Anda di halaman 1dari 3

NURFITRI RAHMANI AWALIYAH

20110310133

Suicidal Ideation in Geriatric Population of Jaipur City


Dr. Subhash Bilonia, Dr. Raghav Shah, Dr. Mukesh Baiwa and Dr. Afifa Zafer

1. Latar belakang
Jumlah kasus bunuh diri dan prevalensi kecenderungan bunuh diri meningkat lebih
cepat di antara pria lanjut usia daripada kelompok usia lainnya. National Statistics
menunjukkan bahwa jumlah kasus bunuh diri di kalangan pria berusia di atas 55 tahun
telah meningkat sebanyak 12%. Hal ini telah menjadi masalah global khususnya di
populasi geriatri yakni yang berusia 60 tahun ke atas. Prevalensi lansia ini diharapkan
merupakan 10,2% dari total penduduk dunia sedangkan di India diperkirakan 18,4%
dari total penduduk pada tahun 2025. Orang di atas usia 60 tahun di India akan
meningkat dari 76 juta di tahun 2001-137 juta pada tahun 2021.
Kondisi sosial dan ekonomi, seperti kemiskinan, perpisahan keluarga dan pelayanan
yang buruk bagi orang tua, menimbulkan ancaman kejiwaan bagi mereka.
Kemunculan keluarga inti, peningkatan biaya hidup, dan perubahan prioritas keluarga
telah memberikan dampak negatif pada orang tua di India. Penyakit kejiwaan dan
fisik, gangguan fungsional, ciri-ciri kepribadian neurotisisme dan isolasi sosial
merupakan faktor kerentanan yang menonjol di antara orang tua dan bukan orang
dewasa muda.
Ketergantungan fungsional biasa terjadi di kalangan orang tua dan akan memerlukan
banyak bantuan dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari. Sehingga mereka perlu
pengasuh/caregiver. Caregiver pada lansia tidak cukup terlatih baik untuk mengetahui
adanya kecenderungan untuk bunuh diri ataupun cara menanganinya.
2. Metode
Penelitian deskriptif analitik ini dilakukan pada 990 orang lansia dari kota Jaipur
diidentifikasi dengan teknik sampling per 30 cluster. Seluruh kota Jaipur dibagi
menjadi 30 zona. Sebuah zona terdiri dari 3-5 kawasan yang dipilih secara acak. Dari

semua kawasan yang dipilih, di antara semua land mark satu landmark yang dipilih
secara acak. Dari land mark yang dipilih, survei kemudian dimulai dari kawasan
tersebut sampai menemukan 11 lansia yang memenui syarat penelitian. Lansia di atas
60 tahun yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dipilih. Selanjutnya
mereka akan diberi kuesioner yang berhubungan dengan ide bunuh diri dan rincian
tentang sosio-demografisnya. . Proses ini diulang di zona lainnya, kemudian data yang
dikumpulkan dianalisis dalam persentase dan proporsi. Untuk menilai hubungan dari
ide bunuh diri, data kualitatif menggunakan uji chi-square dan untuk data kuantitatif
berpasangan digunakan uji 't' test / ANOVA pada software statistik Primer versi 6.

3. Hasil
Penelitian ini menemukan bahwa dari total 990 lansia sebanyak 67 orang
(6,77%) memiliki keinginan bunuh diri dengan didominasi sedikit oleh wanita dengan
perbandingan L: W = 1:. 1.13 (31:36 (6,28% v / s 7,25%). Tetapi dominasi ini tidak
bermakna (p> 0,05).
Untuk hasil hubungan agama, kasta, dan jenis kelamin dengan ide bunuh diri
juga tidak bermakna (p> 0,05) tetapi usia dan status sosial-ekonomi ditemukan terkait
(p <0,05) dengan keinginan bunuh diri. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin
meningkatnya usia, proporsi ide bunuh diri pun akan meningkat (p <0,001). Dan juga
orang tua dengan keinginan bunuh diri ditemukan pada Kelas III dan Kelas IV (p
<0,001)
Hubungan jenis keluarga ditemukan bahwa lansia dengan keinginan bunuh diri
semakin meningkat pada keluarga besar (extended family), diikuti dengan keluarga
gabungan (joint family) dan keluarga inti (nuclear family). Hubungan jenis keluarga
dengan keinginan bunuh diri pada lansia ditemukan bermakna (P <0.001). Status
perkawinan juga ditemukan terkait dengan keinginan bunuh diri pada lansia yang
telah kehilangan pasangan mereka (P <0.001).
Hubungan status pendidikan pada lansia dengan keinginan bunuh diri juga
ditemukan terkait dengan keinginan bunuh diri. Ditemukan bahwa mayoritas orang
tua yang memiliki keinginan bunuh diri sebanyak 47 orang dari total 67 (60,46%)
merupakan buta huruf (P <0.003). Begitu juga dengan hubungan status pekerjaan

dengan keinginan bunuh diri pada usia lanjut itu juga ditemukan bermakna pada
lansia yang tidak memiliki pendapatan sama sekali diikuti dengan lansia yang hanya
bergantung pada dana pensiun mereka (P <0.001).
Hasil hubungan kondisi perumahan dengan keinginan bunuh diri pada lansia
ditemukan bermakna (P <0.001). Sebanyak 25,57% dari lansia yang memiliki ide
bunuh diri memiliki kondisi perumahan yang buruk sebaliknya pada perumahan
dengan kondisi rumah yang baik menurunkan proporsi lansia dengan keinginan bunuh
diri.
Seperti halnya kondisi perumahan, personal hygiene juga ditemukan terkait
dengan keinginan bunuh diri pada lansia. Pada lansia dengan personal hygiene yang
buruk meningkatkan keinginan bunuh diri pada lansia dan sebaliknya lansia dengan
personal hygiene yang baik keinginan bunuh diri menurun.

4. Kesimpulan
Kecenderungan bunuh diri ditemukan hampir 1 dari 10 lansia. Ditemukan
lebih banyak di usia yang lebih tua, pada jenis keluarga besar atau keluarga gabungan,
pada orang buta huruf dan yang tidak mempunyai pendapatan apa-apa. Keinginan
bunuh diri juga banyak ditemukan pada mereka dengan kondisi perumahan dan
personal hygiene yang buruk. Ditemukan juga pada lansia yang kehilangan pasangan
mereka.
Jadi untuk mengurangi prevalensi keinginan bunuh diri ini harus ada
ketentuan yang tepat untuk kondisi rumah yang ditempati oleh lansia, kesempatan
kerja, dan fasilitas rekreasi yang ditargetkan pada grup ini. Program pendidikan
kesehatan harus menggalakkan bagaimana merawat dan menidentifikasi keinginan
bunuh diri pada lansia. Sehingga mereka dapat teridentifikasi dan diperlakukan
dengan sesuai. Pemerintah juga harus mengambil beberapa tindakan hukum terhadap
orang-orang yang menelantarkan orang tua dengan membuat program untuk
kelompok peduli geriatri.

Anda mungkin juga menyukai