Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KB IMPLANT


DI PUSKESMAS GEYER 1

Untuk Memenuhi Tugas Praktik Persyaratan Stage KB dan Kespro

Oleh :

Safira Mustaqilla
NIM: P1337424822136

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN SEMARANG
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan ini disusun oleh,


Nama : Safira Mustaqilla
NIM : P1337424822136
Prodi : Pendidikan Profesi Bidan
Judul Laporan “Laporan Kasus Akseptor KB implant Di Puskesmas Geyer I”
telah disahkan dan disetujui untuk memenuhi Laporan Praktek KB dan Kespro
di Puskesmas geyer 1.

Grobogan, 2 Februari 2023

Pembimbing Klinik Praktikan

Nurul Aini S.Tr Keb, Bdn. Safira Mustaqilla


NIP. 1977031820008012008 P1337424822136

Mengetahui Pembimbing Institusi

Dewi Andang P, SST, M.kes


NIP. 19640323 198603 2004
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya
ada pada posisi keempat di dunia pada 2020, dengan laju pertumbuhan yang
masih relatif tinggi. Maka dari itu perlunya pencanangan suatu program
untuk mempertahankan dan menurunkan laju pertumbuhan penduduk.
Program yang dicanangkan pemerintah untuk menekan tingginya laju
pertumbuhan penduduk yaitu dengan program Keluarga Berencana (KB).
Menurut World Health Organization (WHO), KB merupakan tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak di inginkan, mengatur
interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Gerakan keluarga berencana nasional Indonesia telah berumur
panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia berhasil
menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Program KB mempunyai
misi yang sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak - hak
reproduksi dan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas keluarga.
Sedangkan visi dari program keluarga berencana adalah memberdayakan
masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, menggalang
kemitraaandalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan
keluarga, dan meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan
reproduksi.
Keluarga Berencana (KB) mencakup dua tujuan utama: Pengaturan
jarak kelahiran dan memenuhi keinginan suami-istri untuk tidak ingin lagi
menambah anak. Masyarakat Indonesia dapat menerima hampir semua
metode medis teknis KB yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu
metode KB yaitu metode Modern Kontrasepsi Hormonal. Metode modern
kontrasepsi hormonal terbagi menjadi tiga, yaitu kontrasepsi suntik,
kontrasepsi oral, dan kontrasepsi implan. Alat kontrasepsi sangat berguna
sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat
kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi
harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Faktor lain
yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan
(umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan
metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan,
riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul),
faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat
pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari
suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan
program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang
dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda.
Berdasarkan data BKKBN tahun 2019 di Provinsi Jawa Tengah,
jumlah PUS sebanyak 6.652.451 pasang. Dari seluruh PUS yang ada,
sebesar 73,5 persen adalah peserta KB aktif. Cakupan Peserta KB Aktif dan
KB Pasca Persalinan Menurut Jenis Kontrasepsi, pada peserta KB aktif,
sebagian besar memilih alat kontrasepsi suntik yaitu sebesar 58,4%,
kemudian KB Implan sebesar 13,5%, KB pil sebesar 11%, AKDR sebesar
9,1%, MOW sebesar 4,9%, Kondom sebesar 2,5%, dan MOP sebesar 0,6%.
Sementara pada peserta KB pasca persalinan, sebagian besar memilih alat
kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) yaitu sebesar 17,4%, suntik sebesar
5,5%, implant sebesar 1,6%, pil sebesar 4,6%, MOW sebesar 5,3%, kondom
sebesar 1,9% dan MOP sebesar 0%.Untuk wilayah kabupaten grobogan
jumlah peserta KB aktif pada ahun 2022 yaitu sebanyak 266.523 akseptor.
Berdasarkan data di wilayah kerja Puskesmas Geyer 1 pada tahun
2023 jumlah PUS dari 9 dusun yaitu mencakup Geyer, Ledokdawan, Sobo,
Juworo, Suru, Jambangan, Rambat, Monggot dan Kalangbancar berjumlah
7.889 sedangkan KB aktif berjumlah 6.441 akseptor . Akseptor KB suntik
sebanyak 4.123, PIL 275, Implan 1088, IUD 385, kondom 112 dan
MOW/MOP sebanyak 465 akseptor.
AKBK/ Susuk disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang
di bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah
kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil
atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api.
Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis
susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk
tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep
kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang
diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan.
Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik menyusun
makalah mengenai “Program Keluarga Berencana menggunakan
Kontrasepsi Implan”. Kontrasepsi Implan dapat diartikan sebagai metode
kontrasepsi yang diinversikan pada bagian subdemal, yang hanya
mengandung progestin dengan masa kerja panjang. Dosis rendah, dan
reversible untuk wanita.

2. Tujuan
a. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB di Puskesmas
Geyer I.
b. Tujuan khusus
a) Mampu melaksanakan pengkajian data yang meliputi data subjektif
secara holistik pada akseptor KB implant di Puskesmas Geyer 1
b) Mampu melaksanakan interpretasi data pada akseptor KB implan
di Puskesmas Geyer 1
c) Mampu menentukan diagnose potensial kebidanan pada akseptor KB
implant di Puskemas Geyer 1
d) Mampu mengidentidikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera pada akseptor KB implant
di Puskesmas Geyer 1
e) Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan secara holistik
pada akseptor KB implant di Puskemas Geyer 1
f) Mampu melaksanakan perencanaan pada ibu akseptor KB implant
di Puskesmas Geyer 1
g) Mampu melaksanakan evaluasi pada akseptor KB implant
di Puskesmas Geyer 1
3. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Menambah wawasan dan kajian mengenai asuhan kebidanan secara langsung
dan komprehensif pada Akseptor KB implant.
b. Manfaat praktis
Menambah pengalaman serta dapat memberikan asuhan pada akseptor KB
implant sesuai dengan standar asuhan kebidanan dengan pendekatan asuhan
kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Definisi Kontrasepsi Implan
Implan adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas Implan adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung
progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, reνersible untuk
wanita (Handayani, 2010). Implan juga dapat diartikan sebagai alat
kontrasepsi yang berbentuk kapsul kosong silastic (karet silikon) yang di
isi dengan hormon dan ujung-ujungnya kapsul yang di tutup dengan
silastic adhesive. (Hartanto, Hanafi. 2004).
Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi Implan
adalah batang silastik lembut untuk pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan pembedahan minor untuk insersi
(pemasangan) dan pencabutan. Pemakaian kontrasepsi Implan dapat
diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan
sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.
2. Jenis Kontrasepsi Implan
Terdapat 3 jenis implant
1) Norplan
- Berisi 6 batang yang mengandung hormon levonorgestrel.
- Tiap kapsul : panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 mm,berisi 36
mg levonorgestrel yang efektif mencegah kehamilan selama 5
tahun.
2) Implanon
- Berisi 1 batang putih lentur mengandung 63 mg 3-keto-
desogestrel
- Efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun

3) Indoplant dan jadena


- Berisi 2 batang, mengandung 75 mg levonorgestrel
- Efektif Mencegah Kehamilan Selama 3 Tahun
3. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implan
1) Mengentalkan lender serviks
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap
terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya
menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
2) Menggangu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi Implanasi Levonorgestrel menyebabkan
supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang diinduksi
estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat
mencegah Implanasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun
demikian, tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi
pada pengguna implan.
3) Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit,
sehingga menghambat pergerakan sperma.
4) Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan LH
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing
hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang
penting untuk ovulasi.

4. Keuntungan dan kekurangan kontrasepsi implan


Keuntungan kontrasepsi implan, meliputi :
1) Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi
berkesinambungan yang aman dan sangat efektif. Efektivitas
penggunaan Implan sangat mendekati efektivitas
teoretis. Efektivitas 0,2 — 1 kehamilan per 100 perempuan.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang.
Masa kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan
tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis
norplant.
3) Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk
dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian
besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya
dalam bulan pertama setelah pengangkatan.
Angka kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama
dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak menggunakan
metode kontrasepsi dan berusaha
untuk hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa
depan. Kembalinya kesuburan setelah pengangkatan implan terjadi
tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam batas-batas normal.
Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat
karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian
cepat.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan
atas.
5) Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan
mengandung hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan
kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam penggunaan
kontrasepsi implan.
6) Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena
diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
7) Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui.
Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi
tumbuh secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat
nantinya (dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera
Postpartum.
8) Dapat dicabut setiap saat
9) Mengurangi jumlah darah haid
Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
10) Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari
perdarahan di atas pola haid pra-pemasangan, konsentrasi
hemoglobin para pengguna implan meningkat karena terjadi
penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
5. Kekurangan Kontrasepsi Implant
1) Menimbulkan gangguan menstruasi
Tidak mendapat menstruasi, terjadi perdarahan bercak (spothing)
dan perdarahan
tidak teratur. Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun
pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan
tersebut meliputi perubahan
pada interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta
spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore
juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10% setelah tahun
pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya
terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang
setelah tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu
kapan pun.
2) Berat badan bertambah
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan
peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan.
Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan
dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan. Walaupun
peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan aktivitas
androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya
tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan
lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan
Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam
indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang
tidak teratur dengan berat badan).
3) Menimbulkan acne (jerawat), ketegangan pada payudara
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan
keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat
disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang
menghasilkan suatu dampak langsung dan juga menyebabkan
penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon 5EKX bebas (baik
levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan
kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang
efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan)
menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak berikatan.
Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan,
praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau
pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan
atau gel klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan
antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus
menggunakan implan.
4) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur
pembedahan yang dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat
memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi.
Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira-kira
5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara
pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan
serta pencabutan implan. Klien tidak dapat menghentikan sendiri
pemakaian kontrasepsi ini sesuai dengan keinginannya, akan tetapi
harus pergi ke klinik untuk pencabutan. Dibutuhkan klinisi
terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
5) Tidak memberikan perlindungan terhadap Infeksi Menular sexual
HIV/AIDS Implan tidak diketahui memberikan perlindungan
terhadap penyakit menular sexual seperti herpes, human papiloma
virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Penggunayang berisiko
menderita penyakit menular sexual harus
mempertimbangkan untuk menambahkan metode
perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
6) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.
Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis
(rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturate) Obat-obat ini
sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini,
penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan
risiko kehamilan akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam
darah.
6. Indikasi Dan Kontraindikasi KB Implant
1) Indikasi
- Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah enam minggu
masa nifas).
- Wanita pasca keguguran.
- Wanita usia reproduksi.
- Wanita yang mengalami efek samping yang tidak diinginkan
akibat penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang
mengandung estrogen.
- Wanita yang sulit mengalami kesulitan mengingat jadwal
meminum pil atau enggan melakukan manipulasi yang diperlukan
pada metode sawar.
- Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah, atau anemia bulan sabit.
- Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
- Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang (misal
Wanita yang masa usianya suburnya telah berakhir, tetapi tidak
menginginkan strelisasi).
- Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilannya.
2) Kontra Indikasi
-Hamil atau diduga hamil.

-Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

- Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara atau


riwayat kanker payudara.
-Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.

-Menderita mioma uterus dan kanker payudara.

-Penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus.

-Penyakit tromboemboli.

-Gangguan toleransi glukosa.


7. Waktu Mulai Menggunakan Implant
- Setiap saat selama siklus haid hari ke -2 sampai hari ke tujuh,
tidak perlu metode kontrasepsi tambahan. Insersi dapat dilakukan
setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi kehamilan. Insersi
dapat dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini tidak terjadi
kehamilan. Apabila insersi setelah -7 hari siklus haid, klien dianjurkan
untuk tidak melakukan hubungan sexual, atau menggunakan metode
kontrasepsi lain untuk tujuh hari saja.
- Apabila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, dengan
syarat diyakini tidak terjadi kehamilan, klien dianjurkan tidak
melakukan hubungan sexual.
- Apabila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan,
insersi dapat dilakukan setiap saat.
- Apabila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saat, klien dianjurkan untuk tidak
melakukan hubungan sexual selama tujuh hari atau menggunakan
metode kontrasepsi lain untuk tujuh hari.
- Apabila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat,
dengan syarat diyakini klien tersebut tidak hamil, atau klien
menggunakan kontrsepsi dengan benar
- Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntik, implan
dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik, tidak perlu
metode kontrasepsi lain
- Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsihormonal (kecuali
AKDR) dan klien ingin menggatinya dengan norplant, insersi dapat
dilakukan setiap saat, dengan syarat diyakini klien tidak hamil. Tidak
perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
- Apabila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin
menggantinya dengan implan, maka dapat diinsersikan pada saat haid
hari ke-7 dan klien dianjurkan tidak melakukan hubungan seks
selama tujuh hari atau gunakan metode kontrasepsi
- Pasca keguguran, implan dapat segera di insersikan.
8. Cara Pemasangan Implant
Pemasangan Implan biasanya dilakukan dibagian atas (bawah kulit)
pada lengan kiri wanita (lengan kanan bagian yang kidal), agar tidak
menggangu kegiatan. Implan dapat dipasang pada waktu menstruasi atau
setelah melahirkan oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum
pemasangan dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga
disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus dijaga
agar tetap bersih kering dan tidak boleh terkena air selama 5 hari.
Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan.
Setelah itu setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun
Implan harus diambil atau di lepas. Saat pemsangan yang tepat
adalah pada waktu menstruasi atau 1-2 setelah menstruasi. Akseptor
sebaiknya berbaring horizontal atau duduk Selama pemasangan Implan
untuk mempermudah pemsangan (Noviawati Setya, 2009).
Berikut Langkah-langkah pemasangan Implan:
- Lengan yang tidak dominan (lengan kiri) diletakan lurus setinggi
pundak. Tentukan daerah pemsangan biasanya sekitar 8 cm hingga
10 cm di atas lipat siku. Lakukan pembersihan di daerah tindakan
dan sekitarnya.
- Lakukan anestesi local di tempat insersi dan dengan arah seperti kipas
sepanjang 4-4,5 cm dengan pembius local.
- Lakukan sayatan melintang selebar 2-3 mm ditempat suntikan, agar
luka tidak dijahit dan mengurangi kemugkinan infeksi.
- Tusukkan trochar melalui sayatan ke bawah kulit, perhatikan tanda
batasnya dan tusukkan sampai tanda batas dekat pangkal trochar.
- Keluarkan batang dalam trochar dan masukkan kapsul Implan ke
dalam batang ke luar trochar dengan memakai pinset anatomis, dorong
pelan-pelan dengan batang pendorong sampai terasa ada tahanan.
- Pertahankan posisi batang pendorong, tarik trochar perlahan-lahan
sepanjang batang pendorong sampai batas paling ujung. Implan
terlepas dari trokar kalau tanda batas paling ujung terlihat pada luka
insisi dan dipastikan dengan meraba ujung trokar dengan jari.
- Raba Implan terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada posisi
sebelahnya tanpa terlebih dahulu mengeluarkan ujungnya dari sayatan.
Pasang seluruh Implan dengan posisi menyerupai kipas, sehingga
keenam kapsul terpasang baik. Olesi luka sayatan dengan antisepstik,
tutup dengan plester dan kasa steril dan balut dengan perban.

9. Efek samping implant


Terdapat beberapa efek samping dan penanganan Implan adalah sebagai
berikut :
- Amenorea

- Perdarahan bercak (spotting) ringan

- Ekspulsi

- Infeksi pada daerah insersi

- Berat badan naik / turun

10. Jadwal Kunjungan Kembali


Ibu yang memakai Implan dianjurkan kembali periksa bila ditemukan
hal — hal sebagia berikut :
- Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah

- Perdarahan yang banyak darah kemaluan

- Rasa nyeri pada lengan

- Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah

- Ekspulsi dari batang impalant

- Sakit kepala yang hebat atau penglihatan menjadi kabur

- Nyeri dada hebat


BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S AKSEPTOR KB IMPLANT
DI PUSKESMAS GEYER 1

I. Pengkajian
Tanggal : 2 Februari 2023
Jam : 09.30 WIB
Tempat : Puskesmas Geyer 1
II. Identitas Pasien
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Nama : Ny. S Nama : Tn. D
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Alamat : Sobo 2/3 Alamat : Sobo 2/3
III. Data Subjektif
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan datang ingin memasang KB Implant
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan sebelum ini menggunakan KB suntik 1 bulan dan terkadang
lupa untuk suntik ulang sehingga ibu ingin menggunakan KB yang bisa
menunda kehamilan dalam jangka waktu yang lama.
3. Riwayat Kesehatan
Dahulu :
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
hipertensi, diabetes, asma, jantung dsb serta tidak mempunyai riwayat penyakit
menular seperti HIV/AIDS, hepatitis dan TBC
Sekarang :
Ibu mengatakan saat ini tidak menderita penyakit menurun seperti hipertensi,
diabetes, asma, jantung dsb serta tidak menderita penyakit menular seperti
HIV/AIDS, hepatitis dan TBC
Keluarga :
Ibu mengatakan ayahnya mempunyai riwayat darah tinggi tidak memiliki
riwayat tumor/ kanker maupun HIV/AIDS dan tidak ada yang memiliki penyakit
diabetes

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 tahun Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Siklus : 30 hari Dismenorea : Tidak
Lama : 3-7 hari HPHT : 25 januari 2023
5. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan menikah dengan suami usia 23 tahun dan suami berumur 25
tahun, lama pernikahan 5 tahun.
6. Riwayat KB
Lama
Jenis Kontrasepsi Keluhan Alasan dilepas
Pemakaian
Kondom 1 tahun Tidak nyaman Ingin punya anak
KB suntik 1 tahun Terkadang lupa Ingin alat kontrasepsi
jangka lama
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ibu mengatakan mempunyai 2 anak, anak pertama berumur 3 tahun, JK
perempuan, sehat, anak kedua berumur 2 tahun JK perempuan. Tidak ada
komplikasi selama hamil, nifas dan bersalin
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : 3 x/ Sehari
1) Komposisi :
 Nasi : 1 x @ ½ piring (sedang / penuh)
 Lauk : 1 x @ 1 potong (sedang / besar), seperti telur, ikan, tempe
 Sayuran : 1 x @ ½ mangkuk sayur, seperti sayur bayam dan sayur sop
 Buah : 2 x seminggu, seperti pepaya dan pisang
 Camilan : 1-2 /hari jenis keripik tempe dan bolu
2) Pantangan : tidak ada
Minum,
Ibu mengatakan sehari minum air putih jumlahnya 7 - 8 gelas/ hari dan tidak
mengkonsumsi susu.
b. Pola eliminasi
1) Buang Air Kecil 6 x warna kuning jernih
2) Buang Air Besar 1 x warna kuning kecoklatan
a) Warna : konsistensi lembek / keras*)
b) Keluhan/masalah : Tidak ada
c. Aktifitas Fisik dan Olah raga
Ibu mengatakan beraktivitas sebagai karyawan swasta dan sebagai sebagai
ibu rumah tangga seperti menyapu, mengepel, dan mencuci.
Perubahan selama hamil ini : ibu mengatakan tidak ada perubahan
c. Istirahat /tidur
Tidur malam : Jam 21.00 sampai jam 04.00 WIB
Tidur siang : ± 1 jam
Keluhan : Tidak ada keluhan
d. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Merokok : Tidak merokok
Minuman beralkohol : Tidak minum minuman beralkohol
Obat obatan : Tidak mengkonsumsi obat-obatan
Jamu : Tidak mengkonsumsi Jamu
e. Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Keramas : 2-3 x seminggu
Gosok gigi : 3 x sehari
Ganti Pakaian: 2 x sehari, celana dalam 3 x sehari
Alas Kaki : ibu selalu menggunakan alas kaki saat keluar rumah
f. Riwayat Psikososial-spiritual
1) Ibu mengatakan tinggal serumah dengan: suami dan anak
2) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Musyawarah
3) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
4) Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
5) Ibu mengatakan tidak melakukan upacara adat yang membahayakan dan
tidak sedang berpuasa.
9. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengatakan sudah mengetahui salah satu
metode kontrasepsi jangka panjang yaitu KB implant dan IUD
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui tentang keuntungan dan
kerugian metode kontrasepsi yang akan digunakan.

IV. Data Objektif


1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik 6) TD : 120/80 mmHg
2) Kesadaran : Composmentis 7) Nadi : 82 x/menit
3) TB : 160 cm 8) Suhu : 37 0C
4) LILA : 25 cm 9) RR : 22 x/menit
5) BB sekarang : 55 kg
b. Status present
Kepala : Mesocephale, kulit kepala bersih, rambut tidak
mudah rontok
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,
fungsi penglihatan baik
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, dan tidak caries

gigi
Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen yang

berlebih
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
Ketiak :
Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada :
Tidak ada wheezing, tidak ada retraksi dinding
dada, tidak ada benjolan pada mammae
Abdomen :
Tidak ada luka bekas operasi
Lipat paha :
Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva :
Tidak ada odem, tidak ada varises dan tidak ada
benjolan
Ekstremitas :
Atas dan bawah tidak oedem dan tidak ada varises
Refleks
patella :
Punggung : +/+
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
Anus : (lordosis, skoliosis)
Tidak ada hemoroid

V. Analisa
Diagnosa : Ny. S usia 28 tahun P2A0 dengan calon akseptor baru KB implant
Masalah : Ibu kurang mengetahui kelebihan dan kekurangan KB implant
Kebutuhan : Pendidikan kesehatan tentang kelebihan dan kekurangan KB impant
VI. Penatalaksanaan
Tanggal : 2 Februari 2023 Jam : 10.10 WIB
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan dalam keadaan baik
Hasil : ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memberikan konseling macam-macam alat KB yang lain, seperti IUD, Implant,
Pil, Kondom, dll. Juga menjelaskan efek sampingnya
 IUD :Spotting, infeksi, rasa sakit dan perdarahan, juga tertanam dalam
endometrium
 Implant :Spotting, amenorrea, perubahan pola haid, sakit kepala, dll
 Pil  : Pusing, mual, BB bertambah, timbul jerawat, amenorrea, perdarahan
bercak, gangguan penglihatan, payudara membesar dan terasa nyeri
 Suntik 1 bulan : siklus haid yang pendek, perdarahan haid yang lama, BB
bertambah sedikit
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan ibu mengatakan
akan tetap menggunakan KB Implant.
3. Menjelaskan pada ibu mengenai KB implant, kelebihan, kekurangan dan efek
sampingnya.
Hasil : Ibu mengerti tentang penjelasan yang di berikan
4. Menjelaskan pada Ibu mengenai efek samping alat kontrasepsi implant
diantaranya yaitu :
a. Gangguan pola haid, seperti siklus haid yang memendek atau memanjang,
perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur, atau
perdarahan bercak(spotting) atau tidak haid sama sekali.
b. Berat badan yang bertambah
c. Sakit kepala
d. Perubahan pola haid
Hasil : Ibu mengerti tentang penjelasan yang diberikan dan ibu tetap
berkeinginan menjadi akseptor KB implant
5. Menyiapkan alat untuk pemasangana implant
1) Bak instrumen, bengkok, sarung tangan steril, duk steril
2) Kassa, kom betadine, betadine, spuit 3 cc, lidocain
3) Implant
4) Bisturi
Hasil : alat KB suntik sudah lengkap dan steril
6. Melakukan pemasangan KB Implant sesuai SOP
Hasil : KB implant telah dipasang
7. Melakukan konseling pasca pemasangan tentang :
a. Perawatan luka insisi di rumah
b. Mungkin akan terdapat memar, bengkak atau sakit di daerah insisi selama
beberapa hari, hal ini normal.
c. Jaga luka insisi tetap kering dan bersih selama paling sedikit 48 jam. Luka
insisi dapat mengalami infeksi bila basah saat mandi atau mencuci
pakaian.
d. Jangan membuka pembalut tekan selama 48 jam dan biarkan band aid di
tempatnya sampai luka insisi sembuh (umumnya 3-5hari).
e. Klien dapat segera bekerja secara rutin. Hindari benturan atau luka di
daerah tersebut atau menambahkan tekanan.
f. Setelah luka insisi sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dibersihkan
dengan tekanan normal.
g. Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, daerah insisi kemerahan
dan panas atau sakit yang menetap selama beberapa hari. segera kembali
untuk control ke Puskesmas
Hasil: ibu mengerti penjelasan bidan
8. Memberikan ibu terapi obat Asam Mefenamat 500 mg 3x1 dan amoxcilin 500
mg 3x1
Hasil : ibu mendapatkan terapi anti nyeri
9. Menganjurkan ibu untuk Kunjungan ulang 3 hari lagi
Hasil: ibu bersedia kunjungan ulang 3 hari lagi
10. Memberitahu ibu bahwa masa pemakaian Implant sampai tanggal 2 Februari
2026
11. Mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan
Hasil : sudah dilakukan dokumentasi
Tanggal dan Catatan Perkembangan (SOAP) Nama dan
Jam Paraf
5 Februari 2023 SUBYEKTIF
Ibu mengatakan ingin control KB implant yang
telah dipasang 3 hari yang lalu Ibu juga
mengatakan plester anti air yang ditempel rasanya
gatal saat berkeringat

OBYEKTIF
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5ᵒC
Respiratory Rate : 20x/menit
BB : 55 kg
Luka : kering, tidak ada kemerahan, tidak ada
tanda infeksi

ANALISA
Diagnosa :
Ny. S usia 28 tahun P2A0 dengan akseptor baru
KB implant
Masalah : Biru di daerah bekas suntikan
pemasanagan implant
Kebutuhan : Tidak ada

PENATALAKSANAAN
Tanggal : 5 Februari 2023 Jam : 10.05 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu dalam
kondisi baik, tidak ada infeksi pada bekas
pemasangan implant
Hasil : ibu mengerti informasi yang diberikan
2. Menjelaskan luka bekas insisi bagus sudah
kering dan posisi kapsul teraba dua sejajar.
Hasil : ibu mengerti penjelasan yang diberikan
3. Memotivasi ibu untuk makan makanan bergizi,
minum minuman 1-2 liter/ hari
Hasil : Ibu akan melakukan yang dianjurrkan
bidan
4. Menganjurkan ibu untuk tidak mengangkat yang
berat berat dahulu menggunakan tangan kirinya
Hasil : Ibu mengerti
5. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika
ada keluhan
Hasil : Ibu bersedia
6. Mendokumentasikan tindakan yang dilakukan
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan
Grobogan, 2 Februari 2023

Pembimbing Klinik Praktikan

Nurul Aini S.Tr Keb, Bdn. Safira Mustaqilla


NIP. 1977031820008012008 P1337424822136

Mengetahui Pembimbing Institusi

Dewi Andang P, SST, M.kes


NIP. 19640323 198603 2004
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai proses manajemen asuhan
kebidanan secara terperinci mulai dari langkah pertama yaitu pengkajian data
sampai dengan evaluasi sebagai langkah terakhir. Dalam pembahasan ini
akan dijelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat proses
serta kesenjangan antara teori dan praktek langsung di lapangan juga
alternatif dari permasalahan yang ada. Pengkajian data subjektif dilakukan
dengan 2 metode, yang pertama anamnesa dimana menanyakan kepada orang
lain bukan pasien terkait, sedangkan auto anamnesa, yaitu anamnesa yang
dilakukan langsung pada pasien yang bersangkutan (Saifudin, 2010).
Anamnesa pada kasus Ny. S usia 28 tahun akseptor KB implant di Ruang
KIA Puskesmas Geyer 1 dilakukan dengan metode auto anamnesa karena Ny.
S secara fisik maupun psikologis mampu melakukan komunikasi dengan
baik. Saat melakukan asuhan kebidanan akseptor KB pada Ny. S
dicantumkan tanggal, jam dan tempat sebagai bukti atau consent bahwa
penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan tempat seperti yang
dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
1. Data Subjektif
Pada pengkajian yang dilakukan tanggal 2 Februari 2023. Didapatkan
data identitas pasien Ny. S umur 28 tahun, Ny. S masih tergolong dalam usia
reproduksi sehat, sesuai dengan teori Saifudin (2010) yaitu wanita dengan
usia reproduktif sehat adalah antara 20 sampai 35 tahun. Jika umur ibu
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun termasuk dalam faktor resiko
dalam pemasangan alat KB jenis tertentu, agama dikaji untuk mengetahui
keyakinan serta pandangan tentang KB berkaitan dengan agama yang
dianutnya, pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual pasien
karena pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pasien selama
penggunaan alat kontrasepsi, pekerjaan dikaji karena pekerjaan dapat
mempengaruhi kesehatan saat penggunaan alat kontrasepsi dan kemampuan
ekonomis dalam keberlangsungan penggunaan kontrasepsi, suku bangsa
ditanyakan untuk menyesuaikan bahasa yang kita gunakan selama memberi
asuhan dan untuk melihat apakah budaya pasien memiliki kemungkinan
untuk mempengaruhi proses asuhan, alamat dikaji untuk mempermudah
hubungan atau komunikasi dengan anggota keluarga yang lain bila ada
keperluan yang mendesak dan membutuhkan campur tangan dari pihak
keluarga.
Menurut Saifudin (2010) anamnesis keluhan utama akan memberikan
informasi penting untuk menentukan diagnosis banding dan memberikan
gambaran mengenai keluhan. Anamnesis keluhan harus dicatat dan disajikan
sesuai dengan kata-kata pasien sendiri dan tidak boleh disamarkan dengan
kata-kata medis. Saat melakukan pengkajian penulis mencatat apa yang
dikatakan pasien tanpa menambahi istilah medis yang menjurus kesebuah
dignosis. Ny. S mengatakan baru saja melahirkan secara spontan, dan
memerlukan alat kontrasepsi jangka panjang yaitu dengan metode implan.
Riwayat kesehatan merupakan pokok anamnesis yang paling penting.
Riwayat kesehatan sekarang dan lalu harus ditanyakan secara jelas kepada
pasien, dalam menanyakan kesehatan pasien jangan menggunakan istilah
medis yang membingungkan pasien, tetapi tanyakan dengan menggunakan
bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakat awam. Menurut Saifudin
(2010) untuk mempermudah pasien menangkap apa yang kita tanyakan
sebutkan tanda dan gejala dari suatu penyakit. Riwayat kesehatan sekarang
dikaji untuk melihat apakah penyakit Ny. S akan berpengaruh pada
pemasangan kontrasepsi dan memiliki kemungkinan untuk membahayakan
Ny. S. Klien yang dapat menggunakan kontrasepsi implan adalah tidak
sedang menderita hipertensi dengan tekanan darah > 180/110 mmHg, tidak
menderita keganasan seperti mioma uterus dan kanker payudara, gangguan
toleransi glukosa, dan penyakit hati.
Riwayat menstruasi ditanyakan untuk mengetahui bagaimana fungsi
alat reproduksi pasien. Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal,
dengan menarche sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan
berlangsung setiap 30 hari selama lebih kurang 5 hari, perdarahannya sekitar
4-8 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa
nyeri. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan jumlah pemakaian pembalut
sekitar 3-4 buah (Manuaba, 2010). Berdasarkan teori diatas siklus Ny. S
normal yaitu 30 hari sekali, lamanya juga normal 5-6 hari, tidak ada nyeri
haid dan ganti pembalut 3-4 kali dalam sehari. Hal ini menunjukan bahwa
keadaan fungsi alat reproduksi Ny. S dalam proses menstruasi adalah
normal.
Riwayat KB yang lalu dikaji untuk mengetahui bagaimana perjalanan
penggunaan kontrasepsi yang sudah dilalui Ny. S selama perkawinannya.
Ny. S sudah pernah menggunakan kontrasepsi jenis kondom dan suntik dan
ingin menggunakan metode KB jangka panjang yaitu implant.

2. Data Objektif
Berdasarkan teori Sigmund Freund tingkatan kesadaran terbagi
menjadi compos mentis, apatis, somnolen, sopor, soporo coma, coma,
delirium. Ny. S memiliki kesadaran normal sepenuhnya, dapat memahami
keadaan sekitarnya dan mengerti tentang apa yang ditanyakan. Sehingga
berdasarkan teori tersebut Ny. S memiliki keadaan umum composmentis.
Tujuan obyektif utama mengidentifikasi, memberikan terapi
dan memantau tekanan darah pasien adalah untuk menurunkan resiko
penyakit kardiovaskuler serta angka kesakitan dan kematian yang terkait.
Oleh karena itu, pengukuran tekanan darah yang akurat sangat penting,
karena pengukuran ini menjadi dasar keputusan klinis yang vital. Tekanan
darah normal dewasa menurut Whaley dan Wong (2009) adalah sistol < 130
dan diatol < 80 mmHg sehingga Ny. S dengan tekanan darah 110/70 mmHg
dikatakan normal dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada pemeriksaan obyektif Ny. S di dapatkan bahwa tidak ada tanda
tanda kehamilan maka Ny. S dapat dilakukan pemasangan alat kontrasepsi
Kb implan, hal ini di dukung oleh teori (BKKBN, 2012) menyebutkan
bahwa waktu yang optimal untuk memasang implan adalah selama haid
( dalam waktu 7 hari pertama siklus haid), bisa dilakukan saat tidak haid asal
dipastikan tidak ada kehamilan, pasca persalinan, pasca keguguran dan hal
ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik.
Penggunaan metode kontrasepsi hormonal terus menerus diduga dapat
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dini pada kehamilan. Berdasarkan
penelitian Isfandari, dkk (2016) menyatakan bahwa perempuan pengguna
kontrasepsi hormonal memiliki resiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan
perempuan yang menngunakan kontrasepsi non hormonal. Penggunaan
kontrasepsi hormonal memiliki kontribusi terhadap kejadian hipertensi dini
perempuan usia pre menapouse.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh lestari (2012) menunjukan
bahwa terdapat hubungan antara lama penggunaan kontrasepsi hormonal
dengan kejadian hipertensi di kelurahan Ngaliyan Semarang.
3. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif
dan anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis
aktual, diagnosis masalah potensial serta seperlunya mengidentifikasi
kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney, 2008).
Diagnosis adalah Ny. S usia 28 tahun akseptor KB Implant dengan
kebutuhan kontrasepsi jangka panjang sehingga kebutuhan Ny. S melakukan
konseling alat kontrasepsi implant dan memasang alat kontrasepsi implant.
Analisis data ini dilakukan setelah penulis melakukan pengkajian data
subjektif dan objektif. Sehingga dalam menetukan analisa penulis sudah
melakukan sesuai dengan teori yang ada. Masalah yang muncul berdasarkan
data pengkajian adalah: kurangnya pengetahuan ibu mengenai KB implant.
Sedangkan kebutuhan diantaranya pendidikan kesehatan tentang KB implant
dan Pasca KB implant.
4. Penatalaksanaan
Pada langkah antisipasi masalah potensial pada kasus ini tidak
ditemukan adanya masalah karena dari hasil pemeriksaan dan diagnosa ibu
dalam keadaan baik. Dalam identifikasi segera dalam kasus ini tidak
memerlukan tindakan khusus untuk menangani ibu agar tidak terjadi
kematian dan pada kasus ini tidak ada tanda tanda yang mengancam jiwa.
Pada pengembangan rencana dan implementasi secara umum sudah
sesuai dengan teori yaitu konseling yang dilakukan berupa penyampaian
pengertian implan, jenis kontrasepsi implan, mekanisme kerja implan,
keuntungan kontrasepsi, kerugian dan keterbatasan implan, waktu insersi
implan dan instruksi khusus kepada klien. Konseling dilakukan secara
lengkap dari ibu mengetahui macam” kontrasepsi sampai ibu memilih alat
kontrasepsi implant. Sehingga hal tersebut sudah sesuai dengan keefektifan
penyampaian konseling.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi IGD, Suprayitno E,
Kristanti AN (2018) mengenai gambaran minat ibu dalam memilih KB
Implan di Desa Karang Nangka Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep,
menunjukan hasil bahwa minat ibu dalam memilih KB implant termasuk
kategori minat rendah. Faktor yang paling mempengaruhi dalam rendahnya
minat ibu yaitu kebutuhan dari dalam yang merupakan kebutuhan
berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. Selain itu minat ibu yang rendah
juga dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai kontrasepsi. Yusnilasari dan
Ariani DUS (2018) Menambahkan dalam penelitiannya yang berjudul
Hubungan Pengetahuan Akseptor KB terhadap Pemakaian Kontrasepsi
Implan di Kota Palembang tahun 2017 bahwa semakin tinggi pengetahuan
seseorang maka semakin banyak informasi tentang alat kontrasepsi yang
diperoleh sehingga akan lebih memahami tentang kontrasepsi terutama
mengenai keuntungan dan kerugian kontrasepsi yang dipilih khususnya
implant. Dalam penelitian tersebut juga dikemukakan hasil bahwa beberapa
faktor penyebab rendahnya akseptor KB implant dikarenakan kurangnya
pengetahuan responden tentang kontrasepsi tersebut, selain itu juga
kurangnya informasi dari tenaga kesehatan. Pada saat memberikan pelayanan
KB mereka hanya diberikan informasi lisan sehingga informasi yang
didapatkan kurang efektif. Sehingga diperlukannya pemberian informasi
yang disertai penggunaan media bantu seperti leaflet untuk memudah
pemberian informasi pada pasangan usia subur dan dapat meningkatkan
pengetahuan mereka tentang kontrasepsi implant
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.S umur 28 tahun P 2A0
akseptor KB Implant, dari uraian tentang masalah penerapan manajemen
kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
a. Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi yang baik dan dapat
membangun hubungan saling percaya antara pasien dengan bidan.
b. Dalam menganalisa data dengan cermat maka dapat dibuat diagnosa,
masalah dan kebutuhan pasien yang sesuai.
c. Dalam menyusun rencana tindakan asuhan tidak mengalami kesulitan jika
ada kerjasama yang baik dengan pasien.
d. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah dan disandarkan
pada perencanaan tindakan yang disusun.
e. Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian
tentang keberhasilan asuhan kebidanan dan pelaksanaan diagnose.
2. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan, logika dan ilmiah dalam
melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas dan klinik
Diharapkan agar mutu pelayanan lebih ditingkatkan dan lebih maju serta
perlu kiranya memfungsikan sarana dan prasarana yang telah tersedia
ditempat pelayanan praktek semaksimal mungkin
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memperbanyak buku-buku/literature yang berkaitan dengan kebutuhan
kebidanan yang ada sebagai pedoman dalam pembuatan makalah kami
berikutnya agar lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta:


Muliasari.

Handayani. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi yang Digunakan. Bogor: ECG.

Noviawati. 2009. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. Noviawati, Dyah. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.


Jogjakarta: Nuha Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Saifuddin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai