Anda di halaman 1dari 57

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2018 menurut Badan Pusat

Statistik Indonesia mencapai 265,105,376 juta jiwa dan menempati

peringkat ketiga populasi terbanyak didunia dan pada tahun 2018. Jumlah

populasi di Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini

selaras dengan perhitungan UNPA State of World Population, Indonesia

memiliki Total Fertility Rate (TFR) 2,15 angka tersebut menunjukan

bahwa seluruh keluarga di Indonesia rata – rata mempunyai 2 orang anak

atau lebih . Dengan TFR yang tinggi akan memungkinkan terjadinya

perlonjakan penduduk dan kepadatan penduduk semakin sulit untuk di

atasi. 1

Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usaha yang

diperlukan untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014

tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,

Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa

program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran

anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui

promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sasaran program KB adalah


2

Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititik beratkan pada kelompok

Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. 2

Pemerintah pada tahun 2018 menargetkan pengguna KB Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang ( MKJP ) harus mencapai 35 – 40 % akseptor

dari seluruh akseptor kb aktif yang ada sedangkan pengguna kb jangka

panjang ini baru berjumlah kurang lebih 10% nya saja. Penargetan

pengguna kontrasepsi jangka panjang ini bertujuan untuk menekan

terjadinya perlonjakan penduduk yang jika tidak di kendalikan, diprediksi

ada 66 juta penduduk indonesia usia 10 – 24 tahun pada 2028 – 2030. 3

Pada tahun 2018 populasi penduduk Jawa Barat mencapai

46.497.175 Jiwa. Di Kota Bandung penduduk tercatat 2.824.985 jiwa dan

menurut BPS Kota Bandung 2018 terdapat 395.655 pasangan usia subur

dengan cakupan peserta KB baru dan KB aktif sebanyak 95.789

menggunakan IUD ,Metode Operatif Wanita sebanyak 11.390 dan

Metode Operatif Pria sebanyak 1,020 , menggunakan kondom sebanyak

3.386 , hormonal seperti suntik 142.555 jiwa , pil 51.885 jiwa dan

implant 4.886 jiwa. Dari data tersebut AKDR/IUD masih kalah banding

dengan penggunakan kontrasepsi hormonal seperti suntik ataupun pil.

Dari 29 juta pengguna kontrasepsi hanya 10% yang menggunakan AKDR

dan masih kalah saing dengan penggunaan pil dan suntik yang berada

pada rentan 29,9% dan 46,8%.2


3

Menurut BKKBN kontrasepsi yang paling efektif dan sangat

berpengaruh untuk menekan laju penduduk Indonesia ialah kontrasepsi

jangka panjang karena kontrasepsi jangka panjang dapat menghindarkan

dari penggunaan kontrasepsi putus pakai atau pemakaian kontrasepsi yang

tidak teratur atau pun gagal saat pemakaian kontrasepsi. Kontasepsi

AKDR/IUD memiliki tingkat efektifatas yang sangat tinggi dengan resiko

kegagalan hanya 1 % selain itu kontrasepsi AKDR sangat praktis dan

merukapakan kontrasepsi jangka panjang dengan waktu pemakian 8

sampai 10 tahun sehingga sangat efektif untuk mengatur terjadi nya

kehamilan ataupun mengatur perlonjakan penduduk. 4

Menurut Dinas Kesehatan Kota Bandung 2018 dari 63 puskesmas

di Kota Bandung terdapat 3 puskesmas terendah penggunaan IUD nya

yaitu puskesmas pasirluyu dengan pengguna kontrasepsi IUD hanya

0.11% dari jumlah akseptor kb aktif, Puskesmas Pagarsih dengan

pengguna akseptor kb IUD hanya 0,26 % dan Puskesmas Jajaway dengan

pengguna akseptor KB IUD hanya 0,02 % dari keseluruhan akseptor kb

aktif dari tiga tersebut puskesmas yang akseptor IUD nya terendah yaitu

Puskesmas Jajaway di Antapani Kota Bandung. Di Puskesmas Jajaway

terdapat 5.205 PUS dengan akseptor KB aktif hanya 494 atau hanya 9,51

% dari jumlah PUS yang ada.5

Dari 494 akseptor KB aktif yang menggunakan kontrasepsi IUD

hanya 18 akseptor atau hanya 0.02 % , kontrasepsi kondom 25 akseptor


4

atau 1,10 % , kontrasepsi hormonal pil 65 akseptor atau 3.98 % ,dan

kontrasepsi suntik 387 akseptor atau 35,09 %.5

Faktor keputusan akseptor KB untuk menggunakan alat

kontrasepsi IUD tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh

masing-masing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab

perilaku memilih atau berminat menggunakan alat kontrasepsi IUD

terdapat tiga jenis yaitu: faktor presdiposisi (umur, pengetahuan, jumlah

anak), faktor pendukung (keamanan alat kontrasepsi IUD, ketersediaan

alat kontrasepsi IUD, tempat pelayanan), faktor pendorong (petugas

kesehatan, media informasi, biaya pemasangan, dukungan suami).6

Menurut Green dari ketiga faktor tersebut faktor predisposisi yang

paling mempengaruhi sikap atau minat seseorang karena faktor

presdiposisi merupakan faktor yang ada dalam diri ibu dan mempengaruhi

cara berfikir seseorang dan faktor pengetahuan seseorang terhadap

kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi

perilaku seseorang jika ibu memiliki pengetahuan yang kurang mengenai

alat kontrasepsi maka dapat mempengaruhi persepsi mereka mengenai

alat kontrasepsi tersebut dan mempengaruhi pemilihan kontrasepsi

tersebut. 6

Rendahnya minat ibu yang menggunakan kontrasepsi IUD

disebabkan oleh kurangnya informasi tentang manfaat menggunakan

kontrasepsi IUD sehingga minat ibu dalam pemilihan IUD masih sangat

rendah yang berdampak pada kurangnya peminat dalam pemilihan


5

kontrasepsi IUD. Pengetahun masyarakat yang baik terhadap KB akan

membuka kemungkinan meningkatnya minat dan kepercayaan untuk

melakukan program keluarga berencana. 6

Hal ini sesuai dengan wawancara atau studi pendahuluan yang

dilakukan pada 10 orang ibu pasangan usia subur ditemukan bahwa alasan

tidak menggunakan kontrasepsi IUD yaitu 8 orang mengatakan bahwa

mereka tidak mengetahui tentang kelebihan menggunakan kontrasepsi

IUD sehingga mereka lebih memilih alat kontrasepsi yang lain.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita

Pasangan Usia Subur Mengenai Kontrasepsi IUD dengan Minat

Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas

Jajaway Kota Bandung Tahun 2019”.

1.2. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita

Pasangan Usia Subur Mengenai Kontrasepsi IUD dengan Minat

Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas

Jajaway Kota Bandung Tahun 2019 ?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita

Pasangan Usia Subur Mengenai Kontrasepsi IUD dengan Minat


6

Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas Kota

Bandung Tahun 2019”

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan wanita pasangan usia subur

tentang kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas

Jajaway Kota Bandung Periode April - Juni Tahun 2019

2. Untuk mengetahui minat wanita pasangan usia subur dalam

penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di

Puskesmas Jajaway Kota Bandung Tahun 2019

3. Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan

minat penggunaan kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) pada

pasangan usia subur di Puskesmas Jajaway Kota Bandung

Tahun 2019

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dari segi

1.4.1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan, wawasan serta bahan dalam penerapan ilmu

kebidanan khusus nya mengenai menganalisis hubungan antara

pengetahuan dengan minat penggunaan kontrasepsi Intra Uterine

Device (IUD) pada ibu usia subur serta sebagai acuan bahan

perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis


7

Menjadi acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan keluarga

berencana serta menambah wawasan bagi ibu usia subur tentang

AKDR serta hasil penelitian dapat digunakan untuk membuat

program penyulihan kesehatan mengenai pengetahuan alat

kontrasepsi khususnya AKDR


8

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

2.1.1 Definisi Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) adalah kontrasepsi

yang mencegah kehamilan secara efektif, aman, dan reversible

dengan memasukan suatu alat plastik atau logam kecil melalui

kanalis servikalis ke uterus bagi wanita tertentu terutama yang

sudah pernah melahirkan dan tidak terjangkit PMS.4

IUD (Intra Uterine Device) merupakan alat kontrasepsi

terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim.

Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan

menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat

Kontarsepsi Dalam rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD).

Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) merupakan alat

kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif

bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat

kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga

atau campuran tembaga dengan perak.4

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke

dalam rahim terbuat dari plastik halus (Polyethelen) untuk

mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan.


9

kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi

yang teknik pemasangan di insersikan ke dalam rongga rahim,

terbuat dari plastik fleksibel khusus yang diberi benang pada

ujungnya yang berguna untuk pemeriksaan atau kontrol.

2.1.2 Jenis Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)

Jenis IUD bermacam-macam, ada yang dililit tembaga, dan

ada yang dililit dengan tembaga bercampur perak. Semakin besar

bentuk IUD, maka semakin rendah resiko terjadinya kehamilan.

Akan tetapi semakin besar besar bentuk IUD, maka semakin besar

pula kemungkinan terjadinya kram, dan rasa sakit yang hebat pada

waktu menstruasi.7

Terdapat berbagai jenis AKDR yaitu sebagai berikut7 :

1. IUD CuT-380 A. Bentuknya kecil, kerangka dari plastik yang

fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang

terbuat dari tembaga (Cu).

2. IUD lain yang beredar di Indonesia ialah dari jenis

unmedicated yaitu Lippes Loop dan dari jenis Medicated yaitu

Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

3. IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga

dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga

tidak menimbulkan luka pada jaringan setempat pada saat

dipasang.
10

4. IUD Cooper-7, berbentuk angka 7 dengan maksud untuk

memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran

diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan

kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200

mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada

jenis Copper-T.

2.1.3 Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi Intra Uterine Device

(IUD)

Tujuan pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu

pertimbangan yang harus diperhatikan. Masing-masing kontrasepsi

membawa implikasi yang dapat menunjang pencapaian tujuan,

karena kontrasepsi memiliki reversibilitas serta efektifitas yang

berbeda. Reversibilitas adalah kemampuan suatu jenis alat

kontrasepsi untuk mengembalikan kesuburan setelah pemakain

dihentikan. Efektifitas berkaitan dengan kemampuan suatu alat

kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan.4

Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) bekerja menghambat

kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi

fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah sperma

dan ovum bertemu walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan

sperma untuk fertilisasi, serta memungkinkan untuk mencegah

implantasi telur dalam uterus.


11

Indikasi/persyaratan yang dapat menggunakan IUD adalah

ibu usia reproduktif, keadaan multipara, menginginkan penggunaan

kontrasepsi jangka panjang, menyusui dan menginginkan

menggunakan kontrasepsi. Begitu juga ibu yang dalam keadaan

penderita tumor jinak payudara,penderita kanker payudara, tekanan

darag tinggi,penderita penyakit jantung, pernah menderita stroke,

penderia diabetes, malaria, nonpelvik TBC, setelah kehamilan

ektopik, setelah pembedahan pelvik dapat menggunakan AKDR/

kontrasepsi IUD.Sedangkan yang tidak boleh menggunakan/kontra

indikasi bagi ibu yang sedang mengalami kehamilan, gangguan

perdarahan, peradangan alat kelamin, kecurigaan kanker pada alat

kelamin, tumor jinak rahim,radang panggul, ukuran rongga rahim

kurang dar 5 cm, tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita PRP atau abortus septik. 7

2.1.4 Efek Samping Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD

Efek samping yang terjadi pada pengguna kontrasepsi IUD, yaitu7:

1. Perubahan siklus haid ( umum terjadi pada 3 bulan pertama

pemakaian )

2. Haid lebih lama dan lebih banyak

3. Perdarahan ( spotting ) antar menstuasi

4. Saat haid lebih sakit ( disminorae )

5. Pada pemasangan awal sering terjadinya keputihan karena reaksi

awal dengan benda asing


12

6. Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD

sewaktu bersenggama, ini disebabkan oleh benang IUD yang

keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang.

7. Terjadinya ekspulsi atau keluarnya IUD dari uterus tanpa

diketahui ( sering terjadi apabila IUD di pasang segera setelah

melahirkan )

2.1.5 Keuntungan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD7

1. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi

Sangat efektif > 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan yang

menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

2. Dapat efektif segera setelah melahirkan dan tidak perlu

mengingat-ingat ataupun melakukan kunjungan ulang.

3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan

tidak perlu diganti)

4. Dapat meningkatkan kenyamanan berhubungan karena tidak

perlu takut hamil serta tidak mempengaruhi hubungan seksual.

5. Tidak ada efeksamping hormonal serta tidak mempengaruhi

kualitas dan volume ASI.

6. Dapat digunakan sampai menopause

7. Tidak ada interaksi dengan obat – obatan dan membantu

mencegah kehamilan ektopik.


13

2.1.6 Kerugian Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD7

1. Tedapat beberapa efek samping yang terjadi seperti yang telah

di tulis di atas.

2. Terdapat komplikasi seperti merasakan sakit dan kejang selama

3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada

waktu haid atau di antaranya memungkinkan penyebab anemia,

perforasi dinding uterus ( sangat jarang terjadi apabila

pemasangan benar )

3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

4. Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perumpuan dengan

IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas.

5. Perumpuan harus memeriksa posisi benar IUD dari waktu ke

waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan

jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau

melakukannya.

2.1.7 Waktu Penasangan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD

Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD dapat di pasang saat4 :

1. Sewaktu haid sedang berlangsung

Karena keuntungannya pemasangan lebih mudah oleh karena

servik pada waktu agak terbuka dan lembek. Rasa nyeri tidak

seberapa keras, perdarahan yang timbul sebagai akibat

pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinana

pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada .


14

2. Sewaktu post partum

Pemasangan IUD setelah melahirkan dapat dilakukan:

1) Secara dini yaitu dipasang pada wanita yang melairkan

sebelum dipulangkan dari rumah sakit

2) Secara langsung yaitu IUD dipasang dalam masa 3 bulan

setelah partus atau abortus

3) Secara tidak langsung yaitu IUD dipasang sesudah masa

tiga bulan setelah partus atau abortus

3. Setelah abortus

Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari

segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi,

septic abortion merupakan kontraindikasi.

4. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang

untuk bersenggama sebelum IUD dipasang. Sebelum

pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada

akseptor bentuk IUD yang dipasang, dan bagaimana IUD

tersebut terletak dalam uterus setelah terpasang. Dijelaskan

bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti

perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri.

2.1.8 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD

Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara

pasti ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
15

menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan leukosit yang dapat

melarutkan blastosis atau seperma, pendapat yang terbanyak ialah bahwa

AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium

yang disertai dengan sebutan leukosit yang dapat menghancurkan

blastokista atau sperma, Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum

hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim

dan mempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi7.

Mekanisme kerja atau cara kerja kontrasepsi menurut Saefuddin yaitu :

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi

2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu

walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma

untuk fertilisasi

4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam

uterus.

2.1.9 Prosedur pemasangan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD

1. Informed Consent

2. Pastikan bahwa wanita yang menginginkan pemasangan

AKDR tidak sedang hamil

3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

4. Lakukan pemeriksaan bimanual


16

5. Pasang speculum dan sesuaikan untuk mendapatkan ruang

pandang terluas sehingga memudahkan pemasangan AKDR

6. Membersihkan Serviks secara menyeluruh dengan antiseptic

7. Memasukkan tenakulum dan jepit porsio kearah jam 11.00

atau 13.00

8. Mengukur kedalaman uterus dengan menggunakan sonde

uterus

9. Memasukkan IUD sesuai dengan macam alatnya. Lepaskan

IUD dalam bidang transverse dari kavum uteri pada posisi

setinggi mungkin difundus uteri.

10. Keluarkan tabung inseternya.

11. Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2-3 cm dari

ostium uteri eksternum

12. Lepaskan tenakulum dan spekulum dan bereskan alat serta ibu.

13. Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD

(dengan menggunakan model yang tersedia.

14. Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah

pemasangan IUD.

2.1.10 Prosedur pencabutan Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD

1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan

mempersilahkan klien untuk bertanya.

2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang IUD


17

3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2

sampai 3 kali

4. Mengatakan pada klien bahwa sekarang akan dilakukan

pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan menarik nafas

panjang, dan memberitahu mungkin timbul rasa sakit.

Terdapat dua teknik pencabutan kontrasepsi IUD yaitu pencabutan

normal dan pencabutan sulit:

1. Pencabutan Normal

Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau

lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik

benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR

biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya

putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-

pelan. Bila benang putus saat ditarik, maka jepit ujung AKDR

tersebut dan tarik keluar

2. Pencabutan sulit

Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada kanalis servikalis

dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila tidak

ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat

pencabut AKDR ke dalam kavum uteri untuk menjepit benang

AKDR itu sendiri. Bila sebagian AKDR sudah ditarik keluar tetapi

kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis

servikalis, putar klem pelan-pelan sambil tetap menarik selama


18

klien tidak mengeluh sakit. Bila dari pemeriksaan bimanual

didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis servikal sangat

tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan

tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati,

sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga yang besar.4

2.2 Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur

2.2.1 Definisi Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia

reproduktif (sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya

haid), yaitu antara usia 15 – 49 tahun, dengan status belum

menikah, menikah, atau janda, yang masih berpotensi untuk

mempunyai keturunan.3

Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria.

Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini

wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an

persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia

40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia

40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil.

Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat

penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini

harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan

keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkannya.oleh

karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri.3


19

2.2.2 Untuk Mengetahui Wanita Subur

Untuk mengetahui wanita subur terdapat beberapa cara antara lain :

1. Siklus Haid

Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan

biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama

keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang

biasanya berlangsung selama 28 hingga 30 hari. Oleh karena

itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai

seorang wanita subur atau tidak.

2. Alat Pencatat Kesuburan

Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga dapat

dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang

wanita. Thermometer ini akan mencatat perubahan suhu badan

saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih

keluar, biasanya thermometer akan mencatat kenaikan suhu

sebanyak 0,2 derajat celsius selama 10 hari. Namun jika wanita

tersebut tidak mengalami perubahan suhu badan pada masa

subur, berarti wanita tersebut tidak subur.

3. Tes Darah

Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya

haid tiga bulan sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak

subur. Jika dalam kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu

dilakukan untuk mengetahui penyebab dari tidak lancarnya


20

siklus haid. Tes darah dilakukan untuk mengetahui kandungan

hormon yang berperan pada kesuburan seorang wanita.

4. Pemeriksaan Fisik

Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat diketahui

dari organ tubuh seorang wanita. Beberapa organ tubuh, seperti

buah dada, kelenjar tiroid pada leher, dan organ reproduksi.

Kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin berlebihan

akan mengganggu proses pelepasan sel telur.

5. Track record

Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja

ataupun tidak, peluang terjangkit kuman pada saluran

reproduksi akan tinggi. Kuman ini akan menyebabkan

kerusakan dan penyumbatan saluran reproduksi.

2.2.3 Perhitungan Masa Subur

Ada beberapa metode yang digunakan untuk dapat menghitung

masa subur seorang wanita. Metode yang paling efektif adalah

dengan menggunakan pendekatan berbagai indikator biasanya

perubahan suhu yang dikombinasikan dengan perubahan lendir

serviks. Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti

merefleksikan perubahan hormonal dan status kesuburan secara

akurat. Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi

pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu

dengan cara :
21

1. Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi.

2. Memprediksikan hari – hari subur yang maksimum.

3. Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual

untuk mendapatkan kehamilan.

4. Membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.

2.3 Pasangan Usia Subur

2.3.1 Definisi Pasangan Usia subur

Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun

dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang

dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi

dengan baik. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat

menjaga dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu

menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana,

sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan

untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang

akan datang.3

2.3.2 Masalah dan Kebutuhan Pasangan Usia Subur (PUS)

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam

memperoleh keturunan dikarenakan keadan kedua pasangan

tersebut normal, hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu

perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan

dan persalinan aman. Dalam penyelesaian maslah tersebut

diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian


22

penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka

kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka

dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang

benar dan dimengerti masyarakat luas.

2.3.3 Promosi Kesehatan yang diberikan untuk Pasangan Usia

Subur (PUS)

Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam

penekanan angka kelahiran karena kebanyakan penduduk

Indonesia melakukan pernikahan dalam usia dini dimana masih

banyak kesempatan/masa dimana keduanya memiliki keturunan

yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam mengatasi

masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada

pasangan tersebut.

Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat

kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan

tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan keinginannya.8

2.4 Minat

2.4.1 Definisi Minat

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal atau aktivitas, memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang

mempunyai minat pada suatu objek, dia akan tertarik terhadap

objek tersebut.
23

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

diminati diperhatikan terus menerus dengan disertai rasa senang

dan diperoleh rasa kepuasan. Minat merupakan rasa ketertarikan,

perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang terhadap suatu

hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap dan

berkembang pada dirinya untuk memperoleh dukungan dari

lingkungannya yang berupa pengalaman

Minat mempunyai dua aspek, yaitu:

1. Aspek Kognitif. Konsep yang membangun aspek kognitif

minat didasarkan pada pengalaman pribadi dan apa yang

dipelajari di rumah, di masyarakat serta dari berbagai media

massa. Aspek kognitif minat berupa keuntungan dan kepuasan

pribadi yang dapat diperoleh dari minat itu.

2. Aspek Afektif. Aspek afektif atau bobot emosional konsep

yang membangun aspek kognitif minat dapat dinyatakan dalam

sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat tersebut.

Aspek afektif berkembang dari pengalaman pribadi dan sikap

orang yang penting terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

minat tersebut serta dari sikap yang dinyatakan dari berbagai

media massa terhadap kegiatan itu.

Seorang ibu dikatakan memiliki minat menggunakan

kontrasepsi IUD jika terdapat dorongan dalam dirinya yang


24

kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat

untuk menggunakan kontrasepsi IUD diiringi dengan adanya rasa

suka dan rasa ketertarikan, tanpa ada yang menyuruh.

2.2.4 Karakteristik Minat

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.

Terbentuknya minat diawali oleh perasaan senang dan sikap positif.

Terdapat tiga karakteristik minat, yaitu sebagai berikut.

1. Minat menimbulkan sikap positif daru suatu obyek.

2. Minat adalah sesuatu yang menyenangkan dan timbu dari suatu

objek.

3. Minat mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu

keinginan, dan kegairahan untuk mendapat sesuatu yang

diinginkan.

2.2.5 Kriteria Minat

Minat seseorang dapat digolongkan menjadi :

1. Rendah. Jika seseorang tidak menginginkan obyek minat.

2. Sedang. Jika seseorang menginginkan obyek minat akan tetapi

tidak dalam waktu segera.

3. Tinggi. Jika seseorang sangat menginginkan obyek minat

dalam waktu segera

2.2.6 Unsur – Unsur Minat

Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu

memiliki beberapa unsur antara lain:


25

1. Perhatian

Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya

perhatian, yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang sematamata

tertuju pada suatu obyek, jadi seseorang yang berminat

terhadap sesuatu obyek yang pasti perhatiannya akan memusat

terhadap sesuatu obyek tersebut.

2. Kesenangan

Perasaan senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda

akan menimbulkan minat pada diri seseorang, orang merasa

tertarik kemudian pada gilirannya timbul keinginan yang

dikehendaki agar obyek tersebut menjadi miliknya. Dengan

demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk

mempertahankan obyek tersebut.

3. Kemauan

Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada

suatu tujuan yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini

akan melahirkan timbulnya suatu perhatian terhadap suatu

obyek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat individu

yang bersangkutan

2.2.7 Pengukuran Minat


26

metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran

terhadap minat seseorang, dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

1. Observasi

Pengukuran dengan metode observasi ini memiliki keuntungan

Karena dapat mengamati minat seseorang dalam kondisi wajar.

Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam

kelas maupun di luar kelas. Kelemahannya tidak dapat

dilakukan terhadap situasi atau beberapa hasil observasi yang

bersifat subjektif.

2. Interview

Interview baik digunakan untuk mengukur minat dan

pelaksanaan interview sebaiknya dilakukan dalam situasi

santai, sehingga percakapan dapat berlangsung secara bebas.

3. Kuesioner/Angket

Melalui kuesioner/angket dengan mengajukan beberapa

pertanyaan secara tertulis. Isi pertanyaan yang diajukan dalam

angket pada prinsipnya tidak berbeda dengan isi pertanyaan

observasi, angket lebih efisien.

4. Inventori

Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran

atau penilaian yang sejenis kuesioner, yaitu samasama

merupakan daftar pertanyaan secara tertulis. Perbedaannya


27

ialah dalam kuesioner reponden menulis jawaban relatif

panjang sedangkan pada inventori responden memberikan

jawaban dengan memberi lingkaran, tanda cek, mengisi nomor

atau dengan tanda-tanda lain yang berupa jawaban singkat.

2.2.8 Faktor – Faktor yang mempengaruhi minat

“Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh

kemudian. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan

menyokong belajar selanjutnya”. Hal ini menggambarkan bahwa

minat dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Minat tidak akan

muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dari dalam diri individu.

Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan

adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan, maka minat

tersebut dapat berkembang. Munculnya minat ini biasanya ditandai

dengan adanya dorongan, perhatian, rasa senang, kemampuan, dan

kecocokan atau kesesuaian.

Minat seseorang dipengaruhi oleh multi faktor, tak terkecuali

tindakan penggunaan alat kontrasepsi. Faktor- faktor tersebut

antara lain faktor predisposisi (pengetahuan, sikap dan unsur-unsur

lain yang ada dalam individu), faktor pendukung yaitu tersedianya

sarana kesehatan dan faktor penguat seperti dukungan keluarga.

keinginan seseorang untuk bertindak dipengaruhi oleh tiga faktor,

yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)


28

Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

dan nilai-nilai.

2. Faktor pemungkin (enabling factors)

Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya

puskesmas, obat-obatan, dan sebagainya.

3. Faktor pendorong dan penguat (reinforcing factors)

Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau

petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat.

Pengetahuan yang dimaksud diatas adalah pengetahuan ibu tentang

penggunaan kontrasepsi IUD terutama manfaatnya dalam

mencegah kehamilan. Terdapat pengetahuan ini diharapkan dapat

muncul minat dan niat untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD

yang aman dan berkualitas.

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan dapat berupa suatu fakta atau objek fisik (konkret) dan

sesuatu yang ditarik berdasarkan pengalaman pribadi seseorang sehingga

menjadi pengetahuan abstrak. Sehingga dapat kita katakan bahwa

pengetahuan (knowledge) adalah segala sesuatu yang telah dikenali atau

diketahui dan kesimpulan yang ditarik dari hal-hal yang dikenali oleh

manusia.9
29

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan indra. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan alat indra atau akalnya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat, didengar dan dirasakan sebelumnya

pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dari pemilihan

penggunaan kontrasepsi. Faktor predisposisi adalah proses sebelum

perubahan perilaku yang memberikan rasional atau motivasi terjadinya

perilaku individu atau kelompok. Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Overt behavior).

Melalui pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan9

Berdasarkan beberapa definisi pengetahuan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan tentang kontrasepsi merupakan sesuatu yang diketahui

dan dipahami yang diperoleh dari suatu fakta dan penginderaan serta

pengalaman mencegah kehamilan dalam rangka mengatur jumlah

kelahiran atau menjarangkan kelahiran yang menjadi salah satu variabel

mempengaruhi fertilitas.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu10 :

1. Tahu ( Know )
30

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu

“tahu” merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan

dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi ( Aplication )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur


31

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain, kemampuan

analisis dapat dilihat penggunaan kata kerja dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan suatu

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

2.3.3 Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo sebagai

berikut :

1. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

1). Cara coba salah (Trial and Eror)

Cara ini telah dipakai oleh orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam pemecahan masalah dan

apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan

yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

2). Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima


32

mempunyai yang dikemukakan oleh orang lain yang mempunyai

otoritas, tanpa menguji terlebih dahuluSumber pengetahuan ini dapat

berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun

informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip

orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh

orang lain yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu

atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri

3). Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi

masa lalu.

2. Cara Modern

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis

Bacon kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Devan. Akhirnya

lahir suatun cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal

dengan penelitian ilmiah.

2.3.4 Faktor yang mempengaruhi pengerahuan

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

berikut9:
33

1. Pengalaman, dapat dari apa yang pernah dialami sendiri maupun

pengalaman orang lain yang diketahuinya. Seorang akseptor

kontrasepsi telah merasakan pengaruhnya dengan segenap suka

dan dukanya. Jika akseptor tersebut bertemu dengan seorang

akseptor kontrasepsi yang lain saat kontrol, maka mereka akan

saling bercerita tentang suka duka selama mereka menjadi

akseptor. Disini terjadi saling tukar pengalaman dan kedua

akseptor tersebut saling memberi dan menerima pengetahuan

berdasar pengalaman masing-masing.

2. Sosial-Budaya. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan

penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan

menghasilkan suatu pola hidup kebudayaan. Kebudayaan ini

terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan

suatu masyarakat bersama. Di suatu masyarakat memiliki

kepercayaan bahwa banyak anak banyak rejeki, maka akan sulit

bagi mereka untuk menerima informasi mengenai kontrasepsi.

3. Keyakinan, dapat diperoleh secara turun temurun tanpa adanya

pembuktian atau diperoleh dari pengalaman yang telah

dimilikinya dan terbukti benar setelah teruji oleh waktu dan

kejadian yang berulang-ulang. Misalnya seorang akseptor baru

dengan mantap ia memilih alat kontrsepsi Implant, dia yakin

karena ibu dan keluarganya adalah pengguna Implant. Keyakinan

akseptor baru ini makin mantap setelah memperoleh informasi


34

Implant saat konsultasi dengan tenaga kesehatan yang memasang

Implannya.

4. Fasilitas. Media cetak maupun elektronik serta buku-bnb uku

merupakan fasilitas sumber informasi yang dapat meningkatkan

pengetahuan masyarakat. Banyak tersedia informasi dan ibu-ibu

dapat memperoleh informasi sesuai kebutuhannya. Kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi akan memungkinkan setiap

orang memperoleh informasi secara cepat, tepat, dan akurat.

Orang dapat berhubungan konsultan ahli melalui radio, televisi

majalah, dan lain-lain.

Kaitannya dengan kontrasepsi, pengetahuan merupakan faktor sangat

penting karena berdampak luas pada perilaku pengguna alat

kontrasepsi (akseptor) dalam menetapkan keputusan terhadap alat

kontrasepsi yang digunakan. Kemantapan akseptor dengan metode

yang dipilihnya, ketahanan akseptor dalam menghadapi masalah-

masalah (efek samping) yang dialaminya serta kemampuan

adaptasinya.

2.4 Hubungan Pengetahuan Dan Minat Penggunaan Kontrasepsi Intra

Uterine Device (IUD)

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui. Kita dapa mengetahui

sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita

juga bisa tahu karena diberitahu oleh orang lain. Pengalaman merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan


35

dengan umur dan pendidikan setiap orang, semakin bertambahnya umur dan

pendidikan yang tinggi maka pengalaman dan pengetahuan seseorang

semakin lebih luas.11

Pendidikan akan menghasilkan banyak perubahan seperti pengetahuan, sikap

dan perbuatan. Pengetahuan ibu sangat mempengaruhi cara pemilihan

kontrasepsi yang ibu ingin gunakan , semakin baik pengetahuan, maka

umumnya perilakunya juga semakin baik, dalam hal ini perilaku kesehatan,

sehingga semakin besar minat menggunakan atau memilih kontrasepsi.

Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan maka minat menggunakan atau

memilih kontrasepsi tentunya akan menurun

Pemilihan penggunaan kontrasepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain faktor predisposisi (pengetahuan, sikap dan unsurunsur lain yang ada

dalam individu), faktor pendukung yaitu tersedianya sarana kesehatan dan

faktor penguat seperti dukungan keluarga. Salah satu faktor yang

mempengaruhi adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah

pengetahuan ibu tentang penggunaan kontrasepsi terutama manfaatnya dalam

mencegah kehamilan. Melalui pengetahuan diharapkan muncul sikap berupa

kesadaran dan minat untuk menggunakan alat kontrasepsi yang aman dan

berkualitas.11

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1. Desain Penelitian


36

3.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan

pendekatan cross sactional, yaitu jenis penelitian dimana

pengumpulan data terhadap variabel dilakukan pada waktu yang

sama (point time approach)12. Pada penelitian ini mempelajari

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu pasangan usia subur

tentang kontrasepsi IUD (independen) dengan minat penggunaan

kontrasepsi IUD (dependen).

3.2. Variable Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulan12.

1. Variabel bebas (Independen variable) adalah variabel yang

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pengetahuann tentang kontrasepsi IUD.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah minat penggunaan

kontrasepsi IUD.

3.3. Populasi dan Sample Penelitian

3.3.1. Populasi
37

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya12. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh akseptor kb aktif Puskesmas Jajaway tahun 2019 bulan

Januari – Maret 231 Akseptor KB

3.3.2. Sample Penelitian

Sample merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh

peneliti, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan

cara tertentu yang berdasarkan penimbangan-penimbangan yang

ada12.

Menurut Arikunto , mengatakan bahwa “apabila subjeknya

kurang dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga

penelitianya merupakan populasi. Tetapi,jika jumlah subjek besar,

dapat di ambil antara 10-15% atau 15-25% atau lebih”. Pendapat

tersebut sesuai menurut Roscoe dalam sugiyono. “ ukuran sample

yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500”.

Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah dengan

menggunakan rumus besaran sampel sebagai berikut.

N
n=
1+ N (d)2

Keterangan :
38

N = Besar populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat Kepercayaan yang di inginakan ( 0.01)

Berdasarkan rumus di atas jumlah sampel yang diteliti nyaitu :

231
n=
1+231(0,1)2

231
n= ❑
1+231(0,01)

231
n=
1+2,31

231
n=
3,31

n=69,7

Berdasarkan rumus besaran sample tersebut didapatkan jumlah

sampel sebanyak 70 responden.

Dalam teknik pengambilan data penulis menggunakan teknik

metode Accidental Sampling . Accidental Sampling adalah teknik

penetuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu, siapa saja yang

merasa kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai

sampel , bila orang itu cocok dengan penelitian.

3.4. Kerangka Pemikiran dan Kerangka Konsep

3.4.1. Kerangka pemikiran


39

Pada program kesehatan, terdapat beberapa komponen pendidikan

kesehatan, dimana komponen tersebut dapat menjadi multi faktor

yang mempengaruhi minat seseorang, tak terkecuali tindakan

penggunaan alat kontrasepsi. Faktor- faktor tersebut terdapat tiga jenis

yaitu: faktor presdiposisi (umur, pengetahuan, jumlah anak), faktor

pendukung (keamanan alat kontrasepsi IUD, ketersediaan alat

kontrasepsi IUD, tempat pelayanan), faktor pendorong (petugas

kesehatan, media informasi, biaya pemasangan, dukungan suami)

Dari ketiga faktor tersebut faktor predisposisi yang paling

mempengaruhi sikap atau minat seseorang karena faktor presdiposisi

merupakan faktor yang ada dalam diri ibu dan mempengaruhi cara

berfikir seseorang dan faktor pengetahuan seseorang terhadap

kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang

mempengaruhi perilaku seseorang jika ibu memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai alat kontrasepsi maka dapat mempengaruhi

persepsi mereka mengenai alat kontrasepsi tersebut dan

mempengaruhi pemilihan kontrasepsi tersebut.

Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk tertarik pada

sesuatu yang dilandasi dengan rasa suka terhadap sesuatu tersebut

tanpa ada dorongan. Seorang ibu dikatakan memiliki minat

menggunakan kontrasepsi metode modern jika terdapat dorongan

dalam dirinya yang kemudian menimbulkan keinginan untuk

berpartisipasi atau terlibat untuk menggunakan kontrasepsi metode


40

modern yang diminatinya diiringi dengan adanya rasa suka dan rasa

ketertarikan, tanpa ada yang menyuruh.

Salah satu faktor yang mempengaruhi minat adalah pengetahuan.

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan ibu tentang

penggunaan kontrasepsi terutama manfaatnya dalam mencegah

kehamilan. Melalui pengetahuan diharapkan muncul sikap berupa

kesadaran dan minat untuk menggunakan alat kontrasepsi yang aman

dan berkualitas7. Pengetahuan ibu sangat mempengaruhi cara

pemilihan kontrasepsi semakin baik pengetahuan, maka umumnya

perilakunya juga semakin baik, dalam hal ini perilaku kesehatan,

sehingga semakin besar minat menggunakan atau memilih

kontrasepsi. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan maka minat

menggunakan atau memilih kontrasepsi tentunya akan menurun.

Keputusan dalam memakai atau tidak memakai kontrasepsi

merupakan suatu kesadaran ibu dalam mengambil keputusan untuk

menjadi akseptor yang dipengaruhi oleh suatu persepsi ibu tentang

masa subur sehingga ibu akan menentukan pilihannya tergantung dari

persepsi yeng ditentukan oleh pengetahuan dan minat ibu, dimana

aspek individu yang sangat berpengaruh

3.4.2. Kerangka Konsep

Hubungan Tingkat Pengetahuan Wanita Pasangan Usia Subur

Mengenai Kontrasepsi IUD dengan Minat Penggunaan

Kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD)


41

Bagan 3.4.2 Kerangka Konsep

4.Faktor-fakor yang
mempengaruhi minat IUD4
5.
1. Faktor predisposisi
6.
a. Pengetahua
7.
b. Umur
8. c. Jumlah anak

Minat Penggunaan
2. Faktor pendukung Kontrasepsi Intra Uterine
Keamanan
2.Keterangan dan
g Faktor pemungkin Device (IUD)
:
ketersediaan
a. tersedia atauiud dan
tidak
9. tempat pelayanana
tersedianya
: Diteliti
3. faktor pendorong atau
fasilitahbbbs
10. petugas saran : kesehatan,
Tidak Diteliti
3. media
faktor informasi
pendorong,
biaya pemasangan
atau pengkuat
dukungan suami

: Diteliti

: Tidak Diteliti

3.1

3.2
42

3.3

3.4

3.4.3

3.4.4

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi

ruang lingkup atau pengertian variable – variabel diamati atau yang

akan di teliti serta untuk mengembangkan instrument. Dengan

definisi operasional yang tepat maka ruang lingkup atau

pengertian variable-variable yang diteliti menjadi terbatas dan

terfokus.12

Tabel 3.4.5

Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur Ukur

1 Pengetahuan Merupakan hasil Kuesioner Angket 1. Baik bila10 Ordinal


tentang tahu dari ibu menjawab ≥ 76 %
kontrasep-si Tentang 2. Cukup bila
Intra Uterine kontrasepsi menjawab
Device (IUD) IUD, jenis, 56 - 75 %
manfaat, 3. Kurang bila
tujuan, dan efek menjawab > 56
samping dari %
kontrasepsi IUD

2 Minat Kecenderungan Kuesioner Skala 1. Minat Ordinal


pengguna-an dalam diri ibu Tinggi10skor jika
43

kontrasep-si untuktertarik pada Likert berdistribusi


Intra Uterine kontrasepsi IUD normal
Device (IUD) X > Mean + 1,5
SD
Jika berdistibusi
tidak normal
X > Median +
1SD
2.Minat Sedang
Jika data Normal
( Mean – 1,5 SD )
≤ X ≤ ( Mean – 1,5
SD )
Jika Data tidak
Normal
Median – 1SD <
Median + 1SD
3.Minat Rendah
Jika Data Normal
X < Mean – 1,5 SD
Jika Data Tidak
Normal
X < Median – 1SD

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal dan juga dilakukan sebagai syarat untuk

melakukan kategori data. Dalam penelitian ini, uji normalitas

menggunakan uji komogroiv – smirnov dengan bantuan program


44

komputer yaitu SPSS 20.0 for windows. Apabila tingkat

signifikansi lebih besar sama dengan 0.05, maka data berdistribusi

normal sebalik nya jika data lebih kecil dari 0.05, maka data

berdistribusi tidak normal.

Jika data berdistirbusi normal skor untuk menentukan

katagori menggunakan rumus Mean. Mean adalag total semua data

di bagi jumlah data. Mean di gunakan ketika data yang di miliki

sebaran normal atau mendekati normal.

Jika data tidak berdistribusi normal maka untuk

menentukan skor kategori menggnakan rumus Median. Median

adalah nilai yang berada di tengah - tengah data setelah di urutkan

dari terkecil ke terbesar. Median cocok di gunakan bila data yang

di miliki tidak menyebar normal atau memiliki nilai yang berbeda

– beda secara signifikan.

3.6.2 Uji Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.13

Hipotesis penelitian ini antara lain :

H0 : tidak ada ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai

Kontrasepsi IUD dengan Minat Penggunaan Kontrasepsi Intra

Uterine Device (IUD) di Puskesmas Kota Bandung Tahun 2019


45

Ha : ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Kontrasepsi

IUD dengan Minat Penggunaan Kontrasepsi Intra Uterine Device

(IUD) di Puskesmas Kota Bandung Tahun 2019

3.7 Pengumpulan data

3.7.1 Teknik pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun metode

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer atau data

yang di peroleh dari responden secara langsung dengan

menggunakan kuesioner dan data sekunder untuk mengetahui

jumlah populasi akseptor kb aktif di puskesmas jajaway tahun

2018 .12

Instrument memakai instrument yang telah ada dan telah di

ujikan sebelumnya berdasarkan teori teori dan disajikan sejumlah

pertanyaan untuk memperoleh informasi dari responden berupa

data primer. Data primer adalah data penelitian yang diperoleh

secara langsung dari responden. Pengumpulan data akan

dilaksanakan langsung kepada ibu pasangan usia subur di daerah

Puskesmas Jajaway Kota Bandung dengan menggunakan kuesioner

yang telah disediakan sebelumnya. Namun sebelumnya responden

di berikan penjelasan terlebih dahulu menganai tujuan dari


46

penelitian dan menanyakan kesediaan responden untuk mengisi

kuesioner yang akan diberikan.

3.7.2 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner yang berdasarkan teori yang ada. Kuesioner

adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban pada

pertanyaan tersebut12.

Pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini disediakan sesuai

dengan tujuan dan masalah penelitian yaitu pengetahuan ibu

pasangan usia subur mengenai kontrasepsi IUD dan minat dalam

penggunaakn kontasepsi IUD. Dengan jumlah masih masing

pertanyaan adalah 20 soal untuk pertanyaan pesngetahuan dan 14

soal untuk pertanyaan mengenai minat.

Dalam pertanyaan pengetahuan menggunakan jenis

pertanyaan pilihan ganda dengan tiga pilihan yaitu a,b,c dan untuk

pertanyaan mengenai minta menggunakan skala likert dengan

empat jawaban yaitu Sangat Setuju ( SS ), Setuju ( S), Tidak Setuju

( TS) dan Sangat Tidak Setuju ( STS ). Dalam penelitian ini tidak

menggunakan pilihan Ragu-ragu karena penelitian membutuhkan

jawaban yang pasti dari responden. Daftar pertanyaan ini di

kembangkan oleh peneliti sendiri.

3.8 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


47

3.5

3.6

3.8.1 Uji Validitas

Validasi adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat –

tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Uji validitas

dianalisis dengan bantuan program komputer SPSS 16 for windows

dengan menggunakan pearson product moment correlation.

Kriteria pengujian dengan taraf signifikansi 0,05 ( 5%), jika r hitung

lebih dari atau sama dengan rtabel maka butir instrumen di katakan

valid. Begitu pula sebaliknya, jika rhitung kurang dari rtabel maka butir

instrument dinyatakan tidak valid.

Uji validitas ini akan dilaksanakan di pasirluyu karena memiliki

karakteristik yang sama dengan jumlah responden 20 orang.

3.8.2 Uji Reabilitas

Untuk memperoleh kekuatan alat ukur yang digunakan,

instrumen yang digunakan melalui tahap atau disusun berdasarkan

saran-saran dari pihak-pihak yang ahli dibidangnya, sampai didapat

instrumen yang baik untuk dijadikan alat pengumpulan data. Untuk

pengambilan data dalam penelitian ini instument akan di lakukan

uji validitas dan uji reabilitas untuk menunjukan bahwa instrumen

tersebut layak untuk di jadiakan alat penelitian dan dapat benar

benar mengukur apa yang akan di ukur. Uji reabilitas ini di bantu
48

dengan program komputer SPSS 16 for windows, kriteria

pengujian dengan taraftaraf signifikansi 0,05 ( 5%), jika rhitung lebih

dari atau sama dengan rtabel maka butir instrumen di katakan reliabel

. Begitu pula sebaliknya, jika rhitung kurang dari rtabel maka butir

instrument dinyatakan tidak reliabel.

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan

data dilaksanakan. Pada penelitian ini pengolahan data secara

umum dilaksanakan melalui tahap memeriksa ( editing ), proses

pemberian identitas ( coding ), memberi angka ( scoring ) dan

proses pembeberan ( tabulasi ).

1. Editing, merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan

isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang sudah ada

sudah lengkap dan jelas. Hasil angket diperoleh atau

dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting ( edit) terlebih

dahulu. Secara umum editing adalah kegiatan untuk mengecek

dan memperbaiki isian formulir atau kuesioner tersebut,

sehingga apabila terjadi kesalahan data dapat segara diperbaiki.


49

2. Coding, Pemberian kode merupakan proses identifikasi dan

klasifikasi data ke dalam skor numerik. Tujuannya adalah

menyederhanakan jawaban responden tersebut sehingga dapat

diolah. Biasanya usaha pengkodean dilakukan dengan member

symbol atau angka pada jawaban responden.

3. Skoring, Memberi angka pada lembar jawaban angket tiap

subyek skor dari tiap item atau pertanyaan pada kuesioner.

Pada pertanyaan variabel pengetahuan setiap jawaban bener di

beri skor 1 dan pada setiap jawaban salah di beri skor 0. Pada

pertanyaan variabel minat setiap jawaban Sangat Setuju ( SS )

di beri skor 4, setuju ( S ) skor 3, tidak setuju ( TS ) skor 2 dan

Sangat Tidak Setuju ( STS ) di beri skor 1.

4. Tabulasi

Tabulasi merupakan proses mengubah data dari instrumen

pengumpulan data menjadi tabel – tabel data, dimana data

tersebut hendak ditelaah atau di uji secara sistematis. Tabulasi

data ini menggunakan program SPSS untuk mengolah data

tersebut

Melakukan teknis analisis, Dalam melakukan analisis, khususnya

terhadap data penelitian angka menggunakan ilmu statistik terapan

yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis

3.9.2 Analisis Data


50

Analisis data merupakan data yang telah terkumpul telah di

olah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS

for windows.

Adapun analisis data yang digunakan antara lain :

1. Analisis Univariat

Analisis univariate merupakan analisis yang dilakukan

terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase dari tiap variabel 13. Analisis ini

bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel antara lain : tingkat

pengetahuan dan minat penggunaan kontrasepsi IUD .

Karekteristik pada responden yang mempengaruhi hasil

penelitian ( Umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan )

Gambaran distribusi frekuensi untuk masing – masing

variabel disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

Tingkat Pengetahuan

Untuk mengetahui pengetahuan di gunakan kuesioner,

dengan penilaian setiap jawaban benar di beri nilai 1 dan yang

salah di beri nilai 0. Tiap responden akan memperoleh nilai

sesuai dengan penilaian tersebut kemudia di presentasikan

dengan menggunakan rumus.

Rumus distribusi frekuensi yaitu


51

f
p= x 100 %
N

Keterangan :

P : Presentasi

F = Skor total tiap responsen

N = Jumlah Soal

Kemudian hasil perhitungkan di kategorikan sebagai berikut

Baik : Jika Responden memperoleh skor ≥ 76 %

Cukup : Jika Responden memperoleh skor 56 % - 75 %,

Kurang : Jika Responden memperoleh skor < 56%

Minat Penggunaan IUD

Untuk Kuesioner yang mengukur minat perhitungan jawaban

setiap item menggunakan skala alert dengan skala likert. Setiap

item pertanyaan pada variabel tersebut menggunakan skala

pengukuran antara rentang skor 4 sampai dengan 1 dengan 14

soal.

Perhitungan Jumlah skor dengan menambahhan setiap jawaban

yang di berikan oleh responden dengan katerangan

Jawaban Sangat Setuju ( SS ) = 4

Setuju ( S ) =3

Tidak Setuju ( TS ) =2
52

Sangat Tidak Setuju = 1

Dengan perhitungan rentang skor di dapatkan melalui rumus

Mean dan Standar Devisi ( SD ) jika data berdistribusi normal

1. Mean

a. Menentukan skor minimum dan skor

maksimum masing – masing item skala

pemahaman yang di terima.

Skor minimum sama dengan banyaknya item

yang di terima dikalikan dengan 1.

Skor maksimum sama dengan banyaknya

item yang di terima dikalikan dengan 4.

b. Skor maksimum di kurangi skor minimum

lalu di bagi dengan 2

2. Snatar Deviasi ( SD )

Untuk mencari standar deviasi adalah dengan cara

membagi mean dengan 6

3. Kategori

Adapun rumus menentukan tingkatan nya yaitu :

Tinggi : Jika Responden memperoleh skor

Mean + 1,5 SD

Sedang: Jika Responden memperoleh skor

(Mean - 1,5 SD ) ≤ X ≤ (Mean + 1,5 SD )


53

Rendah : Jika Responden memperoleh skor

Mean - 1,5 SD

Dan Jika data tidak berdistribusi Normal memakai rumus median

dengan Standar Devisi ( SD )

1. Median

Nilai yang terletak di tengah gugus data yang telah di

urutkan.

Dengan Rumus

( )
1
n−F
2
Md=b+ p
f

Keterangan :

Md : Median

b :batas bawah dimana median terletak

p :panjang kelas interval

n :banyaknya data

F :Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

F :Frekuensi kelas median

2. Standar Devisi ( SD )

Untuk mencari standar deviasi adalah dengan cara

membagi mean dengan 6

3. Kategori

Adapun rumus menentukan tingkatan nya yaitu :


54

Tinggi : Jika Responden memperoleh skor X >

Median + 1SD

Sedang: Jika Responden memperoleh skor Median –

1SD < Median + 1SD

Rendah : Jika Responden memperoleh skor X >

Median - 1SD

Selanjutnya analisis univariat variabel diinterprestasikan

dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :

0% = Tidak satupun

1 % - 25 % = Sebagian kecil

26% - 49 % = Kurang dari setengahnya

50 % = Setengahnya

51% - 75 % = Lebih dari setengahnya

76% - 99% = Sebagian besar

100% = Seluruhnya.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi yaitu melihat hubungan variabel

bebas dengan variabel terikat13.

a. Menyusun tabel silang atau dummy tabel

Minat Total

Tinggi Sedang Rendah

Baik A B C a+b+c

Cukup D E F d+e+f
55

Pengetahua

n
Kurang G H I g+h+i

Total a+d+g b+e+h c+f+i

b. Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji chi-square

dengan α = 0,05. Nilai tingkat kemaknaan (p value)

dibandingkan dengan nilai tingkat kesalahan atau alpha (α),

maka pengambilan keputusan yaitu:

Rumus dasar chi-square:


k 2
( f 0−fh)
x 2=∑
i=1 fh

Keterangan :

X2= chi-square

f0 = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

(Sugiyono, 2014)

Setelah chi square di hitung lalu di analisis dengan hasil : .

1) Apabila p < 0,05 = H0 ditolak, Ha diterima berarti ada

hubungan pengetahuan ibu tentang kontrasepsi IUD

dengan minat penggunaan kontrasepsi IUD.

2) Apabila p > 0,05 = H0 diterima, Ha ditolak berarti

tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang


56

kontrasepsi IUD dengan minat penggunaan kontrasepsi

IUD.

3.10 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Jajaway Kota Bandung

pada bulan April-Juni 2019.

Daftar Pustaka

1. Statistik BP. Proyeksi Penduduk Indonesai : Indonesia Population

Projection 2010-2035. In: Statistik BP, editor. Jakarta: Badan Pusat

Statistik; 2018.

2. Bandung BPSK. Jumlah Pus dan Peserta KB aktif Kota Bandung In:

Statistik BP, editor. Bandung: Badan Pusat Statistik Kota Bandung; 2018.

3. BKKBN. Materi Rakermas : Pasangan Usia Subur Di indonesia. Jakarta:

Badan Statistik Indonesia; 2011.

4. Marmi. Buku ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2016.

5. Bandung DKK. Buletin Jendela Data Informasi Kesehatan: Situasi

Keluarga Berencana (KB). In: Kesehatan D, editor. Bandung: Dinas

Kesehatan; 2018.
57

6. Indonesia IB. Alat Bantu Pengambilan Keputusan Ber-KB. Jakarta: TARH

Program Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.; 2010.

7. BKKBN. Informasi Pelayanan Kontrasepsi Keluarga Berencana. Jakarta:

Dirjen KB.; 2013.

8. Maryam S. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta:

EGC; 2014.

9. Wawan A, M D. Teori dan pengukuran pengetahuan,sikap,dan perilaku

manusia: dilengkapi conto kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.

10. Pritoyo. Teori Sikap Dan Perilaku Dalam Kesehatan. Pacitan: Medixal

Book; 2014.

11. Rachmawati N. Hubungan Pengetahuan Dengan Minatpenggunaan

Kontrasepsi Intra Uterine Device (Iud) Pada Ibu Pasca Salin Di

Puskesmas Tanggetada Kabupaten Kolaka Tahun 2017. 2017.

12. Arikunto PDS. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta; 2013.

13. Dahlan MS. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 6 E, editor.

Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2014.

Anda mungkin juga menyukai