Anda di halaman 1dari 3

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
Refleksi Kasus
Nama : Nurfitri Rahmani Awaliyah
NIM : 20110310133
Pembimbing : dr. Warih Andan Puspitosari, M.Sc, Sp. KJ
Puskesmas : Kasihan II
Topik : Episode Depresi Ringan pada Geriatri

A. Kasus
Ny. S berusia 82 tahun datang sendirian ke Puskesmas kasihan II dengan keluhan gatal-
gatal sejak 2 MSMRS, pasien mengatakan gatal terutama saat setelah mandi, pasien sudah
pernah berobat dan diberikan obat gatal namun pasien tetap merasakan gatal. Saat ditanya
apakah tidurnya terganggu pasien mengatakan akhir-akhir ini malah suka tidur, jika
menonton TV, pasien tanpa sadar ketiduran. Pasien juga mengatakan kalau mau apa-apa
merasa “wegah”, menyapu, masak, membersihkan rumah pasien rasanya malas sekali.
Ketika di tanya apakah pasien memilki pikiran yang mengganggu pasien langsung
menangis. Pasien akhir-akhir ini selalu kepikiran dengan anak sulungnya yang berada di
Jakarta yang tak pulang-pulang. Anak sulungnya tersebut mempunyai istri yang telah
meninggal 2 bulan yang lalu karena kanker. Ketika beberapa hari istrinya meninggal, anak
sulung pasien menelpon pasien dan menyinggung masalah berlian istrinya yang ada pada
pasien, pasien merasa dituduh mengambil berlian istri anaknya yang telah meninggal,
seketika itu pasien merasa bersalah, dan selalu kepikiran karena sudah tidak dapat
mengembalikan berlian tersebut kepada istri anaknya. Pasien sangat menyesalkan anak
sulungnya tersebut tidak memberitahukan hal itu ketika istrinya masih hidup. Sejak saat
itu pasien selalu kepikiran dan lebih sering menyendiri dan menangis, untuk beraktivitas
pasien menjadi malas. Pasien tinggal senidirian di rumahnya karena kedua anaknya telah
menikah dan pasien tidak mau tinggal bersama dengan istri anaknya, untuk itulah pasien
memutuskan untuk tinggal sendiri, namun anak bungus pasien masih sering mengunjungi
pasien. Nafsu makan berkurang (-), khawatir akan nasib buruk (-), gelisah (-), sakit kepala
(-), berdebar (-), dan konstipasi (-).

B. Perasaan terhadap pengalaman


Dari anamnnesis didapatkan pasien lansia berumur 82 tahun merasa bersalah,
sering menangis, malas beraktivitas dan tidur terganggu yang dipicu oleh masalah

RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
Refleksi Kasus
keluarga. Hal ini telah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu setelah beberapa hari anak
menantunya meninggal dunia.

C. Pembahasan
Gangguan depresi sering ditemui pada populasi geriatri. Prevalensi gangguan
depresi pada orang tua dilaporkan menjadi 1-4%, selain 2% dengan dysthymia dan 4-13%
dengan gangguan depresi ringan.
Depresi menyebabkan peningkatan "loss of ability" dan "mortality" dalam
kelompok usia yang lebih tua dan memperburuk prognosis dari penyakit medis yang
menyertainya. Depresi menyebabkan hilangnya kemampuan dan fungsi lebih dari
penyakit seperti diabetes dan hipertensi. Namun, depresi pada usia tua kurang dikenal dan
tidak diperlakukan dengan baik karena sulit untuk didiagnosa dan dianggap sebagai bagian
dari proses penuaan. Pasien didiagnosis memiliki depresi ketika mereka diperiksa karena
gangguan tidur, nafsu makan menurun, kehilangan energi, kelelahan, sembelit, nyeri, mual
dan demensia.
Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang dipakai pedoman
adalah ada tidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejala yang muncul,
dan ada tidaknya episode depresi ulang. Berdasarkan PPDGJ III sebagaimana tersebut
berikut ini :
1. Gejala utama pada derajat ringan, sedang dan berat
- Afek depresi
- Kehilangan minat dan kegembiraan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala penyerta lainnya:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang

RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2016
Refleksi Kasus
Untuk episode depresi dan ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis depresi ringan (F.32.0), sedang (F.32.1) dan berat (F.32.2) hanya
digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresi berikutnya harus
diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan depresi berulang (F.33).
Pedoman Diagnostik Episode Depresi Ringan
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di
atas
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
- Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode
berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya.

D. Kesimpulan
Pada pasien ini dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Episode Depresif Ringan
(F32.0) yang di picu oleh masalah keluarga.

E. Daftar Pustaka
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan PPDGJ-III dan DSM-
5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya. Jakarta
Tufan, Asli ; et. al. 2016. The Prevalence of Depressive Symptoms and Risk Factors among
Older Adults Admitted to the Geriatrics Outpatient Clinic: A Natural Result of
Normal Aging or Not?. J Gerontol Geriatr.

Yogyakarta, 29 Oktober 2016

dr. Warih Tri Wirasto, Sp.KJ

RM.03.

Anda mungkin juga menyukai