Anda di halaman 1dari 31

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk Indonesia semakin tahun semakin bertambah

jumlahnya. Jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan dari tahun 1971 sampai

tahun 1980 sebanyak 28.282.069 jiwa (23,72%). Secara keseluruhan rata-rata

kenaikan jumlah penduduk setiap 10 tahun mencapai 20%. Perlu diketahui bahwa

menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk

Indonesia akan menjadi 250 jiwa pada tahun 2014 dengan pertumbuhan penduduk

1,49 persen per tahun. Salah satu penyebab bertambahnya jumlah penduduk adalah

tingginya tingkat kelahiran (BKKBN, 2014).

Berkaitan dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia jika

dibandingkan dengan keadaan penduduk di negara-negara lain, Indonesia masih

masuk posisi 5 besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah

penduduk mencapai 253,60 juta (Berdasarkan data dari Departemen Perdagangan

AS). Indonesia berada di nomor 4 bersaing dengan negara Brasil di posisi ke-5. China

masih menguasai dunia dengan jumlah populasi mencapai 1,355 miliar (Mega dan

Wijayanegara, 2017).

Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992

(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah

upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan

Usia Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Setiyaningrum,

2015).

Menurut WHO (World Health Organisation) Expert Commite 1970, Keluarga

Berencana dapat diartikan sebagai tindakan yang membantu individu/pasangan suami

istri untuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

1
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara

kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga Berencana (KB)

adalah suatu tindakan untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak

kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mega dan Wijayanegara, 2017).

Kontrasepsi adalah usaha untuk mencegah kehamilan yang bertujuan untuk

menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan

kesejahteraan keluarga agar dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang

maksimal pada anak. Macam-macam alat kontrasepsi yaitu suntik, pil, implant, IUD,

kondom, MOW, MOP (Hartanto, 2010).

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi sementara. Macam-macam suntikan

tersebut telah dibuktikan sangat baik, dengan angka kegagalan kurang dari 0,1% per

100 wanita/tahun. Pada saat ini terdapat 2 macam suntikan bagi wanita yaitu golongan

progestin seperti Depo provera yang diberikan setiap 12 minggu dan golongan

progestin dengan campuran estrogen propionat seperti cyclofeam yang diberikan tiap

4 minggu (Depkes RI, 2001).

Kontrasepsi suntik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan

kontrasepsi suntik adalah terganggunya pola haid diantaranya adalah amenorhea,

sakit kepala, menorhagia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya kembali

kesuburan setelah penghentian pemakaian, peningkatan berat badan (saifuddin,

2006). Dan kelebihan dari kontrasepsi suntik adalah sangat efektif, tidak berpengaruh

pada hubungan suami istri, tidak diperlukan periksa dalam, dan klien tidak perlu

menyimpan obat suntik (Setiyaningrum, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah dari

Bulan Januari sampai Desember tahun 2016, Pasangan Usia Subur di seluruh

Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 529.095 orang. Jumlah peserta KB aktif

sebanyak 413.944 orang (78,24%), peserta KB aktif yang menggunakan Kontrasepsi

suntik berjumlah 178.856 orang (43,21%). Dan Jumlah peserta KB baru sebanyak

2
68.093 orang (12,87%), peserta KB baru yang menggunakan Kontrasepsi suntik

berjumlah 29.265 orang (42,98%) (BKKBN, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah dari

Bulan Januari sampai Oktober tahun 2017, jumlah PUS 502.872 orang. Jumlah

peserta KB aktif di Provinsi Sulawesii Tengah sebanyak 388.644 orang (77,3%),

jumlah peserta KB aktif yang menggunakan KB suntik sebanyak 162.492 orang

(41,81%) dan peserta KB baru di Provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 52.883 orang

(10,52%), jumlah peserta KB baru yang menggunakan KB suntik sebanyak 24.049

orang (45,48%) (BKKBN, 2017).

Data Dinas Kesehatan Kota Palu dari Bulan Januari sampai dengan bulan

Desember tahun 2016 jumlah PUS 61.229 orang. Jumlah peserta KB aktif 33.784

orang (55,18%), jumlah peserta KB aktif yang menggunakan kontrasepsi suntik 8.876

orang (26,3%). Dan jumlah peserta KB baru 18.147 orang (29,64%), jumlah peserta

KB baru yang menggunakan kontrasepsi suntik 8.365 orang (46,1%) (Profil Dinas

Kesehatan Kota Palu, 2016).

Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengangkat permasalahan ini

di dalam penelitian. Sehingga penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi Hubungan

Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik dengan Gangguan Menstruasi pada Akseptor KB

di Puskesmas “X” Palu.

A. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “Adakah

Hubungan Pemakain Alat Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan Menstruasi Pada

Akseptor KB di Puskesmas “X” Kota Palu Tahun 2019?”

3
B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik dengan

Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB di Puskesmas “X” Kota Palu Tahun

2019”.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pemakaian alat kontrasepsi suntik pada

akseptor KB di Puskesmas “X” Palu.

b. Untuk mengetahui gambaran gangguan menstruasi pada Akseptor KB di

Puskesmas “X” Palu.

c. Untuk menganalisis Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik dengan

Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB di Puskesmas ‘X” Kota Palu Tahun

2019.

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memperbanyak bahan bacaan di perpustakaan dan sebagai bahan

informasi bagi kalangan perguruan tinggi khususnya dalam bahan referensi dalam

penyusunan prposal berikutnya.

2. Bagi Puskesmas “X”

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi bidan di Puskesmas “X”

Kota Palu untuk mengetahui apa Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik

dengan Gangguan Menstruasi.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan baru dan ilmu pengetahun,

Khususnya dalam ilmu kebidanan.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Menurut World Health Organisation (WHO) dalam expert committe 1970 :

Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu/pasutri untuk

mendapatkan obyektif-obyektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak

dalam keluarga (Mega dan Wijayanegara, 2017).

Keluarga Berencana (KB) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan kontrasepsi (Mega dan

Wijayanegara, 2017).

2. Pengertian Program Keluarga Berencana

Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 Tahun 1992

(tentang perkembangan kependudukan keluarga sejahtera) adalah upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia

Perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Setiyaningrum,

2015).

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program

pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan

ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai

keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Setiyaningrum,

2015).

3. Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak,

5
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya (Mega dan Wijayanegara, 2017)

Menurut Setiyaningrum (2015), Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009

meliputi :

a. Keluarga dengan anak ideal

b. Keluarga sehat

c. Keluarga berpendidikan

d. Keluarga sejahtera

e. Keluarga berketahanan

f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

g. Penduduk tumbuh seimbang

4. Sasaran Program Keluarga Berencana

Menurut Setiyaningrum (2015), Sasaran program KB tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 yang

meliputi:

a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14% per

tahun.

b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2% per

perempuan.

c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan

kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)

menjadi 6%.

d. Meningkatnya peserta KB laki-laki menjadi 4,5%.

e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif dan

efesien.

f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21

tahun.

g. Meningkatnya pertisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.

6
h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang

aktif dalam usaha ekonomi produktif.

i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan

pelayanan Program KB Nasional

5. Ruang Lingkup Program Keluarga berencana

Ruang lingkup program keluarga berencana (Setiyaningrum, 2015)

meliputi:

a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).

b. Konseling.

c. Pelayanan Kontrasepsi.

d. Pelayanan Infertilitas.

e. Pendidikan Sex (sex education).

f. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.

g. Konsultasi genetik.

h. Tes keganasan.

i. Adopsi

B. Konsep Tentang Kontrasepsi

1. Pengertian Tentang Kontrasepsi

Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding

rahim. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode

dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun

begitu,beberapa metode dapat lebih efektif dibandingkan metode lainnya (Nina

dan Mega, 2013).

C. Konsep Tentang Kontrasepsi Suntik

1. Pengertian Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan ini di

7
Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya

yang praktis, harganya relatif murah dan aman (Mega dan Wijayanegara, 2017).

Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan

dengan melalui suntikan yang mengandung suatu cairan berisi zat berupa hormon

estrogrn dan progesteron ataupun hanya progesteronnya saja dalam waktu

tertentu (Setiyaningrum, 2016).

2. Jenis Kontrasepsi Suntik

a. Suntikan Kombinasi (Kontrasepsi suntik 1 bulan)

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron

Asetatdan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali

(Cyclofem), dan 50 mg Noretrindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang

diberikan injeksi IM (Setiyaningrum, 2016).

b. Suntikan Progestin (Kontrasepsi suntik 3 bulan)

Kontasepsi suntikan yang mengandung hormon progestin

(Setiyaningrum, 2016) yaitu :

1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera), mengandung 150 mg

DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik Intra Muscular

(di daerah bokong).

2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg

Noretrindron Enatat, diberikan setiap 2 bulan sekali atau setiap 2 bulan

untuk 6 bulan pertama (= 3 kali suntikan), kemudian selanjutnya satu kali

suntikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik Intramuscular.

3. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik

a. Cara penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan IM dalam.

Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari

lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga

diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja yakini ibu

8
tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama

7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja

(Setiyaningrum, 2016).

b. Cara penggunaan Kontrasepsi suntik 3 bulan (Setiyaningrum, 2016)

1) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuscular dalam di daerah bokong. Apabila suntikan telah

diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat

dan tidak bekerja segera. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian

kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap

8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.

2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi

oleh etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik.

4. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung udara. Kontrasepsi

suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul,

upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.

5. Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Suntik

a. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi suntik 1 bulan (Setiyaningrum, 2016)

1) Keuntungan

a) Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan dari 100 perempuan) selama

tahun pertama pengunaan.

b) Resiko terhadap penyakit kecil.

c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

d) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.

e) Jangka panjang

f) Efek samping sangat kecil.

g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

2) Kerugian

9
a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan,

bercak atau spooting.

b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti akan

hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

c) Klien sangat bergantung pada tempat srana pelayanan kesehatan

(harus kembali untuk suntikan).

d) Efektifitasnya berkurang apabila digunakan bersamaan dengan obat

untuk epilepsi (fenitoin dan barbiburat) atau obat tuberculosis

(rifampisin).

e) Penambahan berat badan.

f) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.

g) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

b. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi suntik 3 bulan (Setiyaningrum,, 2016)

1) Keuntungan

a) Sangat efektif

b) Pencegah kehamilan jangka panjang.

c) Tidak mengganggu hubungan suami istri.

d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah.

e) Tidak mempengaruhi ASI.

f) Sedikit efek samping.

g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

h) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 Tahun sampai

perimenopause

10
2) Kerugian

a) Sering ditemukan gangguan haid seperti siklus haid yang memendek

atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan

tidak teratur, dan tidak haid sama sekali.

b) Klien sangat bergantung pada fasilitas kesehatan (harus kembali

untuk suntikan).

c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelumsuntikan berikutnya.

d) Penambahan berat badan.

e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B, atau infeksi virus HIV.

f) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan atau kelahiran pada organ genetalia, melainkan karena

belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat

suntikan).

h) Terjadinya perubahan lipid serum pada penggunaan jangka panjang.

i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (densitas).

j) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan

pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit

kepala, neuvositas, jerawat.

6. Efek Samping Kontrasepsi Suntik dan Penanganannya

a. Gangguan siklus haid (Setiyaningrum, 2016)

1) Penilaian

a) Tidak mengalami haid (Amenorhea).

b) Perdarahan bercak (spooting).

c) Perdarahan di luar siklus haid (Metroragia).

11
d) Perdarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya

(Menoragia).

2) Penyebab

Adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami

perubahan histologi dan amenorhe disebabkan atrofi endometrium.

3) Penanganan dan Pengobatan

a) Konseling

Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara, biasanya terjadi pada

2 – 3 bulan pertama setelah penyuntikan.

b) Pengobatan

(1) Amenorhea

Bila klien ingin haid dpat diberikan pil Kb 3 x 1 tablet dari hari 1

– 3 1x1 tablet mulai hari 4 selama 4 – 5 hari.

(2) Spooting/metroagia

(a) Bila ringan/tidak menganggu tidak perlu diberi obat.

(b) Bila mengganggu dapat diberikan pil KB 1x3 tablet/hari

selama 7 hari. Biasanya dengan 1 kuur sudah dapat diatasi.

(3) Menoragia

Cukup diberi tablet Sulfasferosus 3x1 tablet selama 5 – 7 hari

atau sampai keadaan membaik.

b. Keputihan (Setiyaningrum, 2016)

1) Penilaian

Keluar cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya cairan putih

dari mulut vagina.

2) Penyebab

Karena hormon progesteron merubah flora dan PH vagina, sehingga

jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan keputihan.

12
3) Penanganan dan pengobatan

a) Konseling

(1) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara

(2) Anjurkan menjaga kebersihan daerah kemaluan (ganti celana

dalam atau gunakan pembalut yang cocok).

b) Pengobatan

(1) Bila disertai rasa gatal, cairan berwarna kuning kehijauan atau

berbau tidak sedap dapat diberikan nistatin 100.000 IU intra

vagina selama 14 hari.

(2) Jika setelah pemberian antibiotik tetapi keputihan terus

berlangsung maka pemakaian suntikan dihentikan

c. Rambut rontok (Setiyaningrum, 2016)

1) Penilaian

Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai

penghentian suntikan.

2) Penyebab

Progesteron terutama ig-norprogestine dapat mempengaruhi folikel

rambut sehingga timbul kerontokan rambut.

3) Penanganan dan pengobatan

a) Konseling

(1) Jelaskan bahwa gejala ini bersifat sementara dan akan kembali

normal tanpa pengobatan setelah suntikan dihentikan.

(2) Bila klien tidak dapat mentolerir gejala ini anjurkan untuk ganti

kontrasepsi non hormonal.

b) Pengobatan

Tidak ada

13
d. Berat badan meningkat (Setiyaningrum, 2016)

1) Penilaian

Berat badan bertambah, kenaikan BB rata-rata untuk tiap tahun kira-kira

1 – 5 kg.

2) Penyebab

Karena hormon progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan

gula menjadi lemak, selain itu menyebabkan nafsu makan bertambah

dan menurunkan aktivitas fisik.

3) Penanganan dan pengobatan

a) Konseling

Penambahan BB ini bersifat sementara dan tidak terjadi pada semua

pemakaian suntikan tergantung reaksi tubuh wanita itu terhadap

metabolisme progesteron.

b) Pengobatan

(1) Anjurkan klien melakukan diet rendah kalori dan olahraga yang

teratur.

(2) Jika cara di atas tidak berhasil hentikan pemakaian suntikan dan

ganti dengan kontrasepsi non hormonal (AKDR).

e. Mual, Muntah dan Pusing (Setiyaningrum, 2016)

1) Penilaian

Sakit kepala yang hebat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala

dan terasa berdenyut disertai rsa mual dan sampai muntah. Hal ini terjadi

pada bulan-bulan pertama pemakaian.

2) Penyebab

Reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi

produksi asam lambung.

14
3) Penanganan dan pengobatan

a) Konseling

Jelaskan bahwa gejala ini hanya bersifat sementara dan biasanya 2

– 3 bulan setelah pemakaian rasa pusing dan mual akan hilang

sendiri.

b) Pengobatan

(1) Pastikan tekanan darahnya normal

(2) Untuk sakit kepala berikan asam mefenamat 3x250 – 500 mg

kapsul/hari selama 3 – 5 hari atau antalgin 3x500 mg/hari

selama 5 – 7 hari.

(3) Untuk mula dan muntah berikan metoklopramid 3x10mg/hari

selama 5 – 7 hari.

(4) Makan secara teratur.

(5) Bila dalam waktu 3 bulan gejala menetap hentikan pemakaian

suntikan dan ganti dengan kontrasepsi non hormonal.

D. Konsep tentang Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar

14 hari setelah ovulasi (Bopak, 2004). Menstruasi adalah perdarahan vagina

secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi

normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dengan

perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi

normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya

bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama

siklus menstruasi menurut Greenspan (1998) dalam buku Sukarni dan Margareth

(2013).

Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk pertama

kalinya pada usia 12 atau 13 tahun. Tetapi ada juga yangmengalaminya lebih

15
awal, yaitu pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun. Menstruasi

akan berhenti dengan sendirinya pada saat wanita sudah berusia 40-50 tahun,

yang dikenal dengan istilah menopause (Sukarni dan Margareth, 2013).

Seorang perempuan mempunyai dua indung telur atau disebut juga

ovarium. Secara periodik setiap satu siklus kira-kira pada hari ke 14 ada salah

satu sel telur matang yang dilepaskan dari indung telur. Bila tidak ada pertemuan

sel sperma dan sel telur maka pembuahan tidak akan terjadi, karena sel telur tidak

dibuahi yang akan menyebabkan dinding rahim meluruhkan lapisan endometrium,

terjadilah menstruasi (Sukarni dan Margareth, 2013).

2. Lama Menstruasi

Lama menstruasi tiap wanita bervariasi, yaitu sekitar ± 4 – 7 hari. Salah

satu Agama menyebutkan bahwa, jika lebih dari 14 hari sudah bukan termasuk

menstruasi tetapi merupakan suatu penyakit atau kelainan (Sukarni dan

Margareth, 2013).

3. Tanda dan Gejala Menstruasi (Sukarni dan Margareth, 2013)

a. Perut terasa mulas

b. Kram perut bagian bawah dan vagina

c. Kurang darah (Anemia)

d. Perut kembung

e. Terasa nyeri saat buang air kecil

f. Tubuh tidak fit

g. Demam

h. Sakit kepala dan pusing

i. Keputihan

j. Gatal-gatal pada vagina

k. Emosi meningkat

l. Mudah tersinggung

m. Gelisah

16
n. Gangguan konsentrasi

o. Rasa takut

p. Sukar tidur

q. Nyeri pada payudara

r. Bau badan tidak sedap

s. Timbul jerawat

Gangguan di atas disebakan karena adanya otot-otot halus rahim yang

dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh Hipotalamus, kelenjar

di bawah otak depan dan indung telur (ovarium). Tetapi tidak semua wanita

mengalami gangguan di atas, tergantung kondisi psikis dan psikologis wanita

tersebut (Sukarni dan Margareth, 2013).

4. Siklus Menstruasi

a. Gambaran Klinis Menstruasi

Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan

menstruasi terjadi setiap 25 – 35 hari dengan median panjang siklus adalah

28 hari.

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya

lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 hari sampai 6 hari masih dianggap

normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen-fragmen

kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya

tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya

terlalu besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.

Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem

fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium.

Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama

satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti,

yaitu 25-60 ml. Konsetrasi Hb normal 14 gr/dl dan kandungan besi Hb 3,4

mg/g, volume darah ini mengandung 12 – 29 mg besi dan menggambarkan

17
kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap

hari siklus tersebut atau sampai 400 mg per tahun Menurut Cunningham

(1995) dalam buku Sukarni dan Margareth (2013).

b. Aspek Hormonal Selama Menstruasi

Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan

semua organ, yaitu uterus, ovarium, vagina dan mammae yang berlangsung

dalam waktu tertentu atay adanya sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan

adanya pengaturan, koordinasi yang disebut Hormon. Hormon adalah zat

kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam

peredaran darah dan mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ

terget. Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi

menurut Sukarni dan Margareth (2013) dalam ialah :

1) Hormon-hormon yang dihasilkan Gonadotropin Hipofisis

a) Luteinzing Hormon (LH)

b) Folikel Stimulating Hormon (FSH)

c) Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

2) Steroid Ovarium

Ovarium menghasilkan progestin,androgen dan estrogen. Banyak dari

steroid yang dihasilkan ini juga disekresi oleh kelenjar andrenal atau

dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-

prekursor steroid lain. Konsekuensinya, kadar plasma dan hormon-

hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik

dari ovarium.

3) Fase-fase dalam siklus menstruasi

Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi

dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat

terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium dan uterus. Fase-fase

tersebut adalah :

18
a) Fase menstruasi atau deskuamasi

Fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

perdarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale.

Fase ini berlangsung selama 3 – 4 hari.

b) Fase pasca menstruasi atau fase regenerasi

Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium.

Kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung ± 4

hari.

c) Fase intermenstum atau fase proliferasi

Setelah luka sembuh, akan terjadi penebalan pada endometrium ±

3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari

siklus menstruasi.

d) Fase pramenstruasi atau fase sekresi

Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Fase ini

endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah

menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang

makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat

glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk

telur yang dibuahi.

c. Mekanisme Siklus Menstruasi (Sukarni dan Margareth, 2013)

1) Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior hipofisis

yang menyebabkan beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium.

2) Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat

esterogen.

3) Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis

mengeluarkan hormon Gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinzing

hormon).

19
4) Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang

disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis.

5) Dibawah pengaruh RH folikel de graaf semakin lama semakin matang

dan semakin banyak mengeluarkan likour folikuli yang mengandung

esterogen.

6) Esterogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium, yang

menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang disebut masa

Proliferasi.

7) Dibawah pengaruh LH folikel de graaf menjadi lebuh matang, mendekati

permukaan ovarium, dan kemudian menjadi ovulasi.

8) Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum (berwana merah)

yang akan menjadi korpus luteum (berwarna kuning).

9) Korpus luteum menghasilka hormon progesteron yang mempunyai

pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi.

10) Menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa

sekresi).

11) Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang

menyebabkan kadar esterogen dan progesteron menurun, sehingga

terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang

netrotik, yang disebut dengan masa menstruasi.

12) Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi., maka korus luteum

pdipertahankan dan berkembang menjadi korpus luteum graviditatis.

5. Lamanya Proses Menstruasi Terjadi lagi Setelah Kehamilan Berakhir

Kurang lebih 85 sampai 90% wanita akan menstruasi dalam tiga bulan

pertama sesudah akhir kehamilan, baik itu merupakan akhir kehamilan dengan

abortus maupun kelahiran seorang bayi. Sedangkan untuk 10 sampai 15%

menstruasi pertama akan berlangsung dalam empat hingga enam bulan (Sukarni

dan Margareth, 2013).

20
6. Menstruasi Tidak Teratur/sering Terlambat

Siklus menstruasi tiap perempuan berbeda satu sama lain, ada yang siklus

pendek antara 20-24 hari lalu ada yang normal berkisar 28 atau 30 hari. Beberapa

perempuan ada yang lebih panjang lagi sampai 42 hari. Bila selama ini rutin haid

setiap bulan dan kadang maju atau bahkan mundur seminggu atau tiba-tiba

sebulan tidak mens, itu tidak masalah.

Bagi suami istri, penggunaan alat pelindung (metode kontrasepsi) yang

digunakan juga dapat menjadi salah satu penyebab gangguan siklus menstruasi

terutama pada KB hormonal baik suntik maupun pil dan alat kontrasepsi dalam

rahim (sering dikenal dengan spiral). Hal ini wajar, biasanya bidan atau dokter

telah memberikan konseling sebelum ibu memilih kontrasepsi hormonal.

Konseling ini termasuk mengenai efek samping dari metode kontrasepsi yang

dipilih.

Hal lain yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi adalah bila ibu

menyusui, terutama menyusui secara exklusip. Pada masa menyusui hormon

yang aktif adalah hormon prolaktin yang memproduksi ASI. Sehingga siklus haid

menjadi berubah. Hal ini juga mengurangi kesuburan dan membantu

menjarangkan kelahiran. Dikenal dengan metode Amenorhoe Laktasi. Tetapi,

sebainya ibu menyusui tetap menggunakan KB (Sukarni dan Margareth, 2013).

7. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan pola menstruasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan pola menstruasi menurut

Hestiantoro (2009) adalah :

a. Fungsi hormon terganggu

Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di

kelenjar hipofisis. Sistem hormonal ini akan mengirim signyal ke indung telur

untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu otomatis

siklus mentruasi pun akan terganggu.

21
b. Kelainan sistemik

Wanita yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus bisa mempengaruhi siklus

menstruasinya karena sistem metabolisme didalam tubuh tidak bekerja

dengan baik. Wanita penderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi

sistem metabolismenya sehingga siklus menstruasinya tidak teratur.

c. Cemas

Cemas juga dapat menggagu sistem metabolisme didalam tubuh bisa saja

karena stress/cemas wanita jadi mulai lelah, berat badan turun drastis, sakit-

sakitan, sehingga metabolismenya terganggu. Bila metabolismenya

terganggu, siklus menstruasinya pun ikut terganggu.

d. Kelenjar gondok

Terganggu fungsi kelenjar gondok/ tiroit juga bisa menjadi penyebab tidak

teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar

gondok yang terlalu tinggi (hipertiroit) maupun terlalu rendah (hipotiroit),

pasalnya sisstem hormonal tubuh terganggu.

e. Hormon prolaktin berlebihan

Pada wanita menyusui produksi hormon proloktin cukup tinggi. Hormon

proloktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung menstruasi karna

memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada kasus ini tidak

masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan guna memelihara

organ reproduksinya. Sebaliknya, tidak sedang menyusui, hormon prolaktin

juga bisa tinggi. Biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang

terletak di dalam kepala.

f. Kelainan fisik (alat reproduksi)

Kelainan fisik yang menyebabkan tidak mengalami menstruasi (aminorea

primer) pada wanita adalah :

1) Selaput darah tertutup sehingga perlu operasi untuk membuka selaput

darah.

22
2) Indung telur tidak memproduksi ovum.

3) Tidak mempunyai ovarium.

8. Mengatasi Sakit Pada Saat Menstruasi (Sukarni dan Margareth, 2013)

a. Gunakan kompres hangat atau botol kaca yang diisi air hangat lalu letakan

pada perut.

b. Oleskan minyak kayu putih pada perut.

c. Konsumsi tablet penambah darah jika mengalami anemia.

d. Banyak minum air putih.

e. Selau berpikiran positif dan jangan menganggap menstruasi sebagai hal yang

menakutkan

9. Perubahan Psikologis pada Saat Menstruasi

Masa menstruasi juga dapat menyebabkan perubahan pada wanita menurut

Sukarni dan Margareth (2013). Berikut contohnya :

a. Anoreksia Nervosa merupakan hilanya napsu makan (rasa lapar) yang

disebabkan oleh faktor penyimpangan emosional.

b. Bullimiya kelainan emosiaonal yang ditandai dengan pola makan yang

berlebihan dan berbahaya.

c. Cemas.

d. Depresi.

e. Stress.

f. Disleksia adalah ketidakmampuan menghubungkan antara lisan dan tulisan.

Gejalanya membaca terlalu cepat dan tidak tepat atau membaca terlalu

lambat dan terputus-putus.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka konsep / kerangka berpikir merupakan dasar pemikiran pada

penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka

konsep memuat teori, atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan

untuk melakukan penelitian (Setiawan, 2011).

23
Variabel Bebas Variabel Terikat
Pemakaian Gangguan
Kontrasepsi Suntik Menstruasi

1. Fungsi hormon
terganggu
2. Kelainan sistemik
3. Cemas
4. Kelenjar gondok
5. Hormon
prolaktin
berlebihan
6. Kelainan fisik
(alat reproduksi)

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Gambar 1. Kerangka pemikiran

24
F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada Hubungan Pemakaian Alat

Kontrasepsi Suntik dengan Gangguan Menstruasi pada Akseptor KB di Puskesmas

“X” Palu.

25
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik dengan pendekatan cross sectional model untuk mempelajari

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik dengan Gangguan Menstruasi pada

Akseptor KB dalam waktu bersamaan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Ruang KIA Puskesmas “X” Palu, pada bulan

Desember 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu yang sudah menggunakan alat

kontrasepsi dan sudah tercatat di Puskesmas “X” Palu pada bulan Agustus 2019.

2. Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini adalah Purposive Sampling. Tehnik ini

digunakan karena penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang sudah

menggunakan kontrasepsi di Puskesmas “X” Palu. Adapun kriterianya ialah :

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu-ibu yang menggunakan alat kontrasepsi minimal 3 bulan dari

penggunaan kontrasepsi pertama.

2) Ibu-ibu yang menggunakan alat kontrasepsi masih produktif pada saat

penelitian atau usia ≤ 45 tahun.

3) Ibu- ibu yang menggunakan alat kontrasepsi bersedia menjadi

responden.

26
b. Kriteria Eksklusi

1) Ibu-ibu yang termasuk kriteria inklusi tetapi menolak untuk menjadi

responden.

jumlah besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dari perhitungan

dengan rumus estimasi proposi yang dimana populasi tidak diketahui

sebagai berikut :

Keterangan

n = JumlahSampel

= NilaiTabel Z = 0.05 adalah 1,96

P = Proporsi = 0,5

d = kesalaan (absolut) yang didapat

Maka :

D. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a) Variabel bebas (Independent)

Pemakaian alat kontrasepsi suntik pada Akseptor KB di Puskesmas “X”.

27
b) Variabel terikat (Dependent)

Gangguan menstruasi pada Akseptor KB di Puskesmas “X”.

2. Defenisi Operasional

a. Pemakaian Kontrasepsi suntik adalah pemakaian alat Kontrasepsi untuk

mencegah terjadinya kehamilan melalui suntikan hormonal.

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Cara ukur : Pengisian kuesioner

3) Skala ukur : Skala nominal

4) Hasil ukur : Ya dan Tidak

b. Gangguan Menstruasi yaitu ibu yang mengalami gangguan menstruasi ketika

dilakukan penelitian ataupun mengalami salah satu dari gangguan

menstruasi seperti tidak mengalami haid (Amenorhea), Perdarahan bercak

(spooting), Perdarahan di luar siklus haid (Metroragia), atau Perdarahan haid

yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (Menoragia).

5) Alat ukur : Kuesioner

6) Cara ukur : Pengisian kuesioner

7) Skala ukur : Skala nominal

8) Hasil ukur : Ada gangguan Menstruasi

Tidak ada gangguan Menstruasi

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini awalnya dilakukan dengan meminta izin

dari institusi untuk disampaikan kepada pihak terkait Kepala Puskesmas Sangurara

Duyu Palu dan selanjutnya peneliti melakukan penyebaran kuisioner kepada

responden dengan memberikan informed consent terlebih dahulu. Untuk

mempermudah dalam melakukan penelitian, maka peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu :

1. Data Primer

28
Data Primer adalah data yang diperoleh melalui kuesioner yang dijawab

oleh ibu yang menggunakan kontrasepsi di Puskesmas “X” Palu.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas “X” Palu. Data

yang diperoleh adalah jumlah ibu yang menggunakan Alat Kontrasepsi.

F. Pengolahan Data

Sebelum dianalisis, data diolah terlebih dahulu yaitu dengan tahap

(Notoatmojo, 2010) :

1. Penyunting data (Editing)

Hasil wawancara yang dikumpulkan melaui kuisioner di sunting terlebih

dahulu. Jika masih ada data yang tidak lengkap dan tidak mungkin di lakukan

wawancara ulang, maka kuisioner tersebut di keluarkan.

2. Membuat lembaran kode (Coding)

Mengklasifikasikan jawaban-jawaban daripada responden ke dalam

kategori-kategori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi

tanda/kode bebentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Tabulasi (Tabulating)

Tabulating adalah kegiatan membuat table. Jawaban-jawaban yeng

telah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

4. Membersihkan (Cleaning)

Membersihkan data dengan melihat variabel-variabel yang di gunakan

apakah data-data sudah benar atau belum.

5. Menggambarkan (Deskribing)

Menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah dikumpulkan.

G. Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif maupun analitik.

1. Analisis Univariat

29
Menganalisa variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan

menghitung distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dari

sebjek penelitian. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan

narasi.
𝑓
Rumus distribusi frekuensi : P = 𝑁 𝑥 100% = ⋯ %

Keterangan :

P : Presentase/Proporsi

f : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah total pertanyaan

2. Analisis Bivariat

Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan dua variabel-variabel

bebas dan variabel terikat dengan menggunakan Chi-Square (Sugiyono,2005).

x2= 
(𝑓𝑜−𝑓ℎ)²
𝑓ℎ
Keterangan :

x² : chi kuadrat

fo : frekuensi yang diobservasi

fh : frekuensi yang diharapkannya

Dengan taraf signifikan 95% p = 0,05. Jika nilai p ≤ 0,05 dapat dinyatakan adanya

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik dengan Gangguan Menstruasi Pada

Akseptor KB, namun jika nilai p ≥ 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada

Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik dengan Gangguan Menstruasi Pada

Akseptor KB.

H. Penyajian Data

Data yang telah diperoleh akan disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

30
31

Anda mungkin juga menyukai