Anda di halaman 1dari 78

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan

jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009).

Program KB, sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang

kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan

yang bersifat kuantitatif dan kualitatif oleh karena itu, program KB memilki

posisi strategis dalam upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui

kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan (secara kuantitatif), maupun

pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga (secara kualitatif)

dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera,sehingga

memungkinkan program dan gerakan KB diposisikan sebagai bagian penting dari

strategi pembangunan ekonomi. Apabila program KB tidak berhasil akan

berimplikasi negatif terhadap sektor pembangunan lain seperti : pendidikan,

kesehatan , ekonomi dan sektor lainnya. Program KB merupakan program yang

mendunia. Untuk itu pemahaman tentang KB dan kesehatan reproduksi perlu

diberikan bukan hanya kepada kaum perempuan, tetapi juga kepada pria, remaja

dan tokoh masyarakat (Suratum et.al, 2008).


2

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di

dunia, yaitu 249 juta jiwa. Indonesia sedang menghadapi masalah dengan jumlah

dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5 juta per tahun. Untuk

dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilakukan secara bersamaan

pembangunan ekonomi dan keluarga berencana (KB) (Manuaba et,al. 2013)

Program keluarga berencana (KB) yang digalakkan oleh pemerintah

menjadi sangat penting sebagai pengendalian peledakan penduduk. Data Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2013

mendapatkan 8.500.247 PUS (Pasangan Usia Subur) yang merupakan peserta KB

baru, dengan rincian pengguna kontrasepsi suntik 4.128.115 peserta (48,56%),

pil 2.261.480 peserta (26,60%), implan 784.215 peserta (9,23 %), kondom

517.638 peserta(6,09% ), alat kontrasepsi dalam rahim 658.632 peserta (7,75%),

MOW (metode operasi wanita) 128.793 peserta (1,52%), MOP (metode operasi

pria) 21.374 peserta (0,25%), dari data diatas dapat kita lihat metode kontrasepsi

suntik adalah metode yang terbanyak yang digunakan (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan data BKKBN Provinsi NTB pada akhir tahun 2015 tercatat

jumlah PUS 1.082.067 orang dengan cakupan perserta KB aktif di NTB pada

tahun 2015 sebesar 792.183 orang (73.21% dari jumlah PUS). Adapun cakupan

perserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi yang digunakan adalah IUD 98.233

perserta (12,40%), MOP 4.464 perserta (0,58%), MOW 16.015 perserta (2,02%),

Implan 136.844 perserta (17,27%), Kondom 16.050 perserta (2,03%), Suntik

390.472 perserta (49,29%), dan Pil 130.005 perserta (16.41%). dari data

BKKBN Provinsi NTB tahun 2015, Kabupaten Lombok Timur menempati


3

urutan ke 9 dengan jumlah PUS 297.020 orang sedangkan jumlah perserta KB

aktif 204.149 perserta (68.73% dari jumlah PUS) dengan pengguna kontrasepsi

suntik yang paling banyak sebesar 96.163 perserta (47,10%).

Sedangkan berdasarkan data Rekapitulasi PWS KB Puskesmas Selong

Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2016 tercatat cakupan perserta KB aktif

di wilayah kerja Puskesmas Selong pada tahun 2016 sebesar 5,095 orang (76,7%

dari jumlah PUS). Adapun cakupan perserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi

yang digunakan adalah PIL 425 perserta (6,4%), Suntikan 2195 perserta

(33,0%), Implant 1.251 perserta (18,8%), IUD 1053 perserta (15,8%), Kondom

45 perserta (0,69%), MOW 126 perserta (1,88%), MOP (-) . Berdasarkan data

Rekapitulasi PWS KB Puskesmas Selong, jenis kontrasepsi suntik merupakan

kontrasepsi yang paling banyak digunakan.

Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi jenis hormonal jenis suntikan yang

dibedakan menjadi 2 macam yaitu Suntikan Progestin saja (DMPA dan NET-

EN) dan Suntikan Kombinasi (Depo Medroksiprogesteron-Estradiol Sipionat

atau Cyclofem-Estradiol Valerat) (Pinem,2009). Efek samping penggunaan KB

suntik adalah meningkat atau menurunnya berat badan, gangguan haid, depresi,

keputihan,jerawat,perubahan libido (Hutahaean,2009). Dalam mengatasi efek

samping penggunaan KB Suntik diperlukan peran serta perawat dalam

memberikan informasi yang benar mengenai cara mengatasi efek samping dalam

penggunaan KB Suntik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pengguna Kontrasepsi (KB)

Suntik di Puskesmas Selong”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menjadi perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagamanakan Asuhan Keperawatan pada

Ny.”H” Pengguna Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Selong Kecamatan Selong

Kabupaten Lombok Timur ? ”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Ny.”H”

Pengguna Kontrasepsi Suntik di Puskesmas Selong Kecamatan Selong

Kabupaten Lombok Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan konsep dasar penggunaan Kontrasepsi Sutik mulai dari

pengertian, jenis-jenis Alat Kontrasepsi Suntik, Cara kerja Kontrasepsi

Suntik, efektifitasnya, kelebihan dan Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik.

b. Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pada Ny.”H” pengguna

kontrasepsi suntik mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

c. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.”H” pengguna kontrasepsi

suntik di Puskesmas Selong Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

Timur.
5

d. Menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.”H” pengguna kontrasepsi

suntik di Puskesmas Selong Kabupaten Lombok Timur .

e. Menyusun perencanaan keperawatan pada Ny.”H” pengguna kontrasepsi

suntik di Puskesmas Selong Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

Timur.

f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny.”H” pengguna kontrasepsi

suntik di Puskesmas Selong Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

Timur.

g. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.”H” pengguna kontrasepsi

suntik di Puskesmas Selong Kecamatan Selong Kabupaten Lombok

Timur.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Mahasiswa

Meingkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penerapan asuhan

keperawatan khususnya pada Klien Pengguna Kontrasepsi Suntik.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dan pengembangan

ilmu keperawatan khususnya bidang Keperawatan Maternitas.


6

2. Mafaat Praktis

a. Bagi Lahan Praktik dan Masyarakat

Sebagai bahan masukan dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya

pada klien Pengguna Kontrasepsi Suntik.

b. Bagi Klien

Meningkatkan pengetahuan klien dalam perawatan dan pencegahan

khususnya pengguna alat kontrasepsi suntik.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Pengambilan kasus dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2017 s/d 10 Agustus

2017.

2. Tempat

Pengambilan kasus dilaksanakan di Ruang KIV/KB Puskesmas Selong

Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana

1. Pengertian

Secara umum (KB) dapat diartikan sebagai suatu usaha yang

mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif

bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan

menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.

Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan

merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar

dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi. (Suratum et al.

2008).

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mecegah trjadinya kehamilan

sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk

itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan

kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua-

duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan.

(Cunninghaam, 1989 dikutip dalam Suratum et al, 2008).


8

2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga

berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,

pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi. (Suratun, 2008).

Selain itu, tujuan keluarga berencana yaitu mewujudkan keluarga kecil yang

berkualitas (BKKBN 2010).

Dari kedua tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan keluarga

berencana adalah menciptakan keluarga kecil yang berkualitas sehingga dapat

mewujudkan kesejahteraan keluarga.

3. Akseptor

Akseptor adalah pasangan usia subur yang sedang menggunakan salah

satu metode kontrasepsi dan tidak dalam keadaan hamil. Istilah akseptor

dalam program KB adalah sebagai berikut :

a. Akseptor Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali

menggunakan alat kontrasepsi atau kembali menggunakan metode

Kontrasepsi setelah mengalami keguguran.

b. Akseptor Lama adalah perserta kontrasepsi yang sedang menggunakan

salah satu metode kontrasepsi secara terus menerus tanpa diselingi

kehamilan.
9

c. Akseptor Ganti Cara adalah perserta kontrasepsi yang ganti cara dari satu

metode kontrasepsi ke kontrasepsi lain tanpa diselingi kehamilan.

(KIV/KB/2008)

4. Metode Kontrasepsi

Menurut Suratum et al. (2008), dalam Aspiani (2017). Metoda

Kontrasepsi dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Metoda Kontrasepsi Sederhana :

Metoda kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dapat

dikerjakan sendiri oleh peserta keluarga berencana, tanpa pemeriksaan

medis terlebih dahulu. Hasil yang diperoleh dengan cara ini umumnya

kurang efektif dibandingkandengan cara-cara yang lain. Metode

Kontrasepsi Sederhana dibagi menjadi

1) Tanpa Alat/Obat

a) Senggama terputus (Azal atau coitus interuptus)

Senggama dijalankan sebagaimana biasa tetapi pada

puncak senggama alat kelamin pria (zakar) dikeluarkan dari vagina,

sehingga mani keluar dari luar vagina. Cara ini tidak berbahaya baik

fisik maupun mental.

Namun sebenarnya cara ini tidak dapat diandalkan

sepenuhnya karena :

(1) Memerlukan penguasaan diri yang kuat.


10

(2) Kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa

tertumpah dari zakar dan masuk kedalam vagina sehingga dapat

terjadi kehamilan, meskipun sudah  dilakukan pencabutan

sebelum mani menyemprot.

b) Pantang Berkala

Pantang berkala ádalah tidak melakukan senggama pada

masa subur seorang wanita, yaitu sekitar waktu kejadiannya

ovulasi.

Cara menentukan masa ovulasi adalah :

(1) Untuk dapat menentukan masa ovulasi perlu diketahui siklus

haid yang akan datang

(2) Untuk mengetahui haid yang akan datang perlu diketahui siklus

haid

(3) Untuk mengetahui lamanya siklus haid perlu dicatat sekurang-

kurangnya 8-12 siklus haid selama 8 bulan.

2) Dengan Alat/Obat

Maksud dengan alat adalah untuk menahan atau menghalangi

masuknya sperma ke dalam rahim sedangkan penggunaan obat

dimaksudkan untuk melumpuhkan sperma.

a) Kondom

Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak

berwarna dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri sebelum

dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di


11

dalamnya dan tidak masuk ke dalam vagina, dengan demikian

mencegah terjadinya pembuahan. Adapaun indikasi pemakaian

kondom adalah :

(1) 6 Minggu sesudah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai

selama 6 minggu sesudah vasektomi (sampai mani tidak

mengandung spermatozoa lagi yang dapat diketahui lebih jelas

dengan pemeriksaan laboratorium)

(2) Sementara menunggu pemasangan AKDR

(3) Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang

diminum

(4) Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36

jam

(5) Apabila diduga ada penyakit kelamin sementara menunggu

diagnosa yang pasti

(6) Bersamaan dengan pemakaian spermicide

(7) Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia

atau dipakai.

b) Diafragma / Cap

Diafragma dibuat dari karet yang berbentuk mangkok, dipakai

untuk menutup serviks gunanya untuk mencegah masuknya mani

kedalam serviks. Diafragma dimasukkan kedalam vagina setinggi

mungkin sampai menutupi mulut rahim, kemudian dikeluarkan lagi

delapan jam setelah persetubuhan.


12

c) Cream, Jelly dan tablet atau cairan berbusa

Cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa yang disebut

spermicida adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak/

melumpuhkan spermatozoa didalam vagina sehingga tidak dapat

membuahi telur. Untuk penggunaan spermicida yang berbentuk

tablet berbusa dimasukkan kedalam vagina.

Gambar 2.1 Kontrasepsi metode sederhana dengan


menggunakan alat (Aspiani, 2017)

b. Metoda Kontrasepsi Efektif

Metoda kontrasepsi efektif adalah metoda yang dalam

penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan

pemakaian tinggi serta angka kegagalan rendah bila dibandingkan dengan

metoda Kontrasepsi sederhana. Metoda kontrasepsi efektif ini terdiri dari

Pil KB, suntik KB, AKBK dan AKDR.


13

1) Pil

Gambar 2.2 Pil Kombinasi (Sumber : http://sunthisepuri.com)

Pil KB ialah pil yang berisikan hormone esterogen dan atau

hormone progesterone yang dimakan wanita secara teratur untuk

mencegah kehamilan (Syahlan, 1996 dikutip dalam Aspiani, 2017).

Menurut Herti (2007) dikutip dalam Aspiani (2017) pil

adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah

diperkenalkan sejak tahun 1960, pil diperuntukan bagi wanita yang

tidak hamil dan menginginkan cara pencegahan kehamilan sementara

yang paling efektif bila diminum secara teratur.

Jenis-Jenis Pil Keluarga Berencana

Menurut (Herti, 2007 dikutip dalam Aspiani, 2017) ada 3 jenis pil

KB, yaitu :

a) Pil gabungan atau kombinasi

Tiap pil mengandung dua hormone sintetis, yaitu hormone

estrogen dan progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara


14

kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100%

efektif bila diminum secara teratur.

b) Pil berturutan

Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan

selama 14-15 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5-6

hari pil gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa

siklusnya. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal

siklus akan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan telur

sehingga terjadi kehamilan.   

c) Pil khusus

Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan

memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah

mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim)

sehingga mempersulit pengangkutan sperma.

2) Suntikan

Suntikan KB mengandung hormone progesterone, tidak

mengandung esterogen.

Gambar 2.3 KB suntik 1 bulan dan 3 bulan (Sumber :


https://tentangkb.com)
15

Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada 2

macam, yaitu DMPA (Depo Medroxis Progresteron Asetat) yang

lazim disebut Depo Provera dan net oen (noretisteron) yang lazim

disebut Noristerat. Depo provera sebagai kontrasepsi suntikan

diberikan dosis 150 mg/3 cc sedangkan noristerat dengan dosis 200

mg/cc.

Waktu pemberiannya pada pasca persalinan sampai 40 hari,

pasca keguguran sampai 7 hari dan interval dengan anak hidup

minimal satu, sebelum hari kelima haid. Cara penyuntikan KB Suntik

melalui Intramuskular, tempat penyuntikan ada 2 yaitu pada otot

bokong (glutea) yang dalam, bekas suntikan ditutup dengan plester 

untuk mencegah keluarnya obat dan pada otot pangkal lengan

(deltoid).

3) AKBK/Implan

Alat kontrasepsi susuk KB atau implant adalah alat

kontrasepsi bagi wanita yang atau 6 kapsul berukuran kira-kira 3 cm

berisi zat levonorgestrvel. (Hartono, 2003 dikutip dalam Aspiani,

2017).

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi berbentuk

kapsul silastik berisi hormone jenis progestin (progestin sintetik) yang

dipasang dibawah kulit.


16

Gambar 2.4 Kontrasepsi Implant (sumber : http://pkmgunungmegang.co.id)

4) AKDR/IUD

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam

rahim yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan

(Prawiroharjo, 1999 dikutip dalam Aspiani, 2017).

Gambar 2.5 Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) (Aspiani,2017)

c. Metoda Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk

membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas yang

dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami  isteri atas

permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela.


17

1) Vasektomi (MOP)

Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui operasi tindakan

ringan dengan cara mengikat dan memotong sel sperma (vas diferent)

sehingga sperma tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung

spermatozoa, dengan demikian tidak terjadi pembuahan.

Gambar 2.6 Alat kontrasepsi Vasektomi dan tubektomi (Sumber :


https://www.slideshare.net)

2) Tubektomi (MOW)

Tubektomi adalah kontrasepsi permanen wanita yang tidak

menginginkan anak lagi yang bekerja menghambat sel telur wanita

sehingga tidak dapat dibuahi oleh sperma. Cara kontrasepsi ini

dipersiapkan melalui tindakan operasi kecil dengan mengikat dan

memotong sel tuba (telur) pada istri.


18

B. Konsep Dasar Alat Kontrasepsi Suntik

1. Pengertian

Kontrasepsi Suntik adalah suatu usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan (Prawirohardjo, 2009).

Kontrasepsi Suntik adalah suatu cara mencegah terjadinya kehamilan

dengan menyuntikan secara berkala hormone esterogen dan progesterone ke

dalam tubuh wanita (Mochtar, R. 2005).

Jadi dari penapat diatas dapat disimpulkan bahwa Kontrasepsi Suntik

(KB Suntik) adalah Suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan

menyuntikan hormone esterogen dan progesterone ke dalam tubuh wanita.

2. Jenis- jenis alat kontrasepsi suntik

a. Suntikan Progestin Saja

1) Depo-Provera (Depot Medroxyprogesterone Asetat)

Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja

dan tidak mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150

mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara

intramuscular (IM) setiap 12 minggu (Varney, 2006).

Gambar 2.7 KB Suntik progesteron


(httpdocuments.tipsdocumentskontrasepsi-suntikanppt.html)
19

2) NET-EN (Norethindrone enanthate)

Noristerat diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8

minggu atau setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 kali suntikan

pertama), kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu (Pinem,2009)

b. Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan

injeksi intramuscular sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron

Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat (Mesigna) yang diberikan dengan

injeksi intramuscular sebulan sekali (Pinem,2009).

Gambar 2.8 Suntikan Kombinasi


(Sumber : httpdocuments.tipsdocumentskontrasepsi-suntikanppt.html)

3. Profil kontrasepsi suntikan progestin :

Sangat efektif, aman, dapat dipakai oleh semua perempuan dalam

usia reproduksi, kembalinya kesuburan lebih lambat, kira-kira 4 bulan, tidak

menekan produksi ASI sehingga cocok untuk masa laktasi (Pinem,2009).


20

4. Mekanisme kerja suntikan KB

Menurut Manuaba (2013), Mekanisme kerja kontrasepsi hormonal

sebagai berikut :

Melalui hipotalamus dan hipofisis. Esterogen dapat menghambat

pengeluaran follicle stimulating hormone (FSH) sehingga perkembangan dan

kematangan folikel de Graaf tidak terjadi. Disamping itu progesterone dapat

menghambat pengeluaran luteinizing hormone (LH). Esterogen mempercepat

peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus-endometrium yang

belum siap untuk menerima implantasi.

a. Rangsangan balik ke hipotalamus dan hipofisis, sehingga pengeluaran LH

tidak terjadi dan menghambat ovulasi.

b. Progesterone mengubah endometrium, sehingga kapasitas spermatozoa

tidak berlangsung.

c. Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit ditembus spermatozoa.

d. Menghambat peristaltik tuba, menyulitkan konsepsi.

e. Menghindari implantasi, melalui perubahan struktur endometrium.

Menurut Hutahaean, 2009 mekanisme kerja kontrasepsi (KB) Suntik

adalah sebagai berikut :

a. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan

ovum

b. Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa

c. Perubahan peristaltic tuba fallopi, sehingga konsepsi hambat


21

d. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk

implantasi hasil konsepsi.

5. Clinical Pathway KB Suntik

KB Suntik
(Progesteron & Kombinasi)

Efek samping : Efek samping :


Perubahan berat badan Menghambat pengeluaran Sakit kepala
Jerawat Pusing
FSH & LH Nyeri payudara
mual
Terjadi pelepasan ovum
MK : Gangguan citra diri
MK : Gangguan rasa nyaman
Lendir serviks menjadi kental

Menurunkan kemampuan
penetrasi spermatozoa

Atrofi Endometrium

Kurang baik untuk implantasi


ovum

Efek Samping : Aminore,


Gangguan Pola Haid Spotting, mothoragi,
menoraghia
MK : Ansietas

Munculnya beberapa efek samping

Pengetahuan yang tidak


adekuat

MK : Koping individu
inefektif

Gambar 2.9 Clinical Pathway KB Suntik


(Pinem, 2009. Hutahaean,2009. Manuaba, 2013)
22

6. Efektifitas Suntikan Progestin

DMPA memiliki efektivitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan

per100 perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN, 2003). Kegagalan

yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor untuk

datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan yang salah,

injeksi harus benar-benar intragluteal (Baziad, 2002).

7. Keuntungan kontrasepsi suntik

Menurut Pinem, 2009 Keuntungan kontrasepsi (KB) Suntik adalah

sebagai berikut :

a. Suntikan progestin

Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka

panjang

1) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami isteri

2) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah

3) Tidak mempengaruhi ASI

4) Efek samping sedikit

5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

6) Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun sampai

perimenopause

7) Mencegah kanker endometrium dan kehamilan etopik

8) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

9) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul


23

10) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

b. Suntikan kombinasi

1) Sangat efektif, (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun

pertama

2) Resiko terhadap kesehatan kecil, efek samping sangat kecil

3) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami isteri

4) Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam

5) Jangka panjang

6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

8. Keterbatasan kontrasepsi suntikan

Menurut Pinem, 2009 Keterbatasan kontrasepsi (KB) Suntik adalah

sebagai berikut :

a. Suntikan Progestin

1) Sering ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal dapat

berubah menjadi amenorea perdarahan tidak teratur, perdarahan

bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan banyaknya darah yang

keluar, atau tidak haid sama sekali.

2) Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapatkan suntikan

3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

4) Peningkatan berat badan

5) Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual,

inveksi HIV, hepatitis B virus


24

6) Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terlambat kembali karena

pelepasan obat suntikan dari depannya belum habis

7) Pada penggunaan jangka panjang : terjadi perubahan pada lipid serum,

dapat sedikit menurunkan densitas (kepadatan) tulang, dapat

menimbulkan gangguan emosi (tetapi jarang), sakit kepala, jerawat,

nervositas.

b. Suntikan Kombinasi

1) Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur, perdarahan

bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.

2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. Biasanya keluhan ini

hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

3) Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan

4) Bila digunakan bersamaan dengaan Fenitoin dan barbiturate (obat

untuk tuberculosis), efektifitasnya berkurang

5) Dapat menyebabkan efek samping serius seperti serangan jantung,

stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya

tumor hati.

6) Peningkatan berat badan

7) Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual,

hepatitis B virus atau HIV/AIDS

8) Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah pemakaian

berhenti.
25

9. Indikasi pengguna KB Suntik

Menurut Pinem, 2009 yang menggunakan kontrasepsi (KB) Suntik

adalah sebagai berikut :

a. Suntikan Progrestin

1) Usia produktif, nulipara dan yang telah memiliki anak

2) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektivitas

tinggi

3) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

5) Setelah abortus

6) Telah mempunyai anak tetapi belum menginginkan tubektomi

7) Perokok

8) Tekanan darah, 180/110 mmHg, masalah gangguan pembekuan darah

atau anemia bulan sabit

9) Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat

untuk tuberculosis (rifampisin)

10) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung esterogen

11) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

12) Mendekati usia menopause dan tidak mau atau tidak

13) Anemia defesiensi besi.

b. Suntikan kombinasi

1) Usia reproduksi, telah memiliki anak maupun belum

2) Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi


26

3) Memberikan ASI pasca persalinan > 6 bulan

4) Pasca persalinan tetapi tidak menyusui

5) Anemia

6) Nyeri haid hebat, haid teratur

7) Riwayat kehamilan ektopik

8) Sering lupa minum pil

10. Kontraindikasi pengguna KB Suntik

a. Suntikan progestin

1) Hamil atau dicurigai hamil karena resiko cacat janin 7 per 100.000

kelahiran.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

5) Diabetes militus disertai komplikasi

6) Kanker pada traktus genetalia.

b. Suntikan kombinasi

1) Hamil atau diduga hamil

2) Menyusui , kurang dari 6 minggu pasca persalinan

3) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya

4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)

5) Usia >35 tahun dan merokok

6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi

(>180/110mmHg)
27

7) Riwayat kelaianan tromboemboli, riwayat kencing manis > 20 tahun

8) Kelaianan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau

migrant

9) Keganasan pada payudara.

11. Waktu Mulai Menggunakan

Menurut Saifuddin (2003), waktu mulai menggunakan kontrasepsi

DMPA yaitu :

a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.

b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

c. Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi

dapat diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah

penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar dan

tidak hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA,

suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai

haid berikutnya.

e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengganti

dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan,

asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid

berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari

penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.


28

12. Cara penyuntikan kontrasepsi suntikan

a. Kontrasepsi progestin

1) Kontrasepsi suntikan DMPA, setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg

secara intramuskuler dalam-dalam didaerah pantat (bila suntikan

terlalu dangkal, maka penyerapan kontrasepsi suntikan berlangsung

lambat, tidak bekerja segera dan efektif) diberikan setiap 90 hari.

Jangan melakukan masase pada tempat suntikan.

2) Pemberian kontrasepsi Noristerat dalam dosis 200 mg sekali setiap 8

minggu atau sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 kali

suntikan pertama), kemudian untuk selanjutnya sekali setiap 12

minggu

3) Bersihkan kulit yang akan ditusuk dengan kapas alcohol yang telah

dibasahi dengan isopropyl alcohol 60-90%. Tunggu dulu sampai kulit

kering, baru disuntik.

4) Kocok obat dengan baik, cegah terjadinya gelembung udara. Bila

terdapat endapan putih didasar ampul, hilangkan dengan cara

menghangatkannya. Kontrasepsi suntikan ini tidak perlu didinginkan.

5) Semua obat harus diisap ke dalam alat suntiknya.

b. Kontrasepsi Kombinasi

Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan

intramuscular dalam. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal

dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan, tetapi dapat juga

diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja dapat
29

dipastikan ibu tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan senggama selama

7 hari atau menggunakan metoda kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

13. Efek samping

a. Suntikan Progesteron

1) Meningkat/ menurunnya berat badan

2) Gangguan haid

a) Tidak mengalami haid (amenore)

Amenore dibedakan menjadi dua yaitu amenore primer merupakan

masa remaja kurang dari 16 tahun belum pernah mengalami mens

atau belum menampakkan tanda-tanda fisik seksual sekunder,

sedangkan amenore sekunder bila wanita sudah mengalami

menstruasi namun kemudian tidak mengalami menstruasi dalam

waktu 3-6 bulan (Varney, 2006).

b) Perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak (spotting)

Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan

menurun dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo, 2001).

c) Perdarahan diluar siklus haid (metrorarghia)

Bila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur atau jika

terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi,

istilah metroragi digunakan untuk menggambarkan keadaan

tersebut (Varney, 2006).

d) Perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak daripada

biasanya (menorarghia)
30

Persepsi yang umum mengenai perdarahan berlebihan adalah

apabila tiga sampai empat pembalut sudah penuh selama empat

jam. Jumlah kehilangan darah yang dipertimbangkan normal selama

mens adalah 30 cc sejak penelitian yang dilakukan pada tahun

1960-an dan setiap perdarahan yang lebih dari 80 cc dinyatakan

perdarahan abnormal, seperti yang dikatakan oleh Engstrom, bahwa

batas 8 cc merupakan ukuran standar untuk menetapkan menoragi

(Varney, 2006).

3) Penyebab Gangguan Haid

Secara umum semua gangguan haid disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami

perubahan. Keadaan amenore disebabkan atrofi endometrium.

Penyebab amenore primer umumnya lebih berat dan lebih sulit untuk

diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik sedangkan

amenore sekunder lebih menunjuk pada sebab-sebab yang timbul

dalam kehidupan wanita seperti gangguan gizi, gangguan

metabolisme, penyakit infeksi dan lain-lain. Metroragi dapat

disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau kelainan

fungsional. Bila penyebab menoragi dan metroragi adalah neoplasma,

gangguan pembekuan darah, penyakit kronis atau kelainan

ginekologik, klien perlu dirujuk ke spesialis (Varney, 2006).


31

b. Suntikan Kombinasi

Efek samping suntikan kombinasi menurut Pinem, (2009) adalah sebagai

berikut :

1) Aminorea penanganannya bila tidak terjadi kehamilan, tidak perlu

diberikan pengobatan khusus. Bila tidak datangnya haid masih

dianggap sebagai masalah, anjurkan klien untuk datang kembali ke

klinik. Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan hentikan suntikan.

Jelaskan kepada klien bahwa hormone progestin dan estrogen sedikit

sekali pengaruhnya terhadap janin.

2) Mual/ pusing/ muntah

3) Penanganannya bila tidak hamil, jelaskan bahwa keadaan ini adalah

hal yang biasa, tetapi bila perdarahan terus berlanjut dan membuat ibu

cemas, maka perlu diganti dengan metode kontrasepsi lain. Bila ibu

hamil, ibu dirujuk.

14. Penatalaksanan

a. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

1) Jelaskan sebab terjadinya.

2) Jelaskan bahwa gejala atau keluhan tersebut dalam rangka

penyesuaian diri, bersifat sementara dan individu :

a) Amenore

Amenore bila tidak hamil tidak perlu dilakukan tindakan apapun,

cukup konseling dengan menjelaskan bahwa haid terkumpul


32

dalam rahim dan beri nasihat untuk kembali ke klinik (Saifuddin,

2003).

b) Spooting

Perdarahan bercak merupakan keluhan atau gejala yang akan

menurun dengan makin lamanya pemakaian (Siswosudarmo,

2001). Sebagian wanita yang mengalami perdarahan bercak

menemukan bahwa keluhan ini membaik dengan sendirinya,

biasanya pada suntikan keempat (Everett, 2007).

c) Metrorarghia

Memberikan konseling pada akseptor bahwa perdarahan diluar

siklus haid merupakan efek samping kontrasepsi suntik yang

dipakai dan jenis perdarahan ini tidak berbahaya meskipun

berlangsung sampai beberapa minggu (Saifuddin, 2003).

d) Menorarghia

Perdarahan banyak atau memanjang lebih dari 8 hari atau 2 kali

lebi banyak dari haid biasanya, jelaskan hal itu biasa ditemukan

pada bulan pertama suntikan (Saifuddin, 2003).

b. Tindakan Medis

1) Amenore

Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan

karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan, bila tidak terjadi

perdarahan juga rujuk ke klinik. Bila klien tidak menerima gangguan

tersebut, suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian kontrasepsi


33

yang lain. Bila terjadi kehamilan, rujuk klien dan jelaskan bahwa

hormone progestin tidak akan menimbulkan kelainan (Saifuddin,

2003).

2) Spotting dan metrorarghia

Bila ringan atau tidak terlalu menganggu tidak perlu diberi obat. Bila

cukup mengganggu dapat diberikan pil KB 3x1 tablet selama 7 hari

(Depkes, 1999). 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 μg

etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800mg, 3x/hari untuk 5 hari) atau

obat sejenis lain (Saifuddin, 2003).

3) Menorarghia

Bila terjadi perdarahan banyak selama penyuntikan ditangani dengan

pemberian 2 tablet pil kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari

dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 μg

etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.

Untuk mencegah anemia perlu preparat besi atau makanan yang

mengandung banyak zat besi (Saifuddin, 2003). Diberi tablet sulfas

ferosus (Fe) 3x1 tablet antara 5-7 hari sampai keadaan membaik

(Depkes, 1999).

15. Instruksi yang perlu disampaikan kepada klien

Klien harus kembali ke klinik untuk mendapatkan suntikan kembali,

setiap 12 minggu untuk DMPA, dan setiap 8 minggu untuk Noristerat (Pinem,

2009).
34

Untuk suntikan kombinasi, Ibu harus datang kembali ke klinik/dokter

setiap 4 minggu untuk mendapatkan suntikan , bila tidak mendapatkan haid

lebih dari 2 bulan, klien harus kembali ke klinik/dokter untuk memastikan

apakah ibu hamil atau tidak, jelaskan efek samping yang paling sering terjadi

pada suntikan kombinasi dan apa yang harus dilakukan klien bila hal tersebut.

Keluhan mual, sakit kepala, atau nyeri payudara serta perdarahan ( sering

ditemukan) biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 atau ke-3, kemudian

jelaskan bahwa bila ibu sedang menggunakan obat epilepsy atau tuberculosis,

obat-obat tersebut dapat mengganggu efektifitas suntikan kombinasi yang

sedang digunakan (Pinem, 2009).

16. Tanda- tanda yang harus diwaspadai pengguna suntikan kombinasi

Menurut Pinem, (2009) tanda- tanda yang diwaspadai pada pengguna

suntikan kombinasi adalah sebagai berikut :

a. Nyeri dada hebat atau nafas pendek, kemungkinan adanya darah diparu,

atau serangan jantung

b. Sakit kepala hebat atau gangguan pengelihatan, kemungkinan terjadi

stroke, atau migraine

c. Nyeri tungkai hebat, kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah

pada tungkai

d. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan

berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

Bila keluhan-keluhan tersebut timbul, maka klien harus segera

dirujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Bagi klien


35

yang ingin menggunakansuntikan kombinasi, sebelumnya harus

mendapatkan pemeriksaan yang cermat dari dokter/petugas pelayanan

untuk memastikan apakah terdapat kontraindikasi penggunaan suntikan

kombinasi tersebut.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Penggunaan Alat

Kontrasepsi KB

Menurut Carol V.A, dalam buku Asmadi (2008), asuhan keperawatan

adalah suatu metode yang sistematis untuk mengkaji respons manusia terhadap

masalah kesehatan dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan mengatasi

masalah tersebut. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat

dalam mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan klien.

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis,

dalam melakuan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat

yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respn pasien

terhadap penyakitnya (Tarwoto & Wartonah, 2004).

Langkah-langkah dalam penerapan asuhan keperawatan meliputi :

pengkajian, dignosa keperawatan, rencana tindakan, tindakan keperawatan, dan

evaluasi keperawatan (Nursalam, 2001).

1. Pengkajian

Pengkajian Merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan proses yang sistematis (Haryanto, 2007).


36

Langkah-langkah pengkajian pada pengguna alat kontrasepsi

menurut Aspiani, 2017 sebagai berikut :

a. Identitas

Pada penderita dengan penggunaan kontrasepsi biasanya pada wanita usia

produktif > 20-35 tahun.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama pada klien dengan penggunaan kontrasepsi adalah

ketidaktauan tentang metode kontrasepsi yang efektif dan aman.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan utama pada klien dengan penggunaan alat kontrasepsi adalah

ketidaktahuan tentang metode kontrasepsi yang efektif dan aman.

Klien banyak bertanya tentang macam-macam metode kontrasepsi dan

efek samping penggunaannya.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah klien pernah mengalami riwayat penyakit seperti DM, hipertensi

atau penyakit jantung.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Peran keluarga atau keturunan merupakan faktor penyebab penting yang

perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu anggota

yang ada hubungannya dengan operasi misalnya : TBC, DM, dan

Hipertensi.
37

f. Riwayat Obstetric

Untuk mengetahui riwayat obsetri pada klien dengan penggunaan

kontrasepsi yang perlu diketahui adalah :

1) Keadaan haid

Perlu ditanyakan kapan datangnya menarche siklus haid, hari pertama

haid terakhir untuk diketahui yang keluar darah muda atau darah tua,

encer atau menggumpal, lamanya nyeri atau tidak, pada sebelum atau

sesudah haid, berbau atau tidak, dimana untuk mengetahui gambaran

tentang keadaan alat kandungan.

2) Perkawinaan

Berapa kali kawin dan berapa lama dengan suami yang sekarang.

3) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

Ditanyakan riwayat kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu,

bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan, apakah cukup bulan atau

tidak, kelahirannya normal atau tidak, siapa yang menolong persalinan

dan dimana melahirkannya.

g. Pola Kebiasaan Sehari-hari menurut Virginia Henderson

1) Respirasi

Pada klien dengan penggunaan kontrasepsi biasanya tidak mengalami

perubahan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2) Nutrisi

Klien dengan penggunaan kontrasepsi biasanya tidak mengalami

perubahan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi.


38

3) Eliminasi

Klien dengan penggunaan kontrasepsi biasanya tidak mengalami

gangguan dalam eliminasi.

4) Istirahat/Tidur

Klien dengan penggunaan kontrasepsi biasanya tidak mengalami

gangguan dalam pemenuhan kebutuhan tidur.

5) Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi

Klien dengan penggunaan kontrasepsi biasanya tidak mengalami

gangguan dalam hal temperature tubuh, suhu tubuh 37°C. Nadi dan

tekanan darah biasanya normal.

6) Kebutuhan personal hygiene

Klien dengan penggunaan kontrasepsi biasanya tidak mengalami

gangguan dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene.

7) Aktivitas

Pola aktivitas klien dengan penggunaan kontrasepsi tidak terganggu.

8) Gerak dan keseimbangan tubuh.

Gerak dan keseimbangan tubuh klien dengan penggunaan kontrasepsi

tidak mengalami gangguan.

9) Kebutuhan berpakaian

Klien dengan penggunaan kontrasepsi tidak mengalami gangguan

dalam memenuhi kebutuhan berpakaian tersebut.


39

10) Kebutuhan keamanan

Klien dengan penggunaan kontrasepsi tidak mengalami gangguan

dalam keamanan.

11) Sosialisasi

Pada data social ini dapat dilihat apakah klien merasa terisolasi atau

terpisah karena terganggunya komunikasi, adanya perubahan pada

kebiasaan atau perubahan dalam kapasitas fisik untuk menentukan

keputusan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Klien

mungkin tampak sangat cemas.

12) Kebutuhan spiritual

Klien yang menganut agama islam, apakah klien melaksanakan ibadah

sesuai dengan agamnya.

13) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Klien dengan penggunaan kontrasepsi biasanya dapat memenuhi

kebutuhan bermain dan rekreasi.

14) Kebutuhan belajar

Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau memuaskan rasa

ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal,

kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

h. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Keadaan umum biasanya baik.


40

2) Kesadaran

Composmentis.

3) Tanda-Tanda Vital

a) Tekanan Darah : Normal (120/80mmHg)

b) Nadi : Normal/Meningkat (>80-100x/menit)

c) Pernafasan : Normal (>20-24x/menit)

d) Suhu : Normal (38°C)

4) Pemeriksaan Head to Toe

a) Kepala

Meliputi bentuk wajah apakah simetris atau tidak, keadaan rambut

dan keadaan kulit kepala.

b) Wajah

Apakah konjungtiva pucat atau merah, apakah sclera ikterik.

c) Mata-Telinga-Hidung

Pada daerah wajah dikaji bentuk wajah, keadaan mata, hidung,

telinga, mulut dan gigi.

d) Leher

Perlu dikaji apakah terdapat benjolan pada leher, pembesaran vena

jugularis dan adanya pembesaran kelenjar tiroid.

e) Dada dan Punggung

Perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercostae,

pernafasan tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana irama


41

dan frekuensi pernafasan. Pada jantung dikaji bunyi jantung

(interval) adalah bunyi gallop, mur-mur.

f) Payudara/Mamae

Apakah putting menonjol atau tidak, apakah ada pembekakan dan

atau nyeri tekan.

g) Abdomen

Ada tidaknya distensi abdomen, bagaimana dengan bising usus,

adakah nyeri tekan.

h) Ektermitas atas dan bawah

Kulit dingin, kering, pucat, capillary refill memanjang

(1). Ektersmitas atas

Kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak, ada

tidaknya oedem.

(2). Ekstermitas bawah

Kesimetrisannya, ada tidaknya oedema

i) Genetalia

Bagaimana rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia

perkembangan klien. Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema,

visura, leokoplakia dan eksoria.


42

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan

dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual

atau resiko tinggi (Nursalam, 2001).

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dan individu

atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi

dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2006).

Diagnosa keperawatan menurut Nursalam (2001) dapat dibedakan

menjadi lima kategori yaitu :

a. Aktual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik

yang ditemukan.

b. Resiko : menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak

dilakukan intervensi.

c. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

d. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga, atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat

sejahtera yang lebih tinggi.

e. Syndrome : diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan

actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu

kejadian atau situasi tertentu.


43

Diagnosa keperawatan pada pasien penggunaan alat kontrasepsi

menurut Aspiani, 2017 dan NANDA 2015-2017 adalah :

a. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan.

b. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (perubahan siklus menstruasi)

c. Gangguan citra diri berhubungan dengan penambahan berat badan.

d. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri pada payudara.

3. Rencana Keperawatan

Dalam perencanaan keperawatan, perawat menetapkannya berdasarkan

hasil pengumpulan data dan rumusan diagnosa keperawatan yang merupakan

petunjuk dalam membuat tujuan dan asuhan keperawatan untuk mencegah,

menurunkan, atau mengeliminasi masalah kesehatan klien.

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan

yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan

intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. (Potter &

Perry, 2005).

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan terdiri dari :

a. Menentukan urutan prioritas diagnosis keperawatan

Penetapan prioritas bertujuan untuk mengidentifikasi urutan

intervensi keperawatan yang sesuai dengan berbagai masalah klien.


44

b. Menentukan tujuan asuhan keperawatan

Tujuan keperawatan adalah pedoman yang luas/ umum dimana

klien diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan.

Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART :

S : Spesifik (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).

M : Measerable (Tujuan keperawatan harus dapat dilihat, didengar,

diraba, dibau dan dirasakan).

A : Achievable (Tujuan harus dicapai)

R : Reasonable (Tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan secara

ilmiah).

T : Time (Tujuan Kperawatan).

c. Menentukan rencana intervensi keperawatan

Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk

embantu klien dalam mencapai criteria hasil. Rencana tindakan

dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnose

keperawatan.

d. Menuliskan rencana asuhan keperawatan

Rencana tindakan keperawatan adalah suatu proses informasi,

penerimaan, pengiriman, dan evaluasi pusat rencana yang dilaksanakan

oleh seorang perawat professional.


45

Rencana keperawatan pada Ibu pengguna alat kontrasepsi suntik adalah :

Tabel 2.1 Rencana keperawatan pada ibu pengguna alat kontrasepsi suntik
(NIC & NOC dikutip dalam Aspiani, 2017).

No. Dx.Kep Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


(1) (2) (3) (4)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Pengambilan Keputusan (Decision
koping individu keperawatan diharapkan Making)
berhubungan Individu memiliki pengetahuan
dengan kurangnya yang adekuat mengenai - Berikan penguatan positif
pengetahuan. kontrasepsi suntikan dengan terhadap kemajuan.
kriteria : - Memberikan penjelasan
- Klien dapat kepada klien bahwa gejala-
mengungkapkan perasaan gejala yang timbul adalah
yang berhubungan dengan akibat pengaruh hormonal
keadaan emosionalnya - Bantu pasien belajar
- Klien dapat mekanisme koping baru,
mengidentifikasi pola misalnya teknik mengatasi
koping personal dan stress
konsekuensi perilaku yang - Berikan dukungan dan
diakibatkannya anjurkan klien
- Klien dapat mengungkapkan perasaan
mengidentifikasi kekuatan - Menginformasikan klien
personal dan menerima alternatif atau solusi
dukungan melalui hubungan penanganan.
keperawatan - Memfasilitasi pasien untuk
- Klien mengetahui tujuan membuat keputusan.
pemasangan serta efek - Bantu klien mengidentifikasi
samping dari penggunaan keuntungan, kerugian dari
kontrasepsi horomal keadaan.
(suntik)
46

2. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Menurunkan cemas (Anxietas


berhubungan keperawatan diharapkan klien Reduction) :
dengan Krisis mampu mengontrol cemas - Bina hubungan saling
situasi (perubahan (Anxicty Control), dengan percaya dengan klien
siklus menstruasi) Kriteria : - Kaji tingkat kecemasan
- Klien dapat memonitor klien
intensitas cemas - Dengarkan klien dengan
- Klien dapat penuh perhatian
menurunkan stimulus - Jelaskan seluruh prosedur
lingkungan ketika tindakan kepada klien dan
cemas perasaan yang mungkin
- Klien menggunakan muncul pada saat melakukan
teknik relaksasi untuk tidakan
menurunkan cemas - Berikan informasi tentang
- Klien dapat diagnose, prognosis dan
mempertahankan tindakan
hubungan social

(1) (2) (3) (4)


- Klien melaporkan tidur - Damping klien untuk
adekuat mengurangi kecemasan dan
- Eksresi wajah klien meningkatkan kenyamanan
tenang - Motivasi klien untuk
menyampaikan tentang isi
perasaannya
- Bantu klien menjelaskan
keadaan yang bisa
menimbulkan kecemasan
- Bantu klien untuk
mengungkapkan hal-hal yang
membuat cemas
- Ajarkan klien teknik
relaksasi
- Berikan obat yang
mengurangi cemas.

3. Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan Peningkatan Kualitas Gambaran


diri keperawatan diharapkan berat Tubuh (Body image enhancement)
berhubungan badan stabil dan ibu mengerti
dengan efek samping KB, dengan - Jelaskan pada ibu mengenai
penambahan Kriteria : pertambahan BB dalam
berat badan. - Berat badan tidak penggunaan kontrasepsi
bertambah atau hormonal (KB suntik).
minimal tetap - Anjurkan ibu untuk mengatur
- Menunjukkan pola makan.
penerimaan diri - Waspadai mitos pasien/orang
- Memakan- makanan terdekat yang dapat dimiliki
yang sehat serta tinggi tentang berat badan dan
serat penurunan berat badan
- Melakukan aktivitas - Gambarkan berat badan tiap
olahraga secara rutin minggu
47

- Anjurkan pasien untuk


menggunakan khayalan
untuk menyatakan diri sesuai
berat yang diinginkan.
4. Gangguan rasa Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (Pain
nyaman keperawatan diharapkan klien Management):
berhubungan dapat mengontrol rasa nyeri
dengan nyeri (Pain Control), dengan criteria : - Kaji secara komperhensif
pada payudara. - Klien dapat mengetahui tentang nyeri, meliputi :
penyebab nyeri lokasi, karakteristik, onset,
- Klien mampu durasi, frekuensi, kualitas,
menggunakan tehnik intensitas nyeri, dan faktor
non farmakologi untuk presipitasi.
mengontrol nyeri. - Observasi isyarat-isyarat non
- Klien mampu mengenal verbal dari ketidaknyamanan,
pencetus nyeri untuk khususnya dalam
pertolongan. ketidakmampuan untuk
komunikasi secara efektif.

(1) (2) (3) (4)


- klien melaporkan - Gunakan komunikasi
bahwa nyeri berkurang terapeutik agar klien dapat
dengan menggunakan mengekspresikan nyeri.
manajemen nyeri. - Tentukan dampak dari
ekspresi nyeri terhadap
kualitas hidup : pola tidur,
nafsu makan, aktifitas kognisi,
mood, relationship, pekerjaan,
tanggung jawab peran.
- Berikan informasi tentang
nyeri, seperti : penyebab,
berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan.
- Kontrol factor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon klien terhadap
ketidaknyamanan.
- Ajarkan penggunaan tehnik
nonfarmakologi (misalnya :
tehnik nafas dalam, masaase)
- Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri
- Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri berdasarkan
respon klien
- Monitor kenyamanan klien
terhadap manajemen nyeri.

4. Tindakan Keperawatan
48

Tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tujuan pelakasanaan adalah membantu klien

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup meningkatkan

kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi

koping (Nursalam, 2001).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah langkah akhir dari proses keperawatan

yaitu proses penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai

atau tidak serta untuk pengkajian ulang rencana keperawatan.

Evaluasi adalah tidakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang mengadakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana

tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. (Nursalam, 2001).

Macam- macam evaluasi keperawatan :

a. Evaluasi formatif

Bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak.

S : Data Subjektif adalah anda dapat menanyakan keluhan klien yang

masih dirasakan setelah dilakukan tindakana keperawatan.


49

O : Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran/hasil observasi

anda secara langsung kepada klien, yang dirasakan klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

A : Analisis adalah intrepretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis

adalah suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi

atau juga dapat ditulis masalah atau diagnosis yang baru terjadi akibat

perubahan status klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data

subjektif dan objektif.

P : Planning adalah perencanaan keperawatan yang akan dilakukan

selanjutnya, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana

tindakan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan

yang telah menunjukan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan

tindakan ulang umumnya dihentikan.

b. Evaluasi sumatif

Bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian

diagnose keperawatan rencana diteruskan, diharapkan sebagai diteruskan

dengan perubahan intervensi/dihentikan.

S : Data subjektif adalah anda dapat menanyakan keluhan klien yang

masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

O : Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran /hasil

observasi anda secara langsung kepada klien, yang dirasakan klien

setelah dilakukan tindakan keperawatan.


50

A : Analisis adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis

adalah suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi

akibat perubahan status klien yang telah teridentifikasi datanya dalam

data subjektif dan objektif.

P : Planning adalah perencanaan keperawatan yang akan dilakukan

selanjutnya, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana

tindakan keperawatan yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan

yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan

tindakan ulang pada umumnya dihentikan.

I : Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuatu dengan instruksi

yang telah teridentifikasi dalam komponen perencanaan, dan

menuliskan jam serta tanggal pelaksanaan.

E : Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

R : Ressesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap

perencanaan setelah dilakukan hasil evaluasi, apakah dari rencana

tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi atau dihentikan.


51

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.”H” PENGGUNA KONTRASEPSI


SUNTIK DI PUSKESMAS SELONG KECAMATAN SELONG
KABUPATEN LOMBOK TIMUR

A. Pengkajian Keperawatan

1. Pengumpulan Data

a. Identitas

1) Identitas Klien

Nama : Ny. H

Umur : 25 tahun

Alamat : Karang sukun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta
52

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sasak/Indonesia

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal Masuk : 14 juli 2017

No. RM : -

Tanggal Pengkajian : 14 juli 2017

Diagnosa Medis : -

2) Identitas Penanggung Jawab :

Nama : Tn. M

Umur : 25 tahun

Alamat : Geres

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sasak/Indoesia

Hubungan dengan Klien : Suami

b. Keluhan Utama Saat ini

Klien mengatakan sejak menggunakan kontrasepsi suntik menstruasinya

datang tidak menentu dan darah yang keluar hanya sedikit-sedikit.

c. Riwayat Kesehatan Saat ini

1) Alasan kunjungan ke Puskesmas


53

Klien datang ke Puskesmas Selong melakukan suntik KB 3 bulan

untuk yang ke tiga kalinya.

2) Keluhan utama saat ini

Klien mengatakan sejak menggunakan kontrasepsi suntik menstruasi

datang tidak menentu dan darah yang keluar hanya sedikit-sedikit

berwarna kecokelatan.

3) Timbulnya keluhan : (√) bertahap, ( ) mendadak

4) Faktor yang memperberat

Klien mengeluh berat badannya meningkat, sebelum hamil berat

badannya 60 kg, saat hamil beratnya 70 kg dan setelah menggunakan

kb suntik berat badanya 65 kg. klien merasa kurang percaya diri

dengan berat badannya yang sekarang.

5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi

Bertanya kepada keluarga terdekat dan bidan.

6) Diagnosa Medik :-

d. Riwayat Penyakit Dahulu

1) Penyakit yang pernah dialami ibu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit parah selain

demam dan flu biasa.

2) Pengobatan yang didapat


54

Klien membeli obat ke apotik dan pergi ke puskesmas atau tempat

pelayanan kesehatan terdekat.

3) Riwayat penyakit keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami

penyakit DM, hepatitis, hipertensi dan lainnya.

e. Riwayat Obstetri

1) Riwayat Menstruasi

a) Menarche

Klien mengatakan pertama kali mendapat haid saat usianya 15

tahun.

b) Siklus

Klien mengatakan siklus menstruasi sebelum menggunakan KB

Suntik 28-30 hari, namun setelah menggunakan KB Suntik siklus

menstruasinya tidak terutaur menjadi 4 hari atau lebih.

c) Banyaknya

Klien mengatakan sebelum menggunakan KB Suntik ia bisa ganti

pembalut 3-4 kali dalam sehari, namun setelah menggunakan

kontrasepsi darah haidnya menjadi tidak lancar sehingga yang

keluar hanya sedikit-sedikit.

d) Lamanya

Klien mengatakan lama haidnya sebelum menggunakan

kontrasepsi selama 7-8 hari, namun setelah menggunkan

kontrasepsi suntik lama haidnya bisa sampai 10 hari.


55

e) Keluhan

Klien mengatakan khawatir dengan perubahan pola menstruasi

yang sedang dialaminya.

2) Riwayat kehamilan, persalinan dan masa nifas yang lalu

Tabel 2.2 Riwayat kehamilan, persalinan dan masa nifas yang lalu Ny.”H”
Pengguna kontrasepsi suntik.

Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Nifas Anak


No. Thn U Penyu Jenis Penolong Penyulit Lase Infe Perda JK BB PB
K lit Rasi ksi rahan
1. 7 - - Cesar Dokter Letak - - - L 3kg 50cm
bln Sungsang

3) Riwayat Keluarga Berencan

a) Melaksanakan KB : ( √ )ya, ( ) tidak

b) Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan

Klien mengatakan menggunakan KB Suntik sejak bulan Januari

2017.

c) Masalah yang terjadi

Klien mengatakan pernah tidak datang bulan selama 3 bulan

pertama setelah suntik kb, kemudian setelah itu ia mendapat

menstruasi tetapi darah yang keluar hanya sedikit-sedikit berwarna

kecokelatan.

f. Riwayat Lingkungan

1) Kebersihan

Klien mengatakan ia tinggal ditempat yang cukup bersih dan klien

juga peduli dengan kebersihan lingkungan sekitarnya.


56

2) Bahaya

Klien mengatakan lingkungan sekitarnya aman dan tidak berbahaya.

2. Aspek Psikososial

a. Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit

Klien mengatakan bahwa perubahan yang terjadi akibat dari penggunaan

KB Suntik yang ia gunakan saat ini.

b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-

hari (√)ya, ( ) tidak.

Bila ya, bagaimana : klien mengatakan perubahan pola haid yang terjadi

pada dirinya mempengaruhi kegiatan beribadahnya.

c. Harapan yang ibu inginkan

Klien mengatakan harapannya agar pola menstruasinya teratur.

d. Ibu tinggal dengan siapa

Klien mengatakan ia tinggal bersama keluarga terdekat (Suami, anak dan

ibu kandungnya).

e. Siapakah orang yang terpenting bagi ibu

Klien mengatakan orang yang terpenting baginya adalah Keluarga.

f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini

Klien mengatakan keluarganya terutama ibunya memberi penjelasan dan

saran kepada klien.

g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( √ ) ya, ( ) tidak

Bila ya, bagaimana : Klien mengatakan sudah siap menjadi seorang ibu, ia

akan mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada anaknya.


57

3. Kebutuhan Dasar Khusus

a. Pola Nutrisi

1) Frekuensi makan : Klien mengatakan makan 4-3 kali dalam sehari.

2) Nafsu makan : (√) baik, klien mengatakan nafsu makannya baik ia

dapat mengahabiskan sepiring nasi dan lauk pauknya setiap kali

makan.

3) Jenis makanan rumah : Sayur, nasi, daging, telur dan lauk pauk yang

lainnya.

4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : klien mengatakan suka

semua makanan dan tidak ada alergi atau pantangan.

b. Pola Eliminasi

1) BAK

Frekuensi : klien mengatakan ia buang air kecil sekitar 5-

6 kali dalam sehari.

Warna : Klien mengatakan air kencingnya berwarna

kuning jernih.

Keluhan saat BAK : Klien mengatakan tidak ada hambatan atau

keluhan yang berarti saat ia buang air kecil.

2) BAB

Frekuensi : Klien mengatakan ia buang air besar sekitar 1-2 kali

dalam sehari.

Warna : Klien mengatakan fesesnya berwarna kuning

kecokelatan.
58

Bau : Klien mengatakan bau fesesnya seperti bau feses

pada umumnya.

Konsistensi : Klien mengatakan saat buang air besar konsistensi

fesesnya padat.

Keluhan : Klien mengatakan tidak ada keluhan selama ia buang

air besar.

c. Pola Personal Hygine

1) Mandi

Frekuensi : Klien mengatakan ia biasanya mandi 2-3 kali dalam

sehari.

Sabun : Klien mengatakan setiap mandi ia selalu

menggunakan sabun.

2) Oral Hygine

Frekuensi : Klien mengatakan ia menyikat gigi 3 kali dalam

sehari.

Waktu : Klien mengatakan ia menyikat gigi setiap pagi hari,

siang hari dan malam hari.

3) Cuci Rambut

Frekuensi : Klien mengatakan mencuci rambutnya sekitar 2-3

kali dalam seminggu.


59

Shampo : Klien mengatakan mencuci rambutnya menggunakan

shampo.

d. Pola Istirahat dan Tidur

1) Lama tidur

Klien mengatakan biasanya ia tidur sekitar 6-7 jam per hari.

2) Kebiasaan sebelum tidur

Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan apapun sebelum ia tidur.

3) Keluhan

Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan tidurnya.

e. Pola Aktivitas dan Latihan

1) Kegiatan dalam pekerjaan

klien mengatakan pekerjaan sehari-harinya sebagai pegawai toko.

2) Waktu bekerja

Klien mengatakan ia bekerja dari jam 09.00 pagi – 16.00 sore.

3) Olahraga : ( √ )ya, klien mengatakan ia berolahraga ketika

libur kerja.

a) Jenisnya

klien mengatakan ia kadang jalan pagi di taman atau ikut senam

sekali seminggu jika sempat.

b) Frekuensi

Klien mengatakan ia kadang berolahraga sekali seminggu saat

libur kerja.

c) Kegiatan waktu luang


60

Klien mengatakan mengisi kegiatan luangnya dengan mengurus

anak dan memasak.

d) Keluhan dalam beraktifitas

Klien mengatakan tidak memiliki keluhan dalam segala

aktivitasnya.

f. Pola Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

1) Merokok

Klien mengatakan ia tidak pernah merokok.

2) Minuman Keras

Klien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman keras.

3) Ketergantungan Obat

Klien mengatakan tidak mengalami ketergantungan obat.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tekanan darah : 100/70 mmHg

d. Nadi : 80 x/m

e. Respirasi : 20x/m

f. Suhu : 36,5˚C

g. Berat Badan

Sebelum hamil : 60 kg

Saat hamil : 70kg


61

Setelah menggunakan Kb Suntik : 65 kg

h. Tinggi Badan : 148 cm

i. Pemeriksaan Head To Toe

1) Kepala

Distribusi rambut rata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan dan tidak

ada edema.

2) Wajah

Bentuk wajah bulat, mata konjungtiva merah dan sklera tidak ikterik.

3) Leher

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema dan refleks menelan baik.

4) Dada

Pergerakan dada dan otot intercosta simetris, tidak ada lesi dan edema.

5) Payudara

Tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan dan masih bisa memproduksi

ASI.

6) Abdomen

Bentuk abdomen simetris, ada lesi post operasi dan tidak ada edema,

tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit baik.

7) Ekstermitas

a) Ekstermitas atas

simetris, tidak ada edema dan pergerakan sendi bebas.

b) Ekstermitas bawah
62

simetris, tidak ada edema dan pergerakan sendi bebas.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisis Data

Tabel 2.3 Analisis Data Pada Asuhan Keperawatan Ny.”H” Pengguna


Kontrasepsi Suntik.

No. Symptom Etiologi Problem


(1) (2) (3) (4)
1. Data Subyektif : KB Suntik Progesteron Ansietas

- klien mengatakan Menghambat pengeluaran


menstruasinya tidak FSH & LH
teratur.
- klien mengatakan darah Lendir serviks kental
haid yang keluar hanya
sedikit-sedikit berwarna Atrofi Endometrium
kecokelatan.
- klien mengatakan Efek samping Spotting
lamanya menstruasi
lebih panjang dari Gangguan pola haid
sebelumnya.

Data Obyektif :

- klien datang untuk


menggunakan kb suntik
3 bulan yang ke tiga
kalinya.
- TD : 100/70 mmHg
63

- N : 80x/m
- RR : 20x/m
2. Data Subyektif : Efek samping perubahan Gangguan Citra diri
berat badan
- klien mengatakan berat
badannya meningkat.
- Klien mengatakan
makan 3-4 kali dalam
sehari.
- klien menagtakan jarang
berolahraga.

Data Obyektif :

- berat badan :
sebelum hamil 60 kg
saat hamil 70 kg
setelah menggunakan kb
suntik 65kg
- tinggi badan 148 cm

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan gangguan pola haid ditandai dengan klien

mengatakan menstruasinya tidak teratur, klien mengatakan darah haid

yang keluar hanya sedikit-sedikit berwarna kecokelatan dan klien

mengatakan lamanya menstruasi lebih panjang dari sebelumnya. klien

datang untuk menggunakan kb suntik 3 bulan yang ke tiga kalinya, TD :

100/70 mmHg N : 80x/m RR : 20x/m.

b. Gangguan citra diri berhubungan dengan peningkatan berat badan

ditandai dengan klien mengatakan berat badannya bertambah, makan 3-4

kali sehari, klien jarang berolahraga, berat badan sebelum hamil 60 kg,

saat hamil 70kg dan setelah menggunakan kb suntik 65 kg, tinggi badan

148cm.
64

C. Rencana Keperawatan

Tabel 2.4 Rencana keperawatan pada asuhan keperawatan pada Ny.”H”


Pengguna kontrasepsi suntik.
No. Diagnosa Kep. Tujuan (NOC) Intervesi (NIC)
(1) (2) (3) (4)
1. Ansietas Setelah dilakukan asuhan Menurunkan Cemas
berhubungan keperawatan selama 1X 15 menit (Anxietas Reduction):
dengan gangguan diharapkan klien mampu 1. Bina hubungan saling
pola haid ditandai mengontrol cemas (Anxicty percaya dengan klien
dengan klien Control), dengan Kriteria : 2. Kaji tingkat kecemasan
mengatakan - Klien dapat mengetahui klien
mensruasinya efek samping dari suntikan 3. Dengarkan klien
tidak teratur, KB dengan penuh
darah haid keluar - Klien mencari informasi perhatian
hanya sedikit yang menurunkan cemas 4. Bantu klien untuk
berwarna - Klien tidak cemas lagi mengungkapkan hal-
kecokelatan, - Klien dapat hal yang membuat
waktu menstruasi mempertahankan hubugan cemas
lebih lama dari sosialnya 5. Berikan informasi
sebelumnya, - Ekspresi wajah klien tentang penggunaan
klien tenang. kontrasepsi suntik dan
menggunakan efek sampingnya.
suntikan kb 3 6. Ajnjurkan kepada klien
bulan untuk untuk selalu bertanya
ketiga kalinya, kepada bidan/perawat
TD 110/70mmhg, setiap terjadi efek
N 80x/m, samping yang
RR 20x/m. membuat cemas
65

2. Gangguan Citra Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan pada klien


diri berhubungan keperawatan selama 1X 15 menit mengenai pertambahan BB
dengan diharapkan klien tetap percaya diri dalam penggunaan
peningkatan berat dengan peningkatan berat badan, kontrasepsi hormonal (KB
badan ditandai dengan Kriteria hasil: suntik).
dengan klien - Berat badan tidak 2. Anjurkan klien untuk
mengatakan berat bertambah atau minimal mengatur pola makan.
badanya tetap 3. Anjurkan kepada klien
bertambah, - Menunjukkan penerimaan untuk tetap memakan-
makan 3-4 kali diri makanan bergizi dengan
dalam sehari, - Memakan- makanan yang tinggi serat.
berat badan sehat serta tinggi serat 4. Anjurkan kepada klien
setelah suntik kb - Melakukan aktivitas untuk tetap memantau
65 kg, TB 148 olahraga secara rutin berat badannya
cm. 5. Anjurkan kepada klien
untuk melakukan olahraga
seperti jongging atau
senam.

D. Tindakan Keperawatan

Tabel 2.5 Tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan pada Ny.”H”


Pengguna kontrasepsi suntik.
Hari/tgl Diagnosa Jam Implementasi Respon hasil Paraf
kep. (WITA)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
66

14/07/2017 I 8.53 1. Membina 1. Memberikan


hubungan saling salam dan
percaya dengan mengajak klien
klien berbicara 4 mata
8.55 2. Mengkaji tingkat 2. klien merasa
kecemasan klien sedikit cemas
dankhawatir
tentang pola
menstruasinya
9.00 3. Mendengarkan 3. klien mau
klien dengan menceritakan
penuh perhatian tentang
kekhawatiran
yang dirasakan
9.02 4. Membantu klien 4. klien
untuk menceritakan
mengungkapkan pola menstruasi
hal-hal yang berubah dengan
membuat cemas perdarahan
sedikit dengan
waktu 7-10 hari
kemudian terjadi
lagi dalam 4 hari
9.04 5. Memberikan 5. klien
informasi mendengarkan
tentang dengan seksama
penggunaan dan memahami
kontrasepsi tentang efek
suntik dan efek sampingnya
sampingnya.
9.07 6. Menganjurkan 6. klien mengatakan
kepada klien akan bertanya
untuk selalu kepada petugas
bertanya kepada kesehatan jika
bidan/perawat terjadi efek
setiap terjadi samping yang
efek samping membuatnya
yang membuat cemas.
cemas

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


14/07/2017 II 9. 08 1. Menjelaskan 1. klien memahami
pada klien pertambahan
mengenai berat badan
pertambahan BB merupakan efek
dalam samping dari
penggunaan suntikan KB
kontrasepsi
67

hormonal (KB
suntik).
9.14 2. Menganjurkan 2. klien
klien untuk mengatakan
mengatur pola akan mengatur
makan. pola makannya
9.15 3. Menganjurkan 3. klien
kepada klien mengatakan
untuk tetap tetap makan
memakan- makanan bergizi
makanan bergizi dan tinggi serat
dengan tinggi
serat.
9.18 4. Menganjurkan 4. klien
kepada klien mengatakan
untuk tetap akan tetap
memantau berat memantau
badannya perubahan berat
badannya
9.19 5. Menganjurkan 5. klien
kepada klien mengatakan
untuk akan
melakukan berolahraga
olahraga seperti dengan rutin
jongging atau
senam.

E. Evaluasi Keperawatan

Tabel 2.6 Evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan pada Ny.”H”


Pengguna kontrasepsi suntik.
Hari/tgl Diagnosa Jam Catatan Perkembangan Paraf
kep. (WITA)
(1) (2) (3) (4) (5)
68

14/07/2017 I 9.22 S:
- klien menceritakan pola menstruasi
berubah dengan perdarahan sediki-
sedik kecokelatan lamnya 7-10 hari
- klien mengatakan memahami tentang
efek sampingnya
- klien mengatakan akan bertanya
kepada petugas kesehatan jika terjadi
efek samping yang membuatnya
cemas.
O:
- klien tampak memahami efek
samping yang ditimbulkan oleh
suntikan kb
- klien tampak tidak cemas lagi dengan
keadaan yang dialaminya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

14/07/2017 II 9.23 S:
- klien memahami pertambahan berat
badan merupakan efek samping dari
suntikan KB
- klien mengatakan akan mengatur
pola makannya
- klien mengatakan tetap makan
makanan bergizi dan tinggi serat
- klien mengatakan akan tetap
memantau perubahan berat badannya
- klien mengatakan akan berolahraga
dengan rutin
O:
- klien tampak menerima perubahan
berat badan dikarenakan efek
samping suntikan kb
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB 4

PEMBAHASAN
69

Didalam pelaksanaan keperawatan pada ibu pengguna kontrasepsi suntik

yang penulis lakukan diruang KIA/KB Puskesmas Selong. Penulis menemukan

beberapa kesenjangan bila dipandang dari segi teoritis dan kenyataan yang terjadi

serta mengapa kesenjangan tersebut terjadi. Kesenjangan-kesenjangan itu akan

dibahas dalam bab ini, selanjutnya penulis uraikan menurut proses keperawatan

dibawah ini.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari tahap dasar dan keperawatan dimana

pengkajian ini terjadi terdiri dari 2 komponen penting yaitu pengumpulan data

dan pengelompokan data. Pengumpulan data merupakan tahap awal dalam

pengkajian dimana data yang dikumpulkan meliputi biodata Ny. “H” dan

penanggung jawab, keluhan utama saat ini, riwayat kesehatan, riwayat obstetric,

riwayat lingkungan, kebutuhan dasar khusus, dan pemeriksaan fisik.

Dalam pengkajian secara konsep teori kontrasepsi suntik didapatkan

pertama pada anamnese Ny. “H” mengeluh menstruasinya datang tidak menentu

dan darah yang keluar hanya sedikit-sedikit berwarna kecokelatan. Hal yang

terjadi pada Ny.”H” merupakan salah satu efek samping yang ditimbulkan

didalam teori, jadi pada pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.”H” dengan

penggunaan kontrasepsi suntik sama dengan data-data yang diperoleh sesuai

dengan konsep teori.

Pada teori Ny.”H” dengan Pengguna Kontrasepsi Suntik biasanya juga

disertai peningkatan atau penurunan berat badan sebagai efek dari suntikan
70

progesterone yang digunakan. Dari pernyataan tersebut ditemukan pada kasus

Ny.”H” mengalami peningkatan berat badan setelah penggunaan kontrasepsi

suntikan, sehingga kasus Ny.”H” sama dengan yang ditemukan pada teori.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai kesehatan

atau masalah actual atau resiko dalam rangka mengidentifikasi, menemukan

intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah

masalah kesehatan yang sedang dialami oleh Ny.”H”.

Pada teori Ny.”H” dengan Pengguna Kontrasepsi Suntik yang bisa

muncul antara lain ada 4 diagnosa yaitu koping individu inefektif, ansietas,

gangguan citra diri, dan gangguan rasa nyaman. Sedangkan pada kasus yang

ditemukan ada 2 diagnosa hanya 2 diagnosa yang tidak muncul yaitu koping

individu infeketif dan gangguan rasa nyaman. Pada kasus Ny.”H” dengan

Pengguna Kontrasepsi Suntik penulis tidak mengambil diagnosa koping individu

efektif berhubngan dengan kurang pengetahuan dikarenakan klien mampu

memahami efek samping yang ditimbulkan dalam penggunaan kontrasepsi

suntik.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Tahap perencanaan merupakan tahap untuk menemukan masalah yang

bertujuan untuk mengatasi masalah Ny.”H”, tahap perencanaan terdiri dari 3

komponen yaitu membuat tujuan, perencanaan dan rasional.


71

Dalam asuhan keperawatan pada Ny.”H” tahapan perencanaan dibuat

sesuai dengan landasan teori. Pada dasarnya tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara perencanaan pada landasan teori dengan perencanaan pada tinjauan kasus.

Hal ini disebabkan karena penulis berusaha merencanakan tindakan sesuai

dengan teori.

D. Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan adalah perumusan masalah yang harus dilaksanakan

berdasarkan diagnosa Ny.”H”, pada tahap pelaksanaan (Implementasi)

merupakan aplikasi dari rencana keperawatan. Secara garis besar tindakan

keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

dibuat dan sesuai dengan kemampuan perawat serta kemampuan Ny.”H” sebagai

pengguna kontrasepsi suntik.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana

tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Dengan mengukur

perkembangan Ny.”H” dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa

menentukan efektifitas tindakan keperawatan (Nursalam, 2001).

Pada tahap ini dilakukan penilaian, pencapaian tujuan serta pengkajian

ulang terhadap semua hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah diberikan

pada Ny.”H” dan evaluasi sangatlah penting dalam proses keperawatan, karena
72

perawat dapat mengambil keputusan apakah mengakhiri rencana tindakan

keperawatan, memodifikasi rencana tindakan atau meneruskan rencana tindakan

keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan ibu dalam mencapai

tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan ibu

berdasarkan respon ibu terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga

perawat dapat mengambil keputusan. Kedua masalah yang muncul pada kasus

dapat teratasi tepat pada waktunya.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Pembahasan pada BAB ini, penulis akan menguraikan tentang

kesimpulan dan saran atas penyusunan Laporan Akhir ini. Kesimpulan dan saran
73

disusun berdasarkan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah

sebagai berikut :

1. Pengkajian

Secara umum penulis sudah melaksanakan pengkajian sesuai dengan

tinjauan teori.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan tinjauan teori diagnosa keperawatan yang muncul

pengguna KB Suntik ada 4 (empat) akan tetapi diagnosa yang muncul

berdasrakan di lapangan ada 2 (dua).

3. Perencanaan

Tahap ini penulis sudah membuat perencanaan sesuai dengan tinjauan

teori meskipun pada tinjauan kasus ada perencanaan yang tidak sesuai

dengan teori.

4. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan sudah mengacu pada konsep,

tetapi ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan secara mandiri dan harus

membutuhkan tenaga dokter seperti meresep obat.


74

5. Evaluasi

Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa masalah

keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus secara umum dapat teratasi

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan

beberapa saran untuk kesempurnaan dan keberhasilan pelaksanaan asuhan

keperawatan secara umum dan khususnya pada klien dengan eklamsia antara

lain:

1. Pengkajian

Melakukan dan mendokumentasikan suatu pengkajian mulai dari data

biografi sampai dengan pemeriksaan penunjang bukanlah hal yang mudah.

Hal tersebut membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai

serta curahan pikiran dan tenaga tidak sedikit. Melalui kesempatan ini penulis

menyarankan baik kepada mahasiswa maupun kepada perawat dalam

pengumpulan data terutama yang berkaitan dengan data biologis dan

psikologis maupun data penunjang supaya lebih diperhatikan sehingga dapat

membantu dan lebih mudah dalam menentukan diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa keperawatan

Antara konsep dengan kenyataan dilapangan tidak serta merta harus

sesuai oleh karena itu, perbedaan antara diagnosa yang ada di konsep dengan

kasus nyata hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi
75

mahasiswa maupun perawat untuk menerapkan asuhan keperawatan dan

membuktikan kesamaan anatara konsep dengan kasus nyata yang ada

dilapangan.

3. Perencanaan

Untuk menyusun rencana keperawatan yang tepat pada ibu pengguna

alat kontrasepsi suntik diharapkan kepada mahasiswa dan perawat untuk

lebih meningkatkan pengetahuan dengan memperbanyak membaca dari

literature yang berbeda dan memperbanyak pengalaman sehingga dalam

menyusun rencana keperawatan yang nantinya akan diaplikasikan dalam

bentuk tindakan keperawatan dapat disesuaikan dengan diagnose yang ada.

4. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang penulis laksanakan merupakan wujud

nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien untuk mewujudkan hal tersebut mahasiswa

maupun perawat diharapkan untuk meningkatkan kemampuan dari segi

pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga dalam melakukan tindakan

keperawatan mahasiswa dan perawat dapat memberikan pelayanan

keperawatan yang komperhensif danberkesinambingan serta tidak selalu

bergantung kepada dokter.

5. Evaluasi keperawatan

Untuk mempertahankan hasil yang lebih berkualitas dalam melakukan

asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa maupun perawat dalam

melakukan evaluasi terhadap perkembangan diagnosa keperawatan (masalah


76

keperawatan ) sebaiknya menggunakan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang

dilakukan setelah melakukan tindakan keperawatan. Selain itu juga harus

diperhatikan mengenai status kesehatan klien yang meliputi; kognitif,

affektif, psikomotor dan perubahan fungsi tubuh dan gejala penyakit karena

status kesehatan tersebut sangat berpengaruh terhadap kesembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. ( 2008 ), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta : EGC


Aspiani, Renny Yuli S.kep.Ns. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi
NANDA, NOC dan NIC. Jakarta : TIM
Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBP-Sarwono
77

Carpenito,L.J. 2007.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta : EGC


Haryanto.2007. Konsep Dasar Keperawatan dengan Pemetaan Konsep (Concept
Mapping). Jakarta : Salemba Medika.
Hutahaean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.
TIM ; Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2013).Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi Edisi 3 Jilid 1.Jakarta :
EGC
NANDA.2006.Panduan Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medica.
Nursalam. (2007).Proses Dan Dokumenasi Keperawatan : Konsep dan Praktik (Edisi
2). Jakarta : Salemba Medika
Pinem, saroba. (2009). Kesehatan Reproduksi Wanita dan Kontrasepsi. Jakarta : TIM
Prawirohardjo,Sarwono.2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta
: Salemba Medika
Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
YBP-Sarwono P
Sibagariang, Ellya Eva. (2010). Metodelogi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma
Kesehatan. Jakarta : Trans Info Media
Suratum. (2008). Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. TIM :
Jakarta.
Siswosudarmo, Moch. Anwar, Ova Emilia. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta
: EGC
………. Rekapitulasi PWS KB Puskesmas Selong Kabupaten Lombok Timur. 2016
78

……….BKKBN. 2003. Materi Konseling. Jakarta :BKKBN


……….BKKBN Provinsi NTB 2015. Data Perserta KB Aktif 2015.
……….BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.2010
……….Depkes RI, 2014.
……….Kemenkes RI, 2015
……….KIV/KB/2008

Anda mungkin juga menyukai