Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Hiperilirubinemia adalah suatu kondisi bayi baru lahir yang kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan icterus,
yang dikenal dengan icterus neonatormpatologis. Hiperbilirubin yang merupakan
suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin dialam jaringan ekstravaskuler, sehingga
konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna kuning. Keeadaan tersebu juga
berpotensi besa terjadiy icterus, yaitu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubinindirek pada otak. Bayi yang mengalami hiperbililrubin memiliki ciri sebagai
berikut: adanya icterus terjadi pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi bilirubin
serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pda
neonates yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neoatus yang kurang bulan, icterus
disertai dengan proses hemolysis dan kemudian iterus yang disertai dengan keadaan
berat badan lahir kurang dari 2000g, masa gestasi kurang dri 36 minggu, aspeksia,
hipoksia, sindrom ganggua pernapasan dan lain- lain.

1.2. RUMUSAN MASALAAH

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hiperbilirubin

1.3. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pasa pasien
hiperbilirubin
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pad pasien hiperbilirubin
b. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnose keperawatan yang uncul pada
pasien dengan hiperbilirubi
c. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi yang di rencakan pada pasien
hiperbilirubin
d. Mahasiswa mampu menjelaskan implementasi yang telah di laksanakan
pada pasien hiperbilirubin
e. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi yang di nilai padda passion
hiperbilirubin.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFINISI

Hiperilirubinemia adalah suatu kondisi bayi baru lahir yang kadar bilirubin
serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan icterus,
yang dikenal dengan icterus neonatormpatologis. Hiperbilirubin yang merupakan
suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin dialam jaringan ekstravaskuler, sehingga
konjungtiva, kulit dan mukosa akan berwarna kuning. Keeadaan tersebu juga
berpotensi besa terjadiy icterus, yaitu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubinindirek pada otak. Bayi yang mengalami hiperbililrubin memiliki ciri sebagai
berikut: adanya icterus terjadi pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi bilirubin
serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pda
neonates yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neoatus yang kurang bulan, icterus
disertai dengan proses hemolysis dan kemudian iterus yang disertai dengan keadaan
berat badan lahir kurang dari 2000g, masa gestasi kurang dri 36 minggu, aspeksia,
hipoksia, sindrom ganggua pernapasan dan lain- lain.

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaaan dimana kadar bilirubin dalam


darah mencapai suatu nilai ang mempunyai potensi untuk menimbulkan karniterus
yang tidak segera di tangani dengn baik. Karniterus adalah kerusakan otak akibat
peningktan bilirubin indirek pada otak terutama pada corpus striatum, thalamus,
nucleus thalamus, hipokkampus, nucleus merah dan nucleus pada dasar ventrikulus
keempat. Kadar bilirubin tersenut berkisaran antara 10 mg atau dl pada baayi cukup
bulan dan 12,5 mg/dl pada bayi kurang bulan (nalgatiah,2005)
2.2. ETIOLOGI

Penyebab icterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan beberapa factor. Secara garis besar, icterus neuntarum dapat :

a. Produksi yang berlebihan hal ini melebihi kemampuan bayiu untuk


mengeluarkannya, misallnya pada hemolisi yang meningat pada
inkompatibilitasRh, ABO golongan darah lain, defisiensi G6PD,
Pirufatkinase, perdarahan tertutup dan sepsis
b. Gangguan dalam proses uktake dan konjungtasi hepar, gangguan ini dapat
disebabkan oelh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glikorinil transferase ( syndrome criggler najjar)
c. Gangguan transfortasi bilirubin dalam darah terkait pada albumin kemudian di
angkut ke hepar. Ikatan bilirubin ddengan albumin ini dapat dipengaruhi
dengan obat mislnya salisilat, sulfarazole. Definisi albumin menyebabkan
lebih banyak menyebabkan terdapatya bilirubin indirek yang bebas dalam
darah yang mudah melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam eksresi gangguan ini dapat terjadi akibat obstuksi dalam
hepat atau uar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya di sebabkan oleh
keainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya di akibatkan leh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar
oleh penyebab lainnya. ( Hassan et al, 2005)

2.3. KLASIFIKASI

a. Icterus fisiologis
Icterus yang timbul pada hari ke2 dan ke3 serta tidak mempunyai dasar
patologis dan tidak ada kemungkinan menjadi kernicterus. Icterus akan
menghilang dengan sendirinya pada minggu pertma kelahiran bayi atau
kelahiran sepuluh.
Bayi dapat di klasifikasikan pada icterus fisiologis jika
a. Icterus timbul pada hari kedua dan ketiga
b. Kadar bilirubin indirek tidak lebih dari 10 mg% pada bayi cukup bulan
dan 12, 5 m% pada bayi kurang bulan.
c. Peningkatan kecepatan kadar bilirubin tidak melebihi 5mg%/hari
d. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi mg%
e. Tidak berhubungan pada keadaan patologis
b. Icterus patologis
Bayi dapat diklasifikasikan pada icterus patologis jika :
a. Icterus terjadi pada 24 jam pertama setelah kelahiran
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada bayi cukup bulan atau 12,5 mg%
pada bayi kurang bulan
c. Peningkatan kadar bilirubin lebih dari 5 mg%/hari. Icterus menetap
setelah 2 minggu pertama
d. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
e. Berkaitan dengan proses hemolitik

2.4. PATOFISIOLOGI

Hiperbilirubinemia neonatal adatau icterus fisiologis, suatu kadar bilirubin


untuk mengeksresikannnya. Definisinya, tidak ada kenormalan lain atau proses
patologis yang mengakibatkan icterus. Warna kuning pada kulit dan membrane
mukosa adalah karena deposisi pikmen bilirubin tidka terkonduksi. Sumber utama
bilirubin adalah dari pemecahan hemoglobin yang sudah tia atau sel darah merah
yang mengalami hemolysis. Pada neonates sel darah merah mengalamippergantian
yang lebih tinggidan waktu hidup yang lebih pendek, yang meninggkatkakn
kecepatan produksi bilirubin lebih tinggi.

Bilirubin tak terkonjugasi atau indirek bersifat larut lemak dn mengikat


albumin plasma. Bilirubin kemudian diterima oleh hati, tempat konjugasinyaa.
Bilirubin terkonjugasi atau direk dieksresikan dalam bentuk empedu ke dalam usus.
Di dalam usus, bakteeri mengubah bilirubin terkonjugasi atau direk menjadi
urobilinogen. Mayoitas urobilinogen yag sangat mamu larut di eksresikan kembali
oleh hepar dan di eliminasi kedalam feses, ginjal mengeksresikan 5% urobilinogen
peningkatan kerusakan sel darah merah dan ketidak matangan hepar tidak hanya
menambah peningktan kdar bilirubin, tetapi bakteri usus lain dapat mendekonjugasi
sibilirubin, yang memungkinkan reabsorbsi ke dalam sirkulasi dan selanjunya
meningkatkan kadar bilirubin.

2.5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan hiperbilirubin adalah :
1. Apabila terjadi resiko tinggi cidera karena dampak peningkatan kadar
hiperbilirubin, maka intervensi yang dapat dilakukan mengkaji dan
mengawasi dampak perubahankadar bilirubin, seperti adanya jaundice,
konsentrasi urine, letargi, dan kesulitan makan.
2. Foto terapi merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar
yang menggunakanlampu.
Cara melakukan fototerapi fototerap adalah sebagai berikut :
 Pakaian bayi dibuka agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar
 Kedua mata dan goad ditutup dengan menutup yang memantulkan
cahaya
 Lakukan observasi dan catatan lamanya terapi
3. Tranfusi tukar merupkan cara yang ilakukan dengan tujuan mencegh
peningkatan kadar bilirubin dalam darah.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Idetitas klien dan keluarga
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obatyang
meningkatkan icterus ex: salisilat, sulkaturosic, oxsitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu pertus.
b. Riwayat persalinan
Persalinan dilakukn oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif
;lahir pematur/ kurang bulan, riwayat trauma perssalinan, hipoksia dan
afiksia
c. Riwayat post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilitubin meningkat kulit nayi tampa
kuning.
d. Riwayat keluarga
e. Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polistemia
3. Pengkajian kebutuhan dasar manusia
a. Aktivitas/ istirahat
b. Sirkulasi
Mungkin pucat menandakan anemia
c. Eliminasi
d. Makanan/ cairan
e. Neeuro sesnsori
f. Pernafasan
Riwayat asfiksia
g. Keamanan
h. Seksualitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit berhubungan efek samping terapi radiasi
2. Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas
3. Definisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampun menelan makanan
4. Deficit cairan berhubungn dengan

C. INTERVENSI

N DIAGNOSA SLKI SIKI


O
1 Gangguan Setelah dilakukan Gangguan integritas kulit :
integritas kulit tindakan  Identifikasi penyebab gangguan
berhubungan keperawatan integritas kulit
dengan diharapkan  Ubah posisi tiap 2 jam tirah
efeksaming masalah teratasi baring
terapi radiasi dengan hasil :  Gunakan produk berbahan
 Suhu kulit ringan dan hipoalergi
membaik  Anjurkan mengunakan pelembab
 Tempraur  Anjurkan minum air yang cukup
kembali normal
y
2 Hipertermi Setelah dilakuka Manajemen hipertermi :
berhubungan tindakan  Monitor suhu tubuh
dengan keperawatan  Identifikasi penyebab hipertermi
terpapar diharapkan  Monitor tanda dan gejala akibat
lingkungan masalah hipeertermi
panas. keperawaan  Monitor kadar elektrolit
teratasi dengan  Monitor haluan urine
hasil :
 Status  Longgarkan atau lepaskan pakaian
nutrisi  Berikan oksigen
membaik
 Status
neurologi
membaik
3 Deficit nutrisi Setelh dilakukan Manajemen nutrisi :
berhubungan tindakan  Identivikasi status nutrisi
dengan ketidak keperawatan  Identifikasi elergi dan intoleransi
mmpuan maka diharapkan makanan
menelan hasil :  Identifikasi perlunya penggunaan
makan  Kekuatan otot selang nesogastik
menelan  Monitor berat badan monitor hasil
meningkat pmeriksaan labor.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,2008 ilmu kesehatan anak;Jakarta, salemba medika.

Ngastiyah,2005. Perawatan anak sakit. Jakarta; EGC

Sembiring, Br julina,2019. Asuhan neonates, bayi, balita, dan anak sekolah.


yogykarta, deepublish

Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar luran keperawatan Indonesia dfinisi dan
indicator diagnostic.Jakarta ; dewan pergurun tinggi

Tim pokja SIKI DPP PPNI.2018 Standar intervensi keperawatan inonesia; Jakarta ,
dewan pegurus PPNI

Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017 standar diagosa keperawatan Indonesia; Jakarta
dewan pengurusan PPNI

Anda mungkin juga menyukai