Anda di halaman 1dari 23

Presentasi Kasus

CHORIOAMNIONITIS
NURFITRI RAHMANI AWALIYAH

IDENTITAS PASIEN
Nama
: NY. S
Umur
: 42 tahun.
Agama
: Islam
Alamat
: PLARUNG
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Rekam Medik :
Tgl Masuk : 4 Juni 2016
Dokter
: dr. Alfun DA, Sp.OG
Coassisten
: Nurfitri Rahmani Awaliyah

KELUHAN UTAMA
Pasien
datang
ke
UGD
RSUD
Jogja
rujukan dari RSUD
Wonosari
dengan
G3P2A0
UK
36
minggu, PEB, inpartu,
induksi gagal

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ny. S, 42 tahun datang ke instalasi gawat darurat (IGD) RSUD
Jogja pada tanggal 4 Mei 2016 sore rujukan dari RSUD Wonosari
dengan keterangan G3P2A0, detak jantung janin kurang baik,
tekanan darah tinggi, pembukaan tidak bertambah, ketuban
pecah sejak tanggal 3 Juni jam 06.00, gagal induksi. Pasien
mengaku hamil 8 bulan dengan hari pertama haid terakhir
(HPHT) 27 September 2015 dan hari perkiraan lahir (HPL) 4 Juli
2016, sesuai dengan hamil 36 minggu. Selama ini pasien
memeriksakan kehamilannya di bidan secara teratur. Pada
pasien tidak ada keluhan demam, batuk pilek dan keputihan.
Buang air besar dan buang air kecil pasien juga tidak ada
keluhan.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU,


OBS.,
DLL
Riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada yang
bermakna. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga,
kehamilan ini merupakan kehamilan yang ketiga. Anak
pertama dan kedua lahir spontan di bidan dengan berat
lahir masing-masing 3500 gram dan 3400 gram pada
usia kehamilan 9 bulan. Pasien belum pernah
menggunakan kontrasepsi sebelumnya. Siklus haid
sebelum hamil teratur dengan siklus 28 hari, lama
menstruasi 5 hari, 4 kali ganti pembalut perhari dan
tidak ada keluhan nyeri haid sebelumnya. Pasien haid
pertama kali di usia 12 tahun.

PEMERIKSAAN FISIK (pada saat


di IGD)
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: kompos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg,
Frekuensi nadi : 92 kali permenit,
Suhu : 36,9 0C
Frekuensi nafas : 20 kali permenit
Status generalis lain dalam batas normal.

PEMERIKSAAN FISIK (pada saat


di IGD)
Pada pemeriksaan status obstetrikus didapatkan janin tunggal
memanjang, preskep, puka, divergen, tinggi fundus uteri (TFU)
30 cm, presentasi kepala, taksiran berat janin (TBJ) 3000
gram, his 3x/10 menit lamanya 40 detik dengan kekuatan
sedang relaksasi baik, dan denyut jantung janin (DJJ) 67 dpm
Hasil inspeksi vulva dan uretra tenang, tampak air ketuban
hijau dan berbau, tidak ada fluor maupun fluxus. Pada
pemeriksaan dalam diperoleh porsio praktis lengkap 1 cm
dibagian atas, kepala di Hodge II dan selaput ketuban negatif.
Teraba kepala sudah kering dari air ketuban, STLD (+).

LABORATORIUM

AL
Eritrosit
HMT
Neutrofil
GDS

40,5
4,65
39,8
89,9
186

PENATALAKSANAAN
Berdasarkan data yang ada ditegakkan diagnosis G3
hamil 36 minggu, janin presentasi kepala tunggal hidup
dengan ketuban pecah 35 jam, air ketuban habis, PK I
laten dan korioamnionitis. Setelah dilakukan analisis
terhadap masalah tersebut diputuskan untuk dilakukan
terapi terminasi kehamilan perabdominam dengan
pemberian antibiotik intra vena cefim 2x1 amp; dan
metronidazol 3x500 mg sampai 24 jam postpartum; inj.
Kortikosteroid dexametasone 2 amp/IV

POST PARTUM

Dengan operasi sesar lahir bayi perempuan dengan


berat lahir 3070 gram dan apgar score 5 dan 6. Pasien
sempat dirawat sampai dengan hari ke 3 bebas demam
di ruangan dan kemudian pulang bersama bayinya
dalam keadaan baik

TINJAUAN PUSTAKA
CHORIOAMNIONITIS

PENDAHULUAN (KORIOAMNION)
Pada
kehamilan
aterm
korioamnion berbentuk selaput
yang licin dan kuat. Selaput
amnion
merupakan
selaput
terdalam yang langsung kontak
dengan cairan amnion. Selaput ini
avaskuler tetapi berperan penting
dalam proses kehamilan untuk
mempertahankan
tegangan
selaput janin. Oleh karena itu
perkembangan
komponenkomponen selaput amnion yang
mencegah ruptur atau robek
merupakan hal yang penting untuk
keberhasilan kehamilan

STRUKTUR LAPISAN
KORIOAMNION

DEFINISI
Korioamnionitis merupakan infeksi akut pada cairan
ketuban, janin dan selaput korioamnion yang
disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini merupakan
manifestasi suatu infeksi intrauterin dan seringkali
berhubungan dengan ketuban pecah dini dan persalinan
lama. Bila lekosit mononuklear dan polimorfonuklear
menembus korion, secara mikroskopis sudah dapat
dikatakan sebagai korioamnionitis. Sekitar 25% infeksi
intrauterin disebabkan oleh ketuban pecah dini. Makin
lama jarak antara ketuban pecah dengan persalinan,
makin tinggi pula resiko morbiditas dan mortalitas ibu
dan janin

HISTOLOGIC DEFINITION
NEUTROPHILS INVASION
INTO THE :

Chorio decidual space OR


Fetal Membranes OR
Placenta OR
Amniotic fluid OR
Umbilical cord OR
Fetus

ETIOLOGY and
RISK FACTORS
Caused by bacteria ascending
from vagina into uterus
Iatrogenic
Nulliparity
Prolonged rupture of the
membranes (>18 hours before
onset of labors)
Prolonged labor
Meconium stained amniotic fluid
Excessive vaginal exams
Genital tract infection

PATHOPHYSIOLOGY

PATHOPHYSIOLOGY
DEFINITION

DIAGNOSE
CLINICAL CHORIOAMNIONITIS HAS BEEN DEFINED AS:
MATERNAL FEVER (37,8 C) ASSOCIATED WITH 2 OR MORE OF
THE FOLLOWING :

MATERNAL TACHYCARDIA (>100 bpm)


FETAL TACHYCARDIA (>160 bpm)
LEUKOCYTOSIS (>15.000/mm3)
UTERINE TENDERNESS
PURULENT AMNIOTIC FLUID
MALODOROUS OF AMNIOTIC FLUID

SENSITIVITY and SPECIFICITY of


DIAGNOSTIC CRITERIA
MUCH VARIATION
FEVER 42-95 % SENSITIVITY, 85 % SPECIFICITY and 61
% ACCURACY
FEVER, MATERNAL TACHYCARDIA, and FETAL
TACHYCARDIA 18 % SENSITIVITY, 98 % SPECIFICITY and
52 % ACCURACY.
LEUCOCYTOSIS in 70-90% of PATIENTS with CLINICAL
CHORIO

COMPLICATION
MATERNAL
Chorioamnionitis leads to a 2-3 fold increased risk for cesarean delivery
2-4 fold increase in endomyometritis, wound infection, pelvic abscess, bacteremia and
post partum hemorrhage
Uterine atony
Rarely encountered : septic shock, DIC, adult respiratory distress syndrome and
maternal death

FETAL

Preterm delivery
Asfiksia
Neonatal infection (sepsis, pneumonia, meningitis)
Seizures
Cerebral palsy
Death

TREATMENT
PREFERRED REGIMENT (MOST EXTENSIVELY STUDIED)
Ampicillin 2 grams IV every 6 hours, or Penicillin-G 5 million unit IV every 6
hours
PLUS
Gentamicin 1.5 mg/kg IV every 8 hours
PENICILLIN ALLERGY
Replace ampicillin/penicilin with :
Vancomycin 500 mg every 6 hours
OR
Erythromycin 1 gram every 6 hours
OR
Clindamycin 900 mg every 8 hours
CESAREAN SECTION
Add additional anaerobic coverage to regime at time of umbilical cord-clamping:
Clindamycin 900 mg every 8 hours
OR

Anda mungkin juga menyukai