PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses
pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel sel tubuh. Sistem ini terdiri
dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari
arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah
menuju jantung. Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2
atrium dan 2 ventrikel.
Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke
berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran
sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus
oleh suatu selaput yang disebut perikardium.
Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan
bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan
sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik. Otot jantung berkontraksi terus
menerus tanpa mengalami kelelahan.
Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi
yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari
syaraf.
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalamm
akalah ini, diantaranya yaitu :
a. Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ - organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan
dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri.
Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm serta tebal
kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan
sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Ada 4 ruangan dalam jantung
dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada
orang awam, atrium dikenal dengan serambi danventrikel dikenal dengan
bilik. Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena
rendahnyatekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel
mempunyai dinding ototyang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai
lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan
oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel
dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum interventrikulorum). - Atrium
dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungansatu sama lain
melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium
ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV).
Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan
katup AVsebelah kanan disebut katup trikuspid.
b.
Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kana nada katup yang
memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan
ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/
bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka
dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
1)
Katup Trikuspid
Katup pulmonal
3)
Katup bikuspid
Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal
aorta. Katupini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi
sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan
menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,sehingga mencegah darah
masuk kembali kedalam ventrikel kiri. Jantung adalah salah satu organ
tubuh yang vital. Jantung kiri berfungsimemompa darah bersih (kaya
oksigen/zat asam) ke seluruh tubuh, sedangkan jantung kanan
menampung darah kotor (rendah oksigen, kaya karbon dioksida/zat
asam arang), yang kemudian dialirkan ke paru-paru untuk dibersihkan.
Jantung normal besarnya segenggam tangan kiri pemiliknya. Jantung
tekanan
yangcocok
untuk
perfusi
dan
Fungsi lain dari jantung ialah mengisi darah dengan oksigen yang
segar dari udara dan pada saat yang bersamaan mengekskresi
salah satu hasil akhir metabolisme yaitu karbon dioksida.
Pertukaran kedua gas ini dengan udara dari alveoli paru
berlangsung melalui membran alveolus yang sangat tipis. Jika
tekanan sama tingginya dengan tekanan di bilik kiri atau aorta,
cairan darah segera akan mengisi alveoli dengan cara filtrasi dan
penderita akan mati oleh karena edema paru. Gagal jantung
sangat sering ditemukan.
dariurutan
tertinggi
dalam
daftar
penyebab
kematian
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
: Tn. S
Umur
: 65 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
Status
: Kawin
Pekerjaan
Pendidikan
: Tamat SLTA
Agama
: Islam
MRS Tanggal
: 27 Maret 2014
Rek. Med.
: 691963
Ruang
: R.A. 7/6
ANAMNESIS
(Auto dan Alloanamnesis) pada tanggal 27 Maret 2014 jam 09.00
Keluhan utama
Sesak napas bertambah hebat sejak 2 jam SMRS.
Riwayat Perjalan Penyakit
Sejak 1 bulan SMRS os mengeluh sesak napas. Sesak timbul
terutama bila os beraktifitas seperti mandi dan sholat. Sesak napas berkurang
bila os beristirahat. Sesak napas juga muncul saat Os berbaring sehingga
harus menggunakan 2 bantal saat tidur. Di malam hari Os sering terbangun
tiba-tiba karena sesak napas. Sesak tidak dipangaruhi cuaca debu dan emosi.
Mengi (-). Nyeri dada (-). Batuk (+), tidak berdahak, tidak berdarah.
Mual (-). Muntah (-). Nyeri ulu hati (-). Sembab pergelangan kaki dan kaki
(-). Demam (-). BAK biasa. BAB biasa. Os tidak berobat.
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 160/100 mmHg
Nadi
Temperatur
: 36.8 C di axilla
RR
Berat Badan
: 54 kg
Tinggi Badan
: 155 cm
IMT
Lingkar Perut
: 89 cm
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi tidak ada, scar tidak ada, pigmentasi
dalam batas normal, ikterus pada kulit tidak ada, temperatur kulit normal,
keringat umum tidak ada, keringat setempat tidak ada, pucat pada telapak
tangan dan kaki tidak ada, sianosis tidak ada, lapisan lemak cukup.
Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening submandibular, leher, axilla, dan inguinal tidak
ada pembesaran, nyeri tekan tidak ada.
Kepala
Bentuk bulat, simetris, rambut rontok ada, deformitas tidak ada,
perdarahan temporal tidak ada, dan nyeri tekan tidak ada.
Mata
Eksopthalmus dan Endopthalmus tidak ada, edema palpebra tidak ada,
conjungtiva palpebra kedua mata pucat tidak ada, sklera ikterik tidak ada,
pupil isokor, refleks cahaya baik, penglihatan kabur pada kedua mata tidak
ada, gerakan bola mata ke segala arah dan simetris, lapangan penglihatan
baik.
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang perabaan
baik. Selaput lendir dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya
penyumbatan dan perdarahan. Pernapasan cuping hidung tidak ada.
Telinga
Tophi tidak ada, pada liang telinga tidak ada kelainan, nyeri tekan pada
processus mastoideus tidak ada, selaput pendengaran tidak ada kelainan,
pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah tidak ada, atrofi papil
tidak ada, gusi berdarah tidak ada, stomatitis tidak ada, bau pernapasan yang
khas tidak ada.
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, pembesaran kelenjar
tiroid tidak ada, JVP (5+2) cm H2O, hipertrofi m. sternocleidomastoideus
tidak ada.
Dada
Bentuk thoraks cembung, terdapat barrel chest, sela iga melebar,
retraksi dinding thoraks tidak ada, ginekomastia tidak ada, tidak ditemukan
venektasi dan spider nevi.
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi basah halus (+) di kedua basal
paru, wheezing (+)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas atas jantung ICS II, kanan 1 jari lateral linea parasternalis
dextra, kiri linea axillaris anterior sinistra
: Cembung
Palpasi
: Lemas, Nyeri Tekan (-) Hepar dan Lien sulit dinilai, Undulasi
(+)
Perkusi
tidak ada.
Ekstremitas Bawah
Kedua ekstremitas bawah tidak tampak pucat, nyeri otot dan sendi
tidak ada, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada,
eutoni, eutrophi, varices tidak dijumpai, jaringan parut ada, pigmentasi
dalam batas normal, jari tabuh tidak ada, turgor cukup, edema pretibial
minimal ada.
Alat Kelamin
Tidak diperiksa
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (29 Maret 2014)
Hb
Leukosit
: 14.9 g/dl
:
7.100 / mm3
Trombosit : 165.000/mm3
Kimia Klinik (29 Maret 2014)
BSS
: 217 mg/dl
SGOT
: 24 U/L
SGPT
: 43 U/L
: 36 mg/dl
: 141 mEq/L
Kalium
: 3.9 mEq/L
10
Elektrokardiograf
V.
RESUME
Sejak 1 bulan SMRS os mengeluh sesak napas. Sesak timbul
terutama bila os beraktifitas seperti mandi dan sholat. Sesak napas berkurang
bila os beristirahat. Sesak napas juga muncul saat Os berbaring sehingga
harus menggunakan 2 bantal saat tidur. Di malam hari Os sering terbangun
tiba-tiba karena sesak napas. Sesak tidak dipangaruhi cuaca debu dan emosi.
Mengi (-). Nyeri dada (-). Batuk (+), tidak berdahak, tidak berdarah.
Mual (-). Muntah (-). Nyeri ulu hati (-). Sembab pergelangan kaki dan kaki
(-). Demam (-). BAK biasa. BAB biasa. Os tidak berobat.
Sejak 2 jam SMRS os mengeluh sesak napas yang bertambah berat.
Sesak tidak berkurang saat istirahat. Sesak tidak dipangaruhi cuaca debu dan
emosi. Mengi (+). Nyeri dada (-). Batuk (-), Mual (-), Muntah (-). Nyeri ulu
hati (-). Sembab pergelangan kaki dan kaki (+). Demam (-). BAK biasa.
BAB biasa. Os berobat ke RSMH Palembang. Os mengaku ada riwayat
darah tinggi namun tidak kontrol teratur. Os menyangkal adanya riwayat
kencing manis. Os juga ada penyakit dengan gejala yang sama dalam
keluarganya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum
tampak sakitsedang, tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 118 x/m irreguler
isi dan tegangancukup, frekuensi pernapasan 38 x/m, suhu 36.7C.
Pada pemeriksaan paru ditemukan adanya ronkhi basah halus di kedua
basal paru dan pada pemeriksaan jantung didapatkan batas jantung
11
membesar yaitu batas jantung kanan 1 jari lateral LPS dekstra, kiri pada
linea axillaris anterior sinistra.. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan pada
inspeksi tampak cembung, pada palpasi ditemukan adanya undulasi, hepar
dan lien sulit dinilai, pada perkusi ditemukan adanya shifting dullness. Pada
pemeriksaan ekstremitas tampak adanya edema pretibial minimal.
Skor Farmingham untuk pasien ini :
Kriteria Mayor :
Paroxysmal nocturnal dyspneu (+)
Distensi vena leher (-)
Ronkhi paru (+)
Kardiomegali (+)
Edema paru akut (+)
Gallop S3 (-)
Peninggian tekanan vena jugularis (+)
Refluks hepatojugular (-)
Kriteria Minor
Edema ekstremitas (+)
Batuk malam hari (+)
Dispneu deffort (+)
Hepatomegali (-)
Efusi pleura (-)
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal (-)
Takikardi (>120 x/menit) (-)
VI. DIAGNOSIS KERJA
CHF e.c HHD + Hipertensi stage II
VII. DIAGNOSIS BANDING
CHF e.c ASHD + Hipertensi stage II
12
VIII. PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
-
Istirahat duduk
Diet Jantung II
O2 3 L/menit
Kateter urin
Farmakologis
-
Digoxin 2 x 0.125 mg
Aspilet 1 x 80 mg
Captopril 2 x 12.5 mg
Laxadine syr 3 x 1 c
Echocardiograhy
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
13
BAB III
ANALISA KASUS
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung sehingga jantung tidak bisa memompa darah untuk memenuhi kebu
tuhan metabolisme jaringan. Gagal jantung terbagi menjadi gagal jantung kiri,
gagal jantung kanan dan gagal jantung kongestif, yakni gabungan gagal jantung
kiri dan kanan. Gagal jantung kiri ditandai oleh dispneu deffort, kelelahan,
orthopnea, paroksismal nokturnal dispnea, batuk, pembesaran jantung, irama
derap, bunyi derapS3 dan S4, pernapasan cheyne stokes, takikardi, ronki dan
kongesti vena pulmonalis. Gagal jantung kanan ditandai oleh adanya kelelahan,
pitting edema, ascites, peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali,
pembesaran jantung kanan, irama derap atrium kanan, murmur dan bunyi
P2 mengeras, sedangkan gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gejala
gabungan keduanya. Diagnosis gagal jantung kongestif ditegakkan jika terdapat 2
kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor kriteria framingham,
ditambah dengan pemeriksaan penunjang. Kriteria framingham terbagi menjadi
kriteria mayor dan kriteria minor. Yang termasuk kriteria mayor yakni: dispneu
nokturnal paroksismal atau orthopneu, peningkatan tekanan vena jugularis, ronki
basah tidak nyaring, kardiomegali, edema paru akut, irama derap S3, peningkatan
vena > 16 cm H2O dan refluks hepatojugular. Sedangkan yang termasuk kriteria
minor yakni : edema pergelangan kaki, batuk pada malam hari, dispneu deffort,
hepatomegali, efusi pleura, kapisitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum dan
takikardi (>120x/menit). Sedangkan pada pemeriksaan penunjang, dari hasil
pemeriksaan fotorontgen toraks dapat mengarah ke kardiomegali dengan corakan
bronkovaskuler yang meningkat. Pada pasien ini, dari hasil anamnesis didapatkan
adanya sesak nafas, sesak dipengaruhi oleh aktifitas, pasien juga sering terbangun
pada malam hari karena sesak, selain itu pasien juga lebih nyaman jika berada
dalam posisi duduk. Tidak adanya keluhan-keluhan lain seperti sakit kepala, mual,
muntah, bengkak pada kelopak mata mendukung bahwa sesak yang dialami oleh
pasien berhubungan dengan jantung bukan dari organ yang lain. Selain itu, pasien
14
juga mengeluhkan adanya perut yang membesar. Dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan adanya peningkatan tekanan vena jugularis, ronki basah halus pada
kedua basal paru, adanya pelebaran, batas jantung, serta adanya ascites.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas, dapat disimpulkan
bahwa pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis gagal jantung kongestif, karena
kriteria framingham sudah terpenuhi. Terapi yang diberikan adalah furosemid 1x
20 mg, pemberian diuretika inibertujuan untuk mengurangi ascites yang ada
pada pasien ini dengan mengurangibeban awal jantung tanpa mengurangi curah
jantung. Selain itu, juga diberikandigoksin 2 x 0,125 mg untuk memperbaiki
kontraktilitas jantung. Aspilet 80 mgdiberikan sebagai antiagrega sitrombus, untuk
mencegah terjadinya tromboemboli. Sedangkan captopril 2 x 12,5 mg diberikan
untuk menurunkan tekanan darahnya, karena pasien ini juga menderita hipertensi.
3.1.
15
kegagalan ialah bilik kiri. Lagi pula, bilik kiri mempunyai tugas yang paling
berat. Jika bilik kiri tidak mampu memompakan darah, maka timbul tiga hal:
1.
Darah yang tinggal di dalam bilik kiri akan lebih banyak pada akhir
systole daripada sebelumnya dan karena pengisian pada saat diastole
berlangsung terus, maka akan terdapat lebih banyak darah di dalam
bilik kiri pada akhir diastole. Peninggian volume dari salah satu ruang
jantung, dalam hal ini bilik kiri (preload). Jika penyakit jantung
berlanjut, maka diperlukan peregangan yang makin lama makin besar
untuk menghasilkan energi yang sama. Pada satu saat akan terjadi
bahwa peregangan diastolik yang lebih besar tidak lagimenghasilkan
kontraksi yang lebih baik dan jantung akan gagal melakukanfungsinya
(dekompensasi).
2.
3.
juga
berkurang
16
Serambi
dan
bilik
akan
lebih
mekanisme
kompensasi dapat
diperbaiki.
Namun
Beban tekanan
Beban volume
Aneurisma bilik
Disinergi bilik
Primer
: kardiomiopati, miokarditis
17
penyebab
tersering
ialah
kelainan
lesi yang
lebih
18
Keterangan :
Gambar 1 : Jantung normal.
Gambar 2 : Dinding jantung merentang dan bilik-bilik jantung membesar,
dinding jantung merentang untuk menahan lebih banyak darah
3.3. Epidemiologi
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penya
kit.Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mem
punyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang
buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung umur/age-dependent. Menurut
peneliti, gagal jantung jarang pada usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak
tajam pada usia 75 84 tahun. Dengan semakin meningkatnya angka
harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal
ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yangmempunyai hipertensi akan
mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin membaiknya angka
keselamatan (survival) post infrak pada usia pertengahan menyebabkan
meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF. Angka kejadian
PJPD (Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah) di Amerika Serikat pada
tahun 1996 dilaporkan hampir mencapai 60 juta penderita, ternyata dari5
orang Amerika 1 diantaranya menderita PJPD. Macam-macam PJPD di
negeri itu dapat dilihat pada table 1. Tekanan darah tinggi paling sering
dijumpai, disusul dengan Penyakit Jantung Koroner dan Stroke. Gagal
Jantung Kongestif merupakan komplikasi Tekanan Darah Tinggi yang tak
19
2.
20
biasanya berpusat pada keluhan orang tuanya bahwa bayinya tidak kuat
minum, lekas lelah, bernapas cepat, banyak berkeringat dan berat
badannya sulit naik. Pasien defek septum bilik atau duktus arteriosus
persistenyang besar seringkali tidak menunjukkan gejala pada hari hari
pertama, karena pirau yang terjadi masih minimal akibat tekanan bilik kanan
dan arteri pulmonalis yangmasih tinggi setelah beberapa minggu (2-12
minggu), biasanya pada bulan kedua atauketiga, gejala gagal jantung baru
nyata. Anak yang lebih besar dapat mengeluh lekas lelah dan tampak
kurang aktif, toleransi berkurang, batuk, mengidap sesak napas dariyang
ringan (setelah aktivitas fisik tertentu) sampai sangat berat (sesak napas
padawaktu istirahat). Pasien dengan kelainan jantung yang dalam
kompensasi karena pemberian obatgagal jantung, dapat menunjukkan gejala
akut gagal jantung bila dihadapkan kepadastress, misalnya penyakit
infeksi akut. Pada gagal jantung kiri atau gagal jantungventrikel kiri yang
terjadi karena adanya
21
Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampaidelirium.
Pada kasus akut, gejala yang khas ialah gejala edeman paru yang
Foto
dada
dengan
sedikit
perkecualian,
biasanya
disertai
22
~ Radionuclide
ventriculography
Echocardiography
dan
rasa
nyeri.
Pemeriksaan
dilakukan
pada
umum
meliputi
istirahat, pengaturan
suhu
dan
nitrat,
Diuretik
Pengobatan disritmia
23
24
2.
3.
25
jantung merupakan suatu operasi besar yang sangat sulit dan banyak
persyaratannya, mengingat :
Perlunya
obat-obatan
imunosupressan
setelah
operasi
untuk
Karbohidrat sedang
Lemak rendah
Air dibatasi
26
pada anak.
2. Bentuk makanan : Dihidangkan dalam bentuk makanan cair, mudah
dicerna.
Contoh menu sehari :
Pagi Siang Sore
06.00 : makanan cair, 09.00 : makanan cair, 10.00 : Sari papaya
12.00 : makanan cair, 15.00 : makanan cair, 16.00 : Sari jeruk
18.00 : makanan cair 21.00 : makanan cair
Makanan yang tidak boleh diberikan :
1. Makanan yang diolah, diawetkan dengan garam dapur.
2. Kecap, tauco,coklat
3. Minuman yang mengandung gas seperti air soda, coca cola, dan
sebagainya.
Masalah yang sering timbul pada pasien gagal jantung :
1.
Asupan gizi tidak adekuat, karena banyak zat gizi yang tidak
dianjurkan dalam dietnya.
2.
3.
Gagal
Ginjal,
disebabkan
kegagalan
fungsi
jantung
yang
BAB IV
PENUTUP
27
4.1. KESIMPULAN
Dari laporan kasus ini dapat disimpulkan bahwa gagal jantung jantung
(Congestive Heart Failure/CHF) merupakan penyakit degeneratif yang
cukup banyak ditemukan dari segala jenis usia mulai dari masa neonatus,
bayi, anak-anak sampai dewasa lansia. Yang dari seluruhnya disebabkan
karena faktor pola hidup yang tidak sehat cenderung menkonsumsi
makanan yang berakibat memberatkan kerja jantung. Komplikasi yang
dialami para pasien juga berakibat fatal yang dapat menyebabkan angka
morbidibitas dan mortalitas meningkat, maka diperlukan adanya terapi diet
khusus bagi penderita CHF. Perlunya penyuluhan khusus kepada masyarakat
tentang penyakit ini juga dirasa cukup penting, agar kasus yang terjadi dapat
ditanggulangi. Kepada ibu hamil yang diharapkan dapat memberikan ASI
eksklusif guna pemaksimalan imunitas anak agar terhindar dari penyakit
CHF pada anak-anak dan balita, juga pencegahan nya dengan menjaga janin
pada masa kehamilan dan tidak mengkonsumsi rokok, alkohol maupun
bahan makanan yang kiranya berdampak pada jantung ibu dan janin yang
akan dilahirkannya nanti. Laporan kasus ini semata mata hanya pengantar
dalam membahas CHF lebih mendalam, diharapkan di masa yang akan
datang dapat lebih dikembangkan lagi seiring teknologi untuk penyembuhan
pasien dan mengurangi terjadinya komplikasi. Terlepas dari ketidak
sempurnaan seorang manusia, saya mengharapkan di masa yang akan datang
pembahasan tentang penyakit ini akan lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
28
Ghanie A. Gagal jantung kronik. In: Sudoyo AW, et al, eds. Buku ajar
ilmu penyakit dalam jilid 1, edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI, 2006; p
1511 - 4.2.
O'Brien, Terrence. Congestive Heart Failure. South Carolina: Medical
University of South Carolina : 2006. Available from URL : http : // www.
emedicinehealth com / congestive_heart_failure/article_em.htm3.
Bazo A. Congestive Heat Failure. 2010. Available from URL: http : // www.
scribd.com/ doc/ 15419488/ Congestive-Heart-FailureAB4.
Kulick D. Congestive Heart Failure. 2010. Available from URL : http : //
www. medicinenet.com/congestive_heart_failure/article.htm5.
Behavioural Modification. In : Management of chronic heart failure : A
national clinical guideline. Edinburgh : Scottish Intercollegiate Guidelines
Network: 2007. p;10-13.6.
Hunt, Sharon Ann. ACC/AHA 2005 Guideline Update for Diagnosis and
Management of Chronic Heart Failure in The Adult. American College
of Cardiology and American Heart Association : 2005. p ; 154-235.
29