonesia merupakan
Pemakaian alat kontrasepsi dapat dilakukan dengan terbanyak urutan kedua jika dibandingkan dengan
menggunakan dua metode yaitu Metode Kontrasepsi MKJP lainnya, pengguna implant sebesar 11,20%, IUD
Jangka Panjang (MKJP) dan Metode Kontrasepsi Jangka sebesar 10,61%, MOW sebesar 3,54%, dan MOP
Pendek (non-MKJP). Peningkatan penggunaan Metode sebesar 0,54%(Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan salah Provinsi Jawa Timur peserta KB aktifdi antara PUS
satu sasaran dari lima sasaran strategis yang telah pada tahun 2018 sebesar 76,62% sedangkan pada tahun
ditetapkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga 2019 sebesar 74,94%, dengan demikian terjadi
Berencana Nasional (BKKBN) dalam rangka penurunan 1,68% peserta KB aktif. Penggunaan
pencapaian tujuan strategis. Metode Kontrasepsi akseptor KB IUD di Provinsi Jawa Timur pada tahun
Jangka Panjang (MKJP) mempunyai tingkat efektivitas 2018 sebesar 9,2% sedangkan pada tahun 2019 sebesar
yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Metode 3,89%, dengan demikian terjadi penurunan 5,31%
Kontrasepsi Jangka Pendek (non-MKJP) dalam hal pengguna akseptor KB IUD(Profil Kesehatan Provinsi
pencegahan atau penunda kehamilan(BKKBN, 2017). Jawa Timur, 2019).
Jenis metode yang termasuk ke dalam Metode Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Madiun,
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah kontrasepsi jumlah PUS di Kelurahan Banjarejo yaitu sebanyak
mantap pria dan wanita (tubektomi dan vasektomi), 2.466 orang. Pada tahun 2018 pengguna alat
148
Reky Galih Perwira, Riska Ratnawati, Zaenal Abidin. 2022. Factors Related To With Selection Of Iud Contraceptives In Couples Of
Reproductive Age At Puskesmas Banjarejo, Madiun City
kontrasepsi IUD sebesar 38,7%, sedangkan pada tahun alat kontrasepsi IUD pada pasangan usia subur dilihat
2019 pengguna alat kontrasepsi IUD sebesar 41,1% dari variabel yang telah peneliti siapkan untuk diukur
dan tahun 2020 pengguna alat kontrasepsi IUD sebesar dalam pelaksanaannya, variabel yang ingin dilihat dalam
42,1%. Dengan demikian pengguna alat kontrasepsi mengukur penggunaan alat kontrasepsi IUD pada
IUD dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 terjadi pasangan usia subur adalah sebagai berikut
peningkatan sebesar 3,4% pengguna alat kontrasepsi pengetahuan, penerimaan informasi KB, dan dukungan
IUD(Profil Kesehatan Kota Madiun, 2019). suami. Hal ini lah yang melatar belakangi peneliti untuk
Melihat tingginya angka peningkatan pengguna alat menganalisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
kontrasepsi IUD telah dilakukan berbagai upaya dari Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Pada Pasangan Usia
pemerintah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Subur di Puskesmas Banjarejo.
alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD agar dapat
menurunkan angka kelahiran di Indonesia. Maka dari METODOLOGI
itu untuk menciptakan pengetahuan yang baik perlu Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif
memotivasi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan cara dengan desain penelitian metode survei analitik dengan
promosi kesehatan dengan pemberian informasi pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
mengenai penggunaan alat kontrasepsi KB dan disertai adalah semua pasangan usia subur yang memakai IUD
dengan adanya dukungan suami. yang bertempat tinggal di Kelurahan Banjarejo wilayah
Berdasarkan uraian diatas, maka dengan meningkatnya UPTD Puskesmas Banjarejo. Jumlah populasi sebesar
angka pengguna alat kontrasepsi IUDperlu diadakannya 90 orang dan menggunakan sampel sebanyak 73 orang.
sosialisasi atau penyuluhan tentang pemilihan alat Teknik sampling menggunakan simple random sampling
kontrasepsi supaya masyarakat tahu tentang efek dengan kriteria inklusi yaitu responden dari pasangan
samping yang ditimbulkan dari alat kontrasepsi yang usia subur yang berumur 15-49 tahun yang tercatat
diinginkan ataupun yang dipakai saat itu juga. Pemilihan pada catatan medik Puskesmas Banjarejo sebagai
alat kontrasepsi yang tepat merupakan salah satu hal akseptor KB dan responden merupakan pasangan usia
yang perlu diperhatikan oleh masyarakat terutama subur yang menggunakan IUD dan pada saat penelitian
pada pasangan usia subur, karena masing-masing dari masih menggunakan IUD.
alat kontrasepsi tersebut mempunyai kelebihan dan Variabel independent dalam penelitian ini yaitu
kekurangan. Dengan adanya teori dasar yang pengetahuan, penerimaan informasi KB, dan dukungan
dikembangkan oleh Lawrence Green (1980) dalam keluarga , sedangkan variabel dependent dalam
(Notoatmodjo, 2012) menjelaskan bahwa perilaku penelitian ini yaitu pemilihan alat kontrasepsi IUD pada
penggunaan alat kontrasepsi IUD pada pasangan usia pasangan usia subur. Teknik pengumpulan data
subur merupakan salah satu faktor yang berhubungan menggunakan kuesioner dan wawancara kepada
dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD. Perilaku responden. Teknik analisa data menggunakan analisa
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi bivariat dengan uji chi-square bertujuan untuk
(predisposing factors) yang terdiri dari pengetahuan, menyimpulkan atau tidaknya hubungan antara dua
faktor pemungkin (enabling factors)yang terdiri variabel kategorik.
penerimaan informasi KB, dan faktor penguat
(reinforcing factors) terdiri dari dukungan suami.Untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
menjawab persoalan tersebut peneliti ingin melihat dan
mengukur seberapa besar keberhasilan penggunaan
149
Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 7 No 2 Februari 2022, Page 147 – 152 p-ISSN: 2460-7266; e-ISSN: 2655-2051
Dari hasil penelitian dari uji chi-square terdapat 3 kontrasepsi IUD pada pasangan usia sabar.
variabel mempunyai pengaruh pada pemilihan alat
Tabel I. Hubungan Pengetahuan, Penerimaan Informasi KB, Dukungan Suami Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi
IUD Pada Pasangan Usia Subur.
Penerimaan Informasi 0,008 Hasil penelitian ini sesuai dengan teori (Widaningsih, 2007)bahwa ada
KB hubungan penerimaan informasi KB pada penilihan alat kontrasepsi
dikarenakan informasi yang diberikan pada calon atau akseptor KB harus
disampaikan secara lengkap, jujur, benar tentang metode kontrasepsi yang
digunakan, kemungkinan efek samping, kontraindikasi dari metode atau
alat kontrasepsi tersebut. Informasi mengenai berbagai metode alat
kontrasepsi, menjadikan seseorang memiliki pengetahuan baik karena lebih
tahu apa yang sebaiknya dilakukan untuk menjarangkan kelahiran anak dan
juga membantu seseorang untuk menentukan pilihan dalam alat
kontrasepsi yang tepat. Penelitian ini sejalan dengan (Rahma, 2011)
mengatakan bahwa ada hubungan antara penerimaan informasi KB pada
pemilihan alat kontrasepsi IUD.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden penerimaan
informasi KB kurang baik dengan persentase 56,2% dikarenakan
responden sebenarnya mengetahui tentang alat kontrasepsi yang
digunakan tetapi responden kurang akan informasi tentang KB yang
diberikan oleh bidan ataupun petugas kesehatan, penyampaian informasi
KB tidak diberikan secara teratur (setiap 1 bulan sekali) sehingga
responden kebingungan akhirnya memilih untuk coba-coba sehingga
informasi KB yang didapatkan pun kurang jelas dan juga responden kurang
mengeksplor lagi apa saja alat kontrasepsi sehingga informasi yang
150
Reky Galih Perwira, Riska Ratnawati, Zaenal Abidin. 2022. Factors Related To With Selection Of Iud Contraceptives In Couples Of
Reproductive Age At Puskesmas Banjarejo, Madiun City
Dukungan Suami 0,004 Menurut (Friendman, 2008) mengatakan faktor yang mempengaruhi
dukungan termasuk didalamnya adalah tingkat pengetahuan. Keyakinan
seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel intelektual
yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman
masa lalu. Kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit menggunkan pengetahuan tentang kesehatan untuk
menjaga kesehatan dirinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan (Bernadus,
2013)mengatakan bahwa ada hubungan dukungan suami terhadap
pemilihan alat kontrasepsi KB sehingga persetujuan pasangan yang
mendukung lebih berpeluang dalam memilih alat kontrasepsi daripada
pasangan yang tidak mendukung.Penelitian (Dwi, 2010)mengemukakan
bahwa persetujuan suami berperan penting dalam pemasangan alat
kontrasepsi IUD membutuhkan kerjasama dengan suami karena alasan
takut benangnya menganggu saat bersenggama. Dukungan suami sangat
diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam ber-KB karena kenyataan
yang terjadi di masyarakat bahwa apabila suami tidak mengijinkan atau
tidak mendukung hanya sedikit ibu yag berani untuk memasang alat
kontrasepsi tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden dengan dukungan
suami tidak mendukung dengan presentase 58,9% dikarenakan responden
mengatakan sebenarnya dukungan suami itu sangat penting untuk
memotivasi dan mensupport istri dalam pemilihan alat kontrasepsi yang
akan digunakan. Tetapi kebanyakan suami sulit untuk mengantar istri pergi
kontrol KB ke dokter, bidan, dan layanan kesehatan, suami tidak bersedia
menemani istri saat konsultasi KB, suami sering menakut-nakuti istri
tentang efek samping dari KB, serta suami lebih menginginkan istri memilih
alat kontrasepsi yang diinginkan agar cocok dengan kondisinya dan lebih
sesuai sedangkan suami berpikir jika memakai alat kontrasepsi yang sesuai
tidak akan menganggu saat hubungan seksual.
pada peneliti selanjutnya agar dapat lebih meniliti lagi 2. Anonim. (2014). Peraturan Pemerintah Republik
variabel yang berhubungan dengan pemilihan alat Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
151
Jurnal Surya Medika (JSM), Vol 7 No 2 Februari 2022, Page 147 – 152 p-ISSN: 2460-7266; e-ISSN: 2655-2051
152