Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri utuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kelahahiran. KB merupakanproses yang disadari oleh
pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu
kelahiran. Tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
nelalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan
penduduk Indonesia (Anggraini, dkk, 2021).
Salah satu masalah penting yang dihadapi oleh negara berkembang,
seperti di Indonesia yaitu ledakan penduduk. Ledakan penduduk
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk yang pesat. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut pemerintah Indonesia telah me
nerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak
tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana
Nasional) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi BKKBN
(Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Gerakan Keluarga
Berencana Nasional bertujuan untuk mengontrol laju pertumbuhan
penduduk dan juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(Yanti, 2021).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk
mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan
menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal.
Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun
masing - masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang
berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).

1
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15 -49 tahun.
Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih
diprioritaskan untuk menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat
pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB
yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat
pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor
(Depkes, 2010).
Sejalan dengan hasil Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional menunjukkan bahwa pada tahun 2018 wanita usia 15-49 tahun
dengan status kawin sebesar 59,3% PUS menggunakan KB modern
menunjukkan peserta KB suntik (48,5%), pil KB (8,5%), Implant (4,7%),
IUD (6,6%), Kondom (1,1%), MOW (3,1%) dan MOP (0,2%). Sedangkan
data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi NTB
menunjukkan peserta KB suntik (55,1%), pil KB (3,64%), Implant
(8,54%), IUD (7,33%), Kondom (0,28%), MOW (1,28%) dan MOP
(0,08%). Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh
peserta KB baru ialah suntik (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan penelitian Oviana (2016) pengetahuan pasangan usia
subur sangat dibutuhkan dalam memilih kontrasepsi KB yang baik, dan
cocok untuk dirinya. Pada penelitian ini pengetahuan yang dari
sebelumnya hanya memiliki 25 orang memilih pemasangan
kontrasepsi KB dengan adanya penyuluhan kesehatan pengatahuan
responden meningkat menjadi 49 orang memilih pemasangan
kontrasepsi KB, sehingga bisa disimpulkan pengetahuan ini
meningkat disebabkan oleh responden yang mengikuti
penyuluhan kesehatan sangat berkonsentrasi, fokus terhadap
penyuluhan yang dilakukan oleh peneliti, namun ada beberapa
responden yang tidak memilih pemasangan kontrasepsi KB karena
memiliki beberapa alasan diantaranya tidak boleh oleh suami,
pemasangan KB menurut agama dilarang karena menekan keturunan .

2
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dewiyanti (2020)
Pengaruh Penyuluhan Kb Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasangan
Usia Subur Tentang Kontrasepsi Di Posyandu Bahwa disimpulkan
bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat
pengetahuan pasangan usia subur tentang kontrasepsi setelah
dilakukan penyuluhan KB. Hal ini ditemukan karena adanya pemberian
intervensi yang dilakukan sehingga pasangan usia subur memperoleh
informasi yang dapat memperbaharui pendidikan yang dimiliki. Selain
itu, pasangan usia subur pada penelitian ini adalah usia produktif
sehingga mereka memiliki daya ingat yang baik dan menerima informasi
yang diberikan dengan baik. Adanya pemberian intervensi ini dapat
memberikan pengetahuan walaupun beberapa resonden ditemukan
tidak dan pendidikan mereka rendah.

B. Tujuan
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.S dengan
pemasangan KB Implant melalui pendekatan manajemen kebidanan dan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

B.1 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui data Subjektif pada Akseptor KB Implant di
Puskesmas Batang Kuis Tahun 2022.
2. Untuk mengkaji data Objektif pada Akseptor KB Implant di
Puskesmas Batang Kuis Tahun 2022.
3. Untuk menganalisis kasus Akseptor KB Implant di Puskesmas
Batang Kuis Tahun 2022.

C. RUANG LINGKUP
1. Lokasi dan Waktu
Waktu penyusunan Laporan dimulai 30 Januari – 11 Februari 2023.

3
2. Subjek Laporan
Subjek yang diambil untuk Laporan ini adalah bayi Ny.S umur 29 tahun
3. Teknik/Cara Pengumpulan Data
Studi kepustakaan : Membaca dan mempelajari buku-buku sumber,
makalah ataupun jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang
berhubungan dengan kasus yang diambil.

D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil laporan ini untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan
kebidanan di masa new normal khususnya dalam menjalankan
imunisasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Laporan Komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program
studi Profesi Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Medan.
3. Bagi Penulis
Hasil Laporan Komprehensif ini untuk menambah wawasan dan
pengetahuan, dan bertanggung jawab dalam mengambil kasus,
tindakan, memberikan pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian
ketika menyikapi pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika
memberi pelayanan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada
bayi.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis
1. Profil keluarga berencana
a. Pengertian
Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee keluarga
berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah
anak dalam keluarga. (Suratun. dkk, 2018).
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera. (Handayani, 2017).
Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal
yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi. (Suratun. dkk, 2018).
b. Sejarah

5
Kesadaran manusia tentang pentingnya masalah kependudukan dimulai
sejak bumi dihuni oleh ratusan juta manusia. Plato (427-347) menyarankan
agar pranata sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan dengan
pertumbuhan penduduk yang stabil sehingga terjadi keseimbangan antara
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Malthus (1766-1834) mengatakan
pada zaman industri sedang berkembang manusia jangan terlalu banyak
berhayal bahwa dengan kemampuan tekhnologi mereka akan dapat memenuhi
segala kebutuhan karena pertumbuhan manusia laksana deret ukur, sedangkan
pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya
berkembang dalam deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat manusia
akan sulit untuk memenuhi segala kebutuhannya karena sumber daya alam
yang sangat terbatas. (Handayani, 2017).
Gerakan KB bermula dari kepeloporan beberapa tokoh di dalam dan luar
negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas prakarsa
sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu
antara lain Maria Stopes pada tahun 1880-1950 yang mengatur kehamilan
kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger, tahun 1883-1966 merupakan pelopor
KB modern di AS yang telah mengembangkan tentang Program Birth Control,
bermula pada tahun 1917 mendirikan Nasional Birth Control (NBC) dan pada
tahun 1921 diadakan American NBC Conference I. Hasil konferensi tersebut
yaitu didirikannya American Birth Control League dan Margaret Sanger sebagai
ketuanya. (Suratun,dkk, 2013). Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan
pertemuan di Alma Ata yang memusatkan perhatian terhadap tingginya angka
kematian maternal perinatal. Dalam pertemuan tersebut disepakati untk
menetapkan konsep Primary Health Care yang memberikan pelayanan
antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya penerimaan keluarga
berencana, dan meningkatkan pelayanan rujukan. (Handayani, 2017).
Program KB di Indonesia mengalami perkembangan pesat, ditinjau dari
sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional, dan
dampaknya terhadap pencegahan kelahiran. Pada tahun 50-an dan 60-an
tujuan KB ialah menjarangkan kehamilan dan pasangan mandul mendapatkan

6
anak, masalah kependudukan tidak disinggung. Jumlah anak yang dianggap
ideal disinggung oleh LKBN (Lembaga Keluarga Berencana Nasional) melalui
logo KB yaitu 4 anak ; 2 wanita dan 2 laki-laki. Di dalam Program
Pembangunan Nasional tahap I (Pelita I, periode 1969/70-1973/74) KB
disatukan dengan program kesehatan. Target demografis cukup sederhana,
yaitu mencakup jumlah akseptor 3 juta dalam 5 tahun. Dengan asumsi 600-700
ribu kelahiran dapat dicegah, khususnya di daerah yang padat penduduk yaitu
pulau Jawa dan Bali. Keberhasilan program KB pada Pelita I mendorong
pemerintah untuk meluaskna Program ke 10 Propinsi di Pulau Jawa, untuk itu
pada Pelita II sasaran dicanangkan menjangkau luar pulau Jawa dan Bali I.
Pada Pelita III program di perluas ke seluruh Indonesia, kelompok propinsi
terakhir disebut luar Jawa Bali II. (Suratun, 2013). Sejak Pelita III dampak
demografis dari Program KB memperhatikan target penurunan tingkat kelahiran
kasar, yaitu dengan menetapkan target penurunan 50% dari 44 pada tahun
1971 menjadi 22 pada tahun 1990. Sedangkan pada Pelita V Program KB
Nasional mencanangkan gerakan KB Nasional, yaitu gerakan masyarakat yang
menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi
aktif dalam melembagakan dan membudayakan NKKBS. (Suratun, 2013).
Tahap selanjutnya program KB menjadi gerakan KB yang ditujukan
terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dilandasi oleh
Undang-undang No 10 tahun 1992 tentang kependudukan dan keluarga
sejahtera. Ini berarti bahwa tahapan yang akan dilaksanakan merupakan tahap
pembinaan yang semakin teknis dalam mewujudkan keluarga sejahtera dan
berkualitas. Pada tanggal 29 Juni 1994 Presiden Soeharto mencanangkan
gerakan pembangunan keluarga sejahtera yang merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas dan ketahanan masing-masing keluarga. Strategi
dengan pendekatan kemasyarakatan dan wilayah paripurna yang bersifat aktif
dan offensif untuk gerakan KB yang makin mandiri. Dengan demikian komitmen
dari pemerintah dan tenag kesehatan yang terkait dengan pelayanan
kontrasepsi mengguanakan pendekatan mutu dan peningkatan kualitas
pelayanan terhadap keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan dan

7
strategi yang digunakan selalu berupaya memuaskan pelanggan sehingga
sekarang program KB bukan semata-mata kepentingan pemerintah melainkan
sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Masyarakat dan calon akseptor sudah
lebih memahami keuntungan dan manfaat penggunaan kontrasepsi. Sistem
pelayanan yang diterapkan sekarang adalah sistem cafeteria dimana
masyarakat sudah mampu memilih sendiri cara kontrasepsi apa yang terbaik
dan cocok untuknya. Petugas kesehatan memberikan KIE (Keluarga Informasi
Edukasi) atau konseling dan pengambilan keputusan adalah pasangan suami
istri.
c. Ruang lingkup KB
Ruang lingkup program KB,meliputi:
1. Komunikasi informasi dan edukasi
2. Konseling
3. Pelayanan infertilitas
4. Pendidikan seks
5. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6. Konsultasi genetic
d. Fase berKB
1) Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh
pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia
di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk
mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting
karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta
efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan
adalah pil KB, AKDR.
2) Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia
paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak

8
antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun.Kriteria kontrasepsi yang
diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena
pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat
dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3) Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri
lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat
menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena
jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika
pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi,
kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap,
AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Matahari, 2018).
e. Syarat Kontrasepsi
Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:
1) aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
2) efek samping yang merugikan tidak ada.
3) kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
2. Kontrasepsi Hormonal
a. Cara kerja kontrasepsi hormonal
1) Menekan Ovulasi
Kandungan hormon dalam kontrasepsi hormonal akan
menggantikan produksi normal estrogen progesterone oleh ovarium
dengan menekan hormon ovarium selama siklus haid yang normal
sehingga juga menekan releasing faktor di otak dan FSH dan LH di
hipofisis anterior. Dengan tekanan produksi FSH dan LH ini maka tidak
akan terjadi pematangan sel telur dalam ovarium atau tidak ada ovulasi.
Maka apbila tidak ada telur yang masak hamper dipastikan tidak akan
terjadi konsepsi atau pertemuan sel telur dengan sperma, bila tidak
terjadi konsepsi maka dipastikan tidak akan tejadi kehamilan.

9
2) Memengaruhi Transportasi Sperma di Bagian Tuba Fallopi
Di dalam tuba fallopi terjadi pengurangan kontraktilitas atau
motilitas lapisan otot tuba dan perlambatan transportasi ovum. Apabila
selama menggunakan kontrasepsi hormonal tetapi tetap tejadi ovulasi
maka ovum tersebut akan mengalami gangguan pada waktu melewati
tuba fallopi untuk dapat bertemu dengan sel sperma, sehingga tidak
terjadi konsepsi yang pada akhirnya tidak terjadi kehamilan. Hal ini bias
terjadi kemungkinan disebabkan oleh semakin lama sperma untuk dapat
melalui tuba fallopi, maka akan semakin lemah sperma tersebut dan
tidak mampu melakukan konsepsi. Karena untuk dapat terjadi konsepsi
dibutuhkan motilitas dan sperma yang kuat untuk menembus ovum.
Maka apabila sperma sudah lemah, kekuatannya untuk membuahi juga
berkurang.
3) Mengganggu Endometrium Sehingga Memengaruhi Implantasi
Apabila ada sel telur yang bisa dibuahi oleh sperma, maka akan
mengalami gangguan dalam implantasi di endometrium karena
endometrium menjadi tipis dan tidak siap untuk digunakan sebagai
tempat tumbuhnya hasil konsepsi. Endometrium yang bagus untuk
tumbuhnya hasil konsepsi yaitu apabila endometrium tebal dan banyak
mengandung pembuluh darah serta glikogen yang digunakan sebagai
sumber nutrisi bagi hasil konsepsi. Pada kontrasepsi hormonal ini,
endometrium tipis bahkan bisa terjadi atrofi sehingga tidak cukup bagus
sebagai tempat yang dibutuhkan dalam pertumbuhan hasil konsepsi.
Meskipun ada konsepsi tetapi bila tidak cukup mendapat makanan yang
baik, hasil konsepsi pun akan lemah dan akhirnya akan dikeluarkan.
4) Mengentalkan Lendir Serviks
Dengan mengentalnya lendir serviks ini maka akan menghambat
perjalanan sperma masuk ke dalam rahim, sehingga sperma tidak
mampu menembus ovum. Karena sperma tidak mampu menembus
ovum maka tidak akan terjadi konsepsi. Manfaat lain dari mengentalnya

10
lendir serviks ini juga mencegah bakteri penyebab Penyakit Radang
Panggul (endometritis dan pelvioperitonitis) (Winarsih, 2017)
b. Jenis Kontrasepsi
Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi:
1. Metode sederhana
a) Tanpa alat atau tanpa obat
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
2) Senggama terputus
3) Pantang berkala
b) Dengan alat atau dengan obat
1) Kondom
2) Diafragma atau cap
3) Cream, jelly dan cairan berbusa
4) Tablet berbusa (vagina tablet)
2. Metode efektif
a) Pil KB
b) AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
c) Suntikan KB
d) Susuk KB / Implant (AKBR)
3. Metode kontap dengan cara operasi (kontrasepsi mantap)
a) Tubektomi (pada wanita) (Fauziah, 2020).
3. Implant
a. Pengertian
Implan adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon yang
diletakkan di bawah kulit lengan atas dan terdiri dari satu atau dua
batang plastik kecil yang elastis dan aman.. Implan bersifat tidak
permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan 3 sampai dengan
5 tahun (BKKBN, 2018).
b. Cara kerja
Hormon yang terdapat pada implan dilepaskan secara perlahan-
lahan dan mengentalkan lendir pada mulut rahim sehingga

11
menghambat pergerakan sperma. Hal ini membuat kemungkinan
sperma bertemu sel telur lebih kecil dan tidak terjadi pembuahan..
Selain itu hormon ini juga mengganggu pembentukan lapisan pada
dinding rahim atau endometrium. Sehingga sel telur yang sudah dibuahi
sulit menempel pada dinding rahim dan kehamilan tidak terjadi
(BKKBN, 2018). Kandungan progestin dalam kontrasepsi implan
nempengaruhi fertilitas dengan merusak rangsngan ke hipoalamurls-
piuitary-ovarium axis dan down-regulation Luteinizing hormone. Nupresi
tersebut menyebabkan pengeluaran sel telur dari kandung telur
terhambat, cairan dileher rahim menjadi lebih kental sehingga sulit
ditembus sperma, lapisan dalam rahim menjadi tipis dan tidak layak
untuk ditumbuhi hamil konsepsi, dan memperlambat pergerakan sel
telur yang akan mengganggu waktu pertemuan sperma dan sel
telur(Nupariana, 2013). Adapun kenaikan berat badan pada akseptor
KB implan diakibatkan adanya peningkatan sinyal impuls makanan di
pusat otak sehingga menyebabkan peningkatan nafsu makan (Zuhana
& Suparni, 2016 Kandungan progestin dalam kontrasepsi implan dapat
mempengaruhi reseptor steroid yaitu mineralokortikoid dan
glukokortikoid. Efek mineralkortikoid menyebabkan retensi cairan.
Retensi cairan yang berlebihan akan meningkatkan berat badan pada
akseptor KB implan (Zuhana & Suparni, 2016). Efek glukokortikoid
menyebabkan peningkatan metabolisme lemak dan mengakibatkan
penumpukkan lapisan lemak. Selain itu, penurunan LH dan FSH
menyebabkan keadaan hipoesterogenemia. Hipoesterogenemia akan
mengakibatkan peningkatan lemak pada visceral (Ambarwati & Sukarsi,
2012).
c. Jenis Jenis Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi implan dibagi menjadi 2 macam menurut (Hartanto,
2011):
1. Non-Biodegradable lmplant

12
Jenis Non-Biodegradable Implant yang digunakan di Indonesia yaitu
implanon. Implanon terdiri dari 1 batang yang berisi progestin generasi
ketiga yang dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai. Batang
implan terdiri dari EVA ( Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 60 mg 3-
ketodesogestrel dan diselubungi oleh membrane EVA. Panjang batang
implan 4cm dan berdiameter 2mm.
2. Biodegradable Implant
Ada dua macam Biodegradable Implant yang masih menjadi uji
coba yaitu:
a. Capronor
Capronor berupa suatu kapsul biodegradable yang mengandung
levonorgestrel yang dilarutkan dalam minyak ethyl-oleate dengan diameter
<0,24cm dan panjang kapsul 2,Scm. Penelitian pada kelinci dan kera
menunjukkan bahwa proteksi kontrasepsi berlangsung paling sedikit 18
bulan. Namun, penelitian klinis pada wanita usia subur menunjukkan
efektifit.as hanya 8-10 bulan, dan diduga karena kecepatan pelepasan
hormone yang tidak tetap konstan oleh minyak ethyloleate.
b. Pellets
Pellets berupa bola/peluru yang berisi Norethindrone dan sejumlah kecil
kolesterol. Uji coba pendahuluan menggunakan 4 dan 5 pellets. Sediaan
empat pellets memberikan proteksi kontrasepsi kurarng lebih 12 bulan.
Berdasarkan hasil uji coba, lebih dari 50% akseptor pellets mengalami
gangguan pola haid, perdarahan intra-mentsrual atau perdarahan bercak,
dan 4% akseptor mengeluhkan nyeri payudara.
d. Kelebihan
1) Implan sangat efektif untuk mencegah kehamilan mencapai
99,95%. Ini berarti dari 10,000 wanita yang menggunakan implan,
hanya 5 perempuan yang masih bisa hamil
2) Implan sangat ekonomis dan praktis
3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.

13
4) Tidak memerlukan pemeriksaan organ reproduksi (vagina).
5) Tidak mengganggu produksi dan kualitas ASI.
6) Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid.
7) Tidak mengganggu hubungan seksual.
8) Menurunkan risiko beberapa penyakit radang panggul, yaitu
radang atau infeksi yang terkait dengan organ reproduksi
perempuan, seperti radang pada tuba fallopi, rahim, ovarium,
leher rahim, atau panggul perempuan. (BKKBN, 2018).
e. Kekurangan
1) Mempengaruhi periode haid (haid menjadi sedikit atau hanya
bercak), haid tidak teratur atau jarang haid.
2) Perubahan berat badan.
3) Beberapa pengguna mengalami sakit kepala, pusing, nyeri
payudara, gelisah, dan mual-mual.
4) Efek pencegahan kehamilan menurun apabila menggunakan
obat-obatan tuberculosis (TBC), epilepsy (ayan).
5) Tidak melindungi terhadap penularan AIDS/IMS (Infeksi Menular
Seksual).
f. Cara pemasangan
1) Tenaga kesehatan terlatih memberikan bius lokal untuk
menghindari rasa nyeri.
2) Implan diletakkan di bawah kulit .
3) Proses ini tidak perlu dijahit.
4) Waktu pemasangan singkat.
5) Dipasang di lengan yang nyaman bagi perempuan.
6) Teraba oleh tangan menandakan bahwa pemasangannya
dilakukan dengan benar. Tenaga kesehatan akan memastikan
bahwa Anda tidak sedang dalam keadaan hamil, sebelum
memasangkan alat kontrasepsi. Biasanya tenaga kesehatan
akan menanyakan kapan menstruasi terakhir atau meminta
anda melakukan tes kehamilan

14
g. Cara Pencabutan
1) Tenaga kesehatan terlatih memberikan bius lokal untuk
menghindari rasa nyeri dan mengeluarkan implan dari lengan
atas.
2) Tenaga kesehatan mencabut implan menggunakan alat.
3) Bekasnya cukup dibalut, tidak perlu dijahit.
h. Waktu Pemasangan
1) Implan dapat dipasang setiap saat selama tidak hamil.
2) Implan dapat dipasang segera setelah bersalin/ keguguran.
i. Perawatan luka pasca pemasangan AKBK
1) Memberikan konseling pasca pemasangan KB implant yaitu
luka insisi tetap dibiarkan kering dan bersih selama 3 hari guna
untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka insisi tersebut.
2) Selalu menjaga kebersihan terutama pada area luka insisi dan
sekitarnya
3) Menghindari aktivitas yang mengangkat beban terlalu berat
4) Memberikan konseling tentang pemenuhan nutrisi untuk
penyembuhan luka insisi tersebut contoh nutrisi yang
dibutuhkan untuk membantu penyembuhan luka yaitu
memperbanyak makanan yang mengandung tinggi protein
seperti telur, susu, ikan, dan kacang-kacangan (Sari, N,S,
2021).
j. Efek samping
1) Hipermenorea
Hipermenora adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih
lama dari normal sekitar 6-7 hari dan ganti pembalur 5-6 kali
perhari.
2) Hipomenora
Hipomenora adalah perdarahan haid yang lebih pendek dari
normal sekitar 1-2 hari.
3) Polimenorea

15
Polimenorea merupakan keadaan dimana wanita mengalami
menstruasi dua kali atau lebih dalam sebulan.
4) Oligomenorea
Oligomenorea merupakan keadaan dimana siklus menstruasi
memanjang lebih dari 25 hari, tetapi jumlah perdarahan tetap
sama.
5) Amenorea
Amenorea merupakan keadaan tidak terjadi menstruasi pada
seorang wanita.
6) Kenaikan berat badan
Mayoritas pngguna kontrasepsi implan tidak merasakan
peningkata berat badan diawal pemasangan KB implan.
Namun, akseptor Kb baru mengeluhkan perubahan berat badan
saat mengalami kenaikan berat badan yang signifikan sehingga
perhitungan status gizi akseptor implan yang ditemukan dalam
kategori over weight atau obesitas Menurut penelitian (Gallo,
2016) menunjukkan bahwa setelah pemasangan KB implan
selama 1 bulan akseptor mengalami kenaikan berat badan 2 kg
dan akseptor KB tidak merasakan kenaikan tersebut karena
jumlah kenaikan yang kecil
k. Kontraindikasi
1) Hamil atau diduga hamil.
2) Sedang menderita kanker payudara dan sedang mengalami
serangan sumbatan pembuluh darah.
3) Mengalami perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui
sebabnya.
4) Sedang minum obat untuk Tuberkulosis, infeksi jamur dan
epilepsy. Dalam hal ini implan bukannya tidak boleh digunakan
hanya saja beberapa obat akan melemahkan kerja implan,
sehingga risiko hamil meningkat. Apabila Anda sedang
menggunakan implan dan harus mengkonsumsi obat tersebut,

16
sebaiknya gunakanlah kondom selama pengobatan. Apabila
pengobatannya seumur hidup (seperti HIV), sebaiknya gunakan
KB non-hormonal seperti IUD (BKKBN, 2018).
B. Tinjauan teori Kasus
Proses managemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana setiap
langkah di sempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan
data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk
suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi
setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci
bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. Ketujuh langkah tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama : pengkajian data
a. Pengkajian
Pengkajian adalah sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien. (Varney dkk, 2007).
1) Data subyektif
Data subyektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,
keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada
pasien atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (Handayani, 2011).
(a) Identitas pasien
(1) Nama : Selain sebagai identitas, upayakan agar nama sesuai
dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi lebih
akrab antara bidan dan klien.
(2) Umur : Untuk mengetahui umur pasien.
(3) Agama : Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut pasien.
Juga membantu kita dalam memberikan asuhan.
(4) Suku bangsa : Untuk mengetahui suku bangsa yang dianut
oleh pasien

17
(5) Pendidikan terakhir : Untuk mengetahui tingkat intelektual yang
mempengaruhi perilaku seseorang, dan mempermudah kita
dalam memberikan informasi.
(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat ekonomi keluarga dan
penghasilan.
(7) Alamat : Untuk menghindari kekeliruan bila ada dua pasien
dengan nama yang sama untuk keperluan kunjungan rumah.
(b) Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan utama yang dirasakan saat
pemeriksaan. (Varney dkk, 2007)
(c) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan klien, usia nikah pertama
kali, dan lamanya perkawinan.
(d) Riwayat mentruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus, lama mentruasi,
banyaknya ganti pembalut dalam sehari, teratur atau tidak sifat
darah dan keluhan-keluhan yang dirasakan pada waktu
mentruasi. (Susilowati, 2011)
(e) Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil
konsepsi terakhir (abortus, lahir hidup, penolong persalinan,
apakah anaknya masih hidup, dan apakah dalam kesehatan
yang baik), apakah ada komplikasi intervensi pada kehamilan,
persalinan, ataupun nifas sebelumnya (Hidayat, 2013).
(f) Riwayat keluarga berencana
Yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah menjadi akseptor
KB. Jika pernah kontrasepsi apakah yang pernah digunakan,
berapa lama, mulai menggunakan, kapan berhenti, keluhan
pada saat ikut KB, alasan berhenti KB (Hidayat, 2013).
(g) Riwayat penyakit
(1) Riwayat penyakit sekarang

18
Untuk mengetahui penyakit apa yang sedang pasien derita
sekarang. (Astuti, 2012), menanyakan pada ibu apa saja
keluhan utama yang dirasakan ibu saat ini dan kapan keluhan
itu berawal. (Varney dkk, 2007)
(2) Riwayat penyakit sistemik
Riwayat kesehatan yang lalu ditanyakan untuk
mengidentifikasi kondisi kesehatan dan untuk mengetahui
penyakit yang diderita dahulu seperti jantung, asma, TBC,
hipertensi, diabetes, PMS, HIV/AIDS. (Sulistyawati, 2014).
(3) Riwayat penyakit keluarga
Dikaji dengan penyakit yang menurun atau menular yang
dapat mempengaruhi kesehatan akseptor KB. Sehingga
dapat diketahui penyakit keturunan misalnya hipertensi,
jantung, asma, DM, dan penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, ,malaria, dan HIV/AIDS. (Sulistyawati, 2012).
(h) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Pola Nutrisi
Mengetahui seberapa banyak pola nutrisi pada pasien
dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak
ada pada pasien. (Sulistyawati, 2014).
(2) Pola eliminasi
Untuk mengetahui BAB dan BAK berapa kali sehari warna
dan konsistensi. (Saifuddin, 2010).
(3) Pola istirahat
Untuk mengetahui berapa lama pasien tidur siang dan berapa
lama pasien tidur malam, dan apakah ada gangguan.
(4) Pola seksual
Untuk mengkaji berapa frekuensi yang dilakukan pasien
dalam hubungan seksual dan adakah keluhan selama
hubungan seksual..
(5) Personal hygiene

19
Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kramas, serta ganti
baju, setidaknya 2 kali sehari. (Sulistyawati, 2014).
(6) Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan pasien sehari-
hari. Hal ini dikaji untuk mengetahui aktivitas sehari-hari
bagaimana dan ada gangguan atau tidak.
(i) Data psikologis
Data psikologis ini untuk mengetahui keadaan psikologis pasien.
(Sulistyawati, 2014)
2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dikumpulkan untuk menegakan
diagnose melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi,
dan pemeriksaan penunjang. (Sulistyawati, 2014).
a) Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : mengetahui keadaan pasien baik atau tidak.
2. Kesadaran : menilai status kesadaran pasien.
3. Tekanan darah
Mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan nilai
satuanya mmhg. (Sulistyawati, 2014).
4. Pengukuran suhu
Mengetahui suhu badan pasien suhu badan normal 36°C-
37,5°C. (Sulistyawati, 2014).
5. Nadi
Memberi gambaran kardiovaskuler, denyut nadi normal 70x/
menit sampai 80x/ menit. (Saifuddin, 2010)
6. Pernafasan
Mengetahui sifat pernafasan dan bunyi pernafasan dalam satu
menit. Pernafasan normal 16-24 x/ menit. (Saifuddin, 2010).
7. Berat badan
Mengetahui berat badan pasien. (Saifuddin, 2010)
8. Tinggi badan

20
Mengetahui tinggi badan pasien.
b) Pemeriksaan sistematis
(1) Kepala
(a) Rambut : untuk menilai warna, kelebatan, dan karakteristik
seperti ikal, lurus, keriting.
(b) Muka : keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,
oedema.
(c) Mata : konjungtiva merah muda atau pucat putih, sklera putih,
ada atau tidak ada gangguan penglihatan, secret/kotoran.
(d) Hidung : bersih, adakah pernafasan cuping hidung, dan
polip.
(e) Telinga : adakah kotoran, ada atau tidak ada gangguan
pendengaran, penumpukan serumen
(f) Mulut : untuk mengetahui mulut bersih atau tidak ada caries
atau tidak dan ada karang gigi atau tidak. (Sulistyawati,
2014).
(2) Leher : apakah ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid,
tumor dan pembesaran getah bening.
(3) Dada dan Axila: apakah ada benjolan pada payudara atau tidak
dan apakah simetris kanan dan kiri dan pada axila adakah
pembesaran getah bening. (Sulistyawati, 2014).
(4) Abdomen : apakah ada jaringan perut atau bekas operasi adakah
nyeri tekan serta adanya massa dengan palpasi. (Sulistyawati,
2014).
(5) Ganetalia : untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran, kelenjar bartholini, dan perdarahan.
(6) Ekstermitas : apakah terdapat varises, odema atau tidak, betis
merah atau lembek atau keras (Sulistyawati, 2014)
(7) Pemeriksaan laboratorium

21
Digunakan data untuk mengetahui kondisi pasien sebagai data
penunjang. Dengan dilakukan pemeriksaan Hb (Sulistyawati,
2014)
2. Langkah kedua : interpretasi data
Menurut Hellen Varney (dalam Aticeh, 2014) setelah mengumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap. Selanjutnya data
diinterpretasikan untuk dapat merumuskan diagnosa, mengidentifikasi
masalah atau diagnosa potensial serta mengidentifikasi perlunya dilakukan
tindakan segera.
Contoh : Ny…P…A… umur tahun akseptor KB … dengan…
3. Langkah ketiga : diagnose potensial
Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan
diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dari diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-
benar terjadi. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
4. Langkah keempat : antisipasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan. Dalam rumusan
ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, segera
kolaborasi atau bersifat rujukan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).
5. Langkah kelima : perencanaan
Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan
secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang
dibuat pada langkah sebelumnya. (Saifuddin, 2010).
6. Langkah keenam : implementasi
Implemenstasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efesien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus
kolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam managemen
asuhan pasien adalah tetap bertanggungjawab terhadap pelaksana asuhan
bersama yang menyeluruh. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

22
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 01 Februari 2023 Pukul : 09.30 WIB


Pertama kali ikut KB : Kunjungan awal
Metode kontrasepsi : Implant
Status kepesertaan : Aktif

A. Tinjauan Kasus
Data Subjektif
1. Biodata

Nama Ibu : Salamah Nama Suami : Junaidi


Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Melayu/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

23
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Paya Gambar Dsn Alamat : Paya Gambar
I Dsn I

2. Keluhan Utama :
- Ibu mengatakan ingin melakukan pemasangan KB Implant untuk
menunda kehamilan.
3. Status Perkawinan
Umur kawin : 22 tahun
Lama kawin : 7 tahun
4. Riwayat Menstruasi
a. Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28- 30 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 4x ganti doek
Warnanya : Merah
Fluor albus : Tidak ada

a. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang lalu


Kehamilan Persalinan Anak
Hid
No Tah PB/
UK Jenis Penolong Tempat Penyulit Sex up/
un BB
Mati
290
38m Norm Tidak
1 I, Bidan Kinik 0/48 Pr Hid
gg al ada
cm up
2. II 39m Norm Bidan Klinik Tidak 300 Pr Hid
gg al ada 0/49 up

24
cm

5.Riwayat Kesehatan Klien dan Keluarganya


Riwayat kesehatan klien :
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit yang sedang diderita,seperti
penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi dan kanker.
Riwayat kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang berbadan gemuk, dan
tidak ada yang memiliki penyakit jantung, hipertensi, dan kanker. Namun
ada yang menderita penyakit diabetes mellitus.

6.Riwayat KB yang lalu :


No Jenis Lama Masalah
3 tahun
Kontrsepsi 3 setelah
1 Tidak ada
bulan memiliki
anak pertama
7.Riwayat Sosial Budaya : Ibu mengatakan tinggal serumah dengan
Suami dan anak , cara pemecahan masalah : musyawarah
8.Riwayat spiritual : Pengambilan keputusan utama dalam
Keluarga yaitu suami, dalam kondisi emergensi : ibu dapat mengambil
Keputusan sendiri
9.Pola kebiasaan sehari hari :
a. Pola nutrisi :

Makan : 3 x/ Sehari
Komposisi :
 Nasi : 3 x @ ½ piring (sedang / penuh)
 Lauk : 3 x @ 1 potong (sedang / besar)
 Sayuran : 3 x @ ½ mangkuk sayur
 Buah : 4-5 x seminggu
 Camilan : 1-2x /hari jenis biskuit dan makanan ringan
 Pantangan : tidak ada

25
Minum,
Ibu mengatakan sehari minum air putih jumlahnya ± 8 gelas/ hari
b. Pola aktivitas :
Setiap hari ibu melakukan kegiatan rumah tangga seperti mencuci,
memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, ibu tidak
melakukan kegiatan olahraga di rumah karena sibuk mengurusi
rumah.
c. Pola istirahat :
Tidur malam : Jam 21.00 sampai jam 05.00 WIB
Tidur siang : 1 jam
Keluhan : Tidak ada keluhan
d. Pola eliminasi :
Buang Air Kecil 5-6 x warna kuning jernih
Buang Air Besar 1-2 x warna kuning kecoklatan
Warna : konsistensi lembek / keras*
Keluhan/masalah : Tidak ada
e. Pola seksual :
Ibu mengatakan 1x/3hari

Data objektif
1. Pemeriksaaan Fisik Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg

d. Denyut nadi : 82x/mnt

e. Pernapasan : 20x/mnt

f. Suhu : 36,4oC

g. BB : 64 kg

26
h. TB : 155 cm

2. Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Kepala : Tidak ada oedema, wajah bersih
b. Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema
c. Hidung : Tidak ada polip
d. Telinga : Bersih, tidak ada pengeluaran
e. Mulut : Tidak ada gigi berlubang, tidak ada sariawan
f. Leher : Tidak ada pembengkakan
g. Payudara : Tidak teraba benjolan
h. Ketiak : Tidak ada benjolan
i. Perut : Tidak ada bekas operasi, tidak ada
pembesara abnormal
j. Genitalia : Tidak ada pengeluaran secret
3. Pemeriksaan Penunjang
Planotest : Negatif
II. Rumusan Diagnosa \ Masalah kebidanan
Diagnosa : Ny.S P2A0 usia 29 tahun akseptor kontrasepsi Implant
Masalah : Ingin menunda kehamilan
Kebutuhan : KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

III. Rencana Tindakan

1. Beritahu Ibu hasil pemeriksaan umum dan vital sign

2. Beri informasi kelebihan, kekurangan dan efek samping pemakaian


Implant
3. Lakukan informed consent pada ibu dan pengisian surat persetujuan
untuk dipasang KB Implant
4. Lakukan persiapan dan pemasangan Kb Implant

27
5. Lakukan konseling pasca pemasangan KB Implant

6. Lakukan pemberian obat pasca pemasangan

7. Anjurkan kunjungan ulang

8. Lakukan pendokumentasian

IV. Implementasi

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg

d. Denyut nadi : 82x/mnt

e. Pernapasan : 20x/mnt

f. Suhu : 36,4oC

g. BB saat ini : 64 kg

h. TB : 155 cm
2. Memberikan informasi Ibu tentang kelebihan, kekurangan dan efek
samping Implant
Kelebihan KB Implan adalah :
a. Implan sangat efektif untuk mencegah kehamilan mencapai
99,95%. Ini berarti dari 10,000 wanita yang menggunakan implan,
hanya 5 perempuan yang masih bisa hamil
b. Implan sangat ekonomis dan praktis
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
d. Tidak memerlukan pemeriksaan organ reproduksi (vagina).
e. Tidak mengganggu produksi dan kualitas ASI.
f. Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid.
g. Tidak mengganggu hubungan seksual.

28
h. Menurunkan risiko beberapa penyakit radang panggul, yaitu
radang atau infeksi yang terkait dengan organ reproduksi
perempuan, seperti radang pada tuba fallopi, rahim, ovarium,
leher rahim, atau panggul perempuan. (BKKBN, 2018).
Kekurangan KB Implan:
a. Mempengaruhi periode haid (haid menjadi sedikit atau hanya
bercak), haid tidak teratur atau jarang haid.
b. Perubahan berat badan.
c. Beberapa pengguna mengalami sakit kepala, pusing, nyeri
payudara, gelisah, dan mual-mual.
d. Efek pencegahan kehamilan menurun apabila menggunakan obat-
obatan tuberculosis (TBC), epilepsy (ayan).
e. Tidak melindungi terhadap penularan AIDS/IMS (Infeksi Menular
Seksual).
Efek samping penggunaan KB Implan:
a. Tidak mens
Biasanya terjadi pada awal pemakaian KB Implan, pada 6-12 bulan
pertama.
b. Perdarahan bercak
Biasanya terjadi pada awal pemakaian KB Implan, pada 6-12 bulan
pertama.
c. Infeksi
Infeksi dapat terjadi akibat ketidak sterilan alat dan tempat, serta
perawatan luka di rumah pasca pemasangan KB Implan dapat
memengaruhi kejadian ini.
d. Ekspulsi
Setelah terjadinya infeksi pada bekas luka pemasangan KB Impan,
kapsul batang KB Implan akan keluar melalui bekas luka.
e. Peningkatan atau penurunan BB

29
Terjadi kenaikan atau penurunan berat badan akibat kandungan
hormone yang ada pada KB Implan, peningkatan berat badan normal
berkisar 1-2 kg.
3. Melakukan informed consent pada Ibu dan pengisian surat
persetujuan untuk dipasang Implant
4. Melakukan persiapan untuk pemasangan Implant
a. Persiapan alat dan bahan
1) Meja periksa untuk tempat tidur klien
2) Penyangga lengan atau meja samping
3) Sabun untuk mencuci tangan
4) 2 kapsul implan dalam satu kemasan steril
5) Kain penutup operasi steril (bersih) yang kering
6) 3 mangkok steril atau DTT (1 untuk larutan antiseptik, 1 tempat air
DTT/steril, kapas dan 1 lagi untuk tenpat kapsul implan-2. Kapsul
implan-2 plus dan fin ada di dalam trokar steril.
7) Sepasang sarung tangan steril/DTT
8) Larutan antiseptik
9) Anastesi lokal (konsetrasi 1% tanpa epinefrin)
10)Tabung suntik (5 atau 10 ml) dan jarum suntik dengan panjang
2,5-4 cm (nomor 22).
11)Trokar nomor 10 dengan pendorongnya
12)Skalpel (pisau bedah) nomor 11
13)Pola terbuat dari plastik (template) untuk menandai posisi kapsul
(huruf V).
14)Band aid (plester untuk luka ringan) atau kasa steril dengan
plaster.
15)Kasa pembalut
16)Epinefrin untuk syok anafilaktik (harus selalu tersedia untuk
keadaan darurat).

30
b. Pemasangan Implan Kapsul implan dipasang tepat dibawah kulit,
di atas lipat siku, didaerah medial lengan atas. Untuk tempat
pemasangan kapsul, pilihlah lengan klien yang jarang digunakan.
c. Langkah Pemasangan
Sebelum memulai tindakan, periksa kembali untuk memastikan
apakah klien: sedang minum obat yang dapat menurunkan
efektivitas implan, sudah pernah mendapat anastesi lokal
sebelumnya, dan alergi terhadap obat anastesi lokal atau jenis
obat lainnya.
1) Persiapan
a) Langkah 1 Pastikan klien telah mencuci dan membilas
lengan atas
b) hingga bersih. Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena
dapat menurunkan efektivitas antiseptik tertentu.
c) Langkah 2 Lapisi tempat penyangga lengan atau meja
samping dengan kain bersih.
d) Langkah 3 Persilahkan klien berbaring dan lengan atas
yang telah disiapkan, ditempatkan diatas meja penyangga,
lengan atas
e) membentuk sudut 30o terhadap bahu dan sendi siku 90o
untuk memudahkan petugas melakukan pemasangan.
f) Langkah 4 Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8
cm (3 inci) diatas lipat siku dan reka posisi kapsul di bawah
kulit (subdermal).
g) Langkah 5 Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka
bungkus
h) steril tanpa menyentuh peralatan yang ada didalamnya.
Untuk implan 2 plus, kapsul sudah berada di dalam trokar.
i) f) Langkah 6 Buka dengan hati-hati kemasan steril indoplant
dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan

31
jatuhkan seluruh kapsul ke dalam mangkok steril. Untuk
impalnt 2 plus, kapsul sudah berada di dalam trokar.
2) Tindakan Sebelum Pemasangan
a) Langkah 1 Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan
dengan kain bersih
b) Langkah 2 Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti
sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah
kontaminasi silang)
c) Langkah 3 Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah
dicapai, hitung kapsul untuk memastikan jumlahnya sudah
2.
d) Langkah 4 Persiapkan tempat insisi dengan mengoleskan
larutan antiseptik. Hapus antiseprik yang berlebihan bila
larutan ini mengaburkan tanda yang sudah dibuat
sebelumnya.
e) Langkah 5 Fokuskan area pemasangan dengan
menempatkan kain penutup (doek) atau kertas steril
berlubang. Letakkan kain steril
f) dibawah lengan atas.
g) Langkah 6 Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada
riwayat alergi terhadap obat anastesi, isi alat suntik dengan
3 ml obat anastesi (lidocaine 1%, tanpa epinefrin). Dosis ini
sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama
memasang dua kapsul
h) implan-2.
i) Langkah 7 Lakukan anastesi lokal: intrakutan dan
subdermal. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari
jaringan lunak di bawahnya dan dorong jarum untuk
menyuntikkan anestesi pada kedua jalur kapsul (masing-
masing 1 ml) membentuk huruf V.
3) Pemasangan kapsul

32
Sebelum membuat insisi, pastikan efek anastesi telah
berlangsung dan sensasi nyeri hilang.
a) Langkah 1 Pegang skalpel dengan sudut 45 o buat insisi
dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit. Jangan
membuat insisi yang panjang atau dalam.
b) Langkah 2 Trokar harus di pegang dengan ujung yang tajam
menghadap keatas. Tanda 1 dekat kapsul menunjukkan
batas masuknya trokar sebelum memasukkan setiap kapsul.
Tanda 2 dekat ujung menunjukkan batas pencabutan trokar
setekah memasang setiap kapsul.
c) Langkah 3 Dengan trokar di mana posisi angka (impaln-2)
dan panah (impant-2 plus) menghadap ke atas masukkan
ujung trocar pada luka insisi dengan posisi 45o (saat
memasukkan ujung trokar) kemudian turunkan menjadi 30o
saat memasuki lapisan subdermal dan sejajar permukaan
kulit saat mendorong hingga tanda 1 (3- 5 mm dari pangkal
trokar).
d) Langkah 4 Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit,
angkat trokar ke atas, sehingga kulit terangkat. Masukkan
trokar perlahan- lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat
pangkal. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit
selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila
berada tepat dibawah kulit.
e) Langkah 5 Saat trokar masuk sampai tanda (1), cabut
pendorong dari trokar (implan-2). Untuk implan-2 plus, justru
pendorong dimasukkan (posisi panah disebelah atas)
setelah tanda 1 tercapai dan diputar 180 o searah jarum jam
hingga terbebas dari tahanan karena ujung pendorong
memasuki alur kapsul yang ada didalam saluran trokar.
f) Langkah 6 Masukkan kapsul pertama kedalam trokar.
Gunakan pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan

33
memasukkan kedalam trokar. Untuk mencegah kapsul jatuh
pada waktu dimasukkan kedalam trokar, letakkan satu
tangan di bawah kapsul untuk menangkap bila kapsul
tersebut jatuh. Langkah ini tidak di lakukan pada impalan-2
plus karena kapsul sudah ada didalam trokar. Dorong
kapsul sampai seluruhnya masuk kedalam trocar dan
masukkan kembali pendorong.
g) Langkah 7 Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke
arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan (jika setengah
bagian pendorong masuk ke dalam trokar). Untuk implan-2
plus, setelah pendorong masuk jalur kapsul maka dorong
kapsul hingga terasa ada tahanan.
h) Langkah 8 Tahan pendorong ditempatya kemudian tarik
trocar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati
pangkal pendorong sampai tanda 2 muncul diluka insisi dan
pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Untuk
implan-2 plus, pangkal trokar tidak akan mencapai pangkal
pendorong (tertahan di tengah) karena terhalang oleh ujung
pendorong yang belum memperoleh akses ke kapsul kedua.
i) Langkah 9 Saat pangkal trokar menyentuh pegangan
pendorong, tanda (2) harus terlihat ditepi luka insisi dan
kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit.
Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul
sudah keluar seluruhnya dari trokar.
j) Langkah 10 Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar
ujung dari trokar ke arah lateral kanan dan kembalikan lagi
ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas.
Selanjutnya geser trocar sekitar 30 o , mengikuti pola huruf V
pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk)
dan masukkan kembali trocar mengikuti alur kali V
sebelahnya sampai tanda (1). Bila tanda (1) sudah tercapai,

34
masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan
seperti langkah sebelumnya (langkah 8) sampai seluruh
kapsul terpasang. Untuk implan-2 plus, kapsul kedua di
tempatkan setelah trokar disorong kembali mengikuti kaki V
sebelahnya hingga tanda 1, kemudian pendorong di putar
180o berlawanan dengan arah jarum jam hingga ujungnya
mencapai pangkal kapsul kedua dan trokar ditarik kembali
ke arah pangkal pendorong.
k) Langkah 11 Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk
mengurangi resiko atau ekpulsi, pastikan bahwa ujung
kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
Juga pastikan jarak antara ujung setiap kapsul yang
terdekat dengan tepi luka insisi (dasar huruf V) tidak lebih
dari kapsul.
l) Langkah 12 Saat memasang kedua kapsul satu demi satu,
jangan mencabut trokar dari luka insisi untuk mengurangi
trauma jaringan, minimalisasi infeksi dan mempersingkat
waktu pemasangan.
m) Langkah 13 Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk
memastikan kedua kapsul telah terpasang.
n) Langkah 14 Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup
jauh dari luka insisi (sekitar 5 mm). Bila sebuah kapsul
keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut
dengan hati-hati dan dipasang kembali ditempat yang tepat.
o) Langkah 15 Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi
setiap kapsul sudah dipastikan tepat keluarkan trokar pelan-
pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa
selama 1 menit untuk menghentikan perdarahan. Bersihkan
tempat pemasangan dengan antiseptik.
Tindakan Setelah Pemasangan Kapsul
1) Menutup luka insisi

35
a) Tentukan tepi kedua insisi dan gunakan band aid tau
plaster dengan kasa steril unutk menutup luka insisi. Luka
insisi tidak perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan
parut.
b) Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan
dengan pembalut untuk hematosis dan mengurangi memar
(perdarahan subkutan).
2) Pembuangan Darah dan Dekontaminasi
a) Sebelum melepas sarung tangan, masukkan alat-alat ke
wadah yang berisi klorin 0,5% untuk dekontaminasi.
Dekontaminasi juga jarum dan alat suntik, pendorong dan
trokar.
b) Kain penutup (bila digunakan) harus dicuci sebelum
dipakai lagi. Taruh di dalam kontainer yang kering dan
tertutup kemudian bawa ke tempat cucian. Dengan masih
memakai sarung tangan, buang bahan-bahan
terkontaminasi (kasa, kapas dan lain-lain) dalam kontainer
yang anti bocor dan diberi tanda atau dalam kantong
plastik.
c) Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai, celupkan
sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin, kemudian lepaskan sarung tangan
secara terbalik dan masukkan ke tempat sampah.
d) Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang, celupkan
sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin, lepaskan secara terbalik dan
masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% (rendam dalam 10
menit).
e) Cuci tangansegera dengan sabung dan air
f) Semua sampah harus dibakar atau ditanam
3) Perawatan klien

36
Buat catatan pada rekam medik tempat pemasangan kapsul
dan kejadian tidak umum yang mungkin terjadi selama
pemasangan (gambarkan lokasi pemasangan kapsul pada
lengan atas klien). Amati klien lebih kurang 14 sampai 20 menit
untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi atau efek lain
sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan
luka insisi setelah pemasangan, kalau bisa diberikan secara
tertulis. (Prawirohardjo, 2012:PK-27).
5. Melakukan konseling pasca pemasangan Implant
a. Mungkin akan terjadi memar, bengkak atau sakit didaerah insisi
selama beberapa hari. Hal ini normal
b. Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48
jam. Luka insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi
atau mencuci pakaian
c. Jangan mambuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan
band aid ditempatnya sampai luka insisi sembuh (umunya 3-5
hari).
d. Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka
didaerah tersebut atau menambahkan tekanan.
e. Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan
dibersihkan dengan tekanan normal.
f. Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi
kemerahan dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa
hari, segera kembali ke klinik (Affandi, 2011).
g. Memberitahu ibu untuk berkunjung ke klinik untuk memeriksakan
bekas luka pemasangan KB Implan pada hari ketujuh.
6. Melakukan pemberian obat pasca pemasangan yaitu Vit.C 1x1/hari
dan Antibiotik Amoxicilyn 3x1/hari
7. Menganjurkan kunjungan ulang apabila terdapat keluhan dan
memberikan kartu KB Implant sebagai pengingat tanggal kembali

37
pada tanggal 01 Januari 2026 akan tetapi implant ini bisa dilepas
sewaktu-waktu jika ibu ingin hamil lagi.
8. Melakukan pendokumentasian.

V. Evaluasi

1. Ibu sudah mengetahui kondisinya

2. Ibu mengerti penjelasan oleh Bidan tentang kelebihan, kekurangan


dan efek samping Implant.
3. Ibu menyetujui dan menandatanganinya

4. Ibu siap dilakukan pemasangan Implant

5. Ibu mengerti konseling pemasangan Implant

6. Ibu bersedia minum Vit.C dan antibiotic Amoxicilyn yang diberikan

7. Ibu bersedia datang kembali ke Puskesmas apabila ada keluhan dan


bersedia datang kembali pada saat pelepasan Implant.
8. Pendokumentasian telah dilakukan

B. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 08 Februari 2023 Pukul : 10.00 WIB
Subjektif : Ibu melakukan pemeriksaan luka pasca pemasangan KB Implan
Objektif :
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TD : 100/70 mmHg
4. Nadi : 80 kali/menit
5. RR : 23 kali/menit
6. Suhu : 37oC
7. Status Present : Dalam batas normal, luka bekas pemasangan KB
Implan dalam keadaan kering, tidak ada pembengkakan, kapsul KB

38
Implan tidak keluar, tidak ada pengeluaran darah atau nanah dari bekas
luka.
8. Status Obstetrik : tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada masa
pada abdomen dan tidak ada pengeluaran pervaginam.

Analisa:
Ny. S umur 29 tahun, P2A0, pasca pemasangan KB Implan hari ke-7

Penatalaksanaan:
1. Memberi tahu hasil pemeriksaan bahwa pasien dalam keadaan baik dan
hasil pemeriksaan fisik pasien dalam batas normal.
Hasil: Ibu senang mengetahui bahwa hasil pemeriksaannya dalam batas
normal.
2. Mengevaluasi bekas luka pasca pemasangan KB Implan, hasil
pemeriksaan bekas luka ibu dalam keadaan baik, tidak terjadi infeks
bekas luka, tidak terjadi pembengkakan, tidak terjadi eksplusi kapsul
implan dan luka kering dengan baik.
Hasil: Ibu senang mengetahui bahwa hasil pemasangan KB Implan
dalam kondisi baik
3. Menyarankan ibu untuk tetap menjaga dan memperhatikan lokasi
pemasangan KB Implan dengan cara meraba lokasi pemasangan KB
Implan, agar bila terjadi kegawatan bisa segera langsung menemui
tenaga kesehatan.
Hasil: ibu mengatakan akan berusaha untuk memperhatikan lokasi
pemasangan KB Implan pada lengan kiri ibu dan akan kembali ke klinik
maupun ke puskesmas terdekat untuk melakukan pemeriksaan bila
dirasa lokasi KB Implan tidak dalam keadaan baik.
4. Memberitahu ibu bahwa ibu bisa datang sewaktu waktu apabila ada
keluhan ataupun memerlukan konsultasi.
Hasil: Ibu mengatakan iya

39
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif

40
Pengkajian data subjektif pada Ny. S pada pemeriksaan dilakukan
dengan metode auto anamnesa karena secara fisik maupun psikologis
mampu melakukan komunikasi dengan baik. Saat melakukan asuhan
kebidanan kehamilan pada Ny. S dicantumkan tanggal, jam dan tempat
sebagai bukti atau consent bahwa penulis sudah melakukan asuhan pada
tanggal, jam dan tempat seperti yang dituliskan dalam lembar tinjauan
kasus. Pengkajian dilakukan pada menyeluruh mulai dari biodata, alasan
datang, keluhan utama, riwayat obstetrik, riwayat kesehatan, riwayat
persalinan dan nifas pada masa lalu, rencana KB, pola pemenuhan
kebutuhan sehari-har, eliminasi, personal hygine, pola istirahat, aktifitas
fisik dan olahraga, dan riwayat psikososial-spiritual.
Pada kunjungan pertama KB pasien ingin melakukan pemasangan KB
Implant dengan lama pemakaian 3 tahun.
Pada kunjungan kedua, ibu mengatakan dalam kondisi baik dan hasil
bekas pemasangan KB Implan dalam keadaan yang baik, dimana tidak
terdapat tanda-tanda infeksi, pembengkakan, tidak tampak terlihat adanya
eksplusi dari kapsul KB Implan, serta luka pasca pemasangan KB Implan
sudah kering dengan baik.

B. Data Objektif
Pemeriksaan status present dilakukan dengan lengkap mulai dari head
to toe. Pada pemeriksaan fisik, wajah tidak ada oedema, mata an anemis,
hasil pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.
Pemeriksaan obstretrik dilakukan untuk menemukan kelainan berkaitan
dengan sistem reproduksi pasien. Dilakukan pemeriksaan didapati hasil
mamae tidak terdapat benjolan abnormal sebagai petunjuk terdapat kanker
payudara, tidak juga terdapat hiperpigmentasi pada aerola, pada
pemeriksaan abdomen tidak terdapat pembesaran abdomen dan pada
genetalia tidak terdapat pengeluaran.

C. Analisa

41
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual
dan seperlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi masalah (Varney, Kriebs and Gegor, 2007). Diagnosis pada Ny.
S adalah Ny. S umur 29 tahun P2A0 dengan akseptor KB Implant .

D. Penatalaksanaan
Menurut Purwoastuti & Walyani (2015: 182), KB adalah suatu usaha
pasangan suami istri untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan
dan KB implan ini merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang
dengan panjang kirakira 4 cm, dan KB implan ini dimasukkan kedalam kulit
dibagian lengan atas dan efektif selama 3 tahun. Pada anamnesa Ny “S”
menyatakan ingin memakai KB implan untuk menunda kehamilannya.
Melakukan informed concent untuk persetujuan yang di berikan oleh klien
dan keluarga atas infirmasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap klien dan setiap tindakan medis yang berisiko haru
persetujuan tertulis ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetujuan klien dalam keadaan sadar dan sehat. (Purwoastuti & Walyani,
2015: 189).

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

42
Dalam kasus ini, penulis memahami kasus secara nyata tentang asuhan
yang diberikan pada kesehatan reproduksi dengan masalah pemsangan
implant. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.S berjalan sesuai teori.
Selain itu dari penatalaksanaan kasus ini penulis dapat:
1. Asuhan kebidanan pada Ny.S dilakukan berdasarkan pegkajian data
subjektif dan data objektif serta, Sehingga penanganan yang diberikan
berdasarkan kebutuhan pasien
2. Asuhan kebidanan pada Ny S dapat dirumuskan diagnose kebidanan
yaitu akseptor kb implant
3. Penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.S diberikan sesuai
dengan kebutuhan yaitu degan melakukan KIE tentang efek samping
dari kb implant
4. Asuhan kebidanan Ny.S dengan melakukan pendokumetasian kasus

B. Saran
a. Untuk Bidan : diharapkan mampu meningkatkan manajemen asuhan
kebidanan yang ditetapkan terhadap pasien dalam memberikan KIE
tentang pengunaan kb implant
b. Untuk Pasien : diharapkan klien menambah pengetahuan mengenai apa
itu implant serta mengetahui manfaat dan kekurangan dari penggunaan
kb implant.

DAFTAR PUSTAKA

Anggarini, Dina Dewi, dkk. 2021. Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Kita Menulis
: Medan.

43
Anggraeni Yetty dan Martini.2011.Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta:
Rohima Press.
Affandi, B. (2011) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT
Bina Sarwono Prawirohardjo.
BKKBN (2018) Pilihan Konrasepsi Bagi Masyarakat Umum. Jakarta: Kemenkes
RI.
Fauziah (2020) BUKU AJAR PRAKTIK ASUHAN PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA (KB). Banyumas: CV. Pena Persada.
Gustikawati, D.A. 2014. Faktor Pendukung dan Penghambat Istri PUS dalam
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas 1 Denpasar Utara.
Handayani (2011) Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Handayani, S. (2017) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Nupariana, H. & F. (2013) Jenis Pemakaian Kontrasepsi Hormonal dan
Gangguan Menstruasi di Wilayah Kerja Puskesmas. universitas Halu oleo
Kendari.
Sari, N,S, D. dkk (2021) ‘Pencegahan Infeksi pada Luka Pasca Pemasangan
KB Implan’, Midwiferia, 1(1).
Suratun. dkk (2018) Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Trans Infomedia.
Supiani, Eka Mustika , Dwi Wirastri. (2023). Dalam ndonesian Journal of
Community Dedication (IJCD). Volume 5 Nomor 1 Januari 2023. Edukasi
Pentingnya Keluarga Berencana (KB) Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Dan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Dusun
Anjani Timur Desa Anjani Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur.
Diakses tanggal ( 02 Februari 2023).
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/community/article/view/1006/744.
Yanti, Lilis Candra. 2021. Pengaruh KB Suntik DMPA Terhadap Gangguan
Siklus Menstruasi pada Akseptor KB. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada : Makassar.
Winarsih, S. (2017) memahami Kontrasepsi Hormonal Wanita. Yogyakarta:
Trans medika.

44

Anda mungkin juga menyukai