Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kontrasepsi KB merupakan metode yang dianjurkan pemerintah

untuk mencegah terjadinya kehamilan. Untuk memperoleh hasil yang

baik diperlukan kontrasepsi yang berkualitas, agar dapat meningkatkan

kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual penggunanya (Handayani et

al., 2016).Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan jumlah

penduduk adalah dengan melaksanakan program Keluarga Berencana

(KB) bagi Pasangan Usia Subur (PUS).

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan jenis

kontrasepsi yang efektif dari segi biaya dan untuk mencegah

kehamilan yang tidak diinginkan, namun peningkatan penggunaan

MKJP di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan sangat lambat.

Pengambil keputusan ber-KB merupakan target dalam sasaran program

komunikasi KB. Berdasarkan data Profile Keluarga Indonesia pada

tahun 2018, berdasarkan jenis alat kontrasepsi yang dipilih oleh

peserta KB aktif lebih dari 80% memilih suntik dan pil sebagai

kontrasepsi bahkan sangat dominan dibandingkan dengan metode lainnya,

Penggunaan MKJP masih sangat rendah yaitu 17,8% dari keseluruhan

jumlah peserta KB modern dan 82,19% penggunaan KB non MKJP

(Kemenkes RI, 2019).

1
1
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan PUS tidak menjadi

peserta KB adalah pelayanan KB yang masih kurang berkualitas,

keterbatasan alat kontrasepsi, penyampaian konseling maupun KIE

(komunikasi, informasi, dan edukasi) belum dilaksanakan dengan baik,

hambatan budaya, kelompok wanita yang sudah tidak ingin anak

lagi tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi (unmet need), dan

kelompok hard core yaitu kelompok wanita yang tidak mau menggunakan

alat kontrasepsi baik pada saat ini maupun pada waktu yang akan datang .

Pengambilan keputusan dalam memilih kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh

pengetahuan tentang kontrasepsi dari pengambil keputusan. Kurangnya

pengetahuan tentang kontrasepsi merupakan salah satu faktor utama tidak

menggunakan KB pada populasi dengan prevalensi kontrasepsi rendah

(World Health Organization, 2017).

Hal ini dibuktikan oleh salah satu penelitian yang dilakukan

di Tigray Ethiopia tahun 2011 bahwa wanita menikah dengan

pengetahuan yang tinggi tentang MKJP berpeluang 8 kali lebih

memilih MKJP dibanding yang berpengetahuan rendah(Alemayehu et

al., 2016). Pengetahuan tentang kontrasepsi berpengaruh terhadap

pemilihan dan penggunaan kontrasepsi namun pengetahuan tentang

kontrasepsi akan lebih berpengaruh signifikan terhadap penggunaan

kontrasepsi jika calon akseptor mendapatkan informasiyang memadai

tentang metode spesifik kontrasepsi (World Health Organization,

2017).

2
Informasi yang memadai tentang kontrasepsi dapat diperoleh dari

penyedia layanan KB diantaranya tentang informasi mengenai jenis-

jenis kontrasepsi, cara penggunaan, efektifitas, tingkat kegagalan, efek

samping dan cara mengatasi efek samping, serta dimana kontrasepsi

tersebut dapat diperoleh (Trussell, 2023)

Berdasarkan dari permasalahan di atas,maka penulis tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut mengenai KB Suntik melalui laporan asuhan kebidanan

dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny.Y P3A0 umur 35 tahun Akseptor

KB Suntik di Puskesmas Kota Karang Bandar ampung.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah maka penulis membuat

rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana penatalaksanaan Asuhan

Kebidanan pada Ny.Y P3A0 umur 35 tahun akseptor KB Suntik di

Puskesmas Kota Karang.

C. TUJUAN

1. Tujuan umum

Tujuan umum pada laporan asuhan kebidanan ini adalah untuk dapat

menerapkan asuhan kebidanan pada Ny.Y umur 35 tahun akseptor KB

Suntik dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada Ny.Y umur 35 tahun akseptor KB

Suntik

b. Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan,

3
masalah dan kebutuhan pada Ny.Y umur 35 tahun akseptor KB Suntik.

c. Merumuskan diagnose potensial dan tindakan segera jika ada pada

Ny.Y umur 35 tahun akseptor KB Suntik

d. Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny.Y umur 35 tahun akseptor

KB Suntik

e. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny.Y

umur 35 tahun akseptor KB Suntik

f. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada

Ny.Y umur 35 tahun akseptor KB Suntik

D. MANFAAT

Hasil pelaporan kasus ini diharapkan berguna untuk:

1. Manfaat Bagi Institut Pendidikan.

Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan menambah masukan

untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam menerapkan asuhan

kebidanan pada keluarga berencana.

2. Manfaat Bagi Lahan Praktek.

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu

pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan

khususnya pada keluarga berencana dengan spooting pada KB Suntik .

3. Manfaat Bagi Mahasiswa.

Sebagai bahan refrensi terhadap materi Asuhan pelayanan kebidanan

keluarga berencaan serta referensi bagi mahasiswa dalam memahami

pelaksanaan Asuhan kebidanan keluarga berencana. Dapat

mengaplikasikan materi yang telah diberikan dalam proses perkuliahan

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Keluarga Berencana

a. Pengertian KB

Keluarga Berencana (KB) adalah merupakan salah satu usaha

untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat

perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB

merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami istri

untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kelahiran. KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk

memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Keluarga

berencana adalah merupakan tindakan yang membantu pasangan suami

istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur

interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam

keluarga (Kemenkes RI, 2021)

Definisi Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk

menjarangkan Atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

memakai kontrasepsi (Anggraini,dkk, 2018). Keluarga Berencana adalah

tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang sangat

diinginkan, mengatur jarak kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam

5 5
keluarga ( Jannah Nurul dan Sri, 2019). Keluarga Berencana adalah upaya

mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur

kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak-

hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas (WHO, 2020).

b. Tujuan Program KB

Tujuan umum program KB adalah membentuk keluarga kecil

sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara

pengaturan kelahiran anak, sehingga tercapai keluarga bahagia dan

sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lainnya

meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, dan

peningkatan ketahanan serta kesejahteraan keluarga. Tujuan khususnya

adalah memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga,

dan bangsa, mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf

pelayanan KB yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan

angka kematian. (Jannah Nurul & Sri,2019).

c. Manfaat KB

Menurut WHO (2018) manfaat KB adalah sebagai berikut :

1) Mencegah Kesehatan Terkait Kehamilan Kemampuan wanita untuk

memilih untuk hamil dan kapan ingin hamil memiliki dampak

langsung pada kesehatan dan kesejahteraannya. KB memungkinkan

jarak kehamilan dan penundaan kehamilan pada wanita muda yang

memiliki risiko masalah kesehatan dan kematian akibat melahirkan

anak usia dini. KB mencegah kehamilan yang tidak diinginkan,

termasuk wanita yang lebih tua dalam menghadapi peningkatan risiko

6
terkait kehamilan. KB memungkinkan wanita yang ingin membatasi

jumlah keluarga mereka. Bukti menunjukkan bahwa wanita yang

memiliki lebih dari 4 anak berisiko mengalami kematian ibu. Dengan

mengurangi tingkat kehamilan yang tidak diinginkan, KB juga

mengurangi kebutuhan akan aborsi yang tidak aman.

2) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan KB

memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan

informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberikan

peluang bagi perempuan untuk mengejar pendidikan tambahan dan

berpartisipasi dalam kehidupan publik, termasuk mendapatkan

pekerjaan yang dibayar. Selain itu, memiliki keluarga yang lebih

kecil memungkinkan orang tua untuk berinvestasi lebih banyak pada

setiap anak. Anak-anak dengan lebih sedikit saudara kandung

cenderung tetap bersekolah lebih lama daripada mereka yang

memiliki banyak saudara kandung

3) Mengurangi Kehamilan Remaja Remaja hamil lebih cenderung

memiliki bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi

yang dilahirkan oleh remaja memiliki angka kematian neonatal yang

lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil harus meninggalkan

sekolah. Hal ini memiliki dampak jangka panjang bagi mereka

sebagai individu, keluarga dan komunitas.

7
4) Memberdayakan Masyarakat dan Meningkatkan Pendidikan KB

memungkinkan masyarakat untuk membuat pilihan berdasarkan

informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi. KB memberikan

peluang bagi perempuan untuk mengejar pendidikan tambahan dan

berpartisipasi dalam kehidupan publik, termasuk mendapatkan

pekerjaan yang dibayar. Selain itu, memiliki keluarga yang lebih

kecil memungkinkan orang tua untuk berinvestasi lebih banyak pada

setiap anak. Anak-anak dengan lebih sedikit saudara kandung

cenderung tetap bersekolah lebih lama daripada mereka yang

memiliki banyak saudara kandung

5) Mengurangi Kehamilan Remaja Remaja hamil lebih cenderung

memiliki bayi prematur atau bayi berat lahir rendah (BBLR). Bayi

yang dilahirkan oleh remaja memiliki angka kematian neonatal yang

lebih tinggi. Banyak gadis remaja yang hamil harus meninggalkan

sekolah. Hal ini memiliki dampak jangka panjang bagi mereka

sebagai individu, keluarga dan komunitas.

6) Perlambatan Pertumbuhan Penduduk KB adalah kunci untuk

memperlambat pertumbuhan penduduk yang tidak berkelanjutan

dengan dampak negatif yang dihasilkan pada ekonomi, lingkungan,

dan upaya pembangunan nasional dan regional

d. Macam-macam Kontrasepsi

Menurut Fransisca dkk, (2019) metode kontrasepsi terdiri dari

beberapa macam yaitu:

8
1) Kontrasepsi Hormonal

a) Pil KB

Pil KB Ini adalah jenis kontrasepsi oral, yang mengandung

hormon progesteron dan pil kombinasi ini sangat diminati,

karena efektivitasnya yang tinggi dan efek sampingnya yang

sangat minim. Namun kekurangan pil KB ini adalah Anda harus

rutin mengonsumsinya setiap hari di jam yang sama. Jika lupa

mengonsumsinya sehari saja, maka tentu efektivitasnya langsung

berkurang.

b) Injeksi Untuk injeksi, Anda dapat memilih untuk mendapat

suntikan hormone progesteron setiap 3 bulan sekali atau suntikan

kombinasi antara hormon progesteron dan estrogen setiap bulan.

c) Cincin Vagina Jenis kontrasepsi ini memiliki diameter sekitar 5

cm, dan mengandung hormon kombinasi dosis rendah. Cincin ini

akan ditempatkan pada vagina selama 3 minggu. Kenapa hanya 3

minggu? Karena cincin ini tidak boleh digunakan ketika Moms

sedang dalam masa menstruasi(Fransisca dkk, (2019)

d) Koyo Bentuk alat kontrasepsi yang satu ini memang sangat unik,

persis seperti koyo yang ditempelkan pada kulit. Ukurannya

sekitar 1-2 inci, ketika ditempelkan pada kulit, koyo atau patch

ini melepaskan hormon kontrasepsi yang diserap pada aliran

darah melalui kulit Anda. Koya ini mengandung estrogen dan

progestin, karena itu termasuk alat kontrasepsi

hormonal(Fransisca dkk, (2019)

9
e) Susuk atau Implan Ini adalah strip yang ditanam di bawah kulit

dan melepaskan progesteron. Implan adalah metode kontrasepsi

yang dipasang di bawah kulit lengan dalam bagian atas. Metode

ini sangat efektif untuk mencegah kehamilan dan tidak

mengganggu aktivitas sehari-hari (Fransisca dkk, (2019)

f) Spiral Sering juga disebut dengan IUD, ini adalah jenis

kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan hingga 99%. Jenis

ini juga praktis, karena cukup sekali pasang saja, Anda bisa

mendapatkan perlindungan yang cukup panjang, bahkan hingga

10 tahun. Harganya juga termasuk terjangkau, aman untuk ibu

menyusui, dan tidak meningkatkan berat badan. (Fransisca dkk,

(2019). Keunggulan IUD adalah berjangka panjang (minimal

lima tahun), lebih murah dibandingkan kontrasepsi lain (lebih

mahal pada awalnya, tetapi lebih murah dalam jangka panjang)

dan jika ingin hamil, kesuburan dapat dikembalikan dengan cepat

(Jalilah, Prapitasari, 2020)

2) Macam-macam kontrasepsi non hormonal

a) Kondom Salah satu jenis KB non hormonal yang mungkin sudah

Anda ketahui sejak lama adalah kondom. Terdapat dua jenis

kondom yang berbeda, yaitu kondom yang digunakan oleh pria

dan wanita. Menurut Center of Disease Control and Prevention,

kedua jenis kondom sama-sama berfungsi untuk mencegah sel

sperma yang keluar saat penetrasi tidak masuk ke dalam tubuh

wanita melalui vagina.Kontrasepsi non hormonal ini tergolong

10
mudah digunakan karena Anda hanya perlu menggunakannya

saat sedang berhubungan seks. Artinya, kontrasepsi non

hormonal ini tidak perlu ‘menetap’ di dalam tubuh Anda, atau

Anda konsumsi setiap hari. Efektivitas kondom tergolong tinggi,

selama Anda tahu cara memasang kondom dengan benar.

Pasalnya, kondom sering kali gagal melindungi Anda dari

kehamilan karena Anda melakukan kesalahan pakai kondom,

sehingga kondom tidak bisa berfungsi dengan baik. Selain itu,

KB non hormonal ini juga bisa mencegah Anda dari HIV dan

berbagai penyakit menular seksual lainnya.

b) Diafragma Diafragma adalah salah satu KB non hormonal yang

juga bisa Anda gunakan. Kontrasepsi non hormonal ini berbentuk

seperti setengah lingkaran yang berukuran kecil dan terbuat dari

silikon. Seorang wanita memasukkan diafragma ke dalam vagina

sehingga bisa menutupi leher rahim atau serviks. Berikan

spermisida pada diafragma sebelum memasukkannya ke dalam

vagina. Tingkat efektivitas dari penggunaan diafragma adalah 88

persen. Artinya, 12 dari 100 wanita yang menggunakan

diafragma masih memiliki kemungkinan untuk mengalami

kehamilan. Perlu diingat bahwa diafragma harus berada di dalam

vagina hingga 6 jam setelah berhubungan seksual, namun tidak

boleh lebih dari 24 jam. Salah satu penyebab dari menurunnya

tingkat efektivitas dari penggunaan KB non hormonal yang satu

ini adalah diafragma tidak digunakan sesuai dengan aturan.

11
Sebagai contoh, saat diafragma dimasukkan ke dalam vagina,

Anda tidak menambahkan spermisida pada sisi-sisi diafragma.

Padahal, adanya spermisida dapat membantu meningkatkan

efektivitasnya.

c) Spermisida Spermisida ternyata termasuk ke dalam KB non

hormonal yang bisa Anda gunakan tanpa harus menggunakan

diafragma. Spermisida adalah bahan kimia yang dapat

membunuh sel sperma. Biasanya, kontrasepsi non hormonal ini

berbentuk krim, foam, atau gel. Saat digunakan, spermisida

sendiri atau tidak bersamaan dengan kontrasepsi non hormonal

lainnya, spermisida memiliki potensi gagal mencegah kehamilan

hingga 28 persen. Oleh sebab itu, lebih baik Anda menggunakan

spermisida bersamaan dengan kondom atau kontrasepsi non

hormonal lainnya. Penggunaan KB non hormonal yang satu ini

sangat minim efek samping. Hanya saja, beberapa orang yang

menggunakannya mengalami iritasi pada kulitnya. Di samping

itu, terdapat kandungan Nonoxynol-9 pada spermisida yang

beredar di pasaran. Zat ini dapat menyebabkan perubahan pada

kulit di sekitar area genital Anda dan meningkatkan potensi Anda

mengalami HIV. Maka itu, Anda disarankan untuk berkonsultasi

terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk

menggunakan kontrasepsi non hormonal ini.

d) Spons Mungkin beberapa di antara Anda masih belum akrab

dengan kontrasepsi non hormonal yang satu ini. Spons adalah

12
kontrasepsi yang terbuat dari busa plastik dan mengandung

spermisida. Jika Anda ingin menggunakannya sebagai metode

kontrasepsi pilihan Anda, Anda bisa memasukkannya ke dalam

vagina sebelum melakukan hubungan intim dengan pasangan.

Setelah Anda berhubungan seksual, Anda bisa mengeluarkannya

dari vagina dengan bantuan alat yang disebut nylon loop. Anda

bisa membelinya di apotek terdekat. Spons ini membantu Anda

mencegah kehamilan dengan cara menghalangi serviks sehingga

tidak ada sel sperma yang bisa masuk. Selain itu, KB non

hormonal ini juga melepaskan spermisida untuk membunuh

sperma yang terlanjur masuk ke dalam vagina. Sebenarnya,

spons tergolong kurang efektif pada wanita yang sudah pernah

hamil sebelumnya. Namun, pada wanita yang belum pernah

mengalami kehamilan, KB non hormonal ini tergolong efektif,

hingga memiliki tingkat efektivitas hingga 91 persen. Meski

begitu, Anda harus memerhatikan efek samping yang mungkin

ditimbulkan dari penggunaan KB non hormonal ini. Pasalnya,

spons dapat meningkatkan risiko Anda mengalami infeksi jamur

dan alat kontrasepsi ini tidak disarankan untuk dibiarkan berada

di dalam vagina lebih dari 30 jam. Sama halnya seperti kondom,

KB ini hanya boleh digunakan satu kali pemakaian. Artinya,

Anda harus membuangnya setelah selesai digunakan.

e) IUD tembaga Terdapat dua jenis IUD atau alat kontasepsi dalam

rahim, salah satunya adalah IUD yang dilapisi dengan tembaga.

13
Berbeda dengan KB IUD hormonal, IUD tembaga tidak

mengandung hormon sama sekali. Lapisan tembaga pada badan

IUD itu sendiri ternyata cukup dalam membantu Anda menunda

kehamilan. Jika Anda ingin menggunakannya, Anda harus

berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter. Selain itu, penggunaan

IUD tembaga ini harus dilakukan dengan bantuan dokter atau

ahli medis profesional lainnya. IUD tembaga termasuk KB non

hormonal yang mudah digunakan untuk jangka panjang.

Pasalnya, saat Anda memasang IUD, Anda bisa

menggunakannya hingga 10 tahun lamanya. Tentu KB ini cocok

untuk penggunaan jangka panjang. Tingkat efektivitas dari KB

IUD tembaga ini juga sangat tinggi, mencapai angka 99%.

Namun, Anda harus tetap memerhatikan efek samping yang

mungkin ditimbulkan. Sebagai contoh, menstruasi Anda bisa

lebih deras. Anda mungkin juga mengalami perdarahan pada

vagina saat sedang tidak haid. Selain itu, penggunaan IUD

tembaga juga tidak dapat melindungi Anda dari penularan

penyakit menular seksual. Maka itu, selalu diskusikan terlebih

dahulu pilihan-pilihan kontrasepsi yang tersedia. Hindari

penggunaan alat kontrasepsi tanpa pengawasan dari dokter

(Fransisca dkk, (2019).

14
B. Konseling

a. Pengertian Konseling

Secara etiomologi, konseling berasal dari bahasa Latin “Consilium”

artinya dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerima atau

memahami sedangkan dalam bahasa Angglo Saxon istilah konseling

berasal dari “Sellan” yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, konseling berarti pemberian

bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang. Dalam situs Wikipedia

bahasa Indonesia, konseling adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang mengalami

sesuatu masalah yang berakhir pada teratasinya masalah yang dihadapi

klien. Bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang mengalami

hambatan, memecahkan sesuatu melalui pemahaman terhadap

fakta,harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Sagala, 2011).

Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap,

dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu

seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi

dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi masalah

tersebut (Sulastri, 2009).

b. Tujuan Konseling

Tujuan Konseling Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:

1) Menyampaikan informasi dan pilihan pola reproduksi

2) Memilih metode KB yang diyakini

3) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif

15
4) Memulai dan melanjutkan KB

5) Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB

yang tersedia

C. Fungsi Konseling

Fungsi Konseling adalah :

1) Konseling dengan fungsi pencegahan merupakan upaya mencegah

timbulnya masalah kesehatan.

2) Konseling dengan fungsi penyesuaian dalam hal ini merupakan

upaya untuk membantu klien mengalami perubahan biologis,

psikologis, social, cultural, dan lingkungan yang berkaitan dengan

kesehatan.

3) Konseling dengan fungsi perbaikan dilaksanakan ketika terjadi

penyimpangan perilaku klien atau pelayanan kesehatan dan

lingkungan yang menyebabkan terjadi masalah kesehatan sehingga

diperlukan upaya perbaikan dengan konseling.

4) Konseling dengan fungsi pengembangan ditujukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan

derajat kesehatan masyarakat dengan upaya peningkatan peran serta

masyarakat.

d. Langkah Langkah Konseling

Langkah-Langkah Konseling KB Dalam memberikan konseling,

khususnya bagi calon klien KB yang baru hendaknya dapat diterapkan

enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci SATU TUJU.

Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara berulang-ulang

16
karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata

kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut menurut Saifuddin, (2016).:

SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan.

Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di

tempatyang nyamanserta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien

apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang diperoleh.

T : Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien

untuk berbicara mengalami pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan

kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita

didalam hati klien.

U : Uraian kepada klien mengenai dan pilihannya dan diberi tahu apa

pilihan kontrasepsi, bantu klien pada jenis kontrasepsi yang diingini.

TU : banTUlah klien menentukan pilihannya.

Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan

keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk menunjukkan

keinginannya dan mengajukan pertanyaan.

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya.

U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang.

Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk

melakukan pemeriksaaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika

dibutuhkan

17
e. Faktor Pelaksanaan Konseling

Menurut Wulandari (2019), ada dua faktor pelaksanaan konseling yaitu :

1) Faktor utama

a) Menyampaikan informasi yang jelas,tepat dan benar.

Pada penerapan konseling KB,bidan sebagai konselor akan

memberikan informasi mengenai bermacam-macam alat

kontrasepsi yang mungkin merupakan hal baru bagi klien.

Maka,dalam membekali berbagai pengetahuan tentang

kontrasepsi, bidan harus memperhatikan hal sebagai berikut:

 Singkat, memilih informasi yang paling penting dan

menekankan hal- hal yang perlu diingat.

 Terorganisasi, informasi dikelompokkan dengan kategori

tertentu agar mudah diingat pasien.

 Sederhana,menggunakan kata-kata yang mudah dipahami

klien.

 Pengulangan, ulangi informasi yang paling penting, dan kata

terakhir yang diucapkan oleh bidan akan mudah diingat klien.

 Spesifik, informasi harus bersifat konkret spesifik,tidak

abstrak atau kabur, sehingga klien akan merasa jelas.

b) Menunjukkan bahwa bidan memberikan perhatian dan respek.

Bidan memperlihatkan kepada kliennya cara memberikan

perhatian berupa pemahaman dan menerima pendapat, perasaan

dan kebutuhan dari klien, menghormati perasaan klien, dan jujur

18
dalam menanggapi kecemasan klien dengan tidak

menyembunyikan informasi yang ingin diketahui klien.

2) Faktor penunjang konseling

a) Ruang konseling merupakan ruangan khusus yang dapat

memberikan rasa aman dan nyaman,sehingga klien lebih bisa

terbuka.

b) Alat komunikais, informasi dan edukasi (KIE) sehingga klien

akan mendapat gambaran lebih jelas.

c) Suasana konseling Hubungan rapport adalah konselor dan klien

tercipta hubungan yang dilandasi saling percaya. Konselor

percaya bahwa klien mampu untuk memutuskan alat kontrasepsi

yang akan dipakainya dan klien percaya bahwa konselor memang

menghargainya sebagai pribadi.

d) Sikap konselor

e) Penampilan konselor Mampu menempatkan dan menampilkan

diri sesuai dengan keadaan yang dihadapinya.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BERENCANA


TERHADAP NY. Y AKSEPTOR KB SUNTIK
DI PKM KOTA KARANG

Tanggal/Pengkajian : 16-01-2023 Jam : 10.30 WIB No rekam medis : -

A. Subjektif
1. Nama Istri : Ny. y Nama Suami : Tn. R
Umur : 35 Th : 36 Th
Pendidikan : SMP : SMP
Pekerjaan : IRT : Buruh
Suku/Bangsa : Jawa : Jawa
Agama : Islam : Islam
Alamat : Sukarame
No. Telp :-

2. Keluhan Utama:
Ibu mengatakan ingin mengulang suntik KB 3 Bulan

3. Pola kebutuhan sehari-hari


Kebutuhan Selama Keluhan

Nutrisi : Makan 3 kali/hari Tidak ada


Minum 8 gelas/hari

Eliminasi : BAK 4-6 kali/hari Tidak ada


BAB 1 kali/hari

Istirahat dan Siang 1-2 jam Tidak ada


tidur Malam 6-7 jam

20
Aktivitas Mengerjakan pekerjaan rumah tangga Tidak ada

Personal hygine Mandi, ganti pakaian, sikat gigi Tidak ada

20
4. Perilaku kesehatan
Penggunaan alkohol/obat-obatan sejenisnya : Tidak pernah
Merokok ,makan sirih : Tidak pernah
Penggunaan jamu-jamuan : Tidak pernah
5. Riwayat Psiko sosial
a. Tanggapan dan dukungan keluarga terhadap masa nifasnya : Baik
b. Tanggapan ibu atas kelahiran : Senang
c. Lingkungan yang berpengaruh
Tinggal dengan siapa : Suami dan mertua
d. Kepercayaan dan adat-istiadat : Puputan
6. Pengetahuan ibu tentang masa nifas : Ibu baru belum mengerti akan masa
nifas.

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD : 110/70 mmHg Berbaring
R : 22 x/menit, Teratur
N : 80 x/menit, Teratur
S : 36.6 °C Aksil
2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tidak odema
b. Mata
Kelopak Mata : Tidak odema
Konjuungtiva : Merah Muda
Sclera : Putih

21
c. Mamae : Tidak bengkak, tidak ada radang, tidak ada
Benjolan,
Pembesaran : Simetris
Putting Susu : Menonjol, Bersih, Hiperpigmentasi Areola/Papila
Pengeluaran : Kolostrum
Rasa Nyeri : Tidak Ada
d. Abdomen
Konsistensi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
e. Punggung dan Pinggang
Posisi : Normal
Pinggang : Tidak ada nyeri
f. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas
Oedema : Tidak ada
Kekakuan Otot dan Sendi : Negatif
Ketegangan : Negatif
Kemerahan : Tidak ada
Ekstremitas bagian bawah
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Ketegangan : Negatif
Kemerahan : Negatif
Reflek Patella : Baik (+)
Tanda Hofman : Tidak ada

3. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukam

C. ASSESMENT
Ny. Y P3A0 dengan akseptor KB 3 Bulan

22
D. PLANNING OF ACTION
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya bahwa saat ini dalam keadaan baik
dan normal.
E/ ibu sudah mengerti
2. Menganjurkan ibu untuk berbaring ditempat tidur
E/ ibu sudah berbaring
3. Menjelaskan kepada ibu prosedur suntik kb 3 bulan.
E/ ibu bersedia
4. Melakukan prosedur suntik kb 3 bulan :
Prosedur/ Langkah-langkah Injeksi IM
a) Menyiapkan alat yang dibutuhkan dan mendekatkan alat dan bahan yang
dibutuhkan
b) Menjaga privasi pasien
c) Memperkenalkan diri kepada pasien
d) Menanyakan identitas pasien, mencocokkan dengan gelang identitas dan
catatan permintaan obat
e) Mengkaji keadaan umum pasien
f) Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan. Jelaskan indikasi pemberian
obat, kemungkinan efek samping, cara pemberian obat (lM) dan daerah
suntikan
g) Cuci tangan dengan teknik hand washing/hand rubbing
h) Sebelum tindakan Gunakan sarung tangan
i) Posisikan pasien dengan nyaman dan bebaskan daerah suntikan dari
pakaian
j) Bersihkan daerah suntikan dengan kapas/tisu alkohol secara melingkar
dari tengah ke arah luar, tunggu sampai alkohol kering
k) Regangkan kulit dengan cara mencubit menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari tangan tidak dominan atau dengan meregangkannya Buka tutup
spuit.
l) Tusukan jarum secara mantap dan cepat dengan sudut 90o

23
m) Peganglah spuit dengan tangan tidak dominan dan tarik plunger dengan
tangan dominan (aspirasi) untuk memastikan jarum tidak masuk
kedalam pembuluh darah.
n) Jika pada saat dilakukan aspirasi terdapat darah, cabut jarum, buang
spuit dan siapkan suntikan lain
o) Jika tidak ada darah yang teraspirasi, suntikan obat secara perlahan
p) Setelah obat masuk, cabut jarum dengan cepat
q) Tekan daerah suntikan dengan kapas/tisu alkohol agar darah tidak keluar
r) Buang spuit kedalam safety box tanpa menutupnya
s) Bantu pasien merapikan diri
t) Kaji keadaan umum pasien setelah penyuntikan. Apabila pasien dalam
keadaan yang baik segera bereskan alat
u) Lepaskan sarung tangan. Cuci tangan dengan teknik hand washing/hand
rubbing
E/ ibu telah berkb
5. Memberitahu ibu untuk mengulang kb pada tanggal 6-04-2024
E/ ibu sudah tahu dan bersedia

24
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis sebagai praktikan akan mencoba membandingkan

antara teori yang diperoleh dengan pelaksanaan asuhan kebidanan di lapangan

mulai dari pengkajian sampai dengan pelaksanaan asuhan kebidanan yaitu asuhan

keterampilan dasar kebidanan injeksi im pada akseptor kb suntik 3 bulan.

Pada dasarnya pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor kb dilapangan

hampir sama dengan teori yang diperoleh, mulai dari pengkajian sampai dengan

pelaksanaan asuhan kebidanan. Pada kasus disini kita perlu mengkaji biodata

identitas ibu karena dilapangan pengkajian belum terlalu spesifik. Hasil yang di

dapatkan ibu sudah melakukan injeksi im kb 3 bulan.

Pada pemeriksaan tekanan darah di dapatkan hasil 110/70 mmHg dengan

menggunakan sipmomamometer manual didaparkan hasil normal. sebagaimna

teori Tekanan darah merupakan kekuatan yang dipergunakan darah untuk

melakukan perlawanan pada dinding pembuluh. Tekanan maksimum darah

dipergunakan pada dinding arteri ketika ventrikel kiri pada jantung mendorong

darah melalui katup aorta kedalam aorta selama sistole. Tekanan tertinggi yang

terjadi tersebut dinamakan tekanan sistolik. Pada orang dewasa yang sehat

normal tekanan sistolik ialah 120 mmHg (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim,

2016).

Posisi Ibu saat dilakukan penyuntikan adalah berbaring tengkurap. Posisi

pasien dapat tengkurap atau dalam posisi tidur miring dengan kedua bokong

tampak jelas. Pilih daerah penyuntukan secara tepat untuk menghindari penusukan

25 25
pada nervus iskiadikus, pembuluh darah besar atau tulang. Petunjuk dari

dorsogluteal adalah krista iliaka posterior (bagian atas) dan lipatan gluteal inferior

(bagian bawah). (Septikasari, 2019)

Penyuntikan IM dilakukan di bagian otot pantat pasien 1/3 sias-koksigis.

Ventrogluteal merupakan bagian ventral otot gluteus yang tidak memiliki saraf

atau pembuluh darah besar dan tidak banyak memiliki lemak. Daerah ini dikenali

dengan mencari trokanter mayor, spina iliaka superior anterior dan krista iliaka.

Posisi pasien bisa terlentang, berbaring miring atau berdiri. Vastus lateralis/ paha

samping ditentukan dengan mengukur satu lebar tangan dibawah trokanter mayor

dan satu lebar tangan di atas lutut. Pasien diminta untuk mengarahkan ibu jari kaki

ke bagian tengah tubuh untuk merelaksasikan otot vastus. Posisi pasien dapat

terlentang, berbaring miring atau berdiri. (Septikasari, 2019)

Penulis tidak menenumakan kesenjangan terori dengan praktik, pada

pemberian ijeksi IM untuk akseptor kb 3 bulan kunjungan ulang. didapat kan

hasil yang normal dan ibu bersedia kembali lagi.

26
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga berencana

terhadap Ny Y. P3A0 akseptor KB Suntik dengan menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan dan pendokumentasian secara SOAP, maka dapat di

simpulkan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian studi kasus Ny Y usia 35 Tahun yang baru saja

melahirkan anak ke-3, menyusui bayinya, belum pernah melakukan hubungan

seksual semenjak melahirkan, berada pada masa nifas hari ke 30

menginginkan kontrasepsi jangka pendek. Dilakukan intervensi berupa

pemberian Konseling dengan media ABPK ( Alat Bantu Pengambil

Keputusan ) dan dilakukan evaluasi dengan bantuan quesioner, terjadi

peningkatan pengetahuan setelah dilakukan konseling. Dan setelah dilakukan

konseling Ny Y memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi Suntik, dan

sudah dilakukan penyuntikan KB Suntk 3 bulan sesuai prosedur

B. Saran
1. Lahan Praktek

Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu pelayanan

pada masyarakat/pasiensekitar guna meningkatkan kesejahteraan kesehatan

pasien.

27
27
2. Mahasiswa

Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih

banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan

menerapkan tindakan sesuai dengan teori.

3. Institusi

Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan dapat

menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya tentang pemeriksaan fisik

yang sering dijumpai dalam lahan praktik.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, Dkk (2022). Perkembangan Metode Kontrasepsi Masa Kini. Rena cipta
mandiri

Javier J. Polania Gutierrez; Sunil Munakomi, 2023. Intramuscular Injection.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK556121/

Maryani, Dkk. 2023. Kontrasepsi dan pelayanan Keluarga Berencana (KB).


Global eksekutif teknologi

Majestika, Septikasari, 2018. Konsep Dasar Pemberian Obat untuk Bidan. Stikes
Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap

Septiana Dkk, 2023. Prosedur KB dan Pelayanan Kontrasepsi. Cv.


Mitra Cendikia Media

29
LAMPIRAN

30

Anda mungkin juga menyukai