Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

IKTERUS NEONATUS DI RUANG BAYI


RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Anak


Program Studi Profesi Ners

Di Susun Oleh:
Utari Ermawati, S. Kep
NIM: 11194692110125

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Ikterus Neonatus


NAMA MAHASISWA : Utari Ermawati, S. Kep
NIM : 11194692110125

Banjarmasin, April 2022

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Preseptor Klinik(PK) Preseptor Akademik (PA)

Susilawati, S. Kep., Ns Umi Hanik Fetriyah, S. Kep., Ns., M.Kep


NIP. NIK.1166042009023
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Ikterus adalah gejala kuning pada sklera kulit dan mata akibat
bilirubin yang berlebihan di dalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin
serum kurang dari 0, 5 mg%. Ikterus nyata secara klinis jika kadar
bilirubin meningkat diatas 2mg% (Nurarif dan Kusuma, 2019).
Ikterus Neonatus adalah suatu keadaan dimana menguningnya
sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubin dalamm tubuh
lebih dari 5 mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan
fungsional dari liper, sistem biliary, dan sistem hematology (Atikah, 2018).

B. Derajat Hiperbilirubin menurut Kramer


Zona Bagian Tubuh Rata-rata serum indirek
1 Kepala sampai leher 100
2 Kepala, leher, sampai umbilicus 150
3 Kepala, leher, pusar sampai paha 200
4 Lengan + Tungkai 250
5 Kepala sampai ke tumit kaki >250
(Setyarini & Suprapti, 2016).

C. Klasifikasi
Menururt Vidya dan Jaya (2018), Ikterus terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir rendah,
dan biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilangsetelah
minggu kedua. Ikterus fisiologis muncul pada hari keduadan ketiga.
Bayi aterm yang mengalami hiperbilirubin memilikikadar bilirubin yang
tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10mg/dl, dan dapat hilang pada
hari ke-14. Penyebabnya ialah karnabayi kekurangan protein Y, dan
enzim glukoronil transferase
2. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timbul segera dalam 24 jam
pertama, dan terus bertambah 5mg/dl setiap harinya, kadar bilirubin
untuk bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi prematur,
kemudian menetap selama seminggu kelahiran. Ikteruspatologis
sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal inidisebabkan
karna ikterus patologis sangat berhubungan denganpenyakit sepsis.
D. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) penyebab ikterus pada bayi
baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya
pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0,
golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar,
akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim
glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu
defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting
dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan
lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah
yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.

E. Patofisiologi
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari
pengrusakan sel darah merah /RBCs. Ketika RBCs rusak maka
produknya kan masuk sirkulasi, dimana hemoglobin pecah menjadi hemo
dan globin. Globin (protein) digunakan kembali oleh tubuh sedangkan
hemo akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan
albumin (Suriadi & Yuliani, 2016).
Didalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan
bantuan ensim glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin konjugativa
yang akan dikeluarkan lewat saluran empedu ke saluran intestinal.  Di
Intestinal dengan bantuan bakteri saluran intestinal akan ddirubah
menjadi urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna pada
faeces. Umumnya bilirubin akan diekskresi lewat faeces dalam bentuk
stakobilin dan sedikit melalui urine dalam bentuk urobilinogen. Pada BBL
bbilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek didalam usus
karena  terdapat beta –glukoronidase yang berperan penting terhadap
perubahan tersebut. Bilirubin inddirek diserap lagi oleh usus kemudian
masuk kembali ke hati (Suriadi & Yuliani, 2016). Keadaan ikterus di
pengaruhi oleh:
1. Faktor produksi yng berlebihan melampaui pengeluaran : hemolitik
yang meningkat
2. Gangguan uptake dan konjugasi hepar karena imaturasi hepar.
3. Gangguan transportasi  ikatan bilirubin + albumin menuju hepar,
defiiensi albumin menyebabkan semakin banyak bilirubin bebas
ddalam darah yang mudah melewati sawar otak sehingga terjadi
kernicterus
4. Gangguan ekskresi akibat sumbatan  didalam hepar atau  diluar hepar,
karena kelainan bawaan/infeksi atau kerusakan hepar karena penyakit
lain
F. Pathway

Hemoglobin

Hemo Globin Protein (digunakan lagi oleh tubuh)

Peningkatan destruksi eritrosit


(ggn konjungsi bilirubin/ ggn Pemecahan bilirubin
transport bilirubin/ peningkatan berlebih
siklus enteropetik) Hb dan
eritrosit abnormal Suplai bilirubin
melebihi tampungan
hepar
Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi

Sebagian masuk
Ikterik neonatus Peningkatan bilirubin
kembali ke siklus
unjongned dalam darah ->
amerohepatik
Ikterus pada sklera pengeluaran mekonium

leher dan badan, terlambat/ obstruksi usus ->

peningkatan bilirubin tinja berwarna pucat

indirect

Kerusakan Indikasi fototerapi


integritas kulit

Sinar dengan intensitas tinggi

Resiko ketidakseimbangan Resiko cidera Gangguan suhu tubuh


cairan tubuh

Hipertermia

Sumber: Wong, Donna, L (2019.)


G. Manifestasi Klinis
Menurut Ridha (2019) Manifestasi Klinis dari Ikterus yaitu:
1. Ikterus terjadi 24 jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonates kurang
bulan dan 12,5 mg% pada neonates cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolysis (inkompatibilitas darah,
defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis)
5. Ikterus yang disertai keadaan sebagai berikut :
a. Berat lahir < 2000 gram
b. Masa gestasi < 36 minggu
c. Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
d. Infeksi
e. Trauma lahir pada kepala
f. Hipoglikemia, hiperkarbia
g. Hiperosmolalitas darah

H. Komplikasi
Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi ikterus neonatorum
akibat efek toksis bilirubin tak terkonjungasi terhadap susunan saraf
pusat. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian atau apabila bertahan
hidup dapat menimbulkan gejala sisa yang berat. Komplikasi yang dapat
ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak
akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak (Dewi, 2018).

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Huda (2020) pemeriksaan penunjang untuk Ikterik
neonatus yaitu:
a. Kadar bilirubin serum (total)
b. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
c. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
d. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
e. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
terhadap galaktosemia.
f. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah,
urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP).

J. Penatalaksanaan
Menurut Marmi (2019) Penatalaksanaan Ikterik Neonatus adalah:
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan
neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi akan
menurunkan Bilirubin dalam kulit karena sinar tersebut adalah sinar
Ultraviolet. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara
memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi
menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak
dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam
darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam
Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh
Hati. Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi
Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Secara umum Fototherapi
harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus
yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg/dl. Efek samping dari
Fototherapi yaitu dehidrasi,diare, dan munculnya ruam pada kulit.
b. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
Menyusui bayi dengan ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk ini bayi harus mendapatkan
cukup ASI,seperti yang diketahui ASI memiliki zat-zat terbaik yang
memperlancar BAB dan BAK.
c. Tranfusi  Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor:
a) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam
pertama.
d) Tes Coombs Positif
e) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3, 5 mg / dl pada minggu
pertama.
f) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnese orang tua/keluarga
Ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang
mengalami neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya
erytrolastosisfetalis (Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan
darah). Ada sudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan
atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter
kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu, ikterus
kemungkinan kaena pengaruh pregnanediol
b. Riwayat kelahiran:
Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi
berlebihan merupakn predisposisi terjadinya infeksi
c. Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan
mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubn.
d. Bayi dengan apgar score rendah memungkinkan terjadinya
(hypoksia) , acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin.
e. Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ
tubuh (hepar).
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas
menurun
b. Kepala leher
Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa
pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan
Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit
bersih (kuning)
c. Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
d. Dada: Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan
tanda peningkatan frekuensi nafas.
e. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya
ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
f. Perut
a) Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu
dicermati. Hal ini berhubungan dengan indikasi
penatalaksanaan photo terapi.
b) Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi. Perut
membuncit, muntah, mencret merupakan akibat
gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik
g. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan
Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
h. Urogenital: Urine kuning dan pekat, adanya faeces yang pucat/
acholis/ seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari
gangguan / atresia saluran empedu
i. Ekstremitas: Menunjukkan tonus otot yang lemah
j. Kulit: Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor yang jelek.
Elastisitas menurun, perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan
ptechia, echimosis.
k. Pemeriksaan Neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan
lain-lain menunjukkan adanya tanda-tanda kern-ikterus

L. Diagnosa Keperawatan
1. Ikterik Neonatus b.d Usia Kurang dari 7 hari
2. Hipertermi b/d proses penyakit
3. Gangguan integritas kulit b/d perubahan pigmentasi
4. Resiko ketidakseimbangan cairan
5. Resiko cedera
M. Intervensi Keperawatan

No. SDKI SLKI SIKI

1 Ikterik Neonatus Adaptasi Neonatus (L.10098) Fototerapi Neonatus


b/d usia kurang Setelah dilakukan asuhan Observasi
dari 7 hari keperawatan selama 1x24 jam, 1. Monitor ikterik pada skelera dan
maka didapatkan Adaptasi kulit bayi
Neonatus Membaik dengan 2. Identifikasi kebutuhan cairan
kriteria hasil: sesuai dengan usia dan berat
1. Membran mukosa kuning, badan
dari meningkat (1) ke 3. Monitor suhu tbuh dan tanda-
menurun (5) tanda vital setiap 4 jam sekali
2. Kulit kuning, dari 4. Monitor efek samping fototerapi
meningkat (1) ke menurun Terapeutik
(5) 1. Saipkan lampu fototerapi dan
3. Sklera kuning, dari inkubator
meningkat (1) ke menurun 2. Lepaskan pakaian bayi kecuali
(5) popok
4. Prematuritas, dari 3. Berikan penutup mata
meningkat (1) ke menurun 4. Ukur jarak lampu dan permukaan
(5) bayi 10 cm atau tergantung
spesifik lampu fototerapi
5. Gunakan linen berwarna putih
agar memantulkan cahaya
sebanyak mungkin
Edukasi
1. Anjurkan ibu menyusui 20-30
menit
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeriksaan darah
vena bilirubin direk dan indirek
2 Hipertermia b/d Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipertermia (I.15506)
proses penyakit Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x5 jam 1. Identifikasi penyebab hipertermia
diharapkan termogulasi 2. Monitor suhu tubuh
membaik dengan kriteria hasil: 3. Monitor haluaran urine
1. Takikardi, dari meningkat Terapeutik
(1) ke menurun (5) 1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Suhu tubuh, dari memburuk 2. Beri kompres air biasa
(1) ke membaik (5) Kolaborasi
3. Suhu kulit, dari memburuk 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
(1) ke membaik (5) elektrolit intravena
3 Gangguan Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Integritas Kulit b/d (L.14125) Observasi
perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab gangguan
pigmentasi keperawatan 1 x 24 jam integritas kulit
diharapkan integritas kulit dan Terapeutik
jaringan dapat meningkat 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
dengan kriteria hasil : baring
1. Elastisitas meningkat 2. Gunakan produk berbahan
2. Hidrasi meningkat petrolium atau minyak pada kulit
3. Kerusakan lapisan kulit kering
menurun 3. Gunakan produk berbahan ringan/
4. Suhu kulit membaik alami hipoalergik pada kulit
5. Tekstur membaik sensitif
4. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
4 Resiko Keseimbangan cairan Pemantauan cairan (I.03121)
ketidakseimbangan (L.03020) Observasi
cairan tubuh Setelah dilakukan Tindakan 1. Monitor frekuensi dan kekuatan
keperawatan selama 1x24 jam nadi
diharapkan keseimbangan 2. Monitor frekuensi napas
cairan membaik dengan 3. Monitor berat badan
kriteria hasil: 4. Identifikasi tanda-tanda
1. Kelembaban membrane hypovolemia
mukosa sedang (3) ke 5. Identifikasi tanda-tanda
meningkat (5) hipervolemia
2. Mata cekung, dari sedang Terapeutik
(3) ke membaik (5) 1. Atur interval waktu pemantauan
3. Berat badan, dari sedang sesuai dengan kondisi pasien
(3) ke membaik (5) 2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan kepada pasien dan
keluarga
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
5 Resiko cedera Risk Control Manajemen Keselamatan
Setelah dilakukan tindakan Lingkungan
keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi:
risk control teratasi dengan 1. Identifikasi kebutuhan
kriteria hasil: keselamatan
1. Klien terbebas dari cedera 2. Monitor perubahan status
2. Keluarga mampu keselamatan lingkungan
menjelaskan cara/metode Terapeutik:
untuk mencegah cedera 1. Hilangkan bahaya keselamatan,
3. Keluarga mampu Jika memungkinkan
menjelaskan faktor resiko 2. Modifikasi lingkungan untuk
lingkungan/ perilaku meminimalkan risiko
personal 3. Sediakan alat bantu kemanan
4. Keluarga mampu linkungan (mis. Pegangan tangan)
memodifikasi gaya hidup 4. Gunakan perangkat pelindung
untuk mencegah cedera (mis. Rel samping, pintu terkunci,
5. Keluarga dapat pagar)
menggunakan fasilitas Edukasi
kesehatan yang ada untuk 1. Ajarkan individu, keluarga dan
klien kelompok risiko tinggi bahaya
6. Keluarga mampu lingkungan
mengenali perubahan
status kesehatan klien Pencegahan Cidera
Observasi:
1. Identifikasi obat yang berpotensi
menyebabkan cidera
2. Identifikasi kesesuaian alas kaki
atau stoking elastis pada
ekstremitas bawah
Terapeutik:
1. Sediakan pencahayaan yang
memadai
2. Sosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
rawat inap
3. Sediakan alas kaki antislip
4. Sediakan urinal atau urinal untk
eliminasi di dekat tempat tidur,
Jika perlu
5. Pastikan barang-barang pribadi
mudah dijangkau
6. Tingkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
Edukasi
1. Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
2. Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk beberapa
menit sebelum berdiri

DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta: Mediaction

Atikah (2018) Buku ajar kebidanan pada neonates, Bayi dan Balita. Jakarta. CV.
Trans Info Media

Dewi. (2014). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta. EGC

Marmi (2017). Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan anak prasekolah. Yogyakarta;
PUSTAKA PELAJAR.

Wong, Donna L. 2019. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Ridha (2019) Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta. Pustaka Belajar

Suriadi & Yuliani. (2016). Asuahan keperawatan pada anak. Jakarta: Sagung
Seto.

Wong, Donna L. 2019. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai