Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai
jenis masalah salah satunya yaitu dibidang kependudukan. Laju pertumbuhan
penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian, adanya perbaikan
pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah,
sedangkan laju tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab
utama ledakan jumlah penduduk (Prawirohardjo, 2010). Tingginya angka
kelahiran merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan Keluarga
Berencana (KB) (Kemenkes RI, 2014). Menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) penggunaan kontrasepsi mengalami
penurunan dari 61,75% pada tahun 2014 menjadi 59,98% pada tahun 2015
(BKKBN, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) 2014, penggunaan
kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan
Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna
kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun
1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional, proporsi pasangan
usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern
telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi
27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan
Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0%.
Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-negara berkembang ingin menunda
atau menghentikan kesuburan tapi tidak menggunakan metode kontrasepsi
apapun dengan alasan sebagai berikut: terbatas pilihan metode kontrasepsi dan
pengalaman efek samping.
Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah
penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2
dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014).
Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan penduduk yang
2 relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan (2013) sebesar 248,8
juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,48%. Laju
pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan adanya
perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian rendah,
sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama ledakan
penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan program
Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2013).
Keluarga berencana diakui sebagai program nasional, pionir dalam
usaha keluarga berencana adalah organisasi swasta, sedangkan peranan
pemerintah melakukan supervisi dan menyokong program tersebut selama
program ini searah dengan program dari pemerintah. Proses yang sama terjadi
di Indonesia dimna perkumpulan keluarga berencana Indonesia (PKBI)
memulai program ini pada tahun 1957. Dengan segala usahanya, keluarga
berencana ini berkembang secara luas dan akhirnya diakui sebagai program
nasional (Alfabeta, 2014).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai
jenis masalah salah satunya yaitu dibidang kependudukan. Laju pertumbuhan
penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian, adanya perbaikan
pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah,
sedangkan laju tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab
utama ledakan jumlah penduduk (Prawirohardjo, 2010). Tingginya angka
kelahiran merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan Keluarga
Berencana (KB) (Kemenkes RI, 2014). Menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) penggunaan kontrasepsi mengalami
penurunan dari 61,75% pada tahun 2014 menjadi 59,98% pada tahun 2015
(BKKBN, 2015). Program Keluarga Berencana di Indonesia sudah dimulai
sejak tahun 1968.Pada periode ini, pemerintah lebih banyak berinisiatif dan
partisipasi masyarakat sangat rendah, sehingga masih terdapat unsur
pemaksaan dalam menggunakan alat kontrasepsi. Untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana, pemerintah
menggalakkan sosialisasi kontrasepsi. Salah satu bentuk sosialisasi
kontrasepsi adalah dengan adanya program Safari KB.
Program ini dimulai pada tahun 1980-an. Dengan terlaksananya
program ini, pemaksaan telah dikurangi dan masyarakat dapat bebas memilih
metode kontrasepsi yang ingin dipakai walaupun masih tetap dipilihkan jenis
kontasepsinya (periode Lingkaran Biru). Tahun 1988, pemerintah sepenuhnya
menyerahkan kepada masyarakat untuk pemilihan alat kontrasepsi dan
masyarakat sudah mulai membayar sendiri alat kontrasepsinya.Dengan
adanya keleluasaan masyarakat untuk memilih metode kontrasepsi yang ingin
digunakan, hal ini dapat memungkinkan masyarakat untuk memilih
menjarang-kan dan menunda kehamilan atan berhenti untuk mempunyai anak.
Hal ini tentu mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang dipakai.
Metode kontrasepsi dibagi menjadi dua menurut jangka waktumm
pemakaianya, yaitu metode kontrasepsi jangka pendek dan jangka panjang.
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang merupakan kontrasepsi yang dapat
dipakai dalam jangka waktu lama lebih dari dua tahun.Kontrasepsi yang
tergolong MKJP antara lain Implan, IUD, MOW, MOP.21Laporan
penggunaan kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur saja didapatkan data
penggunaaan MKJP masih rendah yaitu berkisar antara 3-4%, dimana
penggunaan kontrasepsi suntik adalah yang paling tinggi yaitu sebesar 32%
dan diikuti penggunaan kontrasepsi Pil sebanyak 14%.

A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah dalam penelitian ini adalah
“ Hubungan usia dan paritas dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim
Di Puskesmas
B. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui hubungan usia dan
paritas dengan pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim di puskesmas
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ini adalah :
a. Mengidentifikasi hubungan usia dan paritas dengan pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim
b. Mengetahui minat pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim di
puskesmas
c. Mengetahui hubungan usia dan paritas dengan minat pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi dasar untuk melakukan
penelitian tentang hal-hal yang terkait dengan alat kontrasepsi dalam rahim
terutama tentang usia dan paritas
2. Manfaat praktis
a. Bagi Tempat Penelitian
Dapat memberikan gambaran dan masukan tentang minat pemakaian
alat kontrasepsi dalam rahim untuk usia dan paritas

b. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini sebagai referensi bahan masukan atau
informasi bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan pengetahuan
terhadap usia dan paritas khusnya tentang minta pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim
c. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi bagi

Anda mungkin juga menyukai