LAPORAN KASUS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Anak
Pengampu : Ema Hikmah, S.Kp, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Pengkajian dilakukan tanggal 27 Juni 2019. Ibu mengatakan haid terakhir di tanggal 19
September 2018, dan melahirkan dengan operasi SC di tanggal 25 Juni 2019 dengan jenis
kelamin bayi laki-laki.
Ibu mengatakan merasa cemas karena kondisi bayinya tampak berwarna kuning, bayinya
terus menerus tidur sehingga sulit untuk disusui setiap 2 jam sekali, nbayinya hanya
diberikan ASI saja, dan tidak ada riwayat minum obat-obatan dan jamu.
Keadaan umum bayi baik, kesadaran kompos mentis, BB 3000 gr, PB 48 cm, suhu 36,7 C,
nadi 130 x/menit, RR 32 x/menit, tali pusat belum lepas, bayi tidak menyusui secara adekuat,
kulit bayi tampak kuning pada bagian muka dan abdomen.
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBINIEMIA
A. HIPERBIRILUBINEMIA
a. Pengertian
Merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir di mana kadar bilirubin serum total
lebih dari 10mg% pada minggu pertama dengan ditandai dengan ikterus,keadaan ini
terjadi pada bayi baru lahir yang sering disebut sebagai ikterus neonatorum yang bersifat
patologis atau lebih dikenal dengan hiperbilirubinemia yang merupakan suatu keadaan
meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstra vaskuler sehingga
konjungtiva,kulit dan mukosa akan bewarna kuning, keadaan tersebut juga berpotensi
besar terjadi kern ikterus yang merupakan kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak. Secara umum bayi mengalami hiperbilirubinemia memiliki ciri
sebagai berikut adanya ikterus terjadi pada 24 jam pertama,peningkatan konsentrasi
bilirubin serum 10mg% atau lebih setiap 24 jam,konsentrasi bilirubin serum 10mg%
pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan,ikterus
disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat
badan bayi lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu , asfiksia,
hipoksia, sindroma gangguan pernapasan,dan lain-lain.
Dalam memahami gejala atau tanda hiperbilirubinemia yaitu adanya ikterus yang
timbul, dan ikterus itu mempunyai dua macam yaitu ikterus fisiologis dan ikterus
patologis.
1. Ikterus fisiologis apabila timbul pada hari kedua dan hari ketiga dan menghilang
pada minggu pertama selambat-lambatnya adalah 10 hari pertama setelah lahir, kadar
bilirubine indirek tidak melebihi 10mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5
mg% untuk neonatus yaang kurang bulan,kecepatan peningkatan kadar bilirubinemia
tidak melebihi 5mg% setiap hari, kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
2. Ikterus patologis dimana ikterus ini terjadinpada 24 jam pertama, kadar bilirubin
serum melebihi 10mg% pada neonatus cukup bulan dan melebihi 12,5mg% pada
neonatus kurang bulan, terjadi peningkatan biluribin lebih dari 5 mg% perhari,
ikterusnya menetap sesudah 2 minggu pertama dan kadar bilirubin direk melebihi 1
mg%.
b. Etiologi
Etiologi pada bayi dengan hiperbilirubinemia :
1. Produksi bilirubin berlebihan.
2. Gangguan pengambilan dan pengangkutan bilirubin dalam hepatosit.
3. Gagalnya proses konjugasi dalam mikrosom hepar.
4. Gangguan dalam eksresi.
5. Peningkatanan reabsorbsi pada saluran cerna (siklus enterohepatik).
c. Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin pada sel
Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran
Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z
berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau
neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air
tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel
otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada
otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah
tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada
keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi
terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH,
Markum,1991).
PATHWAY
d. Manifestasi klinis
e. Klasifikasi
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes comb pada tali pusat bayi yang baru lahir. Hasil positif tes comb indirek
menandakan adanya Rh-positif, anti-A atau Anti-B dalam darah ibu. Hasil positif
dari tes comb direk menandakan adanya sentisasi (Rh-positif, Anti-A, Anti-B)
terhadap darah merah dari neonates.
2. Golongan darah bayi dan ibu : untuk mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin total: kadar direk (terkonjugasi) bermkna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl
yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih daro 20
mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi preterm (bergantung pada
berat badan).
4. Protein serum total: jika kadar kurang dari 3,0 mg/dl menandakan penurunan
kapasitas ikatan, terutama pada bayi preterm.
5. Hitung darah lengkap: haemoglobin (Hb) mungkin redah (kurang dari 14 g/dl)
karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih dari 65%) pada
polisitemia., penurunan (kurang dari 45%) dengan hemolisis dan anemia
berlebihan.
6. Glukosa: kadar dekstrosa mungkin kurang dari 45%, glukosa darah lengkap kurang
dari 30 mg/dl, atau tes glukos serum kurang dari 40 mg/dl bila bayi baru lahir
hipoglikemia dan mulaimenggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam
lemak.
7. Daya ikat karbondioksida: penurunan kadar menunjukan hmolisis.
8. Meter ikterik transkutan: mengidentifikasikan bayi yang memerlukan penentuan
bilirubin serum.
9. Jumlah retikulosit: peningkatan retikulosit menandakan peningkatan produksi sel
darah merah dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan dengan masalah
Rhesus.
10. Sajian usap (smear) darah perifer dapat menunjukan sel darah merah abnormal dan
imatur eritroblastosis pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitasABO.
11. Tes Betkle-kleihaur evaluasi sajian usap (smear) darah maternal terhadp eritrosit
janin.
g. Penatalaksanaan medis
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian
ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital : Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan
memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang
mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam
empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi : Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis
dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan
oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar. : Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani
dengan foto terapi.
8. Terapi Obat-obatan : Misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan
bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga
berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke
organ hari.
h. Penatalaksanaan non medis :
a) Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seseorang perawat pada bayi dengan
hiperbilirubinemia.
1) Biodata bayi dan ibu, di antaranya : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit ini terjadi bisa dengan ibu dengan riwayat hiperbilirubinemia pada
kehamilan atau sibling sebelumnya,penyakit hepar,fibrosiskistik,kesalahan
metabolisme saat lahir (galaktosemia), diskrasiasi darah atau sfeosifasititas, dan
definisi glukosa-6 fosfat dehidrogenenase (G-6P).
3) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu dengan diabetes melitus, mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya
salsifat,sulfonairodal pada rubella, sitomegalovirus pada proses persalinan dengan
ekstrasi vakum, induksi, oksitoksin, dan perlambatan pengikatan tali pusat atau
trauma kelahiran lain.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan kesadaran apatis, daya isap lemah atau bayi tak mau minum,
hipotonia letargi, tangis yang melengking, dan mungkin terjadi kelumpuhan otot
ekstravaskuler.
b) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lesu,letargi,koma.
Tanda-tanda vital :
Pernapasan 120-160 x/menit
Nadi : 40 x/menit
Suhu : 36,5 – 37 derajat
Kesadaran Apatis sampai koma
Daerah kepala dan leher
Kulit kepala ada atau tidak terdapat bekas tindakan persalinan seperti: vakum
atau terdapat kaput, sklera ikterik, muka kuning, leher kaku.
Pernapasan
Riwayat asfiksia, muskus, bercak merah (edema pleural, hemoragi pulmonal)
Abdomen
Pada saat palpasi menunjukkan pembesaran limpa dan hepar, turgor buruk,
bising usus hipoaktif.
Genitalia
Tidak terdapat kelainan
Eliminasi
Buang air besar (BAB) : proses eliminasi mungkin lamabat, feses lunak cokelat
atau kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
Ekstermitas
Tonus otot meningkat , dapat terjadi spasme otot dan episotonus.
Sistem Integumen
Terlihat joundice di seluruh permukaan kulit.
c) Diagnosis Keperawatan
1) Risiko cedera berhubungan dengan kadar bilirubin darah toksik dan komplikasi
berkenaan dengan fototerapi.
2) Risiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan cairan tidak tampak oleh mata serta dehidrasi dan fototerapi.
3) Gangguan interaksi orang tua dan bayi karena fototerapi.
4) Kecemasan berhubungan dengan terapi yang diberikan pada bayi
5) Resiko Gangguan integritas kulit berhibungan dengan eksresi bilirubin, efek
fototerapi
Risiko Cedera Setelah dilakukan 1. Perhatikan adanya 1. Pada kondisi ininkontakindikasi karena
yang berhubungan tindakan asuhan perkembangan bilirubin dan foto isomer bilirubin yang diproduksi
dengan kadar keperawatan obstruksi usus dalam kulit dan jaringan subkutan
bilirubin darah diharapkan bayi dengan penajaman terapi sinar tidak
toksik dan Tidak terjadi cedera siap dieksresikan
komplikasi yang dengan kriteria 2. Intesitas sinar yang menembus kulit
berkenaan dengan hasil: dari spektrum biru (sinar biru)
2. Ukur kuantitas fotoenergi
fototerapi - Tidak terjadi menentukan seberapa dekat bayi
bola lampu fluoresen
cedera ditempatkan
dengan menggunakan
fotometer
Gangguan interaksi Setelah dilakukan 1. Jelaskan perlunya memberi 1. Mencegah kekurangan cairan tubuh
orang tua dan bayi tindakan asuhan masukan cairan yang
karena fototerapi. keperawatan adekuat 2. Mempererat hubungan orang tua dan
diharapkan Agar 2. Anjurkan orang tua bayi.
orang tua ikut berpartisipasi dalam
berpartisipasi perawatan bayi. 3. Mengecek perkembangan kadar
terhadap 3. Tinjau ulang perawatan bilirubin
perkembangan bayi dengan
kesehatan bayi hiperbilirubinemia
Kurang Setelah dilakukan 1. Ajak orang tua untuk 1. Menambah pengetahuan mengenai
pengetahuan tindakan asuhan diskusi dengan penyakit yang dialami bayi.
berhubungan keperawatan meenjelaskan teentang
dengan kurangnya diharapkan orang fisiologis, alas an 2. Orang tua dapat meerawat bayi
pengalaman orang tua menyatakan perawatan, dan pengobatan. dengan benar
tua mengerti tentang 2. Libatkan dan ajarkan orang 3. orang tua dapat megetahui gejala dan
perawatan bayi tua dalam merawat bayi tanda yang teerjadi pada bayi dan
hiperbilirubin dan 3. Jelaskan komplikasi dapat bertindak cepat.
kooperatif dalam dengan mengenal tanda dan
perawatan. gejala; kekakuan otot,
Dengan kriteria kejang dan tidak mau
hasil : makan/ minum,
Orang tua meningkatnya temperature,
menyatakan dan tangisan yang
mengerti melengking.
tentang 4.
perawatan
bayi
hiperbilirubin
dan kooperatif
dalam
perawatan
e) Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
- Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya.
f) Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil tujuan yang hendak
dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi dan RitaYuliani,. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Salemba Medika
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
A. PENGKAJIAN
I. Biodata
Nama : By. M
Umur : 2 Hari
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 (Satu)
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
No.CM : 00363451
Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia
Tanggal Pengkajian : Kamis, 27 Juni 2019, Jam 08.00
Tanggal Masuk : Selasa, 25 Juni 2019, Jam 08.00
Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Agung Rahmat Ismunandar Hadi
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Komplek Graha Kencana Blok F.9 No.13 RT. 16/07, Jakarta
Ibu
Nama : Vanka Permata Priscila Andini
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komplek Graha Kencana Blok F.9 No.13 RT. 16/07, Jakarta
- Prenatal Care
1. Kehamilan : G1P1A0
2. Penerimaan kehamilan : kehamilan yang pertama dan sangat
diinginkan
3. Gizi ibu selama mengandung : baik, ibu menyukai sayuran dan buah-
buahan.
4. Kesehatan ibu selama hamil : selama hamil, ibu tidak pernah menderita
penyakit yang berat dan selalu mengkonsumsi vitamin dari dokter
5. Makanan yang dipantang : makanan yang berminyak
6. Pertumbuhan / kenaikan BB selama hamil :
Trimester 1 = 2 kg
Trimester 2 = 5 kg
Trimester 3 = 5 kg
7. Keluhan selama hamil muda : Mual-mual seringnya dipagi dan sore
hari dan berlangsung ± 3 bulan
8. Obat-obatan yang pernah diminum : Vitamin dan tablet Fe dari dokter
9. Penyakit kehamilan : Tidak ada
10. Imunisasi :
TT 1 = 09 November 2018 (usia kehamilan 7 minggu)
TT 2 = 14 Februari 2019 (usia kehamilan 21 minggu)
- Natal :
1. Bayi waktu lahir ditolong oleh Dokter Kandungan
2. Jenis persalinan : Operasi Sesar
3. Keadaan waktu bersalin : Baik
4. APGAR : 10 (Ibu mengatakan bahwa saat lahir langsung menangis
kuat, bergerak aktif, kulit berwarna merah)
5. Riwayat persalinan sebelumnya : belum ada, karena anak pertama
- Postnatal :
1. Kesehatan ibu : baik
2. Kesehatan bayi : beresiko tinggi
3. Nutrisi (kolostrum) : kolostrum pada ASI sudah keluar sejak jam
pertama setelah persalinan. Cara pemberian : beberapa jam setelah
lahir
4. Reflek fisiologis
Reflek moro = ada
Reflek sucking = ada
Reflek roothing = ada
Reflek tonik neck = ada
Reflek Babinski = ada
Reflek palmar = ada
Motorik kasar = belum tampak
Motorik halus = belum tampak.
Perkembangan bicara dan bahasa = belum tampak.
Perkembangan emosi dan hubungan sosial = belum tampak.
- Imunisasi
Hepatitis B = saat baru lahir
3. Data Psikososial
4. Riwayat spiritual
5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Tingkat kesadaraan : Komposmentis
3. Tanda-tanda vital
Nadi : 130x/menit
Pernafasan : 32x/menit
Suhu : 36,7oC
4. Antropometri
TB : 48 cm
BB : 3000 gr
LK : 35 cm
LD : 32 cm
Lila : 10 cm
5. Head To Toe
a. Kulit dan kepala di dapatkan data :
- Kulit kepala tidak ada ketombe atau minyak
- Bentuk kepala = bulat oval
- Ubun kecil = normal, belum menutup
- Rambut tipis halus berwarna hitam dan lembut
- Tidak ada lesi
b. Mata di dapatkan data :
Bentuk mata doll eyes simetris, konjungtiva anemis, sklera ikterik, kornea
transparan jernih, pupil isokor, lensa jernih, kelopak mata dapat membuka
dan menutup dengan baik.
c. Hidung di dapatkan data :
Mukosa hidung lembab, septum simetris, bulu hidung tampak ada, tidak ada
lendir.
d. Mulut di dapatkan data :
Warna bibir merah muda, kuning, kering dan bersih, mukosa bibir kuning
dan kering.
e. Leher di dapatkan data :
Gerakan leher dapat bergerak kanan-kiri/menoleh, tidak ada pembesaran
vena jugularis, tidak ada oedema dan lesi.
f. Telinga di dapatkan data :
Bentuk dan ukurannya simetris dan normal, daun telinga membuka keluar,
tidak tampak benjolan, serumen tidak ada, fungsi normal dilihat dari pasien
dapat menengok.
g. Dada di dapatkan data :
Bunyi paru : vesikuler
Bunyi jantung : Bj 1 = Bj 2 lub dub Irama napas : reguler
Pembesaran mammae : tidak ada
Tidak ada retraksi dada
h. Abdomen di dapatkan data :
Bentuk simetris, warna perut kuning dengan, permukaan cembung,, tidak ada
nyeri tekan, tali pusat belum lepas, bising usus 5x/menit.
i. Genitalia dan anus di dapatkan data :
Bentuk penis dan testis normal, rugae pada skrotum ada, penurunan testis
pada skrotum ada, meatus urinaria : normal, tidak ada nyeri dan perdarahan,
tidak ada rambut dikemaluan, tidak ada lesi/oedema, tidak ada kelainan.
Anus : sudah berfungsi, tidak ada kelainan, normal, tidak ada lesi.
j. Ekstremitas Atas di dapatkan data :
Ukuran dan bentuk nya normal dan simetris, dapat bergerak bebas, jari
lengkap ada 10, tidak ada oedema/lesi.
k. Ekstremitas bawah di dapatkan data :
Ukuran dan bentuk nya normal dan simetris, dapat bergerak bebas, jari
lengkap ada 10, tidak ada oedema/lesi.
l. Kulit dan kuku di dapatkan data :
Kulit = warna kuning pada wajah dan perut, turgor kulit lambat, CRT > 2
detik
Kuku = bersih, pendek dan berbentuk lonjong
6. Pemeriksaan Diagnostik/Laboratorium
7. Therapi
- ASI : 40 cc setiap 2 jam
- Fototerapi
- Persiapan Transfusi darah A Rhesus +
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Analisa Data
Nama : By. M
No.CM : 002334
DS : -
DO : Hiperbilirubin
Tampak kekuningan ↓
pada wajah dan Otak
Resiko Cedera
1. abdomen ↓
Kadar bilirubin Kernikterius
indirek 11,8 mg% ↓
Nadi : 130 x/menit Resiko cedera
Suhu : 36,7 C
RR : 32 x/menit
DS : -
Hiperbilirubin
↓
DO : Bilirubin dalam jaringan
Pasien tidak ekstraseluler (kulit, konjungtiva,
menyusui secara mukosa) Resiko kurangnya
2. adekuat ↓ volume cairan
BB : 3000 gr Ikterus
PB : 48 cm ↓
Nadi : 130 x/menit Fototerapi
Suhu : 36,7 C ↓
RR : 32 x/menit Resiko kurangnya volume
cairan
Tabel 3.5
Data Perencanaan
07.00
obstruksi usus
Hasil:
S:-
O : - Bising usus: 2x/ menit
- Tidak ada obstruksi usus
- Terdapat kadar bilirubin 15 mg/dL
07.30 1 Mengukur kuantitas fotoenergi bola lampu Perawat
fluoresen dengan menggunakan fotometer
Hasil
S: -
O: Panjang gelombang (cahaya biru): 400 nm
Hasi:
S:
- BB bayi 3000 gr
08.15 3 Jelaskan perlunya memberi masukan cairan yang Perawat
adekuat
Hasil:
S : Ibu bertanya apakah masih bisa menyusui
bayinya selama fototerapi
O : Ibu dapat memahami dengan baik
08.30 2 Pantau masukan dan pengeluaran cairan Perawat
Hasil:
S:-
Hasil:
S:-
S:
O:
15.00 1 Mengubah posisi bayi dengan sering, setiap 2 jam Perawat
Hasil :
S:-
O : Posisi bayi diubah tengkurap, miring kanan-
miring kiri, terlentang
28 Juni 2020 2 Timbang berat badan bayi setiap hari tanpa Perawat
pakaian dan timbang juga sebelum memberi
07.00 makanan
Hasi:
S:
- BB bayi 3000 gr
07.15 2 Pantau masukan dan pengeluaran cairan Perawat
Hasil:
S:-
Hasil:
S:-
O : Nacl 09% 500 ml
29 Juni 2020 2 Timbang berat badan bayi setiap hari tanpa Perawat
pakaian dan timbang juga sebelum memberi
07.00 makanan
Hasi:
S:
- BB bayi 3100 gr
07.15 2 Pantau masukan dan pengeluaran cairan Perawat
Hasil:
S:-
Hasil:
S:-
S:
S:
- Ibu pasien masih belum mengerti tentang merawat
bayi
O:
- Ibu pasien tampak tidak mengerti dan bingung
merawat bayinya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
S:
- Ibu pasien mengatakan berat badan bayi menurun
sejak sakit
O:
- Pasien terlihat kurus dan lemas
S:
- Ibu pasien mengatakan kulit pada bayinya mulai
lembab
O:
- Kulit pasien terlihat lebih baik atau tidak terlalu
kering
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S:
- Ibu pasien mengetakan mulai mengerti dengan
- penjelasan yang disampaikan oleh perawat.
O:
- Ibu pasien terlihat mulai mengerti dengan
penjelasan dan cara merawat bayinya dengan baik.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S:
- Ibu pasien mengatakan berat badan bayinya sudah
mulai naik
O:
- Pasien terlihat tidak terlalu kurus dan lemas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
3 Menjaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil Perawat
atau lotion pelembab
S:
- Ibu pasie mengatakn kulit bayinya sudah tidak
kering karna sering diberikan baby oil
O:
- Kulit bayi terlihat lembab dan tidak kering
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
S:
- Ibu pasien mengatakan sekarang sudah memahami
cara merawat bayinya dengan baik
O:
- Ibu pasien terlihat senang karena kini bisa
merawat bayinya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi