Anda di halaman 1dari 27

HIPERTENSI

UNTUK MEMENUHI TUGAS


MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I (KMB I)
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Supriadi, S.Kep.M.Kep

DISUSU

Oleh Kelompok 3 :
1. Miskiyah
2. Leni Syne Andriani
3. Moh.Hamzani
4. Nisya Atlanti
5. M. Hirsan Husairi

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Hipertensi“ dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan
penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Keperawatan
Medikal Bedah I.
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.
Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat,
selebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Mamben, Juni 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover
Kata pengantar …………………………………………………………….. 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah…………………………………………….. 6
2. Tujuan Makalah……………………………………………………….6
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Pengertian……………………………………………………………7
2. Epidemiologi.........................................................................................7
3. Etiologi………………………………………………………………..8
4. Faktor Predisposisi................................................................................9
5. Manesfestasi Klinis…………………………………………………...10
6. Patofisiologi…………………………………………………………..11
7. Patwahys……………………………………………………………...12
8. Klasifikasi…………………………………………………………….13
9. Komplikasi……………………………………………………………15
10. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………15
11. Penatalaksanaan………………………………………………………16
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian…………………………………………………………….18
2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………….19
3. Rencana Keperawatan………………………………………………..20
BAB III Penutup

1. Kesimpulan……………………………………………………………26
2. Saran…………………………………………………………………..26

Daftar Pustaka ………………………………………………………………27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan


penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka


kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai
penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6
% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini
terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan  lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain
dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan
dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan),
kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi
kadar lemaknya.

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan


ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya akan
menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan kemungkinan
komplikasinya. Obesitas merupakan ciri dari populasi  penderita hipertensi.
Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas
lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas

4
tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis
meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam.


Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita
hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun
memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

            Hipertensi biasanya dimulai “diam-diam” umumnya setelah usia


30 tahun atau 40 tahun. Dalam kasus-kasus pencegahan, penyakit ini bisa
dimulai lebih awal. Pada tahap awal, tekanannya mungkin naik secara
berkala, misalnya pada situasi stress biasanya, ketika mengendarai mobil
jarak jauh, dan kembali ke normal lebih lama dari biasanya. Atau tekanannya
mungkin hanya naik saat bekerja, tidak pada istirahat atau berlibur. Pada
kasus-kasus seperti ini kita membicarakan “hipertensi labil”. Atau jika
angkanya terletak diatas kesasaran normal, kita menyebutnya “hipertensi
perbatasan” namun, jika angkanya diatas normal secara konsisten,
penyakitnya telah berkembang ketahap “stabil” hipertensi kronis bisa
memiliki berbagai bentuk. Contohnya sangat banyak, bahkan setiap rumah
sakit mengetahui orang-orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi,
dari 200/120 samapi 250-140.(Hans p. wolf. 2006 : h 63)

2. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah hipertensi ini antara lain :
1. Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi.
2. Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi.
3. Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi.
4. Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi.
5. Memahami dan menjelaskan Pengobatan hipertensi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Hipertensi


1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Suzanne C. Smeltzer,
2001)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah
yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan
darah tinggi.
Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah
Tinggi jika tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan
Diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg
untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai “normal”. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas,
diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

2. Epidemiologi
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di
Amerika Serikat. Sekitar seperempat jumlah pendududk dewasa menderita
hipertensi, dan insidennya lebih tinggi dikalangan Afro-Amerika setelah usia
remaja.
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi essensial dan
sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu.

6
3. Etiologi
Sekitar 20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%
diantara mereka menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat
ditentukan penyebab medisnya.Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah
dengan penyebab tertentu (hipertensi sekunder).
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat
dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada
sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada
sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat
tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin)
atau norepinefrin (noradrenalin).
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
a. Penyakit Ginjal
- Stenosis arteri renalis
- Pielonefritis
- Glomerulonefritis
- Tumor-tumor ginjal
- Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
- Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
- Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

7
b. Kelainan Hormonal
- Hiperaldosteronism
- Sindroma Cushing
- Feokromositoma
c. Obat-obatan
- Pil KB
- Kortikosteroid
- Siklosporin
- Eritropoietin
- Kokain
- Penyalahgunaan alkohol
- Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
d. Penyebab Lainnya
- Koartasio aorta
- Preeklamsi pada kehamilan
- Porfiria intermiten akut
- Keracunan timbal akut
Adapun penyebab lain dari hipertensi yaitu :
a. Peningkatan kecepatan denyut jantung
b. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
c. Peningkatan TPR yang berlangsung lama

4. Faktor Predisposisi
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa
hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Hipertensi juga banyak
dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya
menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf

8
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas,
saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah
secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang
erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat
dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan
penderita yang mempunyai berat badan normal.

5. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah

9
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini
disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, saat vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.

10
7. Pathways

hipertensi

aterosklerosis
Peningkatan afterload

Sclerosis koroner Peningkatan tekanan dinding ventrikel

Hipo sistole Hipertrofi ventrikel kiri

Penurunan stroke volume Peningkatan kerja jantung

Penurunan suplai oksigen miokard Dekompensasi kordis

Iskemia miokard
Peningkatan kebutuhan oksigen miokard

Calcium influx berlebihan


kardiomegali

Penyakit jantung iskemia Congestive heart failure

11
8. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-150 90-99
stage I
Hipertensi >150 >100
stage II
(Arif Muttaqin, 2009).    
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub group: Perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110
Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90
Sub group: Perbatasan 140-149 <90
(Andy Sofyan, 2012)
Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <180
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100
Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90
Terisolasi

(Andy Sofyan, 2012)

The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of


High Blood Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :

Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *


Kategori Sistolik Diastolik
(mmhg) (mmhg)

12
Normal < 130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi †
Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Tidak minum obat antihipertensi dan tidak sakit akut. Apabila tekanan
sistolik dan diastolic turun dalam kategori yang berbeda, maka yang dipilih
adalah kategori yang lebih tinggi. berdasarkan pada rata-rata dari dua kali
pembacaan atau lebih yang dilakukan pada setiap dua kali kunjungan atau
lebih setelah skrining awal.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas,
diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140
mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan
diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada
usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Disamping itu juga terdapat hipertensi pada kehamilan ( pregnancy-
induced hypertension, PIH ) PIH adalah jenis hipertensi sekunder karena
hipertensinya reversible setelah bayi lahir. PIH tampaknya terjadi akibat dari
kombinasi peningkatan curah jantung dan TPR. Selama kehamilan normal
volume darah meningkat secara drastis. Pada wanita sehat, peningkatan
volume darah diakomodasikan oleh penurunan responsifitas vascular terhadap
hormon-hormon vasoaktif, misalnya angiotensin II. Hal ini menyebabkan
TPR berkurang pada kehamilan normal dan tekanan darah rendah. Pada

13
wanita dengan PIH, tidak terjadi penurunan sensitivitas terhadap vasopeptida-
vasopeptida tersebut, sehingga peningkatan besar volume darah secara
langsung meningkatkan curah jantung dan tekanan darah. PIH dapat timbul
sebagai akibat dari gangguan imunologik yang mengganggu perkembangan
plasenta. PIH sangat berbahaya bagi wanita dan dapat menyebabkan
kejang,koma, dan kematian.

9. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi menurut
TIM POKJA RS Harapan Kita (2003:64) dan Dr. Budhi Setianto (Depkes,
2007)  adalah diantaranya:
a. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient
ischemic attack (TIA).
b. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard
acut (IMA).
c. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
d. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

10. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut FKUI (2003:64) dan Dosen Fakultas
kedokteran USU, Abdul Madjid (2004), meliputi:
a. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah
perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, HDL, LDL.
b. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP
(dapat mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH  dan
ekordiografi.
c. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose
(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang

14
meningkat), kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi:
kolesterol dan tri gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid
(menyebabkan vasokonstrisi), urinanalisa protein, gula (menunjukkan
disfungsi ginjal), asam urat (factor penyebab hipertensi)
d. Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan.

11. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi,
karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat
memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan
mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatanhipertensi secara garis besar dibagimenjadi 2 jenisyaitu:
a. Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan
atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat
anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
3) Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap
pada pengobatan farmakologis.
4) Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah.

15
5) Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-
45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
6) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol
b. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat
antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat
diharapkan menghubungi dokter. 
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh
obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2) Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh
obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma
bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat
menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah
turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus
hati-hati.
4) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam
golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang

16
kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.
5) Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing,
sakit kepala dan lemas.
6) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk
golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala
dan muntah.
7) Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini
adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah
sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor
resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini
bisa ditekan.

17
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner, penyakit serebrovaskuler
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan
warna kulit, suhu dingin.
c) Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, faktor stress multipel.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang,
pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d) Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e) Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
f) Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, berdenyut sakit
kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : Perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,
perubahan retinal optik.
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen.

18
h) Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea.
ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau
tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan, sianosis.
i) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : Episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural.
j) Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit ginjal.
k) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon.

2. Diagnosa Keperawatan

I. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

II. Perubahan kenyamanan (nyeri kepala akut) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vascular otak.

III. Risiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik berhubungan dengan
pandangan kabur, rupture pembuluh darah otak, epistaksis.

IV. Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


kelebihan asupan makanan, gaya hidup, kebiasaan, atau budaya.

V. Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi.

3. Rencana Kepererawatan

19
NO. TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
DX HASIL
1. a. Mempertahankan tekanan a) Pantau tekanan darah. a) Perbandingan dari
darah dalam rentang b) Catat keberadaan, tekanan memberikan
individu yang dapat kualitas denyutan gambaran yang lebih
diterima. sentral dan perifer. lengkap tentang
b. Memperlihatkan irama dan c) Auskultasi tonus keterlibatan/bidang
frekuensi jantung stabil jantung dan bunyi masalah vaskuler.
dalam rentang dan pasien. nafas. b) Denyutan karotis,
d) Amati warna kulit, jugularis, radialis, dan
kelembaban suhu, dan femoralis mungkin
masa pengisian diamati atau tekanan
kapiler. palpasi. Denyutan
e) Catat edema pada tungkai
umum/tertentu. mungkin menurun:
f) Beri lingkungan efek dari
tenang, nyaman, vasokontraksi.
kurangi c) Bunyi jantung IV
aktifitas/keributan umum terdengar pada
lingkungan dan batasi hipertensi berat dan
jumlah pengunjung kerusakan fungsi
dan lamannya tinggal. adanya krakels mengi
g) Pertahankan dapat mengindikasi
pembatasan aktifitas kongesti paru
(jadwal istirahat tanpa sekunder terhadap
gangguan, istirahat di atau gagal jantung
tempat tidur/kursi), kronik.
bantu pasien d) Mungkin berkaitan
melakukan aktifitas dengan vasokontraksi
perawatan diri sesuai atau mencerminkan
kebutuhan. dekompensasi atau
h) Lakukan tindakan penurunan curah
yang nyaman (pijatan jantung.
punggung dan leher, e) Mengindikasi gagal
meninggikan kepala jantung, kerusakan
tempat tidur). ginjal atau vaskuler.
i) Anjurkan tehnik f) Membantu untuk
relaksasi, distraksi, menurunkan
dan panduan rangsangan simpatis,
imajinasi. menurunkan
j) Pantau respon relaksasi.
terhadap obat untuk g) Menurunkan stress

1 2 3 4

20
k) mengontrol tekanan h) dan ketegangan yang
darah. mempengaruhi
l) Kolaborasi dalam tekanan darah dan
pemberian obat-obat perjalanan penyakit
sesuai indikasi seperti: hipertensi.
m) Diuretik tiazoid: i) Mengurangi
diuril, esidrix, ketidaknyamanan dan
bendroflumentiazoid dapat menurunkan
n) Kolaborasi dalam rangsang simpatis.
memerikan j) Menurunkan
pembatasan cairan rangsangan stress
dan diet natrium membuat efek tenang,
sesuai indikasi. sehingga akan
o) Siapkan untuk menurunkan tekanan
pembedahan bila ada darah.
indikasi. k) Respon terhadap
terapi obat tergantung
pada individu dan
efek sinergis obat.
l) Dapat memperkuat
agen antihipertensi
lain dengan
membatasi retensi
cairan.
m) dapat menangani
retensi cairan dengan
respon hipertensi
yang dapat
melibatkan beban
kerja jantung.
n) Bila hipertensi
berhubungan dengan
adanya
fcokromositoma
maka pengangkatan
tumor dapat
memperbaiki kondisi.

Tujuan:
2. Berpartisipasi dalam aktifitas a) Kaji respon pasien a) Menyebutkan
yang diinginkan/diperlukan. terhadap aktifitas parameter membantu
frekuensi nadi, dalam mengkaji
Melaporkan peningkatan peningkatan tekanan respon fisiologis
dalam toleransi aktifitas yang darah yang nyata stress terhadap
dapat diukur. selama/sesudah aktifitas dan bila ada
Menunjukkan penurunan aktifitas. merupakan indicator
dalam tanda-tanda toleransi b) Instruksikan tehnik dari kelebihan kerja
fisiologis. penghematan energi yang berkaitan
(menggunakan kursi dengan tingkat
saat mandi, duduk, aktifitas.
menyisir rambut atau b) Dapat mengurangi
menyikat gigi, penggunaan energi
1 2 3 4

21
c) lakukan aktifitas c) dan membantu
dengan perlahan). keseimbangan antara
d) Berikan dorongan suplai antara suplai
untuk melakukan dan kebutuhan O2.
aktifitas/perawatan d) Kemajuan aktifitas
diri bertahap jika bertahap mencegah
dapat ditoleransi. penurunan kerja
Berikan bantuan jantung tiba.
sesuai kebutuhan.

Tujuan:
3. melaporkan a) Mempertahankan a) Meminimalkan
nyeri/ketidaknyamanan tirah baring selama stimulasi atau
hilang/tidak terkontrol fase akut. menurunkan relaksasi.
b) Berikan kompres b) Menurunkan tekanan
Mengungkapkan metode yang dingin pada dahi, vaskuler serebral dan
memberikan pengurangan pijat punggung, dan yang memperlambat/
leher, tenang, memblok respon
redupkan lampu simpatis efektif dalam
kamar, tehnik menghilangkan sakit
relaksasi. kepala dan komplikasi.
c) Hilangnya/minimalk c) Menyebabkan sakit
an aktifitas kepala pada adanya
vasokonstriksi yang tekanan vaskuler
dapat menurunkan serebral karena
dan sakit kepala, aktifitas yang
misalnya: batuk meningkatkan
panjang, mengejan vaskonotraksi.
saat BAB, dan lain-
lain.
d) Bantu pasien dalam
ambulasi sesuai d) Pusing dan
kebutuhan. pengelihatan kabur
e) Berikan cairan, sering berhubungan
makanan lunak, dengan sakit kepala.
perawatan mulut e) Menaikkan
yang teratur bila kenyamanan kompres
terjadi perdarahan hidung dapat
hidung atau kompres mengganggu menelan
di hidung telah atau membutuhkan
dilakukan untuk nafas dengan mulut,
menghentikan menimbulkan stagnasi
perdarahan. sekresi oral dan
f) Kolaborasi dalam mengeringkan
pemberian analgesic mukosa.
dan antiancietas. f) Dapat mengurangi
tegangan dan
ketidaknyamanan yang
diperbuat oleh stress.

1 2 3 4
4. Tujuan: a) Kaji pemahaman a) Kegemukan adalah

22
pasien tentang resiko tambahan pada
hubungan langsung hipertensi karena
a. Mengidentifikasi antara hipertensi dan kondisi proporsi
hubungan antara kegemukan. antara kapasitas aorta
hipertensi dan b) Bicarakan pentingnya dan peningkatan curah
kegemukan. menurunkan masukan jantung berkaitan
b. Menunjukkan perubahan kalori dan batasi dengan peningkatan
pola makan. masukan lemak, massa tubuh.
c. Mempertahankan berat garam, gula sesuai b) Kesalahan kebiasaan
badan yang diinginkan indikasi. maksimum menunjang
dengan pemeliharaan c) Tetapkan keinginan terjadinya
kesehatan optimal. pasien untuk atherosklerosis dan
d. Melakukan/mempertahan menurunkan berat kegemukan yang
kan program olahraga badan. merupakan
yang tepat. d) Kaji ulang masukan predisposisi untuk
kalori harian dan hipertensi dan
pilihan diet. komplikasinya.
e) Instruksikan dan c) Motivasi penurunan
bantu memilih berat badan adalah
makanan yang tepat, internal. Individu
hindari makanan harus berkeinginan
dengan kejenuhan untuk menurunkan
lemak tinggi dan berat badan bila tidak
kolesterol. maka program sama
f) Kolaboratif, rujuk ke sekali tidak berhasil.
ahli gizi sesuai d) Membantu dalam
indikasi. menentukan
kebutuhan individu
untuk
penyesuaian/penyuluh
an dan
mengidentifikasi
kekuatan/ kelemahan
dalam program diet
terakhir.
e) Penting untuk
mencegah
perkembangan
aterogenesis.
f) Memberikan
konseling dan bantuan
dengan memenuhi
kebutuhan diet
individual.

1 2 3 4
5. Tujuan: a) Kaji keefektifan a) Mekanisme adaptif
strategi koping perlu untuk mengubah

23
a. Mengidentifikasi dengan pola hidup seseorang,
kesadaran kemampuan mengobservasi mengatasi hipertensi
koping/kekuatan pribadi. perilaku, misalnya: kronik, dan
b. Mengidentifikasi potensial kemampuan mengintegrasikan
situasi stress dan menyatakan perasaan terapi yang diharuskan
mengambil langkah untuk dan perhatian, ke dalam kehidupan
menghindari/mengubahny keinginan sehari-hari.
a. berpartisipasi dalam b) Manifestasi
c. Mendemonstrasikan rencana pengobatan. mekanisme koping
penggunaan b) Catat laporan maladaptik mungkin
keterampilan/metode gangguan tidur, merupakan indicator
koping efektif. peningkatan marah yang ditekan
keletihan, kerusakan dan diketahui telah
konsentrasi, peka menjadi penentu
rangsang, penurunan utama tekanan darah
toleransi sakit kepala, diastolic.
ketidakmampuan c) Pengenalan terhadap
untuk mengatasi atau stressor adalah
menyelesaikan langkah pertama
masalah. dalam mengubah
c) Bantu pasien untuk respon seseorang
mengidentifikasi terhadap stressor.
stressor spesifik dan d) Memperbaiki
kemungkinan strategi keterampilan koping
untuk mengatasi atau dan dapat
menyelesaikan meningkatkan
masalah. kerjasama dalam
d) Libatkan pasien regimen teraupetik.
dalam perencanaan e) Fokus perhatian
perawatan dan pasien pada realitas
berikan dorongan situasi yang ada relatif
partisipasi maksimum terhadap pandangan
dalam rencana pasien tentang apa
pengobatan. yang diinginkan.
e) Dorong pasien untuk
mengevaluasi
prioritas atau tujuan
hidup.

6. Tujuan: a) Kaji kesiapan dan a) Mengidentifikasi


hambatan dalam kemampuan klien
a. Menyatakan pemahaman belajar, termasuk orang dalam menerima
tentang proses penyakit terdekat. pembelajaran.
dan regimen pengobatan b) Tetapkan dan nyatakan b) Meningkatkan
b. Mempertahankan tekanan batas tekanan darah pengetahuan klien
darah dalam parameter normal, jelaskan tentang tekanan darah
normal. tentang hipertensi dan normal dan efek
c. Mengidentifikasi efek efeknya pada jantung, hipertensi.
samping obat dan
1 2 3 4
kemungkinan komplikasi c) pembuluh darah, c) Tekanan darah normal
yang perlu diperhatikan. ginjal, dan otak. pada setiap orang

24
d) Hindari mengatakan berbeda tergantung
tekanan darah normal pada banyak faktor.
dan gunakan istilah d) Mencegah
terkontrol dengan baik meningkatnya tekanan
saat menggambarkan darah dengan
tekanan darah pasien memperhatikan faktor
dalam batas yang – faktor resiko.
diinginkan. e) Dapat menyebabkan
e) Bantu pasien dalam tekanan darah berubah
mengidentifikasi – ubah.
factor-faktor resiko f) Menghindari
kardiovaskuler yang terjadinya resiko
dapat diubah misalnya overdosis obat.
obesitas, diet, tinggi g) Mempertahankan
lemak jenuh, keseimbangan cairan
kolesterol, pola hidup dan elektrolit tubuh.
monoton, dan minum
alcohol, pola hidup
stress.
f) Rekomendasikan untuk
menghindari mandi air
panas, ruang
penguapan,
penggunaan alcohol
yang berlebihan.
g) Anjurkan pasien untuk
berkonsultasi dengan
pemberi perawatan
sebelum menggunakan
obat.
h) Instruksikan pasien
tentang peningkatan
masukan makanan atau
cairan tinggi kalium.

25
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan
yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial
(hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari
kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn
E. Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari
120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan
tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya
tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

2. Saran
Penulisan makalah ini kiranya dapat menambah pengetahuan bagi
Mahasiswa dan dapat digunakan sebagai literature, acuan/pendidikan bagi
Mahasiswa dalam membuat Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Hipertensi.

26
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta
:EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tingg
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter%20II.pdf
diakses tgl 14-10-17 jam 09.20
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/206312017/bab2.pdf diakses tgl 14-
10-17 jam 15.00

27

Anda mungkin juga menyukai