Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan

penduduk yang tinggi, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun.

Pertumbuhan penduduk ini tentu saja berimplikasi secara signifikan terhadap

perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuk menangani

masalah ini adalah dengan menggalakkan dan mengaktifkan kembali program

keluarga berencana nasional Indonesia untuk pembangunan yang berorientasi pada

masa depan yang lebih baik.

Keluarga Berencana (KB) dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang,

sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN). Program ini salah satu tujuannya adalah penjarangan kehamilan

menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi sosial

bagi seluruh masyarakat melalui usaha usaha perencanaan dan pengendalian

penduduk (Wiknjosastro, 2007).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 pemakaian

kontrasepsi semua cara diantara wanita kawin di Indonesia telah meningkat dari 61

persen pada tahun 2007 menjadi 62 persen pada tahun 2012. Pemakaian kontrasepsi

modern diantara wanita kawin umur 15-49 tahun juga meningkat dari 57 persen

menjadi 58 persen. Di antara cara KB modern, cara KB yang paling banyak

1
digunakan wanita berstatus kawin adalah suntikan dan pil (masing-masing 32 dan 14

persen). Peserta KB IUD mengalami penurunan selama 20 tahun, dari 13 persen

tahun 1991 menjadi 4 persen tahun 2012. Sebaliknya peserta KB suntikan mengalami

peningkatan, dari 12 persen tahun 1991 menjadi 32 persen tahun 2012. Sementara itu,

peserta KB pil merupakan metode yang banyak digunakan pada SDKI tahun 1991,

dan pada SDKI tahun 1994, suntikan merupakan metode yang banyak digunakan

sejak tahun 1997.

AKDR adalah kontrasepsi yang dimasukan kedalam rahim yang bentuknya

bermacam-macam, terdiri dari plastik (Polyethyline). Ada dililit tembaga (Cu) ada

pula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag) selain itu adapula dibatangnya berisi

hormon progestin ( Suratun, dkk, 2008). AKDR mempunyai banyak keuntungan

antara lain; efektivitas nya tinggi (angka kegagalan rendah yaitu terjadi 0,6 0,8

kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian), dapat efektif segera

setelah pemasangan, dapat dipakai jangka panjang (10 tahun proteksi) dari CuT-380A

dan tidak perlu diganti), ibu tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak mempengaruhi

hubungan seksual dan tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Keuntungan

lainnya AKDR merupakan alat kontrasepsi yang aman karena kandungannya yang

tanpa hormon (non hormonal), jadi tidak ada efek sistemik di dalam tubuh.

(Proverawati, 2010 dan Saifuddin, 2006).

Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Sedayu II pada bulan

Desember 2017 terdapat akseptor KB sebanyak 1640 orang, sebanyak 139 (8,47 %)

2
menggunakan KB IUD (intra uterine devices) dan yang terbanyak adalah pengguna

KB suntik sebanyak 1222 (74,51 %).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seorang ibu dalam memilih alat

kontrasepsi dalam rahim, diantaranya: Pengetahuan, seseorang akan memilih KB

AKDR jika ia banyak mengetahui dan memahami tentang KB AKDR. Yang kedua

yaitu efek samping, gejala yang paling sering bertanggung jawab menyebabkan

penghentian AKDR seperti perubahan siklus haid, haid menjadi lebih lama, dan saat

haid akan menjadi lebih sakit (Saragih, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui

Gambaran Pengetahuan Ibu Usia Subur terhadap Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR) di Puskesmas Sedayu II tahun 2017.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu usia subur tentang

Alat Kontrasepsi Dalam Lahir (AKDR) di Puskesmas Sedayu II tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan Ibu usia subur tentang Alat

Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Puskesmas Sedayu II tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

3
D.1. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan mengembangkan pengetahuan penulis

dalam melakukan penelitian.

D.2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai bahan masukan bagi

peneliti yang akan datang.

D.3. Bagi Tempat Penelitian

Menambah pengetahuan tentang pengetahuan Ibu usia subur terhadap alat

kontrasepsi dalam lahir di Puskesmas Sedayu II tahun 2017.

4
Proverawati, Atikah dkk (2010), panduan memilih kontrasepsi.Bantul : Nuha Medika

Suratun dkk (2008), pelayanan keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Trans
Info Media

Saragih, N. W. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu


Menggunakan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing
Tinggi , 15

Irianto, K. (2014). Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung: Alfabeta.

Saifuddin, A, B. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakata : YBP.


2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional. Badan Pusat Statistik. Kementerian Kesehatan. 2013

Anda mungkin juga menyukai