Anda di halaman 1dari 15

Penatalaksanaan Asuhan Kegawatdaruratan

pada BBL dan Neonatus pada Kasus


Hipoglikemia dan Hiperbilirubinemia

Kelompok 13

• Christin Monauli Manurung


• Suryati
• Widya Wulandari
• Yanna Ilin Manniza
A. HIPOGLIKEMIA
Pengertian Hipoglikemia adalah penurunan abnormal kadar gula
darah (Afriana & Arum, 2016).

Hipoglikemia adalah keadaan hasil pengukuran kadar


glukose darah <45 mg/dl (2,6 mmol/L) (Depkes RI, 2007).

Dari pengertian diatas hipoglikemia merupakan


penurunan kadar glukosa darah <45 mg/dl (2,6 mmol/L)
dengan gejala klinis seperti tremor, sianosis, hipotermi,
kejang, apnea, atau pernafasan tidak teratur, letargi atau
apatis, berkeringat, takipnea atau takikardi dan tidak
mau minum.
Penyebab

Hipoglikemia persisten tidak umum terjadi,


penyebabnya adalah sebagai berikut:
Hiperinsulinisme
• Bayi dari ibu diabetik.
• Sindrom Beckwith-Wiedemann.
• Hiperinsulinisme hipoglikemia persisten pada bayi
(PPH/nesidioblastosis).
• Lastrogenik-penghentian nutrisi parentenal total secara
mendadak atau
• konsentrasi infus glukosa yang tinggi (Hernawati, E & Lia
Kamila, 2017).
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
• Konsentrasi glukosa darah-pemeriksaan yang benar (laboratorium)
harus dilakukan.
• Konsentrasi insulin darah
Jika tidak terdapat hiperinsulinisme, periksa:
• Hormone hipofisis
• Untuk kelainan bawaan
• Asilkarnitin
Pemeriksaan penunjang lainnya yang mungkin diperlukan:
• Ultrasonografi otak dan/atau MRI untuk anomaly structural
• Ultrasonografi adrenal-untuk perdarahan adrenal.
• Pemeriksaan oftalmologik-untuk dysplasiasepto-optik (Hernawati, E
& Lia Kamila, 2017).
Diagnostik

Anamnesis
• Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan
• Riwayat bayi premature
• Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
• Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
• Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
• Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
(Depkes RI, 2007)
Penatalaksanaan

• Jika tidak terdapat serangan kejang, glukosa 10% diberikan intravena,


efektif untuk meningkatkan konsentrasi glukosa darah.
• Jika terdapat kejang-kejang ada indikasi memberi glukosa 10-25%
sebagai suntikan bolus yang mengakibatkan beban dosis 1-2 gr/kg
setelah pengobatan awal
• infus glukosa harus diberikan dengan kecepatan 4-8 mg/kg permenit.
• Jika hipoglikemia timbul kembali kecepatan infus harus dinaikkan 15-
20% glukosa, jika infus intrafena 20% glukosa tidak cukup untuk
menghilangkan gejala dan konsentrasi gula darah normal. Berikan
hidrokartison 2,5 mg/kg selama 12 jam atau prednison 1mg/kg
selama 24 jam.
• Gula darah harus diukur tiap 2 jam. Di standarkan 40 mg/dl.
Pengobatan yang dipenitip untuk mengatasi beberapa kasus
pemberian glucagon dan somatostasin.
• Bayi dengan resiko tinggi gula darah harus diukur dalam satu jam
setelah lahir, 2 jam, 8 jam pertama kemudian tiap 6 jam sampai
berumur 24 jam. Harus diberi makanan peroral atau pipa lambung,
infus intravena glukosa dengan kecepatan 4 mg/kg (Rukiyah, A & Lia
Yulianti, 2017).
B. IKTERUS/HIPERBILIRUBINEMIA
DEFINISI Hiperbilirubinemia adalah keadaan yang normal pada bayi
baru lahir selama seminggu pertama akibat metabolisme
bilirubin bayi belum sempurna. Warna kuning pada kulit bayi
dan dan pada bagian putih mata (sklera) dalam beberapa
hari setelah lahir disebut ikterus neonaturum. Hal itu
disebabkan oleh penumpukan bilirubin. Walaupun warna
kuning pada bayi bukan hal yang berbahaya, tetapi pada usia
ini kadar bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan toksik dan
berbahaya bagi sistem saraf pusat bayi (Wafda Sylvi N.A,
2019).

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam


darah yang kadar nilainya lebih dari normal, biasanya terjadi
pada bayi baru lahir. Nilai normal: bilirubin indirek 0,3-
1,1mg/dl, bilirubin direk 0,1-0,4 mg/dl (Maryunani, A & Eka
Puspita, 2013).
Faktor penyebab hiperbilirubin

Hiperbilirubin pada bayi baru lahir paling sering timbul karena fungsi hati
masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah.
Hiperbilirubin juga bisa terjadi karena beberapa kondisi klinis, diantaranya
adalah:
• Ikterus fisiologis merupakan bentuk yang paling sering terjadi pada bayi
baru lahir:
• Breastfeeding jaundice
• Ikterus ASI (breast milk jaundice)
• Ikterus pada bayi baru lahir akan terjadi pada kasus ketidak cocokan
golongan darah (inkompatibilitas ABO) dan rhesus (inkompatibilitas
rhesus) ibu dan janin
• Lebam pada kulit kepala bayi yang disebut dengan sefalhematom dapat
timbul dalam proses persalinan.
Klasifikasi:

• Derajat I: Daerah kepala dan leher, perkiraan


kadar bilirubin 5,0 mg%.
• Derajat II: Sampai badan atas, perkiraan kadar
bilirubin 9,0 mg%
• Derajat III: Sampai badan bawah hingga tungkai,
bilirubin 11,4 mg%
• Derajat IV: Sampai daerah lengan, kaki bawah
lutut, 12,4 mg%
• Derajat V: Sampai daerah telapak tangan dan
kaki, 16,0 mg% (Maryunani, A & Eka Puspita,
2013).
Diagnostik

Anamnesis
• Riwayat ikterus pada anak sebelumnya
• Riwayat penyakit anemi dengan pembesaran hati,
limpa atau pengangkatan limpa dalam keluarga
• Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil
• Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini
• Riwayat trauma persalinan, asfiksia (Depkes RI,
2007).
Pemeriksaan Laboratorium

• Penyebab yang pasti terhadap ikterus pada bayi baru lahir harus
dicari.
• Pada bebebrapa kasus, pemeriksaan fisik yang lengkap sangat
diperlukan dan pemeriksaan darah mungkin diperlukan untuk
mengetahui:
1. Kadar bilirubin total, berdasarkan pemeriksaan ini dokter akan
meminta pemeriksaan tambahan seperti tes Coombs untuk
memeriksa antibody yang menghancurkan sel darah merah bayi,
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan hitung retikulosit untuk
melihat apakah bayi memproduksi sel darah merah yang baru.
2. Golongan darah dan rhesus ibu dan bayi.
3. Pada beberapa kasus mungkin perlu untuk memeriksa darah
untuk melihat suatu kondisi yang disebut sebagai defisiensi G6PD
(glucose-6-fosfat dehydrogenase) (Maryunani, A & Eka Puspita,
2013).
Penanganan Hiperbilirubin pada bayi baru lahir

1. Penanganan sendiri di rumah:


a. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang cukup 8-12 kali sehari
b. Anjurkan ibu untuk menjemur bayinya karena matahari akan membantu
memecahkan bilirubin sehingga lebih mudah diproses hati.

Caranya:
• Tempatkan bayi dekat jendela yang terbuka untuk mendapatkan matahari pukul 7-8
pagi
• Atur posisi bayi agar wajahnya tidak langsung menghadap matahari
• Lakukan penyinaran selama 30 menit yaitu 15 menit terlentang dan 15 menit
tengkurap
• Usahakan sinar matahari langsung mengenai kulit bayi oleh karenanya sebaiknya
bayi telanjang tetapi jaga agar bayi tidak kedinginan..
• Jika ikterus terus berlanjut hingga lebih dari 3 minggu, segera rujuk kerumah sakit
(Wafda Sylvi N.A, 2019).
2. Terapi medis:

• Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi sinar


(phototherapy) sesuai dengan peningkatan kadar bilirubin pada nilai
tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah bayi lahir cukup bulan atau
premature. Bayi akan ditempatkan dibawah sinar khusus. Sinar ini
akan mampu menembus kulit bayi dan akan mengubah bilirubin
menjadi lumirubin yang lebih mudah diubah oleh tubuh bayi. Selama
terapi sinar penutup khusus akan dibuat untuk melindungi mata.
• Jika terapi sinar yang standart tidak menolong untuk menurunkan
kadar bilirubin, maka bayi akan ditempatkan pada selimut fiber optic
atau terapi sinar ganda/triple akan dilakukan (double/triple light
therapy)
• Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar yaitu
penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah prosedur yang
sangat khusus dan dilakukan pada fasilitas yang mendukung untuk
merawat bayi dengan sakit kritis, namun secara keseluruhan, hanya
sedikit bayi yang akan membutuhkan transfusi tukar (Maryunani, A &
Eka Puspita, 2013).
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai